Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kegiatan perancangan arsitektur pada dasarnya merupakan kegiatan yang melibatkan
elemen – elemen bentuk, fungsi struktur dan estetika dalam bidang arsitektur. Di dalam
melakukan perancangan seorang arsitek pasti melakukan pendekatan – pendekatan yang
berbeda – beda. Karena hal tersebut mutlak bagi seorang arsitek untuk mengenal pendekatan
– pendekatan untuk mencari point – point yang tepat dalam melakukan kegiatan perancangan.
Jenis dan macam pendekatan dalam kegiatan perancangan arsitektur sudah banyak
mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Jenis dan Macam pendekatan ini menjadi
penting dan krusial untuk di pelajari lebih lanjut guna memperkaya pengetahuan dan
pengalaman nyata dalam melakukan kegiatan arsitektur. Didalam melakukan perancangan
tentu memiliki permasalahan yang berbeda – beda sehingga di perlukan metode pendekatan
yang tepat agar masalah dapat terselesaikan dengan baik.

1.2 Pendekatan Perancangan Konservasi


Theodore Roosevelt (1902) merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan
tentang konsep konservasi. Konservasi yang berasal dari kata conservation yang terdiri atas
kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian tentang upaya
memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise
use).
Menurut Sidharta dan Budihardjo (1989), konservasi merupakan suatu upaya untuk
melestarikan bangunan atau lingkungan, mengatur penggunaan serta arah perkembangannya
sesuai dengan kebutuhan saat ini dan masa mendatang sedemikian rupa sehingga makna
kulturalnya akan dapat tetap terpelihara.
Menurut Danisworo (1991), konservasi merupakan upaya memelihara suatu tempat
berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok gedung termasuk lingkungannya. Di
samping itu, tempat yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya,
tradisi, keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992). Dari aspek
proses disain perkotaan (Shirvani, 1985), konservasi harus memproteksi keberadaan
lingkungan dan ruang kota yang merupakan tempat bangunan atau kawasan bersejarah dan
juga aktivitasnya.
Konservasi dengan demikian sebenarnya merupakan pula upaya preservasi namun
dengan tetap memanfaatkan kegunaan dari suatu tempat untuk menampung/memberi wadah
bagi kegiatan yang sama seperti kegiatan asalnya atau bagi kegiatan yang sama sekali baru
sehingga dapat membiayai sendiri kelangsungan eksistensinya. Dengan kata lain konservasi
suatu tempat merupakan suatu proses daur ulang dari sumber daya tempat tersebut.
Dalam pelaksanaan konservasi terhadap kawasan/ bangunan cagar budaya, maka ada
tindakan-tindakan khusus yang harus dilakukan dalam setiap penanganannya (Burra Charter,
1999), antara lain:
a. Konservasi yaitu semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga
mempertahankan nilai kulturalnya
b. Preservasi adalah mempertahankan bahan dan tempat dalam kondisi eksisting dan
memperlambat pelapukan
c. Restorasi / Rehabilitasi adalah upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti
sediakala dengan membuang elemen-elemen tambahan serta memasang kembali
elemen-elemen orisinil yang telah hilang tanpa menambah bagian baru
d. Rekonstruksi yaitu mengembalikan sebuah tempat pada keadaan semula sebagaimana
yang diketahui dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru dan dibedakan dari
restorasi
e. Adaptasi / Revitalisasi adalah segala upaya untuk mengubah tempat agar dapat
digunakan untuk fungsi yang sesuai
f. Demolisi adalah penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau
membahayakan.

Adapun lingkup dalam konservasi adalah sebagai berikut.

