Вы находитесь на странице: 1из 9

PENDAHULUAN

1. Latar Belakng
Pancaindra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Serabut saaf yang melayaninya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa
(sensory impression) dari organ indra menuju otak, tempat perasaan itu ditafsirkan. Beberapa
kesan rasa timbul dari luar, seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman, dan suara.
Lainnya rimbul dari dalam, antara lain lapar, haus dan asa sakit.

Dalam segala hal serabut saraf-saraf sensorik dilengkapi dengan ujung-akhir-khusus guna
mengumpulkan rangsangan perasaan yang khas itu - tempat organ berhubungan.
Tampaknya, kita seolah-olah mengecap dengan ujung saraf pada lidah, mendengar dengan
saraf dalam telinga, dan seterusnya, tetapi sesungguhnya otaklah yang menilai semua
perasaan itu.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses terjadinya penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, pengecapan
dalam pancaindra kita.
3. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui bangaimana proses terjadinya terjadinya
penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan.

TINJAUAN TEORI
1. Proses Terjadinya Penglihatan
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk dengan 40 unsur
utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki fungsi penting dalam proses melihat
kerusakan atau ketiadaan salah satu fungsi bagiannya saja akan menjadikan mata mustahil
dapat melihat. Lapisan tembus cahaya di bagian depan mata adalah kornea, tepat
dibelakangnya terdapat iris, selain member warna pada mata iris juga dapat merubah
ukurannya secara otomatis sesuai kekuatan cahaya yang masuk, dengan bantuan otot yang
melekat padanya. Misalnya ketika berada di tempat gelap iris akan membesar untuk
memasukkan cahaya sebanyak mungkin. Ketika kekuatan cahaya bertambah, iris akan
mengecil untuk mengurangi cahaya yang masuk ke mata. System pengaturan otomatis yang
berkeja pada mata bekerja sebagaimana berikut.

Ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk dan dikrimkan ke otak, untuk
memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan cahaya. Lalu otak mengirim
balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar iris harus mengerut. Bagian mata
lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah lensa. Lensa bertugas
memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di bagian belakang mata.
Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari berbagai sudut dan jarak
berbeda dapat selalu difokuskan ke retina.Semua system yang telah kami sebutkan tadi
berukuran lebih kecil, tapi jauh lebih unggul daripada peralatan mekanik yang dibuat untuk
meniru desain mata dengan menggunakan teknologi terbaru, bahkan system perekaman
gambar buatan paling modern di dunia ternyata masih terlalu sederhana jika dibandingkan
mata. Jika kita renungkan segala jerih payah dan pemikiran yang dicurahkan untuk membuat
alat perekaman gambar buatan ini kita akan memahami betapa jauh lebih unggulnya
teknologi penciptaan mata.

Jika kita amati bagian-bagian lebih kecil dari sel sebuah mata maka kehebatan penciptaan ini
semakin terungkap. Anggaplah kita sedang melihat mangkuk Kristal yang penuh dengan
buah-buahan, cahaya yang datang dari mangkuk ini ke mata kita menembus kornea dan iris
kemudian difokuskan pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi pada retina, sehinggasel-sel
retina dapat merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang disebut foton mengenai
sel-sel retina. Ketika itu mereka menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino
yang tersusun dalam barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel retina adalah sebuah
molekul bernama 11-cis retinal. Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah
bentuk dan kemudian mendorong perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya
yakni rhodopsin.

Kini rhodopsin berubah menjadi suatu bentuk yang memungkinkannya berikatan dengan
protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam sel namun belum
dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk. Penyatuan ini kemudian
diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua protein yakni rhodopsin dan
transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu tetapi proses sesungguhnya
baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki bentuk sesuai untuk mengikat
satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa ada dalam sel. Setelah berikatan
bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan suatu mekanisme yang akan memulai
serangkaian reaksi kimia dalam sel.

Mekanisme ini menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energy listrik energy ini
merangsang saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina. Dengan demikian bayangan
yang ketika mengenai mata berwujud seperti foton cahaya ini meneruskan perjalanannya
dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi visual objek di luar mata.Agar mata
dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina harus diteruskan dalam pusat
penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf tidak berhubungan langsung satu sama lain ada celah
kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu bagaimana sinyal listrik ini
melanjutkan perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit terjadi energy listrik diubah
menjadi energy kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang dibawa dan dengan cara ini
informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya. Molekul kimia pengangkut ini
yang terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil membawa informasi yang datang
dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain.

