Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MODUL 2
DEFLEKSI
Nama : HASBULLAH
NIM : 1607166904
Kelompok :1
Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini sesuai dengan waktu
yang ditetapkan, dan judul dari laporan ini adalah “DEFLEKSI”.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapan kepada dosen kami, serta
asisten yang telah banyak membantu dalam menyusun laporan ini. Kami menyadari
di dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak
kekurangan yang harus diperbaiki, baik dari segi tata bahasa serta yang lainnya.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih,
semoga hasil laporan praktikum saya ini bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR NOTASI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum defleksi ini diantaranya adalah
mengetahui fenomena defleksi (lendutan) yang terjadi pada batang ataupun balok,
dan mampu menghitung besarnya defleksi yang terjadi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
Defleksi lateral adalah defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus
pada luas penampang.
3. Defleksi yang disebabkan oleh gaya geser pada batang.
2. Tumpuan rol
Tumpuan rolmerupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi
vertikal. Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik. Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan
gaya hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
beban vertikal. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada
bidang cp.
3. Tumpuan jepit
Tumpuan jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi
vertikal, gaya reaksi horizontal dan momen akibat jepitan dua penampang.
Tumpuan jepit ini mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu
melawan suatu kopel atau momen. Secara fisik, tumpuan ini diperoleh dengan
membangun sebuah balok ke dalam suatu dinding batu bata. Mengecornya ke
dalam beton atau mengelas ke dalam bangunan utama.
2. Batang kantilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.
3. Batang overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.
4. Batang menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.
1 d d
atau
ds dx
1 d2y
dx 2
Dimana rumus lentur yang terjadi adalah
1 M
EI
1
Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita peroleh
d2y
EI M
dx 2
Persamaan diatas dikenal sebagai persamaan differensial kurva
elastis balok. Perkalian EI, disebut kekauan lentur balok, biasanya tetap
sepanjang balok. Apabila persamaan diatas diintegrasi, andaikan EI
diperoleh :
dy
dx
EI Mdx C1
tb / a dt x(Md )
XA
3. Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan
diferensial linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan
turunannya dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian
persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di
superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja
bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat
masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri
M
w ''
EIy
Q
w '''
EIy
q
wIV
EIy
w( x ) w1( x ) w2( x )
Berlaku analog
w '( x ) w '1( x ) w '2( x )
M ( x ) M 1( x ) M 2( x )
Q( x ) Q1( x ) Q2( x )
2.2 APLIKASI
Adapun pengaplikasian pada defleksi ini adalah sebagai berikut :
1. Jembatan
17
2. Poros Transmisi
Pada poros transmisi roda gigi yang saling bersinggungan untuk
mentransmisikan gaya torsi memberikan beban pada batang poros secara
radial. Ini yang menyebabkan terjadinya defleksi pada batang poros
transmisi. Defleksi yang terjadi pada poros membuat sumbu poros tidak
lurus. Ketidaklurusan sumbu poros akan menimbulkan efek getaran pada
pentransmisian gaya torsi antara roda gigi. Selain itu,benda dinamis yang
berputar pada sumbunya.
BAB III
METODOLOGI
Gambar 3. 2 Massa
3. Perangkat alat uji
4. Kunci pas
Kunci pas berfungsi untuk mengunci dan membuka pemasangan tumpuan
pada alat uji.
Gambar 3. 5Mistar
6. Batang uji
Batang uji digunakan sebagai sampel pada pengujian defleksi ini.
Prosedur Percobaan
1. Ukur dimensi semua benda uji dengan alat ukur yang tersedia.
2. Susunlah perangkat pengujian defleksi untuk tumpuan jepit-rol untuk masing-
masing spesimen batang uji.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji sebelum diberikan
pembebanan.
4. Berikan pembebanan pada setiap batang uji dibagian tengah dari panjang
batang uji.
5. Ukurlah besar nilai simpangan lendutan pada posisi tertentu dari posisi
pembebanan (lakukan pengukuran lendutan pada tiga titik)
6. Ulangi langkah percobaan 2-5, akan tetapi pindahkan posisi pembabanan pad
ujung batang uji dan tumpuan rol berada ditengah-tengah panjang batang uji
(overhang).
