Вы находитесь на странице: 1из 15

MANAJEMEN

A. MANAJEMEN SECARA UMUM

1. Prinsip Dasar Manajemen:


Kata Manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum
memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal. Mary Parker
Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan
pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer
bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses


perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.
Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,
sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Manajemen sering didefinisikan sebagai pencapaian tujuan melalui


kerja sama dengan orang lain. Kedengarannya memang terlalu sederhana,
akan tetapi memberi kita gambaran tentang beberapa hal mendasar.
Yang pertama berkaitan dengan pencapaian tujuan. Manajemen selalu
berkaitan dengan sebuah usaha untuk mencapai tujuan tertentu dan
bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di dalam perusahaan.
Banyak orang memiliki jabatan manajer, akan tetapi dalam kenyataannya
mereka hanya menjalankan kedudukan dan bukan mengarahkan sesuatu
ke arah pencapaian tujuan yang tertentu.

Pokok yang kedua adalah berkaitan dengan aspek melalui orang lain.
Sebagai sebuah aktivitas, manajemen selalu menyangkut orang-orang
lain, yakni bawahan-bawahan; dan pada usaha untuk mengarahkan atau
mengkoordinasi kerja dari orang-orang tersebut. Meskipun setiap
manajer memang memiliki tugas-tugas khusus yang hanya bisa dilakukan
olehnya, peran seorang manajer lebih didasarkan pada kenyataan
bagaimana dia mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas
bawahannya. Dalam arti ini, seorang manajer seharusnya lebih
mementingkan pencapaian hasil dari para bawahannya daripada
prestasinya sendiri. Sebab pencapaian hasil bersama itulah yang
menentukan keberhasilan dari organisasi secara keseluruhan.

2. Manajemen sebagai sebuah profesi


Sebagai sebuah profesi, manajemen memiliki beberapa karakteristik
sebagai berikut:
a. Merupakan sebuah spesialisasi yang memiliki prinsip-prinsip,
ketrampilan dan teknik-teknik analisis tertentu,
b. Memiliki aturan main dan kode etik tertentu.
c. Bersifat universal. Manajer-manajer yang sudah terlatih baik bisa
dengan mudah dipindahkan dari industri yang satu ke industri yang lain.
Meskipun untuk ini ada catatan, yakni: Untuk jenis pekerjaan yang
membutuhkan pengetahuan teknis tertentu yang semula tidak dimiliki
oleh seorang manajer, sebuah proses transfer belum bisa dijamin
berhasil sebelum ketrampilan teknis tersebut bisa dipelajari lebih
dahulu. Misalnya, seorang bekas jendral angkatan darat sudah pensiun
dan diserahi posisi sebagai presiden direktur sebuah pabrik. Sebelum
dia mengambil posisi tersebut dia berkeliling selama setahun ke
fasilitas-fasilitas pabrik itu dan belajar tentang proses-proses teknis
bisnis pabrik tersebut. Setelah itu barulah pengalaman dan ketrampilan
manajerial yang dimilikinya di angkatan darat bisa lebih efektiv.

3. Tanggung jawab manajemen:


Manajemen di dunia usaha, baik for profit maupun sosial, setidak-
tidaknya bertanggung jawab pada empat kelompok: para pemegang
saham atau Yayasan pendiri, karyawan / pekerja, pelanggan, dan
masyarakat umum. Kepada para pemegang saham, manajemen
bertanggung jawab untuk melindungi modal yang ditanamkan dan
mengusahakan hasil yang lebih dari penanaman modal tersebut.
Manajemen tidak hanya bertanggung jawab untuk hasil jangka pendek
tetapi juga hasil jangka panjang. Kepada karyawan atau pekerja
manajemen memiliki berbagai jenis tanggung jawab.
Manajemen harus berusaha untuk menyediakan pekerjaan yang
tetap dengan upah yang memadai; menjaga kondisi dan keselamatan
kerja yang baik; dan rasa aman secara ekonomis setelah masa
pensiun. Kepada pelanggan manajemen harus menyediakan produk
berkualitas dengan harga yang bersaing dan menyediakan pelayanan
perbaikan atau perawatan yang memadai. Kepada masyarakat umum,
manajemen bertanggung jawab untuk selalu menjadi anggota masyarakat
yang baik. Ini berarti ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan, menjaga lingkungan dari pencemaran, dsb.

