Вы находитесь на странице: 1из 9

“Liman Feed” Limbah Tanaman Pangan Pakan Fermentasi Ternak

Ruminansia untuk Meningkatkan Pertumbuhan Daging Sapi Potong

Penulis: Ayuningtyas Widayanti

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk


terbesar ketiga di dunia. Jumlah penduduk Indonesia yang besar ini membuat
persaingan di era globalisasi semakin meningkat pula. Persaingan di era
gloabalisasi yang semakin meningkat (diganti dengan kata ganti saja seperti “Hal
ini”) menyebabkan perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu dilakukan (dihapus saja, kalimat
berikutnya dijadikan satu kalimat dengan kalimat atas) agar sumber daya manusia
bangsa Indonesia mampu bersaing dengan bangsa lain di era globalisasi ini.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan dari
pembangunan nasional untuk menghadapi era globalisasi yang menuntut
tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia mulai dilakukan oleh pemerintah Indonesia melalui beberapa
bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, dan juga perbaikan gizi. Perbaikan gizi
dilakukan dengan meningkatkan sumber gizi yang ada saat ini. Salah satu sumber
gizi yang masih perlu diperbaiki yaitu (lebih baik diganti adalah) protein hewani.
Protein hewani ini merupakan protein yang berasal dari hewan. Salah satu
diantaranya yaitu yang berasal dari daging sapi. Kebutuhana (dihapus) akan
konsumsi daging sapi terus meningkat setiap tahunnya. Kebutuhan akan konsumsi
daging sapi untuk masyarakat Indonesia adalah 1,7kg/kapita/tahun (agar kaliamt
tidak monoton diganti saja dengan “Untuk masyarakat Indonesia sendiri,
kebutuhan konsumsi daging sapi per tahun adalah sebesar 1,7kg/kapita”). Nilai ini
setara dengan 2 juta ekor sapi/tahun. Sampai saat ini, pemerintah Indonesia hanya
mampu memenuhi 70% dari kebutuhan sapi tersebut dan 30% sisanya pemerintah
Indonesia harus mengimpor dari negara lain, contohnya Australia (Noor, 2008).

Jumlah peternakan (tambahkan sapi) di Indonesia setiap tahunnya


mengalami peningkatan. Akan tetapi, hal yang menjadi problematika umum bagi

1
usaha peternakan sapi potong di Indonesia yaitu harga pakan yang semakin tinggi,
ketersediaan bahan pakan ternak yang terbatas, dan juga sistem pemeliharaan
yang masih tradisional. Padahal jumlah permintaan akan konsumsi daging sapi
setiap harinya semakin meningkat dan hal tersebut tidak diimbangi dengan
pengiriman daging sapi yang stabil setiap hari (ditambah “nya” lebih baik) dari
rumah pemotongan hewan. Kesulitan dalam memenuhi kebutuhan daging sapi
dari peternak ini dikarenakan mahalnya harga pakan, kurangnya sosialisasi dalam
proses pemilihan bibit yang sesuai, komposisis pakan yang tidak stabil,
pengontrolan kondisi sapi, kandang sapi yang tidak memenuhi standar, dan
lamanya proses penggemukan.

Pakan merupakan faktor utama penentu tingkat produksi dan


produktivitas ternak. Hambatan utama petani ternak dalam usaha peningkatan
produksi dan populasi ternaknya adalah makin terbatasnya pakan. Selain itu, biaya
pakan menempati 60%-80% dari jumlah total biaya usaha peternakan (Rukmana,
2001: 7). Apabila kebutuhan pakan tidak terpenuhi maka akan berdampak pada
status gizi ternak. Untuk meningkatkan pakan hewan dapat dilakukan proses
fermentasi (lebih baik menggunakan kata seperti ini “Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan produksi pakan hewan adalah dengan proses
fermentasi”). Adapun fermentasi adalah segala macam proses metabolisme
dimana enzim dari mikroorganisme (jasad renik) melakukan reaksi oksidasi,
reduksi, hidrolisa, dan reaksi kimia lainnya sehingga terjadi perubahan kimia pada
substrat organik dengan menghasilkan produk tertentu. Proses fermentasi bahan
pangan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan-perubahan yang
menguntungkan seperti perbaikan mutu bahan pangan baik dari aspek gizi
maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya (Guntoro, 2012: 35).

