Вы находитесь на странице: 1из 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ENDAPAN MINERAL

DIMENSI URAT

Disusun Oleh:
Mochammad Afif Bastian
21100116130078

LABORATORIUM SUMBERDAYA MINERAL DAN BATUBARA


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
MARET 2018
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Maksud

 Mengetahui Jenis dan tipe urat


 Mengetahui Genesa Urat berdasarkan tipe endapan

I.2 Tujuan

 Dapat mengetahui jenis dan tipe urat berdasarkan kenampaka megaskopis


 Dapat mengetahui genesa urat berdasarkan tipe endapan

I.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum

 Praktikum pertama:
Hari : Selasa
Tanggal : 13 Maret 2018
Waktu : 18.30 WIB – selesai
Tempat : Ruang GS 201, Gedung Pertamina Sukowati Teknik
Geologi, Universitas Diponegoro
BAB II

HASIL DESKRIPSI
HASIL DESKRIPSI
ACARA : DIMENSI URAT
Nama : Mochammad Afif Bastian Peraga : A1
Nim : 21100116130078
Gambar :

Deskripsi Batuan : warna :Abu- abu


Struktur :Masif
Tekstur :Afanitik
Nama Batuan :Batuan Metamorf
Deskripsi Urat :
Warna : putih
Kemenerusan : Menerus
Mineral Urat : Kuarsa
Jenis Urat : Colloform
Tipe Endapan : Low Sulfidation Epitermal

Genesa : Urat Pada batuan ini terbentuk karena adanya litologi yang
memiliki rekahan didalamnya, dimana letak litologi ini berada dibawah permukaan
bumi. Kemudian terdapat fluida hidrotermal sisa pembekuan magma yang bergerak ke
wilayah litologi ini. Tetapi karena terdapat pengaruh air meteorik yang bercampur
dengan fluida hidrotermal ini maka kandungan sulfidanya (keasamannya) menjadi
berkurang. Kemudian larutan ini mengisi litologi ini karena adanya rekahan pada
batuannya yang diinterpretasikan terbentuk akibat gaya tektonik. Kemudian larutan ini
mengisi secara perlahan-lahan sisi rekahan sampai pada akhirnya rekahan ini terisi
semua oleh larutan hidrotermal ini.
HASIL DESKRIPSI
ACARA : DIMENSI URAT
Nama : Mochammad Afif Bastian Peraga : B1
Nim : 21100116130078
Gambar :

Deskripsi Batuan : warna :Hijau Keabuan


Struktur :Inequigranular
Tekstur :Masif
Nama Batuan :Rhyolit Porfir
Deskripsi Urat :
Warna : Putih
Kemenerusan : Tidak Menerus
Mineral Urat : Kuarsa
Jenis Urat : Masif
Tipe Endapan : High Sulfidation Epitermal

Genesa : Urat Pada batuan ini terbentuk karena adanya litologi yang
memiliki rekahan didalamnya, dimana letak litologi ini berada dibawah permukaan
bumi. Kemudian terdapat fluida hidrotermal sisa pembekuan magma yang bergerak ke
wilayah litologi ini. Tetapi karena terdapat caprock ( batuan immpermeabel diatas jalur
fluida hidrotermal ini maka tidak terjadi boiling air meteorik sehingga kadar sulfida
pada larutan ini tetap tinggi. Kemudian larutan ini mengisi litologi ini karena adanya
rekahan pada batuannya yang diinterpretasikan terbentuk akibat gaya tektonik.
Kemudian larutan ini mengisi secara perlahan-lahan sisi rekahan sampai pada akhirnya
rekahan ini terisi semua oleh larutan hidrotermal ini
HASIL DESKRIPSI
ACARA : DIMENSI URAT
Nama : Mochammad Afif Bastian Peraga : C2
Nim : 21100116130078
Gambar :

Deskripsi Batuan : warna : Coklat Muda


Struktur : Masif
Tekstur :-
Nama Batuan : Batuan Beku asam
Deskripsi Urat :
Warna : Putih
Kemenerusan : Menerus
Mineral Urat : Kuarsa
Jenis Urat : Tipe EDM
Tipe Endapan : Porfiri

Genesa : Urat pada batuan ini terbentuk ketika fase syn-magmatik


dimana akibat adanya panas dari magma membuat batuan samping disekitar intrusi
menjadi merekah. Dimana rekahan – rekahan ini menjadi lokasi pengendapan fluida
magmatik. Hal ini diinterpretasikan berdasarkan kenampakan batuan serta bentukan
dari urat yang berada di batuan ini.
HASIL DESKRIPSI
ACARA : DIMENSI URAT
Nama : Mochammad Afif Bastian Peraga : D2
Nim : 21100116130078
Gambar :

Deskripsi Batuan : warna : Putih


Struktur :Masif
Tekstur : ½ - 1 mm ,subrounded ,wellsorted ,tertutup
Nama Batuan : batu pasir ( went worth 1922 )
Deskripsi Urat :
Warna : Putih
Kemenerusan : Menerus
Mineral Urat : Kalsit
Jenis Urat : Crustiform
Tipe Endapan : Epitermal Low Sulfidation

