Вы находитесь на странице: 1из 4

1.

Kelemahan Historical Cost


 Adanya pembebanan biaya yang terlalu kecil karena pendapatan untuk suatu hal tertentu pada saat
tertentu akan dibebani biaya yang didasarkan pada suatu nilai uang yang telah ditetapkan beberapa
periode yang lalu pada saat pencatatan terjadinya biaya tersebut.
 Nilai aktiva yang dicatat dalam neraca akan mempunyai nilai yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan perkembangan harga daya beli uang terakhir. Di samping itu juga terjadi
perubahan-perubahan kurs yang cepat atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang dikuasai
persahaan sehingga mengalami kesulitan dalam perhitungan selisih kurs yang tepat.
 Alokasi biaya untuk depresiasi, amortisasi akan dibebankan terlalu kecil dan mengakibatkan laba
dihitung terlalu besar,
 Laba/rugi yang terjadi yang dihasilkan oleh perhitungan laba/rugi yang didasarkan pada asumsi
adanya stable monetary unit tersebut tidaklah riil apabila diukur dengan perkembangan daya beli
uang yang sedang berlangsung,
 Perusahaan tidak akan memperahankan real-capital-nya dan ada kecenderungan terjadinya
kanibalisme terhadap modal sehubungan dengan pembayaran pajak perseroan dan pembangian laba
yang lebih besar daripada semestinya,
 Menyalahi mathematical principle karena berbagai himpunan yang tidak sama dijumlahkan menjadi
satu dan;
 Di samping hal-hal di atas akan timbul kesulitan-kesulitan bagi manajemen perusahaan apabila harus
mendasarkan pada laporan akuntansi yang disusun atas dasar asumsi adanya stable monetary unit.
Kritik terhadap hisrorical cost
 Menyediakan informasi dalam rangka melaksanakan fungsi penatagunaan (stewardship function)
manajemen merupakan interprestasi yang terlalu sempit atas tujuan akuntansi
 Akuntansi biaya historis, meskipun bermanfaat, namun tidak cukup untuk mengevaluasi keputusan
bisnis, pernyataan biaya historis mengaitkan pada barang/jasa (cost attach theory) hanyalah fiksi.
 Basis biaya historis yaitu going concern tidaklah realistis
 Penggunaan konsep penandingan tidak menghasilkan informasi yang relevan dan terpercaya.
 Akuntansi biaya historis hanya menduga kebutuhan investor yang tertarik pada analisa pasar bukan
intelligent investor yang tertarik pada apa yang sebenarnya terjadi pada perusahaan
 Munculnya beberapa peraturan, standar akuntansi dan exposure draft yang menyerang teori
akuntansi biaya

2. Konsep Current Purchasing power accounting, current cost accounting, exit price accounting.
http://kodomogasuki.blogspot.co.id/2015/05/sistem-akuntansi-historical-current.html

 CCPA : current purchasing accounting atau disebut general purchasing power, general price
level dibangun berdasarkan basis waktu kenaikan harga (times of rising prices). Jika
perusahaan akan mendistribusikan laba berdasarkan historical cost, hasilnya akan dpt
mengurangi nilai perusahaan yang sesungguhnya, sehingga perusahaan mengambil risiko
untuk mendistribusikan bagian modalnya.
 CCA : sistem akuntansi di mana aset dinilai pada harga beli di pasar berjalan dan laba
ditentukan dengan alokasi berdasarkan biaya berjalan
Asumsi: manajer perusahaan ingin tahu bagaimana mereka mengalokasikan sumber daya
perusahaan dalam rangka memaksimalkan laba.
Kritik terhadap current cost
Dari pendukung biaya historis
 Melanggar prinsip realisasi. Perusahaan memiliki aset untuk menggunakan bukan menjual.
Laba yang diharapkan (holding gains) belum tentu terjadi
 Subyektivitas dalam penentuan kenaikan biaya.
Dari pendukung exit (selling) price:
 Tidak sesuai dengan prinsip opportunity cost, karena kesempatan selanjutnya bukan membeli
kembali, tetapi menjual atau menggunakan.
 Masih ada persoalan alokasi, misalnya depresiasi atas aset tetap dengan current cost
 Perubahan teknologi akan membuat model perhitungan laba dengan mempertahankan
kapasitas produksi saat ini menjadi menyesatkan
 Ada persoalan matematis karena menjumlahkan angka-angka dengan metode pengukuran
yang bervariasi
Dari pendukung exit price:
 Chambers: penggunakan indeks harga spesifik tidak tepat. Kecuali kebetulan, tidak mungkin
suatu perusahaan menghadapi perubahan harga yang sama dengan perusahaan lain.
 Chambers: aset bernilai bagi perusahaan bukan karena penggantian, tetapi karena dapat
dibuat untuk hal lain, dapat digunakan untuk meminjam, menjadi kas ketika dijual, dan
berpotensi menjadi lindung nilai terhadap inflasi dalam aset-aset non moneter.
 Exit Price Accounting : merupakan sistem akuntansi yang menggunakan harga jual pasar
untuk mengukur posisi keuangan perusahaan dan kinerja keuangan. Aset di neraca
disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili 'nilai pasar
wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-sale'. Laporan laba
rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk.
Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata
total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih
.Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan
neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan.
3. Alasan Harmonisasi dan standarisasi dan kendala proses harmonissi dan standarisasi.
 Agar pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa
hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten
di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
 Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan lebih beragam dan
risiko keuangan berkurang.
 Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang
merger dan akuisisi.

 Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam
mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Deskripsi:
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi international untuk memudahkan perusahaan asing
yang akan menjual saham dinegara ini atau sebaliknya. Namun demikian untuk mengadopsi standar
international itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang
mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi dan selanjutnya akan
dilakukan full adoption atas standar inetrnasional tersebut. Adopsi standar akuntansi international
tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan
perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika
terjadi jual beli saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar
akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan laporan. Ada beberapa pilihan untuk melakukan
adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah kita yang menentukan
mana saja yang harus diadopsi , sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK no 24, itu
mengadopsi sepenuhnya IAS nomor 19. Standar berhubungan dengan imbalan kerja atau employee
benefit. Bapepam telah memberikan sinyal kepada semua perusahaan go public tentang kerugian apa
yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan harmonisasi, Dalam pernyataannya Bapepam
menjelaskan bahwa kerugian yang berkaitan dengan pasar modal yang masuk ke Indonesia, maupun
perusahaan Indonesia yang listing di bursa efek di Negara lain. Perusahaan Asing akan kesulitan
untuk menterjemahkan laporan keuangannya dulu sesuai standar nasional kita sebaliknya perusahaan
Indonesia yang listing di Negara lain, juga cukup kesulitan untuk membadingkan laporan keuangan
sesuai standar di Negara tersebut. Hal ini akan menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal
akan berkurang dan tidak mengglobal.

