Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit scabies merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
yang bernama Sarcoptes Scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok.
Laporan kasus skabies sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat
penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung buruk.
Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara
tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat
terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan
berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang
akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat.
1.2 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
klien Scabies dengan menggunakan metode proses keperawatan.
1.3 Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit scabies
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan scabies
3. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan anamneses
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.

1
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei
yang menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam
epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit penderita.

Menurut Handoko (2007), scabies adalah penyakit kulit menular yang


disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau (mite) Sarcoptes
scabei. Penyakit ini dikenal juga dengan nama the itch, gudik, atau gatal
agogo.Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6
sampai 1,2 centimeter.

Skabies merupakan infeksi kulit oleh kutu Sarcoptes scabies yang


menimbulkan gatal-gatal.Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang yang
miskin yang hidup ditengah kondisi hygene yang dibawah standar, meskipun
sering juga ditemukan pada orang-orang yang sangat bersih. Skabies sering
dijumpai pada orang-orang yang seksual aktif. Namun demikian, investasi
parasit ini tidak bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering
menjangkiti jari-jari tangan, dan sentuhan tangan dapat menimbulkan infeksi.
Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman yang terinfeksi atau saling
berganti pakaian dengannya dapat menjadikan sumber infeksi. Petugas
kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies
dapat pula terinfeksi.Kutu betina yang dewasa akan membuat terowongan
pada lapisan superficial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya. Dengan
rahang dan pinggir yang tajam dan persendian kaki depannya, kutu tersebut
akan memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir
sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas
dalam waktu 4 hingga 4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta nimfa
menjadi bentuk kutu dewasa dlam tempo sekitar 10 hari.
3

2.2 Etiologi
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabei
Varian Hominis. Sarcoptes Scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas
Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut
Sarcoptes Scabiei Var. Hominis. Kecuali itu terdapat Sercoptes Scabiei yang
lainnya pada kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient,
berwarna putih kotor, dan tidak bermata.
a. Klasifikasi Sarcoptes Scabies
Sarcoptes Scabies terbentuk Filum Arthropoda, kelas Arachida, Ordo
Akrarina, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes Scabies
Var Hominis. Selain Sarcoptes Scabies, misalnya pada kambing dan sapi.
b. Kebiasaan Hidup
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan,
bahu dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis,
telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
c. Siklus Hidup
Kopulasi (perkawinan) dapat terjadi dipermukaan kulit, yang jantan mati
setelah membuai tungau betina. Tungau betina yang telah dibuai menggali
terowongan dalam startum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter
sehari dan sambil meletakkan telurnya 2-4 butir sehari mencapai 40-50.
Bentuk betina yang dibuhai dapat hidup selamanya. Telur akan menetas,
biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan dan dapat juga
diluar. Setelah 2-3 larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk,
jantan dan betina dengan 4 pasang kaki, 2 pasang kaki didepan sebagai
alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua padabetina terakhir dengan
rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Ukuran bentuk betina
berkisar antara 330-450 mikron kali 250-350 mikro. Ukuran jantan lebih
4

kecil 200-240 mikro kali 150-200 mikro. Seluruh siklusnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Kurang
lebih 10% telur yang dapat menjadi bentuk dewasa, yang dapat
menularkan penyakitnya.

2.3 Pengklasifikasian Skabies


Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan
sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa
bentuk tersebut antara lain :
a. Skabies pada Orang Bersih (Scabies Of Cultivated)
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit
jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
b. Skabies Incognito
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid
sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan
penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan
gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas.
c. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki,
inguinal1 dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas
terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan
tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa
bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan
kortikosteroid.
d. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda
dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang
sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana
orang sering kontak atau memeluk binatang kesayangannya yaitu paha,
5

perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih
mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4–8 minggu) dan dapat sembuh
sendiri karena S. Scabiei Var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus
hidupnya pada manusia.
e. Skabies Norwegia (Krustosa)
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas
dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal.
Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong,
siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi2 kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia
tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau
yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi
akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi
proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah.
f. Skabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo3, ektima4 sehingga terowongan jarang
ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
g. Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal
ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

2.4 Patofisiologi
6

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan
tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau
bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi
timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan
setelah infestasi.
Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya
papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi5,
krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih
luas dari lokasi tungau.
2.5 Manifestasi Klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
a. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai
seluruh anggota keluarga.
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung menjadi polimorfi (pustul, ekskoriasi).
Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar6, siku bagian luar,
lipat ketiak bagian depan, areola mammae dan lipat glutea, umbilicus,
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh
permukaan kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit
kepala dan wajah.
7

d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan


satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga
hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit
ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi7,
impetigo, dan furunkulosis.