Ketika dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan
melanjutkan perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya dengan cara ini sinyal berhasil
mencapai pusat penglihatan pada otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang ada
di pusat memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang
penuh buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena adanya system sempurna
yang terdiri atas ratusan kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan
ini terjadi pada waktu kurang dari 1 detik. http://id.wikipedia.org/wiki/Mata
2. Proses Terjadinya Pendengaran
Proses pendengaran pada telinga manusia dijelaskan sebagai berikut :
1. Sinyal suara memasuki saluran telinga dan variasi tekanan yang dihasilkannya menekan
gendang telinga. Karena sisi bagian dalam dari gendang telinga mempunyai tekanan yang
nilainya dijaga konstan maka gendang telinga akan bergetar.
2. Getaran dari gendang telinga disalurkan pada tiga rangkaian tulang yaitu; martil, incus dan
stapes. Mekanisme ini dirancang untuk mengkopel variasi suara dari udara luar ke telinga
bagian dalam. Karena luas permukaan penampang yang ditekan stapes lebih kecil dari luas
penampang gendang telinga maka tekanan suara yang sampai ke telinga bagaian dalam
bertambah besar.
3. Cairan pada cochlea bergetar dengan frekuensi yang sama dengan gelombang yang datang.
Basilar membrane kemudian memisahkan sinyal berdasarkan frekuensinya. Basilar
membrane berstruktur kuat dan panjang di daerah sekitar oval window namun bersifat lentur
pada bagian ujungnya. Frekuensi resonansi yang dihasilkan membrane tersebut berbeda
sepanjang dimensi basilar membrane. Dimana resonansi frekuensi tinggi terjadi pada bagian
bagian basilar membrane yang berada dekat dengan oval window, sedangkan resonansi
frekuensi rendah terjadi pada daerah ujung lainnya. Syaraf yang berada pada mambran
kemudian mendeteksi posisi terjadinya resonansi yang juga akan menentukan frekuensi suara
yang datang. Ukuran dari basilar membrane rata-rata sekitar 35 mm. Dari ukuran panjang
tersebut dapat dihasilkan 10 resolusi frekuensi, sehingga pada setiap 3.5 mm panjang
membran terdapat 1 oktaf frekuensi resonansi.
Sinyal Suara Ucapan
Sinyal suara ucapan manusia dapat dipandang sebagai sinyal yang berubah lambat terhadap
waktu (slowly time varying signal), jika diamati pada selang waktu yang singkat yaitu 5-100
ms. Pada selang waktu tersebut, katakteristik sinyal suara ucapan dapat dianggap stasioner.
Untuk selang waktu yang lebih panjang (dengan orde 0.2 detik atau lebih), karakteristik
sinyal berubah untuk merefleksikan suara berbeda yang diucapkan.

Klasifikasi berdasarkan sinyal eksitasi


Berdasarkan sinyal eksitasi yang dihasilkan pada proses produksi suara, sinyal suara ucapan
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu silence, unvoiced, dan voiced:

1. Sinyal silence : sinyal pada saat tidak terjadi proses produksi suara ucapan, dan sinyal
yang diterima oleh pendengar dianggap sebagai bising latar belakang.
2. Sinyal unvoiced : terjadi pada saat pita suara tidak bergetar, dimana sinyal eksitasi
berupa sinyal random.
3. Sinyal voiced : terjadi jika pita suara bergetar, yaitu pada saat sinyal eksitasi berupa
sinyal pulsa kuasi-periodik. Selama terjadinya sinyal voiced ini, pita suara bergetar pada
frekuensi fundamental – inilah yang dikenal sebagai pitch dari suara tersebut.

Analisis Sinyal Ucapan

Informasi yang terdapat di dalam sebuah sinyal ucapan dapat dianalisis dengan berbagi cara.
Beberapa peneliti telah membagi beberapa level pendekatan untuk menggambarkan informasi
tersebut, yaitu level akustik, fonetik, fonologi, morfologi, sintatik, dan sematik.
 Level Akustik
Sinyal ucapan merupakan variasi tekanan udara yang dihasilkan oleh sistem artikulasi. Untuk
menganalisa aspek-aspek akustik dari sebuah sinyal ucapan, dapat dilakukan dengan
transformasi dari bentuk sinyal ucapan menjadi sinyal listrik dengan menggunakan tranduser
seperti microphone, telepon, dan sebagainya. Setelah melalui berbagai pengolahan sinyal
digital, maka akan di peroleh informasi yang menunjukkan sifat-sifat akustik dari sinyal
ucapan tersebut yang meliputi: frekuensi fundamental (F0), intensitas, dan distribusi energi
spektral.

