Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Deduksi adalah pola berfikir dari umum ke khusus. Pola ini sering kita pakai dalam
kehidupan sehari-hari. Kita melihat gambaran besar se...
Penggabungan badan usaha (business combination) adalah penyatuan dua atau lebih
perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karen...
Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan tujuan
untuk menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta penyampaian hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan
untuk memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
1.Kepercayaan Publik
Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas
ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.
The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:
4. Independensi Auditor
Carey dalam Mautz (1961:205) mendefinisikan independensi akuntan publik dari segi
integritas dan hubungannya dengan pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi
meliputi:
Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang profesional. Hal
ini merupakan bagian integritas profesional.
Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan
pendapat akuntan publik atas laporan keuangan. Independensi berarti sikap mental yang
bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang
lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak
dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.
Independensi akuntan publik merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi
akuntan publik dan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa
audit.
Independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu :
Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di
dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
2. Independensi penampilan.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan
dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik (Mautz, 1961:204-205).
Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz mengemukakan bahwa
independensi akuntan publik juga meliputi independensi praktisi (practitioner independence)
dan independensi profesi (profession independence). Independensi praktisi berhubungan
dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau
tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan
laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi
penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi pelaporan. Independensi
profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan
pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak
memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Sumber :
http://jabbarspace.blogspot.com/2013/11/etika-dalam-auditing.html
http://fikaamalia.wordpress.com/2012/11/16/etika-dalam-auditing/
http://albantantie.blogspot.com/2013/11/etika-dalam-auditing.html
http://zakyways.blogspot.com/2013/10/etika-dalam-auditing.html
http://nielam-tugas.blogspot.com/2012/12/bab-6-etika-dalam-auditing.html
Diposkan oleh Nita Qony di 01.03
Reaksi:
Poskan Komentar
Mengenai Saya
Nita Qony
Tangerang, Banten, Indonesia
Lihat profil lengkapku
Universitas
Gunadarma's Link
http://wartawarga.gunadarma.ac.id
http://studentsite.gunadarma.ac.id
http://seminar.gunadarma.ac.id
http://elearning.gunadarma.ac.id
http://kemahasiswaan.gunadarma.ac.id
http://baak.gunadarma.ac.id
http://gunadarma.ac.id
Entri Populer
Deduksi dan Induksi
PENGGABUNGAN BADAN USAHA
Ruang Lingkup Sektor Publik
Arsip Blog
► 2015 (1)
▼ 2014 (14)
o ▼ November (12)
Isu Etika Signifikan dalam dunia bisnis dan profes...
Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Menej...
Etika dalam Kantor Akuntan Publik
Etika dalam Auditing
Kode Etik Profesi Akuntansi
Perilaku Etika dalam Profesi Akuntansi
Ethical Governance
Perilaku Etika dalam Bisnis
Etika Profesi Akuntansi
Ruang Lingkup Sektor Publik
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
MAKALAH ETIKA PROFESI AKUNTANSI “PELANGGARAN
KASUS...
o ► Januari (2)
► 2013 (25)
► 2012 (48)
Video
Loading...
Feedjit
Widget Animasi
Pengikut
welcome
Tema Tanda Air. Gambar tema oleh mattjeacock. Diberdayakan oleh Blogger.