Perkembangan Konvergensi IFRS Indonesia dan tantangan konvergensi PSAK ke dalam IFRS
: http://lailly0490.blogspot.co.id/2012/03/kendala-dalam-harmonisasi-psak-ke-dalam.html
Kendala harmonisasi dan standarisasi akt internasional:
Dalam akuntansi internasional ada standar yang harus diikuti, tetapi ada permasalahan yang timbul
yaitu akuntansi yang dipraktekan di satu negara tentu berbeda dengan negara lainnya. Hal ini
disebabkan karena metode akuntansi yang digunakan dalam satu negara berbeda-beda tergantung
kondisi lingkungan , dan situasi ekonomi dan social yang ada di suatu negara (pendapat ini diperkuat
Sofyan Syafri Harahap:2007;116). tapi tidak menutup kemungkinan bahwa suatu negara dapat
melakukan transaksi dengan negara lain, sebagai contoh sebuah perusahaan yang berdiri di Singapura
memiliki anak perusahaan di Indonesia, tentu pelaporan keuangannya dapat berbeda. Oleh karena itu
diperlukan standar akuntansi internasional. Namun, ternyata standar tersebut justru menimbulkan
masalah baru. Adapun permasalahan yang mungkin timbul dengan mengadopsi standar akuntansi
internasional adalah sebagai berikut:
 Penerjemahan standar IFRS menggunakan bahasa Inggris dan penerjemahan itu sendiri akan
mengalami kesulitan di antaranya adanya ketidakkonsistenan dalam penggunaan kalimat
bahasa Inggris, penggunaan istilah yang sama untuk menerangkan konsep yang berbeda, dan
penggunaan istilah yang tidak terdapat padanannya dalam penerjemahaannya.
 Ketidaksesuaian antara IFRS dengan hukum nasional. Hal ini terjadi pada beberapa negara
standar akuntansi termasuk sebagai bagian dalam hukum nasional, sehingga standar
akuntansinya ditulis dalam bahasa hukum, dan di sisi lain IFRS tidak ditulis dalam bahasa
hukum, sehingga harus diubah oleh Dewan Standar Akuntansi masing-masing negara.
 Struktur dan kompleksitas standar internasional IFRS mungkin akan menimbulkan
kekhawatiran bahwa standar akan semakin tebal dan kompleks.
Tantangan konvergensi IFRS di Indonesia:
Dalam rangka menyongsong pemberlakuan Standar Akuntansi Keuangan yang sudah secara penuh
menggunakan standar akuntansi internasional (Konvergensi IFRS) pada awal tahun 2012, Bapepam
maupun lembaga keuangan lainnya memandang perlu untuk mengambil langkah-langkah sosialisasi
dini kepada publik mengenai dampak konvergensi IFRS terhadap laporan keuangan . Menghadapi
pengalihan ke IFRS, terdapat beberapa tantangan mendasar yang perlu dicermati peran regulator
terhadap perusahaan – perusahaan di Indonesia diantaranya perubahan peraturan, pengukuran nilai
wajar, penetuan dampak yang akan terjadi. Sistem IT , konversi data historis, dan ketersediaan
professional. Perubahan atas perlakuan transaksi akuntansi tentunya akan signifikan, sehingga akan
terdapat amandemen regulasi tentang standar akuntansi. Namun yang perlu dicermati, amandemen
sejatinya yang dikeluarkan oleh Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat jenderal pajak dan juga IAPI.
Peran Ditjen Pajak di bidang perpajakan mengalami perubahan standar akuntansi terkait dengan
perhitungan penghasilan kena pajak perlu diatur oleh peraturan pelaksana Konvergensi IFRS akan
mengakibatkan beberpa perubahan akuntansi dari Ditjen Pajak tentang keuntungan dan kerugian yang
belum terealisasi dari instrument derivative akan dinilai berdasarkan IFRS . Kerangka perpajakan
yang berbeda memungkinkan perlakuan yang berbeda pula. Hal yang paling utama akan berdampak
pada persediaan, manajemen aset, pajak tangguhan, pelaporan keuangan, pengakuan pendapatan ,
pembelian dan lain-lain. Selain itu, konversi standar akuntansi Indonesia terhadap IFRS akan
berdampak juga pada beberapa praktek akuntansi yang fundamental. Seperti konsep nilai wajar,
pengungkapan keuangan aspek penyajian kembali laporan keuangan, penentuan mata uang keuangan,
dan lainnya yang harus diketahui oleh semua organisasi maupun lembaga yang berperan dalam proses
adopsi IFRS. Sebagaian besar aspek bisnis dapat terpengaruh oleh adopsi tersebut . Akibatnya, proses
bisnis, sumber daya manusia, serta sistem operasi akan terpengaruh atau berpotensi terkena
dampaknya sejalan dengan adopsi IFRS.
4. Perbedaan Teorii Normativ dan Positif
T. Normatif
didasarkan atas upaya pembenaran tentang apa yang seharusnya dipraktekkan. Teori normatif disebut
juga Teori Apriori (bersifat deduktif) karena bukan hasil dari penelitian empiris. Hal ini disebabkan
oleh pengalaman praktek langsung yang telah dilakukan misalnya pernyataan tentang laporan
keuangan yang seharusnya didasarkan pada metode pengukuran tertentu atau dihasilkan melalui
kegiatan “semi – research”. Teori normatif lebih berkonsentrasi pada: Penciptaan laba sesungguhnya
(true income) Teori ini lebih berkonsentrasi pada pengukuran tunggal yang benar untuk aktiva dan
laba. Pengambilan keputusan (decision usefulness) Teori ini menganggap bahwa tujuan dasar
akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan menyediakan data
akuntansi yang relevan dan bermanfaat.
T. Positif
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan,
pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai
untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya
beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelasakan dan memprediksi praktik-
praktik akuntansi. Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari teori akuntansi normatif karena
kegagalan normatif dalam menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori akuntansi
positif mempunyai peranan dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi. Teori akuntansi
positif dapat memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi dalam menentukan
konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk
menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada dalam masyarakat sedangkan
akuntansi n ormatif lebih menjelaskan praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.

Perbedaan akuntansi positif dan akuntansi normatif


1. Perbedaan pendekatan dan dasar antara teori akuntansi menyebabkan dua taksonomi akuntansi.
Pendekatan Teori Akuntansi Positif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai Sains. Sedangkan
pendekatan Teori Akuntansi Normatif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai seni. Yang
keduanya sama sama diakui sebagai sarana pendekatan teori akuntansi.
2. Teori Akuntansi Normatif yang berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) merupakan
acuan teori dalam memberikan jalan terbaik untuk meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan
menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata yang meruipakan
Fungsi pendekatan Teori Akuntasi Positif. Tidak menutup kemungkinan, fakta yang ada di dunia
nyata (praktek akuntansi) akan mempengaruhi Teori Akuntansi Normatif.

Вам также может понравиться