Вы находитесь на странице: 1из 10

PENGARUH PENDEKATAN ILMIAH TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PESERTA DIDIK


SMA NEGERI 1 WATANSOPPENG

The Influence of Scientific Approach on Science Process Skills and Critical Thinking Abilities
of the Students at SMAN 1 Watansoppeng

Andi Suliana (1), Muhammad Arsyad (2) dan Muris (3)


(2) dan (3) Dosen Fisika PPs UNM Makassar
Program Studi Pendidikan Fisika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
Kampus Gunungsari Baru, Jl. Bontolangkasa, Makassar, 90222
*)e-mail : andi.suliana@gmail.com

Abstract. The research is Quasi Experiment research which employs posttest-only control group design.
The research aims to discover: (1) the extent of science process skills of the students who were taught
through scientific approach, (2) the extent of science process skills of the students who were taught
conventionally, (3) the extent of critical thinking abilities of the students who were taught through
scientific approach, (4) the extent of critical thinking abilities of the students who were taught
conventionally, (5) whether there is significant difference of science process skills between the students
who were taught conventionally. The populations of the research were the students of class XI at SMAN 1
Watansoppeng of academic year 2016/2017 who were chosen by using purposive sampling. The data of
the result of the research were processed descriptively and inferentially. The analysis showed that science
process skills and critical thinking abilities between taught using scientific approach and taught using
conventionally are different significantly at the real level α = 0.05. Descriptively, seen the average score
of science process skills and critical thinking abilities of group that taught using scientific approach is
higher than taught using conventionally, it can be concluded that there is significant difference between
science process skills and critical thinking abilities of the students who were taught by using scientific
approach and conventionally of class XI students at SMAN 1 Watansoppeng of academic year 2016/2017.

Keywords: scientific approach, science process skills, critical thinking abilities

Abstrak. Jenis penelitian adalah penelitian Quasi eksperiment dengan rancangan posttest-only control
group design, yang bertujuan untuk mengetahui: (1) seberapa besar keterampilan proses sains yang diajar
melalui pendekatan ilmiah. (2) seberapa besar keterampilan proses sains yang diajar secara konvensional,
(3) seberapa besar kemampuan berpikir kritis yang diajar melalui pendekatan ilmiah, (4) seberapa besar
kemampuan berpikir kritis yang diajar secara konvensional, (5) adanya perbedaan keterampilan proses
sains yang signifikan antara yang diajar dengan pendekatan ilmiah dan yang diajar secara konvensional,
dan (6) adanya perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara yang diajar dengan
pendekatan ilmiah dan yang diajar secara konvensional. Populasi penelitian adalah peserta didik kelas XI
SMA Negeri 1 Watansoppeng tahun ajaran 2016/2017 dengan purposive sampling. Data hasil penelitian
diolah secara deskriptif dan inferensial. Hasil analisis menunjukkan bahwa keterampilan proses sains dan
kemampuan berpikir kritis antara yang diajar melalui pendekatan ilmiah dan yang diajar secara
konvensional berbeda secara signifikan pada taraf nyata α = 0,05. Secara deskriptif terlihat rata-rata skor
keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis kelompok yang diajar melalui pendekatan ilmiah
lebih tinggi dibandingkan yang diajar secara konvensional sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis pada peserta
didik antara yang diajar menggunakan pendekatan ilmiah dan secara konvensional pada peserta didik
kelas XI SMA Negeri 1 Watansoppeng tahun ajaran 2016/2017.

Kata Kunci: pendekatan ilmiah, keterampilan proses sains, kemampuan berpikir kritis.
PENDAHULUAN pembelajaran fisika. Menurut Johnson (2002)
Berpikir kritis adalah hobi berpikir yang bisa
Pendidikan merupakan hal yang sangat
dikembangkan oleh setiap orang, maka hobi ini
penting bagi kehidupan manusia. Dengan
harus diajarkan di SMA.
pendidikan, manusia dapat memperoleh
berbagai pengetahuan dan mengembangkan Bahar (1992) menyatakan bahwa
kemampuan yang dimilikinya. Kementrian keterampilan proses sains dalam pembelajaran
Pendidikan dan Kebudayaan (2014) dapat memberi kesempatan lebih banyak pada
menyatakan bahwa IPA sebagai bagian dari peserta didik untuk berperan aktif dalam
pendidikan yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah yang dihadapkan pada
mencari tahu tentang alam secara sistematis, mereka. Keterampilan proses sains merupakan
sehingga IPA tidak hanya menekankan pada salah satu pendekatan mengajar yang dapat
kumpulan pengetahuan (aspek kognitif) berupa melatih peserta didik dalam proses berpikir.
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga menekankan pada proses Berpikir kritis tidak hanya sekedar