7. Ganti jenis tumpuan pada perangkat pengujian menjadi tumpual engsel-rol.
Berikan pembebanan pada bagian tengah dari setiap batang uji dan ukur besar
simpangan yang terjadi.
8. Catat hasil pengujian pada tabel yang telah disediakan.
BAB IV
PEMBAHASAN
22
23
50𝑚𝑚×(3 𝑚𝑚)3
=
12
= 112.5 𝑚𝑚4
𝑏ℎ3
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 2 =
12
50𝑚𝑚×(5 𝑚𝑚)3
=
12
= 520,83 𝑚𝑚4
𝜋
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 3 = × 𝐷4
64
𝜋
= × (5 𝑚𝑚)4
64
= 30.66 𝑚𝑚4
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 1 = 𝑚 × 𝑔
= 0,9 𝑘𝑔 × 9,81
= 8,829 𝑁
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 2 = 𝑚 × 𝑔
= 0,9 𝑘𝑔 × 9,81
= 8,829 𝑁
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 3 = 𝑚 × 𝑔
= 0,9 𝑘𝑔 × 9,81
= 8,829 𝑁
24
Batang uji I
Batang uji II
= −4,171 𝑚𝑚
Batang uji I
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋1 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
26
2
8,829 𝑁 3 500 500 500
= (100 − (2𝑥500 + ) (100 + 2 ( ) 𝑥 500 ))
6 × 200000 × 112,5 2 2 2
= 6,197 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋2 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 500 500 500
= (400 − (2𝑥500 + ) (400 + 2 ( ) 𝑥 500 ))
6 × 200000 × 112,5 2 2 2
= 0,677 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋3 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 500 500 500
= (500 − (2𝑥500 + ) (500 + 2 ( ) 𝑥 500 ))
6 × 200000 × 112,5 2 2 2
= 22,497 𝑚𝑚
Batang uji II
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋1 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 399 399 399
= (80 − (2𝑥399 + ) (80 + 2 ( ) 𝑥 399 ))
6 × 200000 × 520,83 2 2 2
= 6,573 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋2 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 399 399 399
= (370 − (2𝑥399 + ) (370 + 2 ( ) 𝑥 399 ))
6 × 200000 × 520,83 2 2 2
= 0,573 𝑚𝑚
27
𝑃 3
𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋3 = (𝑍 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 399 399 399
= (500 − (2𝑥399 + ) (500 + 2 ( ) 𝑥 399 ))
6 × 200000 × 520,83 2 2 2
= 22,497 𝑚𝑚
Batang uji II
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋1 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 500 500 500
= (70 − (2𝑥500 ) (70 + 2 ( ) 𝑥 500 ))
6 × 200000 × 30,66 2 2 2
= 6,767 𝑚𝑚
𝑃 3
𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋2 = (𝑍 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 500 500 500
= (350 − (2𝑥500 ) (350 + 2 ( ) 𝑥 500 ))
6 × 200000 × 30,66 2 2 2
= 0,519 𝑚𝑚
𝑃 𝑙 𝑙 𝑙2
𝛿𝑋3 = (𝑍 3 − (2𝑙 + ) (𝑍 + 2 𝑙))
6𝐸𝐼 2 2 2
2
8,829 𝑁 3 500 500 500
= (480 − (2𝑥500 ) (480 + 2 ( ) 𝑥 500 ))
6 × 200000 × 30,66 2 2 2
= 20,54 𝑚𝑚
28
𝑃𝑋2
𝛿𝑋2 = (3𝑙 2 − 4𝑋2 2 )
48𝐸𝐼
8,829 𝑁 × 200 𝑚𝑚
= (3(492,5 𝑚𝑚)2 − 4(200 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 112,5 𝑚𝑚4