 Level Fonetik
Level ini menggambarkan bagaimana suatu sinyal suara diproduksi oleh organ-organ di
dalam tubuh manusia.

 Level Fonologi
Di dalam level ini, dikenal istilah fonem yang merupakan unit terkecil yang membentuk
sebuah kalimat atau ucapan. Deskripsi ini memuat informasi durasi, intensitas, dan pitch dari
fonem-fonem yang membangun kalimat tersebut.
 Level Morfologi
Susunan beberapa fonem akan menghasilkan kata. Morfologi menggambarkan berbagai
bentukan kata yang terdiri atas awalan (prefiks), sisipan (infiks), dan akhiran (sufiks).

 Level Sintatik
Aspek sintatik berfungsi untuk mengatur susunan kata agar membentuk kalimat yang benar.

 Level Semantik
Sebuah kalimat bisa jadi tidak mengandung makna sama sekali sehingga seringkali harus
dibuat aturan dasar dalam menyusun kalimat yang bisa menghasilkan makna tertentu. Tujuan
dari aspek semantik ini adalah untuk meneliti makna kata tertentu di dalam kalimat dan
kaitannya satu sama lain.
Pada penelitian ini untuk level morfologi, sintatik, dan semantik diabaikan karena penelitian
ini hanya menekankan pada analisis karakter suara yang berkaitan dengan parameter-
parameter fisis seperti frekuensi fundamental(F0), durasi fonem dan intensitas suara.

Intonasi Sebagai Aspek Akustik Sinyal Ucapan


Intonasi (prosodi) sebagai aspek akustik sinyal suara sangat membantu di dalam
mengidentifikasi setiap segmen akustik dengan fonem. Setiap fonem dihasilkan terutama oleh
sistem vokal selama artikulasi yang selanjutnya mempengaruhi dinamika spektrum spektral
suara (dalam hal ini formant). Pengucapan suatu kata dapat secara substansial bervariasi di
dalam intonasinya mempengaruhi idetitas kata. Fonem dapat menjadi panjang atau pendek,
keras atau lemah, dan memiliki pola pitch (nada) yang bervariasi.
Fenomena intonasi dapat direpresentasikan ke dalam beberapa level antara lain adalah
sebagai berikut :

1. Level Akustik
Terdiri atas beberapa komponen penting yaitu Frekuensi Fundamental (F0), amplitudo, dan
durasi sinyal.
2. Level Perseptual
Merepresentasikan fenomena intonasi sebagaimana yang didengar oleh pendengarnya.
Beberapa komponennya antara lain pitch (nada), keras atau lemahnya suara, dan panjang atau
pendeknya suara.
3. Level Bahasa (Linguistik)
Merepresentasikan fenomena prosodi ke dalam bentuk simbol atau tanda. Beberapa
komponennya antara lain bunyi (tone), intonasi, dan aspek tekanan.
Menonjolkan suku kata yang mendapat tekanan terhadap suku kata yang lain yang tidak
mendapat tekanan adalah fungsi utama sebuah intonasi (prosodi). Suku kata yang mendapat
tekanan menjadi lebih panjang, lebih intens, dan memiliki pola F0 yang menyebabkan
mereka lebih menonjol dibanding suku kata lainnya.
http://laolhakhaila.blogspot.com/2011/02/biofisika-pendengaran-pada-manusia.html