penemuan. menerima informasi dari pihak lain, tapi juga


melakukan pencarian, dan bila diperlukan akan
Fisika sebagai suatu disiplin ilmu yang menangguhkan keputusan sampai yakin bahwa
hakikatnya merupakan pengetahuan berdasarkan informasi itu sesuai dengan penalaran dan
fakta, hasil pemikiran para ahli dan hasil-hasil didukung oleh bukti atau informasi. Orang yang
eksperimen yang dilakukan para ahli. Selanjutnya memiliki kemampuan berpikir kritis, akan
perkembangan fisika ditunjukkan oleh produk mampu mengevaluasi, membedakan dan
ilmiah berupa fakta, teori, konsep dan menentukan apakah suatu informasi benar atau
generalisasi. Seiring dengan itu berkembang juga salah.
metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Penyebab kegagalan peserta didik
Keterampilan proses sains dan diantaranya adalah pendekatan yang digunakan,
keterampilan berpikir kritis peserta didik sarana tidak memadai, lingkungan tidak kondusif,
merupakan dua aspek dari beberapa aspek yang kurikulum yang sarat dengan materi, dan proses
harus dilatih dan dikembangkan oleh peserta pembelajaran tidak menarik. Kurikulum
didik sehingga nantinya dapat dijadikan peserta pendidikan di sekolah sering menjadi kendala
didik untuk menyelesaikan atau memecahkan para pendidik untuk mengembangkan
persoalan-persoalan yang didapatkan pada
pendekatan pembelajaran yang sesuai. Pendidik pada akhirnya anggota kelompok lainnya tidak
lebih cenderung menekankan bagaimana untuk ikut terlibat langsung sehingga peserta didik tidak
menyelesaikan beban kurikulum tepat waktu terbiasa dengan merumuskan masalah. Kondisi
daripada menerapkan pendekatan pembelajaran tersebut bisa saja disebabkan oleh beberapa hal,
inovatif yang banyak menyita waktu dan tenaga diantaranya yakni: 1) peserta didik tidak
sehingga pencapaian hasil tidak optimal. memperhatikan penjelasan pendidik karena
Pembelajaran secara konvensional dianggap mengenal fisika sebagai pelajaran yang
dapat menyelesaikan dan memecahkan menakutkan karena menuntut hafalan rumus-
problemmatika beban kurikulum. rumus, dan 2) peserta didik tidak merasa
cocok dengan metode mengajar yang digunakan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
pendidik.
terhadap pendidik fisika SMAN 1
Watansoppeng terdapat beberapa permasalahan Berdasarkan permasalahan di atas, maka
yang dihadapi dalam proses pembelajaran, pendidik dituntut untuk mengubah pendekatan
diantaranya yaitu kurangnya keaktifan peserta pembelajaran di kelas inovatif, sehingga proses
didik dalam proses pembelajaran. Jika pendidik pembelajaran tidak hanya berpusat pada
menanyakan harga tekanan hidrostatis, untuk pendidik tetapi peserta didik ikut berperan aktif
kedalaman h = 5 meter. Dimana percepatan dalam proses pembelajaran. Menurut Jerome
2
gravitasi (g = 10 m/s ) dan massa jenis air ( = Bruner dikutip oleh Dahar (1996)
1000 kg/m3) maka peserta didik masih mampu mengemukakan bahwa “agar peserta didik
mengungkapkan malahan berlomba-lomba hendaknya belajar melalui berpartisipasi secara
untuk mengerjakan di papan tulis tetapi jika aktif untuk memperoleh pengalaman dalam
pertanyaan itu sudah berada pada jenjang yang menemukan prinsip-prinsip”
lebih tinggi, misalnya  itu merupakan
Salah satu pendekatan pembelajaran
karakteristik benda bagaimana pengaruh
yang bersifat menuntut keaktifan dan mampu
temperatur terhadap , maka peserta didik
menkostruksi pengetahuan keterampilan proses
pada umumnya tidak berani menjawab, hanya
sains dan kemampuan berpikir kritis peserta
satu atau dua peserta didik, bahkan jika ada
didik yaitu pendekatan ilmiah. Pendekatan
kendala dalam pelajaran peserta didik tidak
ilmiah dapat dijadikan sebagai jembatan untuk
berani bertanya. Pengerjaan LKPD hanya
perkembangan dan pengembangan sikap,
dikerjakan dan dilaporkan oleh satu orang saja
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.
Pembelajaran melalui pendekatan ilmiah adalah didik. Pembelajaran menggunakan pendekatan
proses pembelajaran yang dirancang sedemikian ilmiah akan mendorong peserta didik untuk lebih
rupa agar peserta didik secara aktif aktif dalam memperoleh pengetahuan serta
mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk Dengan demikian dapat meningkatkan
mengidentifikasi atau menemukan masalah), keterampilan proses peserta didik sehingga
merumuskan masalah, mengajukan atau berpengaruh terhadap kemampuan berpikir
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data peserta didik. Berdasarkan alasan tersebut,
dengan berbagai teknik, menganalisis data, peneliti mengangkat penelitian dengan judul
menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan “Pengaruh Pendekatan Ilmiah terhadap
konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan
Berpikir Kritis pada Peserta Didik SMA Negeri
Tujuan pembelajaran dengan
1 Watansoppeng”.
pendekatan ilmiah didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut: (1) meningkatkan METODE PENELITIAN
kemampuan intelek, khususnya kemampuan Jenis penelitian ini adalah penelitian
berpikir tingkat tinggi, (2) membentuk quasi eksperiment. Quasi eksperiment
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan melibatkan penempatan (tetapi bukan
suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya penempatan random). Penelitian ini dilakukan
kondisi pembelajaran dimana peserta didik untuk menganalisis seberapa besar keterampilan
merasa bahwa belajar itu merupakan suatu proses sains dan kemampuab berpikir kritis
kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang peserta didik dengan menggunakan pendekatan
tinggi, (5) melatih peserta didik dalam ilmiah. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI
mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam IPA SMA Negeri 1 Watansoppeng.
menulis artikel ilmiah, dan (6) mengembangkan Adapun desain penelitian yang
karakter peserta didik (Hosnan, 2014: 36) . digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian


Berdasarkan uraian di atas, Memilih
Tidak ada
pembelajaran fisika dengan menggunakan Kelompok Pasca-tes
perlakuan
Kontrol
pendekatan ilmiah mempunyai peranan penting Memilih
Perlakuan
dalam mengembangkan keterampilan proses Kelompok Pasca-tes
eksperimental
Eksperimen
sains dan kemampuan berpikir kritis peserta Sumber: Creswell, J. (2015 : 606)
Populasi dalam penelitian ini adalah maupun secara konvensional.
seluruh peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 1
Deskripsi Keterampilan Proses Sains
Watansoppeng Tahun Ajaran 2016/2017 yang
Untuk hasil analisis deskriptif terhadap
terdiri dari 6 kelas. Jumlah peserta didik pada
keterampilan proses sains peserta didik pada
kelas XI IPA adalah 192. Sampel dalam
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
penelitian ini adalah 1 kelas eksperimen (XI IPA
pada Tabel 4.2
3) dan 1 kelas kontrol (XI IPA 1) dari 6 kelas XI
IPA SMA Negeri 1 Watansoppeng yang masing- Tabel 4.2 Rekapitulasi Skor Keterampilan
masing kelas terdiri dari 33 peserta didik yang Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol.
Skor
diperoleh melalui purposive sampling dengan Kelas Kelas
Keterampilan
Eksperimen Kontrol
pertimbangan bahwa penempatan kelas peserta Proses Sains
Rata-rata 19,40 16,40
didik tidak berdasarkan rangking dan pencapaian
Varians 6,77 8,00
hasil belajar serta diajar oleh pendidik yang
Standar Deviasi 2,60 2,82
sama. Skor Tertinggi 24,00 22,00