1. Lingkungan Alami (Natural Area)


2. Kota dan Desa (Town and Village)
3. Garis Cakrawala dan Koridor pandang (Skylines and View Corridor)
4. Kawasan (Districts)
5. Wajah Jalan (Street-scapes)
6. Bangunan (Buildings)
7. Benda dan Penggalan (Object and Fragments)

1.3 Pendekatan Perancangan Green architecture


Green architecture adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk
terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik
dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya
alam secara efisien dan optimal.
Adapun Prinsip Green Architecture (Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design
for Sustainable Future) antara lain yaitu :
a. Conserving Energy: Pengoperasian bangunan harus menimalkan penggunaan bahan
bakar atau energi listrik
b. Working with Climate: Mendesain bangunan harus berdasarkan iklim yang berlaku di lokasi
kita
c. Minimizing New Resources: Meminimalisir pemakaian sumber daya baru, seperti
menggunakan bahan daur ulang atau penggunaan material bangunan yang tidak
berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam
d. Respect for Site: tidak berdampak negative bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni
bangunan tersebut
e. Respect for User: dalam merancang bangunan harus memperhatikan semua pengguna
bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya
f. Holism: Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan.
BAB II
Pembahasan

2.1 Pendektan Perancangan Konservasi pada bangunan Masjid Agung Kauman, Semarang

Masjid Agung Kauman atau yang akrab disebut Masjid Kauman Semarang, sebagai masjid
tertua di kota Semarang- ibukota Jawa Tengah, memiliki sejarah yang panjang dan erat kaitannya
dengan sejarah berdirinya kota Semarang. Masjid yang kini telah menjadi cagar budaya dan harus
dilindungi menjadi kebanggaan warga Semarang karena bangunannya yang khas, mencaerminkan
jatidiri masyarakat pesisir yang lugas tetapi bersahaja. Namun seiring berjalannya zaman keutuhan
atau kelestarian dari masjid ini mulai berkurang sehingga harus di lakukan konservasi atau
pembugaran.

Masjid Agung Kauman memiliki bebrapa tahapan atau jenis konservasi yaitu : Pertama,
demolisi, yakni (1) Bangunan kantor Yayasan Masjid, Sebagai bangunan pelengkap dapat diatur
kembali penempatannya; (2) Bangunan serambi depan, karena arsitekturnya tidak sesuai, tetapi
masih bisa direkayasa bentuk arsitekturnya; (3) Bangunan perluasan serambi samping utara bagian
barat; (4) Bangunan dinding pagar depan dan samping; (5) Pelataran/halaman depan yang dipaving
perlu ditata ulang. Kedua, rekonstruksi terhadap (1) pilar-pilar kayu struktur utama serambi samping
selatan dan utara; (2) Serambi depan dan bangunan kuncung dan pagar/balustrade; (3) Dinding
lengan bangunan pintu gerbang utama; (4) Dinding lengan barat pintu gerbang samping sisi
selatan; (5) Dinding pagar depan dan samping; (6) Sebagian lantai baru agar kelihatan ruang salat
aslinya; (7) Bangunan tempat wudlu pria, dilepaskan dari serambi samping sisi utara; (8) Bangunan
tempat wudlu wanita, dilepaskan dari serambi samping sisi selatan. Ketiga, rehabilitasi terhadap (1)
elemen-elemen konstruksi bangunan ruang salat yang rusak; (2) Penutup atas bagian mihrab; (3)
Membersihkan cat pada dinding trisik bagian bawah dari dinding luar bangunan ruang salat; (4)
Melengkapi elemen-elemen bangunan dan konstruksi yang hilang.

Kerusakan dan pelapukan bahan Masjid Agung Kauman Semarang dilihat sepintas tidak
kelihatan begitu parah. Tidak tampak adanya kerusakan yang disebabkan oleh faktor internal seperti
struktur, beban, bahan, dan tanah dasar. Sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh faktor
eksternal yang tampak adalah pengaruh iklim terutama suhu, kelembapan, air hujan, dan faktor
lingkungan. Oleh karena Masjid Agung Kauman Semarang merupakan live monument, maka selalu
dipelihara secara teratur oleh pengurus masjid dengan cara yang sederhana atau rekayasa, untuk
memperkecil kerusakan atau pelapukan yang disebabkan oleh kedua faktor tersebut diatas. Berikut
adalah analisis kerusakan dan kelapukan pada Masjid Agung Kauman.