4. Fungsi – fungsi Manajemen:


Secara umum fungsi-fungsi yang dijalankan manajemen adalah
merencanakan (planning),mengorganisasi (organizing), menempatkan
orang (staffing), mengarahkan (directing) dan mengontrol (controlling).
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah menentukan apa yang harus dikerjakan dan
bagaimana mengerjakannya. Ini berarti menyangkut pengambilan
keputusan berhadapan dengan pilihan-pilihan. Seorang manajer harus
memahami dan bisa menangkap peluang-peluang yang datang, dan
memiliki pula kemampuan untuk menciptakan peluang-peluang. Dia harus
mampu membuat analisa atas peluang-peluang tersebut dan mengambil
keputusan untuk memilih yang terbaik sesuai dengan kondisi dan
keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Keputusan-keputusan misalnya
harus diambil untuk menentukan rantai produk mana yang akan
ditawarkan dengan diskon, harga-harga mana harus dirubah, metode
produksi yang digunakan, gaji atau upah yang harus dibayar atau riset
dan penelitian yang harus diadakan, dsb.
Ada dua jenis perencanaan: jangka panjang dan jangka pendek.
Perencanaan jangka panjang tentu saja harus bertitik tolak dari tujuan
jangka panjang dari perusahaan yang bersangkutan dan langkah-langkah
yang harus diambil. Misalnya, untuk mendapatkan posisi di pasar
tertentu barangkali perlu memperkenalkan satu produk tertentu tahun
ini, dan produk yang lain tahun depan, dan membangun pabrik baru di
tahun ketiga, dst. Dalam perencanaan jangka pendek, manajer itu harus
menterjemahkan secara tepat langkah-langkah yang perlu diambil untuk
mengembangkan dan memperkenalkan produk baru tersebut. Untuk
perencaaan jangka lebih pendek lagi, dia harus mulai memesan material
tertentu dan mempersiapkan pekerja. Semakin pendek jangka
perencanaan, semakin harus spesifik perencanaan tersebut.
b. Mengorganisasi (Organizing)
Fungsi ini berkaitan dengan usaha untuk menetapkan jenis-jenis kegiatan
yang dituntut untuk mencapai suatu tujuan tertentu, mengelompokkan
kegiatan-kegiatan tersebut berdasarkan jenisnya supaya lebih mudah
ditangani oleh bawahan. Fungsi ini mengandaikan bahwa seorang manajer
bisa mendelegasikan otoritasnya kepada bawahannya dan bawahannya
bisa memahami tanggung jawabnya masing-masing.
Struktur organisasi bisa bermacam-macam dan tidak boleh dilihat
sebagai tujuan pada dirinya sendiri. Struktur organisasi barulah efektiv
kalau bisa mempermudah perusahaan mencapai tujuan utamanya, bukan
hanya karena terlihat “teratur” dan “manis”.
c. Penempatan Orang (Staffing)
Fungsi ini menyangkut usaha untuk mengembangkan dan menempatkan
orang-orang yang tepat di dalam berbagai jenis pekerjaan yang sudah
didisain lebih awal dalam organisasi. Lebih jauh lagi fungsi ini meliputi
hal-hal seperti pengembangan sumber daya manusia, proses penilaian dan
promosi, pelatihan. Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah
mengidentifikasi orang-orang di dalam organisasi yang berpotensial
untuk dikembangkan sebagai manajer. Good managers develop managers.
d. Mengarahkan (Directing)
Fungsi ini biasa juga disebut supervisi. Ini menyangkut pembinaan
motivasi dan pemberian bimbingan kepada bawahan untuk mencapai
tujuan utama. Secara umum bisa dikatakan bahwa pekerja-pekerja akan
berprestasi lebih baik pada pekerjaan di mana mereka persis tahu apa
yang diharapkan dari mereka. Lebih jauh lagi, para pekerja tersebut
akan lebih menghargai pekerjaannya kalau mereka bisa melihat
bagaimana kaitan perkerjaan mereka dengan gambar keseluruhan dari
organisasi. Mengerjakan sesuatu hanya karena atasan menyuruh
demikian biasanya tidak bisa menghasilkan secara maksimal.
Salah satu aspek penting dari fungsi ini adalah fungsi koordinasi, yang
berarti penciptaan suatu harmoni dari individu-individu yang berkerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Kemampuan komunikasi
menjadi kunci keberhasilan fungsi ini.
e. Mengontrol (Controlling)
Fungsi ini dijalankan untuk menjamin bahwa perencaan bisa diwujudkan
secara pasti. Ada banyak alat-alat analisa untuk suatu proses kontrol
yang efektiv. Proses kontrol pada dasarnya selalu memuat unsur:
perencanaan yang diterapkan, analisa atas deviasi atau penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi, dan menentukan langkah-langkah yang perlu
untuk mengoreksi.