Skor Terendah 13,00 11,00


Instrumen penelitian yang digunakan
Rentang 11,00 11,00
yaitu tes keterampilan proses sains berupa soal
Sumber : Data Primer Terolah (2017)
pilihan ganda dan tes kemampuan berpikir kritis
berupa soal pilihan ganda yang akan divalidasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

ahli oleh dua pakar dan diuji cobakan terlebih berdasarkan analisis deskriptif skor keterampilan

dahulu di kelas pada populasi di luar sampel. proses sains diketahui standar deviasi skor

Data yang telah diperoleh dianalisis dengan keterampilan proses sains pada kelas kontrol

menggunakan teknik analisis statistik, yaitu lebih besar dibandingkan pada kelas eksperimen.

statistik deskriptif dan statistik inferensial untuk Hal ini menunjukkan bahwa skor keterampilan

pengujian hipotesis. proses sains yang diperoleh pada kelas


eksperimen lebih mendekati skor rata-rata
HASIL DAN PEMBAHASAN (mean) kelas. Selain itu, standar deviasi yang
Statistik deskriptif digunakan untuk relatif kecil ini juga menunjukkan bahwa kelas
mendeskripsikan tingkat hasil keterampilan eksperimen cenderung dapat menggambarkan
proses sains dan kemampuan berpikir kritis rata-rata populasi dan sekumpulan skor
yang diperoleh peserta didik setelah diajar keterampilan proses sains kelas eksperimen
dengan menggunakan pendekatan ilmiah maupun skor individual dari kelas tersebut dapat
menggambarkan keseluruhan skor populasi tidak terdapat peserta didik yang memiliki skor
dibandingkan dengan kelas kontrol. sangat tinggi.
Adapun hasil yang diperoleh
Interval kategori skor keterampilan
berdasarkan tingkat kategori skor keterampilan
proses sains peserta didik pada kelas
proses sains pada kelas eksperimen dan kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilhat pada
kontrol dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Gambar 4.1.
Tabel 4.3 Kategori Skor Keterampilan Proses 80 75.76
Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol. 70
60.61
60

50
36.36
40

30

20 12.12 12.12
10 3.03
0.00 0.00 0.00 0.00
0
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

Sumber : Data Primer Terolah (2017) Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa Gambar 4.1 Grafik Persentase Skor
Keterampilan Proses Sains Peserta didik Kelas
untuk keterampilan proses sains pada kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
eksperimen tidak terdapat peserta didik yang
Secara umum dari Gambar 1.1 tampak
memiliki skor pada kategori sangat rendah dan
bahwa untuk kategori rendah dan sedang
rendah, 4 peserta didik (12,12%) yang memiliki
persentase peserta didik pada kelas
skor pada kategori sedang, 25 peserta didik
eksperimen lebih kecil dibandingkan pada
(75,75%) yang memiliki skor pada kategori
kelas kontrol. Sementara untuk kategori tinggi
tinggi, dan terdapat 4 peserta didik (12,12%)
dan sangat tinggi persentase peserta didik pada
yang memiliki skor pada kategori sangat tinggi.
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan
Sedangkan untuk keterampilan proses sains
pada kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
pada kelas kontrol tidak terdapat peserta didik
rerata skor keterampilan proses sains kelas
yang memiliki skor pada kategori sangat
eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
rendah, 1 peserta didik (3,03), 12 peserta didik
kontrol.
(36,36%) yang memiliki skor pada kategori
Adapun perbandingan persentase
sedang, 20 peserta didik (60,61%) yang
peserta didik yang menjawab benar pada kelas
memiliki skor pada kategori tinggi. Namun
eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap
indikator keterampilan proses sains dapat dilihat bahwa pendekatan yang digunakan di kelas
pada Gambar 4.2. eksperimen (pendekatan ilmiah) dapat melatih
keterampilan proses sains peserta didik lebih baik
90
80
dibandingkan model yang digunakan pada kelas
70
60
50
kontrol (model pembelajaran langsung).
40
Persentase (%)

