Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang
epifise yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tersebut biasanya tidak hanya
sebatas retakan, fraktur tersebut lengkap dan fragmen tulangnya bergeser. Jika
mengalami fraktur tulang namun kulit diatasnya masih utuh maka disebut fraktur
tertutup, jika kulit dari salah satu rongga tubuh tertembus disebut fraktur terbuka
(Apley, 2010). Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang tersebut mengalami
fraktur dapat diketahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma tulang yang
menyebabkan fraktur.

Fraktur biasanya terjadi karena tulang gagal menahan tekanan terutama


tekanan membengkok, memutar, dan tarikan. Fraktur Clavicula adalah kerusakan
tulang clavicula (biasanya diebut tulang selangka). Tulang tersebut menghubungkan
sternum ke bahu.

Fraktur klavikula dapat terjadi pada 3 tempat

1. Fraktur mid klavikula (Fraktur 1/3 tengah klavikula)


Fraktur yang paling banyak ditemui, terjadi pada medial ligament korakoklavikula
(antara medial dan 1/3 lateral). Mekanisme traumanya berupa trauma langsung
atau tak langsung (dari lateral bahu).

2. Fraktur 1/3 lateral klavikula

Fraktur klavikula lateral dan ligament korakoklavikula, yang dapat dibagi, a) type
1: undisplaced jika ligament intak; b) type 2: displaced jika ligamen korako
klavikula rupture; c) type 3: fraktur yang mengenai sendi akromioklavikularis,
biasanya terjadi karena kompresi pada bahu.

3. Fraktur 1/3 medial klavikula

Fraktur yang jarang ditemui, hanya 5% dari seluruh fraktur klavikula. Mekanisme
traumanya dapat berupa trauma langsung dan trauma tak langsung pada bagian
lateral bahu yang dapat menekan klavikula ke sternum. Biasanya terjadi pada
kasus jatuh dengan tangan terkadang dalam posisi abduksi.

B. Etiologi

Fraktur biasanya terjadi karena trauma mendadak yang disebabkan oleh


kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut etiologinya fraktur
dibedakan menjadi 3, yaitu: 1. Fraktur yang disebabkan trauma baik secara langsung
maupun tidak langsung. 2. Fraktur yang disebabkan oleh kelelahan tulang. 3. Fraktur
yang disebabkan oleh keadaan patologi.

Fraktur klavikula merupakan fraktur yang disebabkan oleh trauma langsung


dan tidak langsung pada posisi lengan terputar atau tertarik keluar (outstreched hand),
dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula (Helmi, 2012).

 Trauma Langsung

Fraktur yang terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa
(misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang). Karena jaringan
subkutan klavikula yang tipis, membuat klavikula rentan terhadap trauma. Dengan
posisi langsung, sama seperti tibia atau ulna. Mekanisme tersebut dapat terjadi baik
karena trauma tumpul maupun trauma tajam. Karena trauma langsung tidak
tergantung dari kekuatan otot atau posisi lengan atas, semua regio klavikula mudah
terkena. Contohnya dalam aktivitas olahraga bersepeda ataupun bermain sky.

 Trauma Tidak Langsung

Trauma tidak langsung jarang ditemui. Dalam trauma ini tidak ditemukan
hubungan antara lokasi fraktur dan mekanisme utama. Mekanisme utama penyebab
fraktur klavikula adalah kompresi. Pada kasus ini dapat ditemukan pada penderita
jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pergelangan
tangan.

C. Patofisiologi
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi
atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang
tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan
olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian
tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal
ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur
dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.

D. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala yang dirasakan oleh penderita fraktur klavikula, 1)
sakit pada bagian bahu yang fraktur, 2) nyeri pada tulang yang fraktur, 3) otot lemah
(tidak bisa digerakkan), 4) terdengar crepitus pada bagian yang patah, 5)
pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
BAB II

GAMBARAN MASALAH

Fraktur klavikula umumnya sering terjadi pada anak-anak. Biasanya penderita


datang dengan keluhan jatuh atau trauma lain dan akan menangis jika lengannya
digerakkan. Kadangkala penderita datang dengan keluhan bengkak pada daerah klavikula
yang terjadi beberapa hari setelah trauma dan terkadang pada kulit terlihat tonjolan akibat
desakan dari fragmen fraktur. Ditemukan adanya nyeri tekan pada daerah klavikula. Pada
pasien penderita fraktur klavikula akan merasakan sakit pada bahu dan akan menjadi parah
apabila digerakkan pada daerah yang mengalami fraktur seperti aktivitas yang melibatkan
fleksi shoulder, abduksi shoulder, horizontal abduksi dan adduksi shoulder, dll. Untuk
memperjelas dan menegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang.