A. Analisis Kerusakan dan Pelapukan


1. Atap : kerangka Kayu
Struktur kerangka kayu pada umumnya masih dalam kondisi baik, dalam arti tidak
terjadi kerusakan yang membahayakan konstruksi atap secara menyeluruh. Kerusakan
yang terjajdi hanya berupa retakan pada bagian kayu blandar dan kuda – kuda pada atap
1 dan Tiang utama diatas lantai loteng. Degradasi lainnya yang terjadi pada kerangka kayu
adalah tumbuhnya jamur pada beberapa bagian kayu seperti; dudur, gording, tiang
penyangga, dan blandar.
2. Seng
Kondisi seng pada pada atap umumnya masih dalam keadaan baik, tidak dijumpai
adanya kebocoran dan karat-karat dari hasil proses oksidasi terlihat sedikit.
3. Lantai Loteng
Kondisi kayu seluruh lantai loteng masih cukup baik, tidak dijumpai adanya
kerusakan maupun pelapukan, dan keadaannya masih cukup kuat. Namun demikian,
tingkat keterawatan lantai loteng cukup memprihatinkan, karena kurang perawatan,
sehingga kotoran seperti: debu, sampah, dan kotoran burung menumpuk di atas lantai.
4. Dinding Papan Kayu
Dari hasil observasi tampak bahwa kondisi kayu sangat kering. Kerusakan berupa
retakan terjadi pada bagian-bagian kayu yang lunak.

5. Dinding
Di beberapa tempat plaster dinding telah mengalami pelapukan (strukturnya
terurai dan mudah mengelupas). Akibat pengelupasan ini, beberapa pasangan bata
sampai terlihat dari luar. Lokasi yang banyak mengalami pelapukan tersebut meliputi;
dinding sisi Barat, sisi Selatan, dan Timur, sedangkan dinding sisi Utara relatif sedikit.
6. Pintu dan Daun Jendela
Pintu dan jendela, berikut daunnya pada sisi Timur, Utara, dan Selatan ruang salat
utama sebagian besar dalam kondisi baik, karena terlindung dari panas dan hujan, dan
seluruh kayu dilapisi cat. Sementara itu, kondisi kayu pada jendela sisi Barat telah banyak
yang rapuh dan rusak, bahkan hancur.
7. Pilar
Seperti halnya pada dinding, plester-plester pilar di ruang utama telah mengalami
pengelupasan pada ketinggian 250 – 300 cm dari lantai.

Gambar 2.1 Pilar Masjid Agung Kauman sebelum konservasi

8. Lantai
Lantai masih dalam kondisi baik
9. Pintu Gerbang
Kerusakan dan pelapukan yang terjadi pada pintu gerbang ini adalah kondisi
plester yang mudah mengelupas dan terurai strukturnya.
Gambar 2.2 Masjid Agung Kauman sebelum konservasi

Gambar 2.3 Masjid Agung Kauman sebelum konservasi

B. Konsep penanganan Konservasi

Penanganan konservasi bangunan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu rehabilitasi atau
di bongkar kemudian direkontruksi kembali. Berdasarkan analisis kerusakan dan pelapukan bahan
bangunan yang terjadi pada Masjid Agung Kauman Semarang, maka penanganannya cukup
dilakukan dengan cara "insitu" atau rehabilitasi untuk memperbaiki atau mengganti komponen
bangunan yang rusak atau lapuk. Jadi tidak perlu dilakukan pembongkaran struktur bangunan atau
pemugaran. Untuk melaksanakan konservasi tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut.

a. Bahan Kayu
Konservasi pada bahan kayu dapat dilakukan dengan beberapa metode, yakni pertama,
pembersihan. Kedua, perbaikan. Ketiga, pengawetan/threatment dilakukan dengan bahan
pestisida. Keempat, pelapisan atau coating. Pelapisan (coating) pada kayu, dimaksudkan untuk
mencegah kapilarisasi air yang dapat menyebabkan pembusukan atau pelapukan.
b. Bahan Logam
Bahan logam yang terdapat pada Masjid Agung Kauman Semarang meliputi; atap seng, daun
pintu gerbang, dan engsel daun pintu dan jendela. Penanganan konservasi yang utama pada
bagian ini adalah pembersihan karat.
c. Plester dinding, Pilar, dan Pintu Gerbang.
Plester-plester yang mengalami pelapukan dilapisi dan dibersihkan, kemudian diganti dengan
plester baru, dengan campuran; pasir : semen merah = 2 : 1 : 1. Tekstur campuran diusahakan
sama dengan plester asli. Selanjutnya untuk mengatasi kapilarisasi air pada dinding dapat
dilakukan dengan cara membuat lapisan kedap air pada dinding bagian bawah. Bahan yang
digunakan untuk lapisan kedap air dapat dari campuran semen : pasir yang dimasukkan dalam
dinding yang dilobangi sampai tembus.