Di sisi lain, kita dapat dengan mudah menjumpai fenomena-fenomena


limbah tanaman pangan yang tidak termanfaatkan. Sebagian besar limbah tersebut
hanya dibuang seperti sampah tanpa dilakukannya proses pengolahan (bisa
menyebutkan lebih spesifik mungkin, misalnya sisa bahan perkebunan yang tidak
dilakakuan proses pengolahan sebelum dibuang ke tempat sampah). Hal ini

2
semakin membuat jumlah sampah di Indonesia meningkat. Apabila jumlah
sampah di Indonesia meningkat maka cepat atau lambat hal ini akan turut
mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Terbatasnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pengolahan dan pemanfaatan jenis limbah organik
tersebut seakan menjadi permasalahan baru yang harus dihadapi. Menghadapi
permasalan tersebut maka muncullah (dihapus) inovasi mengenai pakan hewan
ruminansia (sapi) yang berjudul “Liman Feed” Limbah Tanaman Pangan Pakan
Fermentasi Ternak Ruminansia untuk Meningkatkan Pertumbuhan Daging Sapi
Potong.

Ruminansia merupakan binatang berkuku genap subordo dari


ordo Artiodactyla disebut juga mammalia (di hapus) berkuku. Nama ruminan
berasal dari bahasa Latin "ruminare" yang artinya mengunyah kembali atau
memamah biak, sehingga dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan
memamah biak (Saputro, 2015). Hewan ruminansia umumnya herbivora atau
pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya adalah selulose,
hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan sebagai serat kasar.
Hewan ruminansia yang akan menjadi objek bahasan kali ini adalah sapi potong.
Di atas segala nilai ekonomis sektor sapi, pada akhirnya sapi akan menjadi
penghasil daging. Sapi-sapi yang diperkerjakan sebagai pembajak sawah, atau
ternak-ternak perah yang tidak produktif lagi biasanya akan menjadi ternak
potong. Ada beberapa jenis sapi yang memang khusus dipelihara untuk
digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat
pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi inilah yang umumnya
dijadikan sebagai sapi yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan
sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin,
2008: 12).

Dalam hal ini untuk meningkatkan pertumbuhan dari daging sapi potong
maka perlu makanan yang dapat meningkatkan bobotnya. Adapun dalam hal ini
memanfaatkan limbah tanaman pangan untuk meningkatkan nilai jualnya dan
menggunakan inovasi pakan ternak berupa “Liman Feed” Limbah Tanaman

3
Pangan Pakan Fermentasi Ternak Ruminansia untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Daging Sapi Potong. Liman Feed ini merupakan suatu produk yang menggunakan
bahan limbah tanaman pangan yang mudah ditemukan, seperti bungkil sawit,
bungkil kopra, limbah kedelai hitam, onggok, jerami, dan bekatul.

Guntoro (2012: 18) menjelaskan bungkil inti sawit mempunyai nilai


nutrisi yang lebih tinggi dibanding limbah lainnya dengan kandungan protein
kasar 15% dan energi kasar 4.230 kkal/kg sehingga dapat berperan sebagai pakan
penguat (konsentrat). Sedangkan kandungan yang terdapat pada bungkil kopra
(kelapa) adalah protein antara 21-22 % (tanpa spasi) dan kadungan
metabolismenya sekitar 1540 Kkl/kg (Darsanto, 2017). Bungkil kedelai
merupakan surnber protein yang baik bagi ternak.Kandungan (dikasih spasi)
protein bungkil kedelai sekitar 44-51% dan merupakan sumber protein yang amat
bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup
lengkap dan tinggi. Penggunaan onggok sebagai pakan (lebih baik dikasih kata
ternak) karena harganya murah, tersedia cukup melimpah, dan mudah didapat.
Ditambahkan bahwa onggok mengandung 2,20% PK dan SK (lebih baik dikasih
kepanjangannya agar tidak membingungkan) sebesar 26,90% (Saputro, 2015).
Koddang (2008) (lebih baik ada kata sambungnya seperti “mengatakan bahwa”)
jerami padi mengandung 84,22% bahan kering (BK), 4,60% protein kasar (PK) ,
28,86% serat kasar (SK), 1,52% lemak kasar (LK), 50,80% bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN). Kandungan protein pada bekatul juga sangat baik, yaitu 11-13
g/100 g (Kompas, 2009).