Beberapa otot penting memiliki origo dam insersio di klavikula. Pada


permukaan superior terdapat otot deltoideus pada bagian tuberculum deltoideus dan otot
trapezius. Permukaan inferior terdapat otot subclavius pada sulcus musculi subclavius,
Ligamentum Conoideum, Ligamentum Trapzoideum. Pada batas anterior terdapat otot
Pectoralis Mayor, Deltoideus, Sternocleidomastoideus, dan Trapezius.

Aktivitas fungsional yang terganggu akibat fraktur klavikula yaitu, aktivitas


yang melibatkan gerakan sendi glenohumeral (makan, menyisir, memakai baju,
mengangkat beban, mengendarai kendaraan, gerakan thorax terbatas). Ini disebabkan
karena selama proses pemulihan, tulang klavikula yang mengalami fraktur tidak boleh
bergerak agar tidak terjadi malunion atau penyambungan tulang yang tidak sesuai.
BAB III

FAKTOR PENYEBAB MASALAH

A. Sendi yang Mengalami Keterbatasan LGS

Sendi yang mengalami keterbatasan LGS yaitu sendi acromioclavicular dan


sendi sternoclavicular. Otot-otot penggerak utama sendi tersebut meliputi, 1) Deltoid
Anterior (fleksi shoulder); 2) Middle Deltoid (abduksi shoulder); 3) Deltoid Posterior
(horizontal abduksi shoulder); 4) Pectoralis mayor (horizontal adduksi shoulder); 5)
Trapezius (elevasi scapula dan adduksi scapula); 6) Sternocleidomastoideus
(anterolateral neck); 7) Lattisimus Dorsi (Extensi shoulder, Internal Rotasi shoulder);
8) Subclavius (depresi clavicula)

B. Gerak Fungsional yang Mengalami Keterbatasan

Keterbatasan gerak fungsional dalam aktivitas makan, mandi, menyisir, memakai baju,

C. Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi

1. Makan

a. Teknik Terapi
Teknik yang digunakan yaitu pendekatan biomekanik dengan active exercise dan
passive exercise.

b. Media Terapi
Botol, bola kecil, alat makan(piring dan sendok)

c. Pelaksanaan Terapi
Adjunctive
Pada tahap ini dilakukan penguluran secara aktif dan pasif untuk mengurangi
ketegangan otot. Pasien diminta untuk melakukan penguluran aktif sesuai batas
kemampuan pasien, dengan menggerakan fleksi shoulder, abduksi shoulder,
horizontal adduksi shoulder, dan internal rotasi shoulder, secara bertahap. Jika
pasien tidak mampu menggerakkan full ROM maka terapis akan memberikan
supervisi dengan menggerakkan secara pasif. Dengan cara mengulur beberapa
derajat melebihi batas kemampuan dimana pasien sudah merasa tidak nyaman,
kemudian mempertahankan posisi tersebut dalam 15-30 detik. Penguluran aktif
dan pasif dilakukan 3-4 kali pengulangan. Terapis harus memperhatikan
prosedur penguluran aktif maupun pasif. Tahap ini bertujuan untuk
mengaktifkan otot dan persiapan di tahap selanjutnya.

Enabling
Pada tahap ini prinsip aktivitas yang dilakukan sama namun menggunakan
media. Media yang digunakan yaitu botol, bola kecil, dan alat makan(piring dan
sendok). Pasien dalam posisi duduk diminta untuk meraih botol yang dipegang
terapis dihadapannya. Aktivitas tersebut dilakukan dengan pola gerak fleksi
shoulder dan abduksi shoulder yang dilakukan secara bertahap dan berulang.
Terapis memberikan gradasi ketinggian untuk meningkatkan kemampuan gerak
pasien. Kemudian terapis menggunakan media bola untuk gerakkan yang lebih
kompleks dimana pasien dalam posisi duduk diintruksikan untuk mengambil
bola yang ada didepan pasien. Aktivitas tersebut dilakukan dengan pola gerak
fleksi elbow kemudian horizontal adduksi shoulder(menyilangkan tangan yang
membawa bola ke atas bahu), dan dilakukan secara berulang. Terapis harus
memperhatikan prosedur dan safety precautions pasien ketika melakukan
aktivitas ini.

