Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KAJIAN PUSTAKA
Healy dan Wahlen (1999) membagi motivasi earnings management menjadi tiga, yaitu:
a. Capital Market.
Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analis
keuangan untuk membantu menilai saham dapat menciptakan insentif bagi
manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi harga
saham.
b. Constructing Motivations
Healy dan Wahlen (1999) dalam Qomariyah (2006) membaginya menjadi
dua, yaitu: lending constract dan management compensation constract.
Esensi penjelasan Healy dan Wahlen (1999) sama dengan uraian Scott (2000)
di atas, dimana penjelasan lending constract motivatons sama dengan other
constractual motivations dan management compensations, constract
motivationssama dengan bonus scheme motivations.
c. Regulatory Motivations
Terdapat tiga bentuk dalam motivasi ini, yaitu:
i. Industry Regulations Motivations
Industri-industri diatur dengan derajat pengaturan berbeda di masing-
masing industri, beberapa diantaranya seperti industri perbankan dan
asuransi menghadapi pemantauan yang lebih ketat oleh pihak
regulator termasuk data-data akuntansi. Peraturan perbankan
mengharuskan bank mencapai Cumulative Abnormal Return (CAR)
tertentu, sedangkan peraturan asuransi menghasilkan perusahaan
asuransi memenuhi syarat-syarat kesehatan keuangan minimum.
Peraturan seperti ini menciptakan insentif bagi manajemen untuk
mengatur laporan keuangan dan neraca sesuai dengan kepentingan
pihak regulator.
ii. Anti-trust and Other Regulations
Perusahaan yang berbeda di dalam penyelidikan pelanggaran anti-
trust atau menghadapi konsekuensi politik yang tidak menguntungkan
memiliki insentif untuk mengatur labanya agar tampak kurang
menguntungkan. Manajemen yang memiliki subsidi dan proteksi
pemerintah juga memilki insentif yang sama.
iii. Tax Planning Purposes
Healy dan Wahlen (1999) tidak menjelaskan bagian ini, karena
menurutnya earnings management untuk tujuan perencanaan pajak
merupakan bagian tugas (dominant) otorisasi pajak yang memiliki
insentif yang sama.
2.1.3 PROFITABILITAS
2.1.3.1 PENGERTIAN PROFITABILITAS
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba
(keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh
Husnan (2001) bahwa Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu.
Sedangkan Menurut Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen
perusahaan. Prolitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan
laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Shapiro (1991:731) “Profitability ratios measure managements objectiveness as
indicated by return on sales, assets and owners equity.” Profitabilitas suatu perusahaan
akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan. Kemampuan
peurusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan
itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan
badan usaha tersebut. Menurut Brigham (1993:79) “Profitability is the net result of a
large number of policies and decision. The ratio examined thus far reveal some
interesting thing about the wry the firm operates, but the profitability ratio show the
combined objects of liquidity, asset management, and debt management on operating
mult.”
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan,
untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Alat analisis yang
dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Ratio profitabilitas mengukur efektifitas
manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang diperoleh dari penjualan dan investasi.
Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan
hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha
tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan demikian
setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin
tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha maka kelangsungan hidup badan usaha
tersebut akan lebih terjamin. Seperti diungkapkan oleh Giulio Battazzi, Angelo Secchi,
and Federico Tamagni (July 2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Productivity,
Profitabilty, and Financial Performance” menyatakan bahwa A comparative analysis of
two crucial dimensions of firms performance: profitability and productivity, and find
independently from the particular sector of activity and from financial conditions, there
seems to be weak market pressure and little behavioral inclination for the more efficient
and more profitable firms to grow faster.”
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan
pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya
perusahaan (Veronica dan Siddharta, 2005). Ukuran perusahaan menggambarkan besar
kecilnya perusahaan. Besar kecilnya usaha tersebut ditinjau dari lapangan usaha yang
dijalanakan. Penentuan skala besar kecilnya perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
total penjualan, total asset, rata-rata tingkat penjualan (Seftianne, 2011).
Laporan keuangan pada hakekatnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan untuk mengkomunikasikan data keuangan kepada pihak yang berkepentingan.