B. MANAJEMEN KONSTRUKSI
Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang
terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya
untuk mencapai suatu hasil dalam bentunk bangunan atau infrastruktur.
Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang termasuk di
dalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang melibatkan
disiplin lain seperti teknik industri, teknik mesin, elektro dan
sebagainya.
Manajemen proyek konstruksi adalah proses penerapan fungsi-
fungsi manajemen (perencanaan, pelaksanaan dan penerapan) secara
sistimatis pada suatu proyek dengan menggunkan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien agar tercapai tujuan proyek secara optimal.
Manajemen Konstruksi meliputi mutu fisik konstruksi, biaya dan waktu.
manajemen material dan manjemen tenaga kerja yang akan lebih
ditekankan. Hal itu dikarenakan manajemen perencanaan berperan hanya
20% dan sisanya manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya
pengendalian biaya dan waktu proyek.
Manajemen konstruksi memiliki beberapa fungsi antara lain :
1. Sebagai Quality Control untuk menjaga kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan
2. Mengantisipasi terjadinya perubahan kondisi lapangan yang tidak
pasti dan mengatasi kendala terbatasnya waktupelaksanaan
3. Memantau prestasi dan kemajuan proyek yang telah dicapai, hal
itu dilakukan dengan opname (laporan) harian, mingguan dan bulanan
4. Hasil evaluasi dapat dijadikan tindakan pengambilan keputusan
terhadap masalah-masalah yang terjadi di lapangan
5. Fungsi manajerial dari manajemen merupakan sistem informasi
yang baikuntuk menganalisis performa dilapangan

1. Tujuan Manajemen Konstruksi


Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen
atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga
diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (Spesification) untuk
keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu
bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan Dalam rangka
pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan
mutu (Quality Control) ,pengawasan biaya (Cost Control)
dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control).
Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai
tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap - tahap lain sesuai
dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep manajemen
konstruksi dapat diterapkan pada tahap - tahap proyek sebagai berikut
1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.
Pengelolaan proyek dengan sistem manajemen konstruksi, disini
mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan
- masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional
proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari
persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan dan penyerahan
proyek.
2. Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal disain,
pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek
dinyatakan layak (“feasible") mulai dari tahap disain.
3. Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau
keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila
manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan,
apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan
dengan menekankan pemisahan kontrak - kontrak pelaksanaan untuk
kontraktor.

2.3 Pembentuk manajemen proyek sebagai manajemen konstruksi


1. Unsur-unsur manajemen
Komponen-komponen sistem yang berupa unsur atau
subsistem terkait satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian
yang membentuk sistem fungsi dan efektifitas sistem dalam
usaha mencapai tujuannya tergantung dari ketepatan susunan
rangkaian atau struktur terhadap tujuan yang telah ditentukan.
2. Bersifat Dinamis
Sistem (output ).
3. Sistem Terpadu Lebih menunjukan sifat yang dinamis, dengan
prilaku tertentu. Prilaku sistem umumnya dapat diamati pada
caranya mengkonversikan masukkan (input) menjadi hasil Besar
Daripada Jumlah Komponen-komponennya
Bila elemen atau bagian tersebut tersusun atau terorganisir
secara benar, maka akan terjalin satu sistem terpadu yang lebih
besar dari pada jumlah bagiannya.
4. Mempunyai Arti yang Berbeda
Satu sistem yang sama mungkin dipandang atau diartikan berbeda,
tergantung siapa yang mengamatinya dan untuk kepentingan apa.
5. MempunyaiSasaranyangJelas
Salah satu tanda keberadaan sistem adalah adanya tujuan atau
sasaran yang jelas. Umumnya identifikasi tujuan merupakan
langkah awal untuk mengetahui perilaku suatu sistem dan
bagiannya.
6. Mempunyai Keterbatasan
Disebabkan oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar berupa
hambatan dari lingkungan, sedangkan faktor dari dalam adalah
keterbatasan sumber daya.