Genesa : Urat Pada batuan ini terbentuk karena adanya litologi yang
memiliki rekahan didalamnya, dimana letak litologi ini berada dibawah permukaan
bumi. Kemudian terdapat fluida hidrotermal sisa pembekuan magma yang bergerak ke
wilayah litologi ini. Tetapi karena terdapat pengaruh air meteorik yang bercampur
dengan fluida hidrotermal ini maka kandungan sulfidanya (keasamannya) menjadi
berkurang. Kemudian larutan ini mengisi litologi ini karena adanya rekahan pada
batuannya yang diinterpretasikan terbentuk akibat gaya tektonik. Kemudian larutan ini
mengisi secara perlahan-lahan sisi rekahan sampai pada akhirnya rekahan ini terisi
semua oleh larutan hidrotermal ini.
BAB III
PEMBAHASAN

Telah dilakukan praktikum endapan mineral acara dimensi urat pada tanggal 13
Maret 2018 dimana praktikum ini bertujuan untuk mengetahui jenis ,tipe dan genesa
urat berdasarkan kenampakan megaskopis batuan. Praktikum ini dilakukan dengan cara
mendeskripsikan jenis ,tipe urat pada batuan untuk mengetahui genesa dari urat
tersebut. Berikut merupaka pembahasannya.
3.1 Peraga A1
Berdasarkan kenampakan megaskopisnya batuan ini memiliki warna
yang cenderung abu-abu gelap dengan struktur yang utuh, pejal atau biasa
disebut sebagai masif. Mineral pada batuan ini tidak dapat dideskripsikan
karena ukurannya yang cenderung kecil atau biasa disebut bertekstur afanit.
Dilihat dari strukturnya yang masif dan cenderung keras dapat mengindikasikan
bahwa host rock dari urat ini merupakan batuan metamorf.
Urat pada batuan ini cenderung memiliki bentukan yang halus dan dari
bentukannya ini menunjukkan bahwa proses pembentukannya secara perlahan
dan dalam waktu yang lama. Dimana urat pada batuan ini menunjukkan pola
pertumbuhan dari tepi rekahan menuju bagian tengah. Urat ini memiliki warna
putih dimana setelah ditetesi HCl tidak menimbulkan buih sehingga dapat
disimpulkan bahwa urat ini merupakan urat kuarsa. Urat pada batuan ini
menerus dari ujung sampai ujung batuannya yang berarti bahwa urat ini
terbentuk setelah batuannya terbentuk. Berdasarkan hasil deskripsi ini dapat
disimpulkan bahwa urat pada batuan ini tergolong low sulfidation epitermal .
Dari hasil deskripsi secara petrologi dan urat dapat dilakukan
interpretasi genesa peraga ini. Dimana diinterpretasikan pada mulanya batuan
ini telah terbentuk terlebih dahulu kemudian terjadi event tektonik yang
menyebabkan terbentuknya rekahan dengan skala sedang pada litologi ini.
Dimana litologi ini berada kurang lebih 1km dibawah permukaan bumi.
Kemudian terdapat aktivitas vulkanisme yang berada dekat dengan litologi ini.
Yang mana akibat adanya aktivitas vulkanisme ini maka terdapat larutan
hidrotermal hasil sisa pembekuan magma. Larutan ini akan mengalami
pergerakan untuk keluar dari magma dimana lartan ini memiliki komposisi
mineral yang tidak dapat terikat pada saat fase pendinginan magma. Kemudian
karena terdapat faktor eksogen berupa air meteorik menyebabkan magma ini
tercampur oleh air meteorik sehingga kandungan sulfidanya menjadi rendah
dan tingkat keasamannya menjadi turun. Hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan tidak ada cap rock ( lapisan yang impermeabel ) diatas jalur fluida
hidrotermal ini sehingga memungkinkan untuk terjadi percampuran. Kemudian
fluida hidrotermal ini bergerak mengisi rekahan-rekahan batuan yang
dilewatinya. Dimana ketika fluida ini melewati rekahan terdapat mineral –
mineral yang mengendap dan membeku di tepi-tepi rekahannya yang lama
kelamaan akan menutup jalur fluida hidrotermalnya.