Jika melihat limbah tanaman pangan di atas maka diketahui bahwa


kandungan nutrisinya sangat tinggi untuk meningkatkan pertumbuhan sapi potong
apalagi jika bahan-bahan tersebut dilakukan proses fermentasi. Dimanap (dihapus)
proses fermentasi bahan pangan oleh mikroorganisme menyebabkan perubahan-
perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan mutu bahan pangan baik dari
aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya (Guntoro,
2012: 35). Dalam hal ini Liman Feed sendiri merupakan terobosan baru dalam
menghadapi banyaknya limbah tanaman pangan yang tak termanfaatkan dan

4
mampu meningkatkan pertumbuhan hewan ternak sapi. Sehingga angka
pengimporan daging sapi dari luar negeri dapat menurun. Pakan Liman Feed pada
umumnya termasuk pakan komplet, yaitu bentuk campuran berbagai bahan pakan
yang sudah terfermentasi dapat (bisa diberi kata hubung sesudah kata
terfermentasi agar tidak rancu, misalnya “dan” menjadi solusi dalam pemberian
pakan ternak ruminansia dalam berbagai kondisi (Suwignyo dkk, 2016: 255).

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Liman


Feed ini cukup mudah ditemukan yaitu : bungkil sawit, bungkil kopra, limbah
kedelai hitam, onggok, jerami, bekatul,premik (dikasih spasi), tetes atau
molase,hijauan,air (dikasih spasi) dan brand pollar. Bahan yang kami gunakan
inin (dihapus) semua (di hapus dan lebih baik diletakkan di awal kalimat) dalam
bentuk yang kadar airnya rendah. Sedangkan alat yang digunakan yaitu: mesin
pemotong, karung, kantong plastik , ember , saringan atau ayaka (kurang n),
takaran, dan pengaduk. Sedangkan langkah-langkah dalam pembuatan Liman
Feed cukup sederhana yaitu sebagai berikut:

a. Memasukkan roti, bungkil kopra, bungkil sawit, hijauan, dan jerami ke


dalam mesin potong untuk dipotong kecil-kecil sampai halus.
b. Kemudian hasil potongan tersebut disaring atau diayak.
c. Memasukkan bahan yang telah disaring atau diayak, dedak halus, dan
brad pollard ke dalam mesin penggiling.
d. Menambahakan sedikit air, premik, dan tetes tebu. Kemudian menunggu
hasil penggilingan sampai halus.
e. Memasukkan hasil penggilingan ke dalam karung dan menutup rapat
selama 7 hari.
f. Mengeringkan pakan fermentasi yang telah disimpan selama 7 hari.
g. Memasukkan pakan fermentasi yang telah kering ke dalam karung atau
wadah plastik.
h. Pakan fermentasi siap untuk dijadikan pakan sapi

Takaran pakan fermentasi diberikan sesuai dengan berat badan ternak sapi
yaitu 2% dari berat badan sapi disetiap harinya. Sebagai contoh, untuk sapi
dengan berat badan 400 kg akan diberikan pakan fermentasi 2% dari 400 kg yaitu
8 kg. Pakan fermentasi tidak diberikan dalam sekali makan, tetapi dengan aturan

5
berkala, misal pagi dan sore hari dengan perbandingan pagi hari dan sore hari
sebesar 25%:75%. Sedangkan untuk air minum dibuat nonstop 24 jam dengan
memanfaatkan hukum archimedes pada bak penampungan air.