Purposeful

Pada tahap ini pasien dilatih untuk aktivitas makan menggunakan peralatan
makan yang sesungguhnya seperti sendok dan piring.
Occupational

Pada tahap ini pasien sudah mampu makan secara mandiri tanpa adanya
keterbatasan gerak.

2. Menyisir
a. Teknik terapi

Teknik terapi yang digunakan yaitu pendekatan biomekanik dengan active


exercise dan passive exercise.

b. Media terapi

Bola kecil, botol, sisir

c. Pelaksanaan Terapi
Adjunctive

Pada tahap ini dilakukan penguluran secara aktif dan pasif untuk mengurangi
ketegangan otot. Pasien diminta untuk melakukan penguluran aktif sesuai batas
kemampuan pasien, dengan menggerakan fleksi shoulder, abduksi shoulder,
horizontal adduksi shoulder, dan internal rotasi shoulder, secara bertahap. Jika
pasien tidak mampu menggerakkan full ROM maka terapis akan memberikan
supervisi dengan menggerakkan secara pasif. Dengan cara mengulur beberapa
derajat melebihi batas kemampuan dimana pasien sudah merasa tidak nyaman,
kemudian mempertahankan posisi tersebut dalam 15-30 detik. Penguluran aktif
dan pasif dilakukan 3-4 kali pengulangan. Terapis harus memperhatikan
prosedur penguluran aktif maupun pasif. Tahap ini bertujuan untuk
mengaktifkan otot dan persiapan di tahap selanjutnya.

Enabling

Pada tahap ini prinsip aktivitas yang dilakukan sama namun menggunakan
media. Media yang digunakan yaitu botol dan bola kecil. Pasien dalam posisi
duduk diminta untuk meraih botol yang dipegang terapis dihadapannya.
Aktivitas tersebut dilakukan dengan pola gerak fleksi shoulder dan abduksi
shoulder yang dilakukan secara bertahap dan berulang. Kemudian terapis
menggunakan media bola untuk gerakkan yang lebih kompleks dimana pasien
dalam posisi duduk diintruksikan untuk mengambil bola yang ada didepan
pasien. Aktivitas tersebut dilakukan dengan pola gerak fleksi shoulder full ROM
dan elbow internal rotasi, hingga bola melewati kepala dan dilakukan secara
berulang. Terapis harus memperhatikan prosedur dan safety precautions pasien
ketika melakukan aktivitas ini.

Purposeful

Pada tahap ini pasien dilatih untuk aktivitas menyisir menggunakan sisir rambut.

Occupational

Pada tahap ini pasien sudah mampu menyisir secara mandiri tanpa adanya
keterbatasan gerak.

D. Meningkatkan Kekuatan Otot


1. Makan
a. Teknik Terapi
Teknik yang digunakan yaitu pendekatan biomekanik dengan graded
activity(menambah berat dan merubah tinggi).

b. Media Terapi
Botol air 500ml sebanyak 3 buah masing-masing berisi pasir ¼ botol, ½ botol,
dan 1 botol.

c. Pelaksanaan Terapi

Adjunctive

Pasien dalam posisi duduk diintruksikan untuk melakukan stretching secara aktif
sampai batas maksimal yang pasien mampu. Jika pasien sudah tidak mampu,
terapis membantu pasien untuk melakukan stretching secara pasif agar mencapai
full ROM. Ketika sudah mencapai full ROM pasien diinstruksikan untuk
melakukan stretching secara aktif kembali. Terapis harus memperhatikan pasien
prosedur penguluran aktif maupun pasif. Tahap ini bertujuan untuk
mengaktifkan otot dan persiapan di tahap selanjutnya.

Enabling

Pada tahap ini aktivitas yang diberikan menggunakan media gradasi botol berisi
pasir. Terapis memberikan gradasi botol mulai dari botol yang berisi pasir ¼
botol, ½ botol, dan 1 botol. Pasien dalam posisi duduk diintruksikan untuk
meraih botol yang dipegang terapis dihadapannya menggunakan tangan yang
sakit(sisi sakit), kemudian pasien menyilangkan tangannya yang membawa botol
ke arah bahu yang berlawanan(sisi yang sehat). Aktivitas ini dilakukan dengan
fleksi elbow kemudian horizontal adduksi shoulder. Terapis memberikan gradasi
ketinggian untuk mengambil botol yang ada didepan pasien, dimulai dari yang
rendah ke tinggi. Terapis harus memperhatikan prosedur dan safety precautions
pasien ketika melakukan aktivitas ini.