2. Proses Terjadinya Penciuman


Di dalam rongga hidung terdapat selaput lendir yang mengandung sel- sel pembau. Pada sel-
sel pembau terdapat ujung-ujung saraf pembau atau saraf kranial (nervus alfaktorius), yang
selanjutnya akan bergabung membentuk serabut-serabut saraf pembau untuk menjalin
dengan serabut-serabut otak (bulbus olfaktorius). Zat-zat kimia tertentu
berupa gas atau uap masuk bersama udara inspirasi mencapai reseptor pembau. Zat ini dapat
larut dalam lendir hidung, sehingga terjadi pengikatan zat dengan protein membran pada
dendrit. Kemudian timbul impuls yang menjalar ke akson-akson. Beribu-ribu akson
bergabung menjadi suatu bundel yang disebut saraf I otak (olfaktori). Saraf otak ke I ini
menembus lamina cribosa tulang ethmoid masuk ke rongga hidung kemudian bersinaps
dengan neuron-neuron tractus olfactorius dan impuls dijalarkan ke daerah pembau primer
pada korteks otak untuk diinterpretasikan.
Apabila ada gangguan pada indera pembau, maka kita tidak dapat mengecap dengan
baik. Ketika seseorang menderita sakit pilek, maka makanan terasa hambar rasanya dan kita
tidak dapat mencermati bau dengan baik. Inilah bukti bahwa antara organ pembau dengan
pencium saling bekerja dengan baik. Aroma makanan yang berada di rongga dalam hidung
tidak dapat tercium karena serabut saraf di situ tertutup oleh lendir pilek. Kita merasakan bau
buah apel berbeda dengan jeruk dan pepaya karena adanya organ pembau. http://biologi-
itey.blogspot.com/2010/01/hidung-indera-penciuman.html
3. Proses Terjadinya Pengecapan
Seperti halnya indera yang lain, pengecapan merupakan hasil stimulasi ujung saraf tertentu.
Dalam hal mampu membedakan kelezatan makanan tersebut karena ada stimulasi kimiawi.
Pada manusia, ujung saraf pengecap berlokasi di kuncup-kuncup pengecap pada lidah.
Kuncup-kuncup pengecap mempunyai bentuk seperti labu, terletak pada lidah di bagian
depanhinggakebelakang.

Di dalam satu papila terdapat banyak kuncup pengecap (taste bud) yaitu suatu bangunan
berbentuk bundar yang terdiri dari 2 jenis sel, yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap
sebagai reseptor. Setiap sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang
menonjol keluar taste bud melalui taste pore (lubang). Dengan demikian zat-zat kimia yang
terlarut dalam cairan ludah akan mengadakan kontak dan merangsang sel-sel kemudian
timbul lah impuls yang akan menjalar ke syaraf no VII dan syaraf IX otak untuk diteruskan
ke thalamus dan berakhir di daerah pengecap primer di lobus parietalis untuk kemudian
diinterpretasikan. Makanan yang dikunyah bersama air liur memasuki kuncup pengecap
melalui pori-pori bagian atas. Di dalam makanan akan merangsang ujung saraf yang
mempunyai rambut (Gustatory hair). Dari ujung tersebut pesan akan dibawa ke otak,
kemudian diinterpretasikan dan sebagai hasilnya kita dapat mengecap makanan yang masuk
ke dalam mulut kita.
Banyak sekali jenis makanan dan minuman yang ada di sekitar kita. Rasa makanan dan
minuman itu bermacam-macam, ada yang manis, asin, asam, bahkan ada pula yang pahit.
Kita dapat merasakan rasa manis, asin, asam, dan pahit menggunakan lidah. Rasa yang
dikenal lidah terdiri atas 4 rasa. Berikut merupakan tinjauan sensasi rasa dilihat dari zat-zat
kimia penimbul sensasi rasa.
1. Pahit, ditimbulkan oleh alkaloid tumbuhan. Alkaloid ialah zat-zat organik yang aktif dalam
kegiatan fisiologis yang terdapat dalam tumbuhan. Contohnya ialah kina, cafein, nikotin,
morfin dan lain-lain. Banyak dari zat-zat ini bersifat racun.
2. Asin, ditimbulkan oleh kation Na+, K+ dan Ca+
3.Manis, ditimbulkan oleh gugus OH- dalam molekul organik. Gugus ini terdapat pada gula,
keton dan asam amino tertentu.
4. Asam, ditimbulkan oleh ion H+
Kuncup pengecap untuk masing-masing indra tersebut terletak di daerah yang berbeda-beda
pada lidah kita. Untuk citarasa manis berada di bagian ujung lidah, juga untuk rasa asin.
Kuncup pengecap untuk rasa masam ada di sisi lidah. Sedangkan kuncup pengecap untuk
citarasa pahit berada di bagian belakang lidah. Inilah sebabnya apabila kamu makan makanan
yang mempunyai rasa manis dan pahit sekaligus, maka yang terasa lebih awal adalah rasa
manis barulahkemudian rasa pahit.
http://biologi-itey.blogspot.com/2010/01/lidah-indera-pengecap.html

Вам также может понравиться