30
20 Adapun dari ke-tujuh indikator tersebut,
10
0
Merumus Merumus Menarik
indikator klasifikasi memiliki rentang yang
Identifikas Mempredi Klasifikas
kan kan Mengukur Kesimpul
i Variabel ksi i

Kelas Eksperimen
Masalah Hipotesis
71.21 68.18 75.76 78.03 66.67 69.7
an
78.79
paling kecil dan indikator menarik kesimpulan
Kelas Kontrol 62.12 64.39 66.67 56.36 56.82 56.57 60.00
memiliki rentang yang paling besar. Perbedaan
Gambar 4.2 Grafik Persentase Skor tiap tersebut salah satunya disebabkan oleh
Indikator Keterampilan Proses Sains pada
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada

Secara umum dari Gambar 1.2 tampak kedua kelas tersebut. Kelas eksperimen

bahwa untuk setiap indikator keterampilan menerapkan pendekatan ilmiah, proses

proses sains (merumuskan masalah, pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa


merumuskan hipotesis, identifikasi variabel, agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
memprediksi, mengklasifikasi, mengukur dan konsep, hukum dan prinsip melalui tahapan-
menarik kesimpulan), persentase peserta didik tahapan. Sedangkan kelas kontrol menerapkan
pada kelas eksperimen lebih tinggi pembelajaran langsung, peserta didik hanya
dibandingkan pada kelas kontrol. Hal ini memerhatikan guru menjelaskan suatu
menunjukkan bahwa pendekatan yang konsep/hukum yang dipelajari.
digunakan di kelas eksperimen (pendekatan
Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis
ilmiah) dapat meningkatkan keterampilan
Hasil analisis deskriptif terhadap
proses sains peserta didik lebih baik
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada
dibandingkan pembelajaran yang digunakan
kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada kelas kontrol.
pada Tabel 4.4.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui


bahwa persentase peserta didik yang menjawab
benar untuk setiap indikator keterampilan proses
sains pada kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan
Tabel 4.4 Rekapitulasi Skor Kemampuan eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas
Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kontrol.
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
Skor
Kelas Kelas
Kemampuan pendekatan yang digunakan di kelas
Eksperimen Kontrol
Berpikir Kritis
Rata-rata 13,84 12,15 eksperimen (pendekatan ilmiah) dapat

Varians 5,77 4,83


meningkatkan kemampuan berpikir kritis
peserta didik lebih baik dibandingkan metode
Standar Deviasi 2,40 2,20
yang digunakan pada kelas kontrol.
Skor Tertinggi 19 18
Untuk persentase skor kemampuan
Skor Terendah 8 7
berpikir kritis peserta didik pada kelas eksperimen
Rentang 11 11
dan kelas kontrol dapat dilhat pada Gambar 4.3.
80
Data hasil penelitian diketahui standar 69.70
70
deviasi skor kemampuan berpikir kritis pada 60 54.55

50
kelas kontrol lebih kecil dibandingkan pada
36.36
40
kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan jika 30
21.21

dibandingkan dengan kelas eksperimen, skor 20


9.09
10 6.06
3.03
0.00 0.00 0.00
kemampuan berpikir kritis yang diperoleh pada 0
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
kelas kontrol lebih mendekati skor rata-rata
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
(mean) kelas. Walaupun demikian, skor
tertinggi dan terendah yang diperoleh pada Gambar 4.3 Grafik Persentase Skor
kemampuan berpikir kritis Peserta didik Kelas
kelas eksperimen masih lebih tinggi Eksperimen dan Kelas Kontrol
dibandingkan skor yang diperoleh pada kelas
Secara umum melihat Gambar 4.3
kontrol.
tampak bahwa untuk kategori sedang persentase
Tinjauan perindikator kemampuan berpikir peserta didik pada kelas eksperimen lebih kecil
kritis yang diteliti antara lain kemampuan dibandingkan pada kelas kontrol. Sementara
memberi alasan, mempertimbangkan alternative, untuk kategori tinggi dan sangat tinggi persentase
berhipotesis, menggeneralisasi dan peserta didik pada kelas eksperimen lebih besar
mengaplikasikan konsep. Berdasarkan hasil dibandingkan pada kelas kontrol. Hal ini
penelitian diketahui bahwa persentase peserta menunjukkan bahwa rerata skor rata-rata
didik yang menjawab benar untuk setiap kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen
indikator kemampuan berpikir kritis pada kelas
lebih tinggi dibandingkan rerata skor rata-rata mengidentifikasi kesimpulan, (2) laporan
pada kelas kontrol. dilakukan oleh pengamat sendiri dan mencatat
hal-hal yang diperlukan (menilai hasil
Adapun perbandingan persentase peserta
penelitian), (3) berhipotesis, (4)
didik yang menjawab benar pada kelas
menggeneralisasi, dan (5) mengaplikasikan
eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap
konsep). Persentase peserta didik pada kelas
indikator kemampuan berpikir kritis dapat dilihat
eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas
pada Gambar 4.4.
kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
80
pendekatan yang digunakan di kelas
70