Pakan fermentasi Liman Feed ini mempunyai beberapa keunggulan,


beberapa diantaranya adalah terbuat dari bahan-bahan organik yang berasal dari
limbah tanaman pangan sehingga mengatasi permasalahan limbah tanaman
pangan yang tidak termanfaatkan, mengatasi kelangkaan pasokan daging sapi ,
(hapus spasi) mempercepat proses penggemukan pada sapi, dibuat dengan
menggunakan proses dan alat-alat yang sederhana sehingga para peternak dapat
membuatnya sendiri, kotoran sapi menjadi sedikit dan tidak berbau dan air
seninya dapat digunakan sebagai pestisida alami pemberantas hama wereng.
Sementara itu, pakan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dalam
kondisi kering serta memiliki kandungan nutrisi yang tinggi yang dibutuhkan oleh
ternak. Serta dalam hal ini pakan (dihapus spasinya) Liman Feed memiliki
kualitas terjamin palatable (disukai ternak), ekonomis, bahan baku berkualitas,
mempercepat proses penggemukan pada sapi, dan pakan dapat disimpan dalam
jangka waktu yang lama dalam kondisi kering. Untuk proses pengemasan Liman
Feed dapat berupa kemasan plastik 1 kg dengan harga Rp 3.000 per kilogram dan
kemasan karung dengan harga Rp 50.000/sak.

Oleh karena itu, (kurang pas, bisa dihapus saja dan diganti “Dari
pemaparan diatas terbukti bahwa) pakan sapi Liman Feed ini sesuai dan cocok
untuk membantu para peternak sapi dalam mempercepat proses penggemukan
pada hewan ternaknya dan tingginya kebutuhan akan konsumsi daging sapi dapat
terpenuhi dengan baik. Selain itu, jika pasokan daging sapi di pasaran terpenuhi
maka dapat meningkatkan perbaikan mutu gizi masyarakat terutama pada
perbaikan gizi melalaui protein hewani dan juga meningkatkan ketahanan pangan
di Indonesia sehingga bangsa Indonesia siap bersaing di era globalisasi seperti
saat ini.

6
7
DAFTAR PUSTAKA

Abidin. 2008. Penggemukkan Sapi Potong. Tangerang: PT Agro Media Pustaka.


Halaman 12.

Darsanto. 2017. Bungkil Kopra. [online].http://www.jualpakanternak.com/2017/


01/bungkil-kopra.html. Diakases pada 22 April 2018 pukul 13.55 WIB.

Guntoro, Suprio. 2012. Membuat Pakan Ternak dan Kompos dari Limbah
Organik. Tangerang: PT Agro Media Pustaka. Halaman 34-35.

Guntoro, Suprio. 2012. Meramu Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan.


Tangerang: PT Agro Media Pustaka. Halaman 18-31.

Kompas. 2009. Bekatul, Gizinya Kaya Betul. [online]. https://tekno.kompas.com/


read/ 2009/09/ 14/12533349/bekatul.gizinya.kaya.betul. Diakases pada
22 April 2018 pukul 13.55 WIB.

Noor. 2018. Penyediaan Daging Sapi Nasional dalam Ketahanan Pangan


Indonesia. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Institut Pertanian Bogor 2008.

Rukmana, Rahmat. 2001. Silase dan Permen Ternak Ruminansia. Yogyakarta:


Kaninus. Halaman 1-7.

Saputro. 2015. Perbedaan Ternak Ruminansia dan Non Ruminansia. [online].


http://www.ilmuternak.com/2015/05/perbedaan-ternak-ruminansia-dan-
non-ruminansia.html. Diakases pada 22 April 2018 pukul 13.45 WIB.

Suwignyo dkk. 2016. Penggunaan Fermentasi Pakan Komplet Berbasis Hijauan


Pakan dan Jerami untuk Pakan Ruminansia. Indonesian Journal of
Community Engagement Vol. 01, No. 02, Maret 2016, halaman 255-
256.

8
9

Вам также может понравиться