2. Peranan Manajemen Konstruksi


Peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek konstruksi dapat
dibagi menjadi :
a. Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari
pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator "penghubung"
(interface) antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para
kontraktor. Konsultan manajemen konstruksi dapat mulai dilibatkan
mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian
proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan
ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan
paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
b. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)
Jasa konsultan manajemen konstruksi dapat diberikan oleh pihak
perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa
Manajemen Konstruksi, akan terjadi "konflik-kepentingan" karena
peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh
konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini akan menjadi suatu
kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain kemungkinan melakukan
jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/
KONTRAKTOR.
c. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi
profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan
d. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai
wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan
konstruksi tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu,
biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan
GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para
kontraktor (sub kontraktor).

e. Construction Management Association of America (CMAA)


menyatakan bahwa ada tujuh kategori utama tanggung jawab
seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen,
manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi
kontrak, manajemen keselamatan, dan dan praktek profesional.

Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi


adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk
mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi.
Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap
konstruksi proyek Anda. Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan
semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang
desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan
penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh
pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah
pengawasan yang ketat kami. Menekankan pada independen dari para
profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. netralitas ini
memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan
klien pada pilihan consultans dan kontraktor, yang memungkinkan klien
untuk mendapatkan manfaat maksimal.

2.5 Tahapan siklus proyek konstruksi


Siklus hidup proyek adalah tahap-tahapan yang saling berhubungan
mulai awal kegiatan proyek sampai akhir kegiatan proyek (PMI, 2004).
Mengingat suatu proyek bersifat unik, maka akan selalu
dijumpai masalah ketidak pastian. Dalam pelaksanaan suatu proyek
biasanya dilaksanakan dalam beberapa tahap/phase. Tahap-tahap
pelaksanan proyek dikenal dalam istilah siklus hidup proyek.

Karakteristik Tahapan Suatu Proyek


Tiap-tiap tahapan suatu proyek ditandai dengan penyelesaian
satu atau lebih deliverables. Suatudeliverables bersifat terukur,
misalnya study kelayakan, detail-detail suatu desain atau pekerjaan
suatu prototype. Deliverables. dan karenanya suatu tahapan merupakan
bagian dari urutan-urutan umum dari desain yang logis untuk menjamin
definisi produk atau proyek yang sesuai.
Dapat disimpulkan bahwa tahapan proyek umumnya ditandai dengan
tinjauan ulang (review) terhadap dua kunci utama deliverables dan unjuk
kerja proyek yaitu (a) menentukan kapan proyek dilanjutkan ketahap
berikutnya, dan (b) mendeteksi dan membetulkan kesalahan dalam
analisis biaya secara efektif. Tahap atau tinjauan akhir ini sering
disebut phases exist (tahap pengadaan), stage gates (gerbang
langkah) or kill points (titik berbahaya). Setiap tahap proyek secara
umum meliputi seperangkat rencana definisi deliverables untuk
menetapkan tingkat pengawasan manajemen yang diinginkan. Kebanyakan
tahap-tahap ini berhubungan deliverable tahap pertama, dan tahapan
berikutnya seperti analisis kebutuhan (requirwements), desain (design),
membangun (built), uji coba (test), memulai (startup), penyerahan
(turnover), dan sebagainya.

Siklus dan Proses Sistem dalam Manajemen


Aspek penting dari pendekatan sistem terletak pada siklus sistem
dan prosesnya, yaitu
perubahan teratur yang mengikuti pola dasar tertentu dan terjadi
selama sistem masih aktif.

1. Penahapan Dalam Siklus Sistem


Proses mewujudkan sisrtem untuk keperluan operasi atau produksi
sampai siklus sistem
berhenti berfungsi dikelompokan menjadi beberapa tahap yang
dibedakan atas jenis
kegiatan yang dominan.
a. Siklus Sistem dan Siklus Biaya

Dalam rangka mewujudkan gagasan menjadi kenyataan fisik, maka


perlu penilaian
menyeluruh terhadapsistem yang bersangkutan. Yang dinilai adalah
karakteristik sistem
yang dijabarkan sebagai parameter, spesifikasi,dan kriteria terhadap
biaya yang diperlikan.

