Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson, 2007). Keadaan ini disertai
dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat
pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc, 2001). Penilaian
statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini
merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini
dibuktikan oleh Drage dan Berendes (2006) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang
rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan
angka kematian yang tinggi.
Haupt (2001) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi
sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta
komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama
kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-
hari pertama setelah lahir (james, 2000). Penyelidikan patologi anatomis yang
dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (2001), Menunjukkan nekrosis berat dan difus
pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan Asfiksia dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat:
a. Mengetahui definisi Asfiksia
b. Mengetahui etiologi AsfiksiaMengetahui manifestasi klinis Asfiksia
c. Mengetahui komplikasi Asfiksia
d. Mengetahui tentang penatalaksanaan Asfiksia
e. Mengetahui tentang patofisiologi dari Asfiksia
f. Melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Asfiksia.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Asfiksia?
2. Apa etiologi Asfiksia?
3. Apa manifestasi klinis Asfiksia?
4. Apa komplikasi Asfiksia?
5. Bagaimana tentang penatalaksanaan Asfiksia?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
1. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istimewa.
2. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada
pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot
buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan:
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

B. Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas
atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa
kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian besar asfiksia bayi
baru lahir merupakan kesulitan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama
kehamilan dan persalinan. Memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau
kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu

a. Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini
sering ditemukan pada :
1. Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat.
2. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
3. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

C. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping”
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi
sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas
(gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut
dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya.

D. Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
1. DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
3. Apnea
4. Pucat
5. Sianosis
6. Penurunan terhadap stimulus.
E. Penatalaksanaan Klinis
1. Tindakan Umum
- Bersihkan jalan nafas: kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir
dari saluran nafas ayang lebih dalam.
- Rangsang reflek pernafasan: dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan
tanda achiles.
- Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal.
dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan
O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul
lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum
80 –100 x/menit.
b. Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik.
Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu: kepala
bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka
tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur
20x/menit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH. Sinopsis Obstetri Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Prof. Dr. Hanifa Winkjosastro, SpOG. Ilmu Kebidanan Edisi Ke 3. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo, Jakarta. 2007
Setiawan S.Kp Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran. Cetakan I. 1998. EGC.
Dr. Rusepno Hassan Dkk. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika Jakarta
1985
Buku Acuan Panduan ASUHAN PERSALINAN NORMAL&INISIASI MENYUSUI
DINI. Edisi 3 (Refisi) Jakarta : Jaringan Pelatihan Klinik, 2007

Вам также может понравиться