Purposeful

Pasien di latih untuk aktivitas makan menggunakan peralatan makan yang


sesungguhnya seperti piring dan sendok.

Occupational

Pasien mampu makan secara mandiri.

2. Menyisir
a. Teknik terapi
Teknik yang digunakan adalah pendekatan biomekanik dengan graded
activity(menambah berat dan merubah tinggi).

b. Media terapi
Botol air 500ml sebanyak 3 buah masing-masing berisi air 150 ml, 250 ml, dan
300 ml
c. Pelaksanaan Terapi

Adjunctive

Pasien dalam posisi duduk diintruksikan untuk melakukan stretching secara aktif
sampai batas maksimal yang pasien mampu. Jika pasien sudah tidak mampu,
terapis membantu pasien untuk melakukan stretching secara pasif agar mencapai
full ROM. Ketika sudah mencapai full ROM pasien diinstruksikan untuk
melakukan stretching secara aktif kembali. Terapis harus memperhatikan
prosedur penguluran aktif maupun pasif. Tahap ini bertujuan untuk
mengaktifkan otot dan persiapan di tahap selanjutnya.

Enabling

Pada tahap ini terapis memberikan aktivitas dengan menggunakan media gradasi
botol yang berisi air. Terapis memberikan gradasi botol mulai dari botol yang
berisi air 150ml, botol yang berisi air 250ml, dan botol yang berisi air 500ml.
Pasien dalam posisi duduk diinstruksikan untuk memindahkan botol yang berisi
150ml dari arah depan ke belakang pasien selama 3kali. Kemudian pasien
diinstruksikan kembali dengan memindahkan botol yang sama dari arah depan
ke arah belakang bahu yang berlawanan (belakang bahu yang sehat) selama
3kali. Kemudian pasien diinstruksikan untuk mengganti botol yang berisi 250ml
dengan melakukan aktivitas yang sama dengan botol sebelumnya, begitu pula
dengan botol yang berisi 500ml. Terapis juga meninstruksikan kepada pasien
untuk melakukan aktivitas tersebut dengan gradasi ketinggian, dimulai dari yang
rendah, sedang kemudian tinggi. Aktivitas ini dilakukan dengan fleksi elbow,
fleksi shoulder, dan horizontal adduksi shoulder. Terapis harus memperhatikan
prosedur dan safety precautions pasien ketika melakukan aktivitas ini.
Purposeful

Pasien diintruksikan untuk melakukan aktivitas menyisir dengan menggunakan


media yang sesungguhnya yaitu sisir.

Occupational

Pasien mampu melakukan aktivitas menyisir secara mandiri


DOKUMENTASI

Lingkup gerak sendi pada aktivitas makan

Adjunctive

Enabling
Purposeful
DAFTAR PUSTAKA

Clarkson, Hazel M.Musculoskeletal Assessment: Joint Range of Motion and


Manual Muscle Strength, 2th edition. University of Alberta: Canada.2000

Bab II Tinjauan Pustaka Fraktur Klavikula. Universitas Sumatera Utara.


Diakses melalui:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/47960/3/Chapter%2520II.pdf

Said, Kiki. Fraktur Clavicula. Diakses melalui:


http://www.academia.edu/9436160/FRAKTUR_CLAVICULA

Tulang Selangka. Diakses melalui:


http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tulang_Selangka
LAPORAN HASIL DISKUSI
MATA KULIAH OKUPASI TERAPI PADA ORTOPEDI

FRAKTUR KLAVIKULA

Disusun Oleh:

1. Arya Ramadhan Martana (P 27228015 070)

2. Dyah Ayu Permata Putri (P 27228015 079)

3. Fatihatul Kamilah (P 27228015 081)

4. Firdha Nuzulul Sholayta R (P 27228015 083)

5. Rosilia Usfatul Laszima (P 27228015 109)

6. Nilam Khoirunnisa (P 27228014 0)

Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Menyelesaikan

Mata Kuliah Okupasi Terapi Pada Ortopedi

PROGRAM STUDI DIV OKUPASI TERAPI

JURUSAN OKUPASI TERAPI

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SURAKARTA


TAHUN 2015/ 2016

Вам также может понравиться