Gambar 2.4 Pilar Masjid Agung Kauman setelah konservasi

Gambar 2.5 Masjid Agung Kauman setelah konservasi

Gambar 2.6 Masjid Agung Kauman setelah konservasi


2.2 Pendekatan Perancangan Eco pada bangunan Rumah Botol Ridwan Kamil

Ridwan Kamil adalah arsitek muda Indonesia dengan reputasi Internasional. Nama besar
dan karya-karyanya menjadi inspirasi bagi banyak arsitek muda lainnya di Indonesia. Selain sibuk
berprofesi sebagai arsitek, Ridwan Kamil juga menjadi penggagas dan Direktur dari Bandung
Creative City Forum. Salah satu masterpiece arsitektur Ridwan Kamil adalah rumah tinggalnya
sendiri yang dikenal dengan Rumah Botol. Terletak di kota berhawa sejuk, Bandung, Indonesia,
arsitek yang akrab disapa dengan sebutan Emil ini membangun rumahnya dari 30,000 botol kaca
bekas minuman energi. Rumah botol di bagi menjadi 3 zona yaitu zona pertama terdapat paviliun
untuk tamu. Di zona ini dinding paviliun secara keseluruhan terbuat dari botol daur ulang. Dinding
botol ini membuat udara dari luar masuk ke dalam ruangan dan memberikan sirkulasi udara segar
ke dalam ruangan. Lalu zona 2 terdapat area utama untuk beraktivitas dan kamar tidur anak.
Ruangan-ruangan privat di dalam rumah seperti kamar tidur mendapatkan pencahayaan penuh
karena penggunaan kaca eksposur. Namun karena posisi kamar yang menghadap ke arah barat,
panas matahari juga masuk melalui arah ini. Namun karena posisi kamar yang menghadap ke arah
barat, panas matahari juga masuk melalui arah ini. Untuk mengecilkan dampak panas yang diterima,
botol digunakan dan diletakkan pada bagian dinding eksterior. Tidak hanya itu, dengan meletakkan
panel kaca berjarak 60 cm dari dinding botol kaca, udara panas akan terperangkap di botol kaca dan
tidak masuk ke dalam ruangan. Hal ini sudah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan
departemen arsitektur di universitas Katolik Parahyangan. Untuk zona ketiganya terdapat area
seperti garasi, dapur, ruang makan, dan perpustakaan. Ridwan Kamil mendesain dan membuat
berbagai elemen langsung ditempat bukan pabrikan. Analisis penerapan metode pendekatan eco-
green pada Rumah Botol Ridwan Kamil antara lain sebagai berikut.
A. Analisis penerapan metode pendekatan eco-green
1. Penggunaan material bekas
Untuk mendesain rumah botol itu Bapak Ridwan Kamil mengumpulkan 30.000
botol kaca selama dua tahun. Selain untuk mewujudkan konsep yang dirancangnya, hal itu
juga dilakukan untuk mengurangi sampah yang ada di kotanya. Hal ini sesuai dengan
konsep green architecture “Minimizing New Resources” yaitu meminimalisir penggunaan
sumber daya atau bahan yang baru dan menggunakan bahan bekas yang di daur ulang
dan tidak membahayankan bagi kesehatan penghuninya. Terbukti dengan penggunaan
30.000 botol kaca bekas minuman berenergi yang tidak diambil kembali oleh perusahaan
yang memproduksi. Botol – botol tersebut di fungsikan sebagai interior dan eksterior dinding
sehingga menjadi estetika yang bagus dan tentu sangat eye – catching dan menjadi karya
seni pada bagian interiornya.

Gambar 2.7 Penggunaan Botol Kaca pada


Rumah Botol
2. Menghemat penggunaan lampu pada siang hari.
Dengan menggunakan botol kaca sebagai interior dindingnya dimana sifat kaca
tersebut adalah tembus pandang sehingga menyebabkan cahaya matahari masuk dengan
mudah. Cahaya matahari terfilter melalui botol dan membentuk pola bayangan pada ruang
dalam dan menciptakan susana yang spesial. Konsep ini sesuai dengan prinsip green
architecture “Conserving Energy” yaitu meminimalisir atau mengoptimalkan penggunaan
ernergi listrik.