60 eksperimen (pendekatan ilmiah) dapat


50
Persentase (%)

40
meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta
30
didik khususnya pada pelajaran fisika materi
20

10 fluida lebih baik dibandingkan model yang


0
A1 A2 A3 A4 A5 digunakan pada kelas kontrol (model pengajaran
Kelas Eksperimen 66.67 62.42 58.59 70.91 62.88
Kelas Kontrol 46.67 51.52 52.53 66.67 56.82
langsung).
Gambar 4.4 Grafik Persentase Skor tiap
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis pada KESIMPULAN
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan hasil analisis dan
Keterangan: pembahasan yang diuraikan pada bab
A1 = Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan, sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
mengidentifikasi kesimpulan 1. Keterampilan proses sains peserta didik
A2 = Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri pada kelas XI IPA SMA Negeri 1
dan mencatat hal-hal yang diperlukan Watansoppeng yang diajar dengan
(menilai hasil penelitian) menerapkan pendekatan ilmiah berada
A3 = Berhipotesis pada ketegori tinggi.
A4 = Menggeneralisasi 2. Keterampilan proses sains peserta didik
A5 = Mengaplikasikan Konsep pada kelas XI IPA SMA Negeri 1
Watansoppeng yang diajar secara
Secara umum melihat Gambar 4.4
konvensional berada pada ketegori sedang.
tampak bahwa untuk setiap indikator
3. Kemampuan berpikir kritis peserta didik
kemampuan berpikir kritis (meliputi indikator
pada kelas XI IPA SMA Negeri 1
( 1 ) mengidentifikasi alasan yang dinyatakan,
Watansoppeng yang diajar dengan Educational Management, Egerton
menerapkan pendekatan ilmiah berada University, Njoro, Kenya Vol.3, No.8:
1291-1296.
pada ketegori tinggi.
4. Kemampuan berpikir kritis peserta didik Creswell, J. 2015. Riset Pendidikan,
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi
pada kelas XI IPA SMA Negeri 1 Riset Kualitatif &Kuantitatif. Yogyakarta:
Watansoppeng yang diajar secara Pustaka Pelajar.
konvensional berada pada ketegori sedang. Dahar, R. W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta:
5. Terdapat perbedaan keterampilan proses Erlangga.
sains yang signifikan antara yang diajar Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan
menggunakan pendekatan ilmiah dan yang Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
diajar secara konvensional pada peserta Bogor: Ghalia Indonesia.

didik kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kemendikbud. 2014. Kerangka Dasar dan
Watansoppeng tahun ajaran 2016/2017. Struktur Kurikulum 2013. Jakarta:
Kemendikbud.
6. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis yang signifikan antara yang diajar Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara
menggunakan pendekatan ilmiah dan
yang diajar secara konvensional pada
peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri
1 Watansoppeng tahun ajaran
2016/2017.

DAFTAR PUSTAKA
Bahar, A. 1992. Profil Keterampilan Proses
IPA yang Dimiliki Siswa dalam
Hubungannya dengan Pertanyaan Guru
dalam PBM. Tesis. FBS IKIP
Bandung.

Chebii, R. 2012. Effects of Science Process Skills


Mastery Learning Approach on Students’
Acquisition of Selected Chemistry
Practical Skills in School. Journal of
Department of Curriculum Instruction and

Вам также может понравиться