Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
A. DEFINISI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang dapat
menimbulkan kekuatiran karena perjalanan penyakitnya yang cepat dan dapat
menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Banyak ditemukan didaerah tropis
seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok
Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut (Sumantri, 2008). Sindrom rejatan dengue (Dengue Shock
Syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DHF yang disertai rejatan.
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,2005).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Seoparman , 2007). Demam berdarah dengue dikarenakan virus dengue dari
famili flaviviridae dan genus flavivirus. Virus ini mempunyai 4 serotipe yang dikenal
dengan DEN- 1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini menimbulkan
gejala yang berbeda- beda jika menyerang manusia. DHF tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue penyebab demam menular melalui
nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini termasuk dalam arthropod borne disesase.
Virus dengue berukuran 35- 45 nm. Nyamuk yang sering menimbulkan wabah dhf
yaitu Aedes Aegypti, Ae. Albopictus, Ae, polynesiensis. Nyamuk ini senang berada
di tempat gelap dan lembab. DengueHaemoragic Fever (DHF) adalah penyakit
demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang
berpotensial mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kematian (Arief
Mansjoer &Suprohaita; 2009; 419). Di Indonesia, DBD telah menjadi masalah
kesehatan masyarakat selama 30 tahun terakhir. Jumlah kasus DBD pada tahun
2007 telah mencapai 139.695 kasus, dengan angka kasus baru (insidensi rate) 64
kasus per 100,000 penduduk. Total kasus meninggal adalah 1.395 kasus /Case
Fatality Rate sebesar 1% (Depkes RI, 2008a).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi DBD menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2010) yaitu:
DD/DBD Derajat Tanda dan Gejala Laboratorium
DD Demam disertai minimal - Leukopenia (jumlah
dengan 2 gejala leukosit ≤4000 sel/mm3)
- Nyeri kepala - Trombositopenia (jumlah
- Nyeri retro-orbital trombosit <100.000
- Nyeri otot sel/mm3)
- Nyeri sendi/tulang - Peningkatan hematocrit (5-
- Ruam kulit makulopapular 10%)
- Manifestasi perdarahan - Tidak ada bukti
- Tidak ada tanda perembesan plasma
perembesan plasma
DBD I Demam dan manifestasi Trombositopenia <100.000
3
perdarahan (uji bending sel/mm ; peningkatan
positif) dan tanda hematocrit ≥20%
perembesan plasma)
DBD II Seperti derajat I ditambah Trombositopenia <100.000
3
perdarahan spontan sel/mm ; peningkatan
hematocrit ≥20%
DBD III Seperti derajat I atau II Trombositopenia <100.000
ditambah kegagalan sel/mm3; peningkatan
sirkulasi (nadi lemah , hematocrit ≥20%
takanan nadi ≤20 mmHg,
hipotensi, gelisah, diuresis
menurun)
DBD IV Syok hebat dengan tekanan Trombositopenia <100.000
3
darah dan adi yang tidak sel/mm ; peningkatan
terdeteksi hematocrit ≥20%
Dalam Mansjoer (2000), derajat beratnya DBD secara klinis dibagi menjadi:
a. Derajat I (ringan), teradpat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala
klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif
b. Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi
perdarahan lain
c. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini rejatan
d. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur
C. ETIOLOGI
Menurut Dinkes Jateng (2005), Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1,
2, 3, dan 4), termasuk dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus). Dengue
tipe -3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan kasus yang
berat.
Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes yang
terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam
Berdarah Dengue (DBD) dan DengueShock Syndrome (DSS) termasuk dalam
kelompok B Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai genus
Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu: Den-1, Den-2,
Den-3, Den-4 (Depkes, 2010).
Menurut Candra (2010), penyebab Demam Berdarah Dengue adalah
karena adanya virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
Meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes Albopictus yang biasanya hidup di
kebun-kebun. DBD ini banyak di temukan di daerah tropis yang curah hujannya
cukup tinggi. Sebab nyamuk akan mudah berkembang biak di daerah yang
tergenang air. Umumnya sering terjadi di daerah Asia Tenggara, khususnya
Indonesia yang saat ini menjadi masalah utama di negeri kita ini.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypty yaitu:
1. Warna hitam dengan belang-belang putih di seluruh badannya
2. Berbadan kecil
3. Biasanya menggigit pada siang hari dan sore hari
4. Hidup dan berkembang biak di dalam rumah, misal; bak mandi,kaleng
bekas,kolam ikan,ban bekas,pot tanaman air,tempat minuman burung (hidup di
air bersih)
5. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung,kelambu dan ditempat yang
gelap dan lembab.