2.6 Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat
timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima,
selulitis, dan furunkel8. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang skabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yaitu
glomerulonefritis.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti
skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang
terlalu sering. Salep sulfur, dengan konsentrasi 15% dapat menyebabkan
dermatitis bila digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit
yang tipis.
Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan 2 kali
sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar genetalia pria. Gamma
benzena heksaklorida sudah diketahui menyebabkan dermatitis iritan bila
digunakan secara berlebihan.selain itu dapat terjadi:
 Urtikaria
Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit
yang berbatas tegas dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih
8

bila ditekan, dan disertai rasa gatal. Urtikaria dapat berlangsung secara
akut, kronik, atau berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20
menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian kulit
lain.
 Infeksi sekunder
 Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada
kulit yang terkena akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di
sekitar folikel rambut tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang
bisa pecah lalu mengering dan membentuk keropeng.
 Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel
rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya. Paling sering ditemukan
di daerah leher, payudara, wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri
jika timbul di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan.
Furunkel berawal sebagai benjolan keras bewarna merah yang
mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya
menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah
spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit
darah.
 Infiltrat
 Eksema infantum
Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang
kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.
Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan,
dan gangguan tidur.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Cara menemukan tungau :
a. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul
atau vesikel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu
tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop cahaya.
9

b. Dengan cara menikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar
c. Dengan membuat biopsi irisan. Caranya: jepit lesi dengan 2 jari kemudian
buat irisan tipis dengan pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya.
d. Dengan biopsy oksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE.
2.8 Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau,
tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak
atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang
dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori
pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi
iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio,
termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah
digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak
dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksik terhadap susunan
saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali dalam 8 jam. Jika masih ada
gejala, diulangi seminggu kemudian.
d. Krokamiton 10% dalam krim atau losio mempunyaidua efek sebagai anti
skabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim
(eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam
berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
e. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena
sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah
pada manusia.
10

f. Pemberian antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya


bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.
 Farmakologis
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau
salepyang dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi.Banyak sekali obat-
obatan yangtersedia di pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi antara lain :tidak berbau, efektif terhadap semua stadium kutu
(telur, larva maupun kutudewasa), tidak menimbulkan iritasi kulit, juga
mudah diperoleh dan murah harganya.
 Sistemik
1. Antihistamin klasik sedatif ringan untuk mengurangi gatal,
misalnyaklorfeniramin maleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
2. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin,
amoksisilin, eritromisin.
 Topikal
Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
1. Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini
menimbulkan bau tak sedap (belerang), mengotoripakaian, tidak
efektif membunuh stadium telur, dan penggunaannya haruslebih dari 3
hari berturut-turut.
2. Emulsi benzil-benzoas 20 - 25%, efektif terhadap semua stadium,
diberikansetiap malam selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya,
dapatmenimbulkan iritasi kulit.
3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
semuastadium kutu, mudah digunakan, serta jarang menimbulkan
iritasi kulit.Namun obat ini tidak dianjurkan bagi wanita hamil,
maupun anakdibawah usia 6 tahun, karena bersifat toksik terhadap
susunan sarafpusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh
tubuh. Dapatdiulang satu minggu kemudian bila belum sembuh.
4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek
antiskabies,juga bersifat anti gatal.
11

5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak


terlalutoksik. Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relatif
mahal.
Setelah pengobatan skabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat
berlangsung sampai sekitar 4 minggu lamanya.Pasien dapat diberikan
steroid topikal/ sistemik atau pun antihistamin untuk mengatasinya.
 Non-farmakologis (Pencegahan)
Selain menggunakan obat-obatan, yang tidak kalah penting untuk
diperhatikanadalah upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal
ini dapatdilakukan dengan cara:
1. Mencuci bersih atau merebusdengan air panas handuk, seprai maupun
baju penderita skabies (yg dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian
menjemurnya hingga kering. Menghilangkan faktor predisposisi,
antara lain dengan penyluhanmengenai higiene perorangan dan
lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi
untuk memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu
diobati karena kutu skabies tidak hidup disana.
2.9 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian
sekunder
4. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur
infasif
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
12

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pada pasien scabies terdapat lesi dikulit bagian punggung dan
merasakan gatal terutama pada malam hari.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi
edema karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien pernah masuk Rs karena alergi
d. Riwayat kesehatan keluarga
13