= 0,107 𝑚𝑚
𝑃𝑋3
𝛿𝑋3 = (3𝑙 2 − 4𝑋3 2 )
48𝐸𝐼
8,829 𝑁 × 100 𝑚𝑚
= (3(492,5 𝑚𝑚)2 − 4(100 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 112,5 𝑚𝑚4
= −4,305𝑚𝑚
Batang uji II
𝑃𝑋1
𝛿𝑋1 = (3𝑙 2 − 4𝑋1 2 )
48𝐸𝐼
8,829 𝑁 × 100 𝑚𝑚
= (3(392,5 𝑚𝑚)2 − 4(100 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 520,38 𝑚𝑚4
= 0,562 𝑚𝑚
𝑃𝑋2
𝛿𝑋2 = (3𝑙 2 − 4𝑋2 2 )
48𝐸𝐼
8,829 𝑁 × 350 𝑚𝑚
= (3(392,5 𝑚𝑚)2 − 4(350 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 520,38 𝑚𝑚4
= −0,017 𝑚𝑚
𝑃𝑋3
𝛿𝑋3 = (3𝑙 2 − 4𝑋3 2 )
48𝐸𝐼
29
8,829 𝑁 × 480 𝑚𝑚
= (3(392,5 𝑚𝑚)2 − 4(480 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 520,83 𝑚𝑚4
= −3,004 𝑚𝑚
𝑃𝑋2
𝛿𝑋2 = (3𝑙 2 − 4𝑋2 2 )
48𝐸𝐼
8,829 𝑁 × 400 𝑚𝑚
= (3(487,5 𝑚𝑚)2 − 4(400 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 30,66 𝑚𝑚4
= −0,126 𝑚𝑚
𝑃𝑋3
𝛿𝑋3 = (3𝑙 2 − 4𝑋3 2 )
48𝐸𝐼
8,829 𝑁 × 500 𝑚𝑚
= (3(487,5 𝑚𝑚)2 − 4(500 𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 30,66 𝑚𝑚4
= −4.305 𝑚𝑚
-2 Batang 1
Batang 3
-3
Batang 2
-4 -4.171
-5
Defleksi Pengukuran Lansung
Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa defleksi meningkat dari posisi pertama ke
posisi kedua kemudian menurun pada posisi ketiga. Defleksi terbesar terjadi saat posisi
pengukuran tepat di tengah batang uji dimana beban diletakkan.Hal ini disebabkan
karena pembebanan dilakukan tepat di tengah panjang batang uji. Defleksi terbesar akan
selalu terjadi pada saat pembebanan dilakukan tepat di tengah batang uji pada kasus
kedua ujungnya ditumpu.
15
Batang 1
10
Batang 3
6.197 6.767
6.573 Batang 2
5
0 0.677
0.573
0.519
-0.12 -0.39 1.3
Defleksi Pengukuran Lansung
-2
Batang 1
-3 Batang 2 -3.004
Batang 3
-4
-4.305
-5
Defleksi Pengukuran Lansung
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum defleksi ini antara lain
sebagai berikut:
1. Pada kasus kedua ujung batang uji ditumpu, lendutan terbesar akan terjadi pada
saaat pembebanan dilakukan tepat di tengah panjang batang uji. Namun pada
kasus tumpuan overhangdefleksi terbesar terjadi pada ujung batang uji dimana
pembebanan dilakukan.
2. Pada umumnya hasil percobaan dengan teoritik relatif sama, namun akan
terjadi perbedaan apabila mengalami kesalahan dalam pengukuran atau
pengkalibrasian alat.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan saat melakukan praktikum defleksi antara lain
sebagai berikut.
1. Pada saat praktikum ikutilah sesuai prosedur.
2. Pada saat pengukuruan pastikan dial indicator pada posisi yang tepat.
3. Pada saat pengukuran titik yang akan diukur harus tepat dan batang harus
dipasang dengan baik.
33
DAFATAR PUSTAKA
Spotts, M.F. 1998. Design of Machine Elements 7th. New Jersey : Prentice-Hall,
Inc.
Team Penyusun LKM. 2018. Panduan Praktikum Fenomena Dasar Mesin
Bidang Konstruksi Jurusan Mesin FT-UR : Pekanbaru
34
LAMPIRAN