Siklus biaya (life cycle cost), mencakup semua biaya yang diperlukan
selama periode siklus sistem, yaitu dari penelitian dan pengembangan,
desain engineering, manufaktur dan
kontruksi, sampai pada opersai atau produksi atau utilisasi dan
pemeliharaan.
2.6 KARAKTERISTIK SIKLUS PROYEK
Siklus proyek menyajikan tentang definisi kegiatan proyek dari awal
sampai akhir. Siklus proyek akan menentukan apakah kegiatan study
kelayakan diperlukan sebagai tahap awal proyek atau bagian yang
terpisah dari proyek. Siklus proyek juga menentukan apakah tindakan
transisi pada awal dan akhir proyek, termasuk kegiatan proyek atau
tidak. Dalam hal ini siklus proyek dapat digunakan sebagai penghubung
antara dengan kegiatan operasional untuk membentuk organisasi
proyek.
Siklus Proyek umumnya mendefinisikan:
1. Kegiatan teknis apakah yang akan dikerjakan (misalnya apakah bagian
arsitek termasuk dalam tahap definisi atau bagian dari tahap
pelaksanaan)
2. Kapan deliverable akan dihasilkan pada setiap phase dan bagian
setiap deliverable direview, diferivikasi dan falidasi
3. Siapakan yang akan terlibat dalam setiap tahap proyek
4. Bagaimana melakukan pengawasan dan menyetujui kegiatan tiap tahap.

Siklus proyek dapat bersifat umum dan bersifat detail. Deskripsi siklus
proyek yang tertalalu detail memiliki berbagai bentuk, bagan dan
ceklist untuk menunjukkan struktur dan konsistensi pelaksanaan
proyek. Siklus proyek yang detail sering disebut dengan metodologi
manajemen.

Kebanyakan siklus proyek memiliki sejumlah karakteristik umum yaitu:


1. Penggunaan biaya dan staf /tenaga kerja pada awal rendah dan
bertambah tinggi kearah akhir, dan langsung rendah/turun pada tahap
akhir

Biaya &
Tenaga kerja
tahap tahap tahap
perencanaan pelaksanaan penyelesaian

Mulai Waktu Selesai

Gambar 2.1 Siklus Proyek Secara Umum

2. Kemungkinan kesuksesan pelaksanan proyek rendah, dan


risiko ketidakpastian tinggi pada awal proyek. Kemungkinan kesuksesan
pelaksanaan proyek umumnya akan nampak pada tahap pelaksanaan
proyek selanjutnya.
3 Kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi karakteristik final
produk dan biaya final proyek sangat tinggi pada saat awal dan langsung
menurun/rendah pada setelah proyek berjalan. Konstribusi utama pada
penomena ini adalah perubahan biaya dan koreksi kesalahan umumnya
meningkat saat proyek berlangsung.

C. TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PROYEK KONSTRUKSI


1. Tahap Perencanaan (Planning)
Semua proyek konsruksi biasanya dimulai dari gagasan atau rencana
dan dibangun berdasarkan kebutuhan (need). Pihak yang terlibat adalah
pemilik.
Dalam menyusun suatu perencanaan yang lengkap minimal meliputi :
a. Menentukan tujuan.
Tujuan dimaksudkan sebagai pedoman yang memberikan arah gerak dari
kegiatan yang akan dilakukan.
b. Menentukan sasaran.
Sasaran adalah titik-titik tertentu yang perlu dicapai untuk mewujudkan
suatu tujuan yang lelah ditetapkan sebelumnya.
c. Mengkaji posisi awal terhadap tujuan.
Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan dan posisi maka perlu diadakan
kajian terhadap posisi dan situasi awal terhadap tujuan dan sasaran yang
hendak dicapai
d. Memilih alternatif.
Selalu tersedia beberapa alternatif yang dapat dipergunakan untuk
mewujudkan tujuan dan sasaran. Karenanya memilih alternatif yang
paling sesuai untuk suatu kegiatan yang hendak dilakukan memerlukan
kejelian dan pengkajian perlu dilakukan agar alternatif yang dipilih tidak
merugikan kelak.
e. Menyusun rangkaian langkah untuk mencapai tujuan
Proses ini terdiri dari penetapan langkah terbaik yang mungkin dapat
dilaksanakan setelah memperhatikan berbagai batasan.
Tahapan perencanaan di atas merupakan suatu rangkaian proses yang
dilakukan sesuai urutannya. Dari proses tersebut perencanaan disusun
dan selanjutnya dilakukan penjadwalan.
2. Tahap Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Pada tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek
konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan. Kegiatan yang
dilaksanakan :
a. Menyusun rancangan proyek secara kasar dan membuat estimasi
biaya
b. Meramalkan manfaat yang akan diperoleh
c. Menyusun analisis kelayakan proyek
d. Menganalisis dampak lingkungan yang akan terjadi
Pihak yang terlibat adalah konsultan studi kelayakan atau konsultan
manajemen konstruksi (MK)
3. Tahap Penjelasan (Briefing)
Pada tahap ini pemilik proyek menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang
diijinkan sehingga konsultan perencana dapat dengan tepat menafsirkan
keinginan pemilik. Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Menyusun rencana kerja dan menunjuk para perencana dan tenaga
ahli
b. Mempertimbangkan kebutuhan pemakai, keadaan lokasi dan lapangan,
merencanakan rancangan, taksiran biaya, persyaratan mutu.
c. Menyiapkan ruang lingkup kerja, jadwal, serta rencana pelaksanaan
d. Membuat sketsa dengan skala tertentu sehingga dapat
menggambarkan denah dan batas-batas proyek. Pihak yang terlibat
adalah pemilik dan Konsultan Perencana.
4. Tahap Perancangan (Design)
Pada tahap ini adalah melakukan perancangan (design) yang lebih
mendetail sesuai dengan keinginan dari pemilik. Seperti membuat
Gambar rencana, spesifikasi, rencana anggaran biaya (RAB), metoda
pelaksanaan, dan sebagainya. Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Mengembangkan ikthisiar proyek menjadi penyelesaian akhir
b. Memeriksa masalah teknis.
c. Meminta persetujuan akhir dari pemilik proyek
d. Mempersiapkan:
Rancangan terinci, Gambar kerja, spesifikasi dan jadwal, serta daftar
kuantitas
Taksiran biaya akhir.
Pihak yang terlibat adalah konsultan perencana, konsultan manajemen
konstruksi, konsultan rekayasa nilai dan atau konsultan quantitiy
surveyor.
5. Tahap Pengadaan/Pelelangan (Procurement/Tender)
Pada tahap ini bertujuan untuk mendapatkan kontraktor yang akan
mengerjakan proyek konstruksi tersebut, atau bahkan mencari sub
kontraktornya Kegiatan yang dilaksanakan :
a. Prakulaifikasi
b. Dokumen Kontrak
Pihak yang terlibat adalah pemilik, pelaksana jasa konstruksi
(kontraktor), konsultan manajemen konstruksi.
6. Tahap Pelaksanaan (Construction)
Tujuan pada tahap ini adalah mewujudkan bangunan yang
dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan
perencana dalam batasan biaya, waktu yang sudah disepakati, serta
dengan mutu yang telah disyaratkan. Kegiatan yang dilaksanakan adalah
merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua oprasional di
lapangan :
a. Kegiatan perencanaan dan pengendalian adalah:]
Perencanaan dan pengendalian Jadwal waktu pelaksanaan
Organisasi lapangan
Tenaga kerja
Peralatan dan material
b. Kegiatan Koordinasi
Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pembangunan
Mengkoordinasi para sub kontraktor
Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas dan atau Konsultan MK,
kontraktor, Sub Kontraktor, suplier dan instansi terkait.
7. Tahap Pemeliharaan dan Persiapan Penggunaan (Maintenance &
Start Up)
Tujuan pada tahap ini adalah untuk menjamin agar bangunan yang telah
sesuai dengan dokumen kontrak dan semua fasilitas bekerja
sebagaimana mestinya. Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Mempersiapkan data-data pelaksanaan, baik berupa data-data
selama pelaksanaan maupun gambar pelaksanaan (as build drawing)
b. Meneliti bangunan secara cermat dan memperbaiki kerusakan-
kerusakan
c. Mempersiapkan petunjuk oprasional/pelaksanaan serta pedoman
pemeliharaan.
d. Melatih staff untuk melaksanakan pemeliharaan
Pihak yang terlibat adalah Konsultan Pengawas/ MK, pemakai, pemilik.

Вам также может понравиться