Dalam keluarga pasien ada yang menderita penyakit seperti yang klien
alami yaitu kurap, kudis.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Apabila sakit, klien biasa membeliobat di tko obat terdeat atauapabila
tidak terjadi perubahan pasien memaksakan diri ke puskesmas atau RS
terdekat.
b. Pola aktivitas latihan
Aktivitas latihan selama sakit :

 Aktivitas
 Makan
 Mandi
 Berpakaian
 Eliminasi
 Mobilisasi di tempat tidur

c. Pola istirahat tidur


Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang hebat
pada malam hari.
d. Pola nutrisi metabolic
Tidak ada gangguan dalam nutrisi metaboliknya.
e. Pola elimnesi
Klien BAB 1x sehari, dengan konsitensi lembek, wrna kuning bau
khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
f. Pola kognitif perceptual
Saat pengkajian kien dalam keadaan sadar, bicara jelas, pendengaran
dan penglihatan normal.
g. Pola peran hubungan
h. Pola konep diri
i. Pola seksual reproduksi
j. Pada klien scabies mengalami gangguan pada seksual reproduksinya.
k. Pola koping
14

 Masalah utama yang terjadi selama klien sakit, klien selalu merasa
gatal, dan pasien menjadi malas untuk bekerja.
 Kehilangan atau perubahan yang terjadi perubahan yang terjadi
klien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
 Takut terhadap kekerasan : tidak
 Pandangan terhadap masa depan klien optimis untuk sembuh
4. Pemeriksaan Fisik
 Pada inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk papula,
pustula, vesikel, urtikaria, dll.
 Garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder.
 Pada daerah predileksi ditemukan terowongan kecil, sedikit
meninggi, berkelok-kelok, berwarna putih keabu-abuan,
panjang kira-kira 10 mm.
 Pada beberapa kasus, ditemukan bau yang tidak sedap/amis.

5. Pemeriksaan Head to Toe


a. Kulit dan rambut
 Inspeksi :
Warna kulit : normal, ada lesi
Jumlah rambut : lebat, tidak rontok
Warna rambut : hitam
Kebersihan rambut : krang bersih, ada ketombe
 Palpasi :
Suhu ? 36ºC
Warna kulit sawo matang, turgor kuit baik, kulit lembab, ada edema,
ada lesi.
b. Kepala
 Inspeksi :
Bentuk simetris antara kanan dan kiri
Bentuk kepala lonjong, tidak ada lesi
 Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan
15

c. Mata
 Inspeksi : bentuk bola mata bulat, simetris antara kanan dan kiri, sklera
berwarna putih, kkonjungtiva merah muda.
d. Telinga
 Inspeksi : ukuran sedang, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
serumen pada lubang telinga
 Palpasi : tidak ada benjolan
e. Hidung
 Inspeksi : simetris, tidak ada secret, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada benjolan
f. Mulut
 Inspeksi : bentuk mulut simetris, lidah bersih gigi bersih
g. Leher
 Inspeksi : bentuk leher nrmal, tidak ada pembesaran kelenar tiroid
 Palpasi : suara jelas, tidak sesak
h. Paru
 Inspeksi : simetris antara kanan dan kiri
 Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
 Perusi : resonan
 Auskultasi : normal
i. Abdomen
 Inspeksi : perut datar, simetris
 Palpasi : getaran rocal femitus sama antara kanan dan kiri
j. Ekstermitas
 Atas : lengkap, tidak ada kelainan
 Bawah : lengap normal
3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biolgi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian
sekunder
4. resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kuit rusak dan prosedur infasif
16

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa scabies adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh tungau Sarcoptes Scabei. Penyakit scabies dapat menular dan
kulit menjadi gatal. Penularan dapat terjadi melalui kontak fisik yang erat
seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual, serta dapat juga
melalui pakaian dalam, handuk, dan tempat tidur.
Ada 7 pengklasifikasian scabies, yaitu Skabies pada Orang
Bersih (Scabies Of Cultivated), Skabies Incognito, Skabies Nodular, Skabies
yang ditularkan melalui hewan, Skabies Norwegia (Krustosa), Skabies pada
bayi dan anak, Skabies terbaring ditempat tidur (Bed Ridden).
17

Pengobatan scabies dapat dilakukan dengan cara memberikan obat-


obatan untuk menghilangkan kutu penyebab scabies dan pemberian antibiotika
jika scabies terinfeksi.

4.2 Saran
1. Sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakn asuhan keperawatan
kepada klien skabies sesuai dengan indikasi penyakit
2. Sebaiknya seorang perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada
pasien skabies dengan baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA

Вам также может понравиться