Ada beberapa pengertian laporan keuangan yang telah dikemukakan oleh beberapa orang
antara lain:
Menurut Siegel yang dialih bahasakan oleh Kurdi (1999), menjelaskan bahwa:
“Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan laba rugi, dan laporan
perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat digabungkan dengan laporan pelengkap
untuk melukiskan status keuangan atau kinerja organisasi.”
“Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas
perusahaan tersebut”.
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. laporan keuangan
yang lengkap meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan,
catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan.”
Komponen-komponen Laporan Keuangan terdiri dari:
1. Neraca
Aktiva berwujud,
Aktiva tidak berwujud,
Aktiva keuangan,
Investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas,
Persediaan,
Piutang usaha dan piutang lainnya,
Kas dan setara kas,
Hutang usaha dan hutang lainnya,
Kewajiban yang diestimasi,
Kewajiban berbunga jangka panjang,
Hak minoritas, dan
Modal saham dan pos ekuitas lainnya
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan secara wajar.
Pendapatan,
Rugi laba perusahaan,
Beban pinjaman,
Bagian dari rugi atau laba perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan
menggunakan metode ekuitas,
Beban pajak,
Rugi atau laba dari aktivitas normal perusahaan,
Pos luar biasa,
Hak minoritas,
Rugi atau laba bersih untuk periode berjalan.
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba rugi apabila
diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian
tersebut diperlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar.
Menurut Rudianto (2006), secara umum laporan keuangan disusun dengan beberapa
tujuan, diantaranya yaitu:
Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara ukuran perusahaan dan profitabilitas
terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Agnes Utari Widyaningdyah (2001). Penelitian ini
memiliki variabel independen berupa reputasi auditor, jumlah dewan direksi, leverage,
dan presentase saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO, dan variabel
dependen berupa manajemen laba. Penelitian menggunakan metode analisis berupa
analisis regresi. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu Reputasi auditor, jumlah dewan
direksi, presentase saham yang ditawarkan kepada publik pada saat IPO tidak
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan leverage berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Siregar dan Utama (2008). Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh dari struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek
corporate governance terhadap besaran pengelolaan laba. struktur kepemilikan dibedakan
menjadi kepemilikan institusional dan kepemilikan keluarga, dan praktek corporate
governance diukur menggunakan tiga variabel (kualitas audit, proporsi dewan komisaris
independen, dan keberadaan komite audit. Hasil penelitian ini menunjukkan ukuran
perusahaan dan kepemilikan keluarga mempunyai pengaruh signifikan terhadap besaran
pengelolaan laba. Sedangkan variabel kepemilikan institusional dan ketiga variabel
praktek corporate governance tidak terbukti berpengaruh secara signifikan.
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Handayani dan Rachadi (2009). Penelitian ini
meneliti tentang pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba, dalam penelitian
ini perusahaan dibagi dalam tiga golongan, golongan besar apabila perusahaan memiliki
market value lebih dari 1triliyun rupiah dan lebih kecil dari 1 triliyun rupiah
dikategorikan sedang dan dibawah 100 milyar rupiah dikategorikan kecil. Variabel
kontrol menggunakan pertumbuhan penjualan, capital intencity, satatus akuntan publik
untuk mengukur kualitas audit dan proporsi dewan komisaris independen. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa perusahaan besar dan sedang tidak lebih agresif dalam
melakukan praktik manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dalam periode waktu yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan periode waktu 2015 sampai dengan 2017.
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal variable independen
yang digunakan, yaitu:
Semakin besar ukuran perusahaan, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan investasi dalam perusahaan tersebut
semakin banyak. Veronica dan Utama (2006) serta Guna dan Herawaty (2010)
menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk
melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan perusahan yang lebih kecil karena
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Hasil serupa juga dibuktikan oleh
Jao dan Pagulung (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif ukuran
perusahaan terhadap nilai discretionary accrual. Sehingga, diduga bahwa ukuran
perusahaan mempengaruhi besaran pengelolaan laba perusahaan, dimana semakin besar
perusahaan maka semakin kecil pengelolaan labanya. Berdasarkan hal tersebut maka
hipotesis yang diajukan penelitian adalah sebagai berikut:
UKURAN PERUSAHAAN
X1 H1 (-)
MANAJEMEN LABA
Y
PROFITABILITAS
H2 (+)
X2