6. Jentik nyamuk berperan aktif di dalam bak air
7. Posisi jentik nyamuk tegak lurus dengan permukaan air
8. Gerakan jentik nyamuk naik turun ke atas pemukaan air untuk bernafas
9. Kemampuan terbang kira-kira 100 meter
D. PATOGENESIS
Terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon
imun yang diketahui berperan dalam patogenesis DBD adalah :
a. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses
netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang
dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesis ini disebut
dengan antibodi dependent enchancement (ADE);
b. Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berperan dalam respon
imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan
memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan TH2
memproduksi IL-4, IL-5, IL- 6, dan IL-10;
c. Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi
virus dan sekresi sitokin oleh makrofag;
d. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan terbentuknya C3a dan
C5a. Kurane dan Ennis pada tahun 1994 merangkum pendapat Halstead dan
peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi
makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi
sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus
dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi
limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma akan mengaktivasi monosit
sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet
activating factor), IL-6, dan histamin yang mengakibatkan terjadinya disfungsi
endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi
melalui aktivasi oleh kompleks virus antibodi yang juga mengakibatkan
terjadinya kebocoran plasma.
A. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme :
a. Supresi sumsum tulang
Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Gambaran sumsum
tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukkan keadaan hiposeluler
dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir tercapai akan terjadi
peningkatan hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar
tromobopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru
menunjukkan kenaikan. Hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi
trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan
trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen
C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses
koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi
melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-
tromboglobulin dan PF4 yang merupakan pertanda degranulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan
terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III
dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui
aktivasi jalur intrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan
melalui aktivasi faktor Xia namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-
inhibitor complex)
b. Pembentukan kompleks Ag-Ab yang merupakan ciri khas sel trombosit
pada pasien DHF
(Suhendro, et.al., 2006).
B. Leukopenia pada pasien DHF
Jumlah leukosit pada penderita DBD bervariasi dari leukopenia ringan
hingga leukositosis sedang. Leukopenia akan muncul antara hari demam ke-1
dan ke-3 pada 50 % kasus DBD ringan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh
adanya degenerasi sel PMN yang matur dan pembentukan sel PMN muda.
Konsentrasi granulosit menurun antara hari ke-3 dan ke-8. Pada syok yang
berat dapat dijumpai leukositosis hingga 12 x 109 / liter atau lebih yang disertai
dengan neutopenia absolut. Pada hari terjadinya syok atau penurunan demam
dari penderita DBD/DSS dapat dijumpai peningkatan yang nyata dari jumlah
absolut dan presentasi limfosit atipik(Suhendro, et.al., 2006).
E. MANIFESTASI KLINIS
Ada 3 tahap manifestasi klinis yaitu:
1) Tahap Febris (1-3 hari)
2) Tahap Toxic (kritis) (4-7 hari)
3) Tahap Convelascent (Penyembuhan)
a. Tahap Febris (hari 1-3)
Demam 39-40°C disertai malaise, headache, nausea, vomiting,
myalgia, dan kadang-kadang nyeri abdomen.
Tanda-tanda perdarahan mungkin dijumpai tapi dalam tingkatan
ringan: petekie, epiktasis, perdarahan GI dan gusi (jarang terjadi),
menorrhagia, hematuria (sangat jarang)
Hepatomegali (lunak)
Trombositopenia dan hemokonsentrasi (biasanya terdeteksi sebelum
onset tahap toksik)
b. Tahap toksik (hari 4-7)
Memasuki hari ke empat sampai dengan hari kelima merupakan
masa-masa kritis bagi penderita DBD. Di sini kadar trombosit di dalam
darah dan demam akan mulai turun. Memang awalnya penderita seakan-
akan mulai sembuh tetapi justru di tahapan inilah keadaan tubuh akan
semakin memburuk apabila tidak segera diberi pengobatan. Pada fase ini
pun dapat terjadi halusinasi, penurunan kesadaran, mimisan dari hidung,
serta pendaharan lainnya.
c. Fase ketiga (Recovery):
Jika sudah berhasil melewati fase kritis maka penderita akan
memasuki fase kesembuhan. Di sini trombosit mulai kembali normal dan
kesehatan tubuh sudah mulai membaik. Biasanya hal ini terjadi saat
memasuki hari ke enam dan seterusnya.
Manifestasi klinik renjatan pada anak terdiri dari (Rampengan, 2008; Tatura et al,
2009):
Kulit pucat, dingin dan lembab, terutama pada ujung jari kaki, tangan dan
hidung.
Anak semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya menurun
menjadi apatis, sopor, koma.
Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya.
Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang.
Tekanan sistolik menurun menjadi 80 mmHg atau kurang.