Gambar 2.8 Cahaya masuk melalui botol kaca dan rongga – rongga

3. Tidak perlu menggunakan pendingin ruangan


Adanya konsep ventilasi yang jelas seperti pintu geser dan lipat serta jendela yang
dapat dibuka penuh membuat rumah ini tidak memerlukan penggunaan pendingin ruangan.
Halaman pada area outdoor pun menyediakan udara segar yang dapat masuk melalui
ventilasinya. Udara dingin pun dihasilkan melalui fitur air yang tersedia di area outdoor.

Gambar 2.9 Jendela yang dapat di buka penuh


BAB III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Metode pendekatan konservasi yang dilakukan pada bangunan Masjid Agung
Kauman, Semarang di bagi menjadi 3 yaitu demolisi, rekonstruksi, dan rehabilitasi. Dengan
tahapan sebagai berikut Pertama, demolisi, yakni (1) Bangunan kantor Yayasan Masjid,
Sebagai bangunan pelengkap dapat diatur kembali penempatannya; (2) Bangunan serambi
depan, karena arsitekturnya tidak sesuai, tetapi masih bisa direkayasa bentuk arsitekturnya; (3)
Bangunan perluasan serambi samping utara bagian barat; (4) Bangunan dinding pagar depan
dan samping; (5) Pelataran/halaman depan yang dipaving perlu ditata ulang. Kedua,
rekonstruksi terhadap (1) pilar-pilar kayu struktur utama serambi samping selatan dan utara; (2)
Serambi depan dan bangunan kuncung dan pagar/balustrade; (3) Dinding lengan bangunan
pintu gerbang utama; (4) Dinding lengan barat pintu gerbang samping sisi selatan; (5) Dinding
pagar depan dan samping; (6) Sebagian lantai baru agar kelihatan ruang salat aslinya; (7)
Bangunan tempat wudlu pria, dilepaskan dari serambi samping sisi utara; (8) Bangunan tempat
wudlu wanita, dilepaskan dari serambi samping sisi selatan. Ketiga, rehabilitasi terhadap (1)
elemen-elemen konstruksi bangunan ruang salat yang rusak; (2) Penutup atas bagian mihrab;
(3) Membersihkan cat pada dinding trisik bagian bawah dari dinding luar bangunan ruang salat;
(4) Melengkapi elemen-elemen bangunan dan konstruksi yang hilang.

Metode pendekatan Green Architecture yang di terapkan pada bangunan Rumah Botol
Ridwan Kamil yaitu yang pertama, penggunaan material bekas hasil daur ulang (Botol kaca
bekas minuman berenergi), yang kedua, penghematan penggunaan energi listrik pada siang
hari karena cahaya matahari dapat masuk melalui botol kaca dan rongga – rongga yang
diciptakan oleh pasangan botol kaca dan yang ketiga, tidak perlunya menggunakan pendingin
udara karena Adanya konsep ventilasi yang jelas seperti pintu geser dan lipat serta jendela yang
dapat dibuka penuh membuat rumah ini tidak memerlukan penggunaan pendingin ruangan.
Halaman pada area outdoor pun menyediakan udara segar yang dapat masuk melalui
ventilasinya. Udara dingin pun dihasilkan melalui fitur air yang tersedia di area outdoor.
Daftar Pustaka

https://finifio.wordpress.com/2016/06/04/apa-itu-konservasi-arsitektur/
https://www.researchgate.net/publication/307804586_KONSERVASI_MASJID_AGUNG_KAUMAN
_SEMARANG_SEBAGAI_BENDA_CAGAR_BUDAYA
http://furnizing.com/article/rumah-botol-di-bandung-karya-ridwan-kamil
http://imagebali.net/detail-artikel/159-konsep-green-architecture-arsitektur-hijau-secara-umum.php
http://arsitektourhijau.blogspot.co.id/2015/10/green-architecture-di-indonesia.html

Вам также может понравиться