Oligouria sampai anuria.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan darah perifer, yaitu hemoglobin, leukosit, hitung jenis, hematokrit,
dan trombosit. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke- 1 setelah demam dan
akan menurun sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit ke-5 -6. Deteksi
antigen virus ini dapat digunakan untuk diagnosis awal menentukan adanya
infeksi dengue, namun tidak dapat membedakan penyakit DD/DBD
b. Uji serologi IgM dan IgG anti dengue
c. Pemeriksaan foto dada dalam posisi right lateral decubitus dilakukan atas
indikasi, Distres pernafasan/ sesak
d. Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis terjadi apabilapada perembesan plasma telah mencapai 20%- 40%.
e. Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan untuk menilai
edema paru karena overload pemberian cairan
f. Kelainan radiologi yang dapat terjadi: dilatasi pembuluh darah paru terutama
daerah hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri,
kubah diafragma kanan lebih tinggi daripada kanan, dan efusi pleura.
g. Pada pemeriksaan ultrasonografi dijumpai efusi pleura, kelainan dinding vesika
felea, dan dinding buli- buli.
(Yudiastuti,2005)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit
infeksi dengue, seperti berikiut :
1. Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa transisi
ke fase bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
2. Muntah yg menetap, tidak mau minum
3. Nyeri perut hebat
4. Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
5. Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi yang
hebat, warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
6. Giddiness : (pusing/perasaan ingin terjatuh)
7. Pucat, tangan- kaki dingin dan lembab
8. Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
Monitor perjalanan penyakit DD/DBD
a. Parameter yang harus dimonitor mencakup :
Keadaan umum, nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda dan gejala
lain
Perfusi perifer sesering mungkin karena sebagai indikator awal tanda syok,
serta mudah dan cepat utk dilakukan
Tanda vital: suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, diperiksa minimal
setiap 2-4 jam pada pasien non syok & 1-2 jam pada pasien syok.
Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih
sering pada pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.
Diuresis setiap 8- 12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada
pasien dengan syok berkepanjangan / cairan yg berlebihan.
Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan ideal)
b. Indikasi pemberian cairan intravena
Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral ataumuntah
Hematokrit meningkat 10%- 20% meskipun dengan rehidrasi oral
Ancaman syok atau dalam keadaan syok
Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan ideal)
c. Prinsip umum terapi cairan pada DBD
Kristaloid : isotonik harus digunakan selama masa kritis.
Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat,
dan tidak ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.
Volume cairan rumatan + dehidrasi 5% harus diberikan untuk menjaga
volume dan cairan intravaskular yang adekuat.
Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuan
untuk menghitung volume cairan.
(Fathi et
al,2005)
H. KOMPLIKASI
a. Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
b. Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut.
c. Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading
pemberian cairan pada masa perembesan plasma
d. Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan
hebat (DIC, kegagalan organ multipel)
e. Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai
(Suhariono,2005)
I. PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus
diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat dalam
pencegahan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vektornya, yaitu
nyamuk Aedes aegypti.
Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah
memberantas jentik-
jentiknya di tempat berkembang biaknya. Cara ini dikenal dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat berkembang
biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap keluarga
harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali (Sumantri, 2008).
Nyamuk Dewasa
Fogging (dengan insektisida)
Kimia
Jentik nyamuk
Fisika
Biologi
J. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
1. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur <
15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
- Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda-tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin
dan lembab.
- Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada
anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati,
konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang
DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang
pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada
yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
8. ADL
Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musimhujan
dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada
seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
Personal hygiene: Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan
perawatan diri.
9. Pemeriksaan
Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit
hipotensi,nadi cepat dan lemah.
Kulit :Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
Kepala : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
Dada : Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
Abdomen : Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada
keadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
Anus dan genetalia : Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
Ekstrimitas atas dan bawah : Ekstrimitas dingin, sianosis.
b) Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
aktif.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia , mual dan muntah.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan
sumber informasi.
c) Intervensi Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil { NIC }
{ NOC }
Setelah dilakukan Fever Treatment : Tanda-tanda vital
tindakan Observasi tanda- merupakan acuan
keperawatan tanda untuk mengetahui
selama ... Vitaltiap 3 jam. keadaan umum
x 24 jam, pasien Beri kompres hangat pasien.
akan : pada bagian lipatan Kompres hangat
Menunjukkan tubuh dapat
suhu tubuh ( Paha dan aksila ). mengembalikan
dalam rentang Monitor intake dan suhu normal
normal. output memperlancar
TTV normal. Berikan obat anti sirkulasi.
piretik. Untuk mengetahui
adanya
Temperature Regulation ketidakseimbanga
Beri banyak minum n cairan tubuh.
( ± 1-1,5 liter/hari) Dapat menurunkan
sedikit tapi sering demam
Ganti pakaian klien
dengan bahan tipis
menyerap keringat. Peningkatan suhu
tubuh akan
menyebabkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan
cairan yang banyak.
Pakaian yang tipis
menyerap keringat
dan membantu
mengurangi
penguapan tubuh
akibat dari
peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.