3.2 Peraga B1
Berdasarkan kenampakan megaskopisnya batuan ini memiliki warna
yang hijau keabuan cenderung cerah dengan struktur yang utuh, pejal atau
biasa disebut sebagai masif. Mineral pada batuan ini tidak dapat dideskripsikan
karena ukurannya yang cenderung kecil tetapi seragam sehingga dapat
dilingkan inequigranullar afanitik. Batuan ini tergolong holokristalin karena
tersusun atas keselurhan mineral. Berdasarkan hasil pengamatan dapat
diinterpretasikan bahwa batu ini tergolong batuan beku dengan nama Rhyolit
Porfir berdasarkan klasifikasi Thrope and Brown 1985 .
Urat pada batuan ini cenderung memiliki bentukan yang tebal dimana
ukuran dari uratnya cenderung besar yang dapat mengindikasikan bahwa
larutan hidrotermal pengisi rekahan ini berjumlah banyak dan kemudian
mengisi dalam jumlah yang banyak dan membeku secara bersamaan. Urat ini
memiliki warna putih dimana setelah ditetesi HCl tidak menimbulkan buih
sehingga dapat disimpulkan bahwa urat ini merupakan urat kuarsa. Urat pada
batuan ini terletak secara setempat- setempat tetapi memiliki ukuran yang besar
sehingga dapat disimpulkan bahwa urat ini tidak bersfat menerus. Berdasarkan
hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa urat pada batuan ini tergolong High
sulfidation epitermal .
Dari hasil deskripsi secara petrologi dan urat dapat dilakukan
interpretasi genesa peraga ini. Dimana diinterpretasikan terdapat aktivitas
magmatisme diwilayah terbentuntuknya batuan ini. Hal ini dilihat dari tipe
batuannya yang merupakan batuan beku sehingga dapat diinterpretasikan lebih
jauh lagi bahwa aktivitas magmatisme ini merupakan aktivitas lanjutan dari
fase pembentukan batuan ini. Kemudian dikarenakan adanya faktor pendingan
magma dan kristalisasi mineral pada fase magmatik. Mineral mineral yang
tidak dapat terikat pada saat pendinginan akan larut bersama larutan
hidrotermal sisa pembekuan dan akan keluar dari zona pembekuan magma ini.
Diinterpretasikan larutan hidrotermal ini tidak mengalami pencampuran oleh
air meteroik karena pada uratnya menunjukkan bahwa terdapat struktur vuggy
quartz yang mencirikan bahwa tergolong high sulfidation epitermal. Kemudian
karena tingkat keasaman larutan ini sangat tinggi diinterpretasikan melarutan
beberaa bagian dari batuan peraga ini sehingga lubang sisa leaching ini
digantikan oleh larutan hidrotermal yang kemudian mengalami pembekuan di
rongga tersebut.

3.3 Peraga C2
Berdasarkan kenampakan megaskopisnya batuan ini memiliki warna
yang coklat muda (cream) dengan struktur yang utuh, pejal atau biasa disebut
sebagai masif. Mineral pada batuan ini tidak dapat dideskripsikan karena
ukurannya yang cenderung kecil atau biasa disebut bertekstur afanit. Dilihat
dari bentukan dan warnanya dapat mengindikasikan bahwa host rock dari urat
ini merupakan batuan bekuasam .
Urat pada batuan ini cenderung memiliki bentukan halus dengan
ketebalan yang tipis dimana urat ini saling berhubungan dan saling menerus
antar urat yang lain, sehingga membentuk stock work. Dimna hal ini dapat
digunakan sebagai acuan bahwa tipe endapan urat ini tergolong porifir.
Kemudian dilihat dari terkstur uratnya yang cendeung tipis tetapi menerus
dapat diinterpretasikan bahwa urat ini tergolong tipe A. Kemudian ketika
ditetesi larutan HCl tidak menimbulkan reaksi buih yang mengindikasikan
bahwa urat ini tersusun atas kuarsa ( SiO2 ). Dimana pembekuan mineral urat
ini terjadi secara bersamaan karena teksturnya yang seragam.
Dari hasil deskripsi secara petrologi dan urat dapat dilakukan
interpretasi genesa peraga ini. Dimana mulanya terdapat intrusi magma asam
disuatu wilayah. Dimana akibat adanya intrusi ini menyebabkan wallrock
sekitar intrusi menjadi merekah akibat adanya pengaruh tekanan dan
peningkatan suhu yang tinggi karena aktivitas magma tersebut. Pada intrusi
tersebut terdapat larutan magmatik yang akan keluar karena tidak dapat terikat
oleh mineral yang terkristalisasi. Larutan ini akan mengisi celah diantara
wallrock yang telah merekah akibat intrusi tadi. Larutan ini akan membeku
secara bersamaan karena tingkat suhu yang tidak turun secara ekstrim dan tidak
ada pengaruh eksogen.
3.4 Peraga D1 dan D2
Berdasarkan kenampakan megaskopisnya batuan ini memiliki warna
yang putih kecoklatan dimana memiliki struktur yang utuh dan pejal atau biasa
disebut masif. Dilihat dari teksturnya batuan ini memiliki ukuran butir sekitar
½ - 1 mm atau tergolong pasir kasar dimana memiliki ukuran butir yang
seragam satu sama lain sehingga tergolong wellsorted. Dilihat dari jarak antar
butirnya yang rendah dapat diinterpretasikan bahwa kemasnya tergolong
tertutup dimana bentukan butirnya subrounded.
Urat pada batuan ini cenderung memiliki bentukan yang kasar dan dari
bentukannya ini menunjukkan bahwa proses pembentukannya secara perlahan
dan dalam waktu yang lama. Dimana urat pada batuan ini menunjukkan pola
pertumbuhan dari tepi rekahan menuju bagian tengah. Urat ini memiliki warna
putih dimana setelah ditetesi HCl menimbulkan buih sehingga dapat
disimpulkan bahwa urat ini merupakan urat kalsit. Urat pada batuan ini menerus
dari ujung sampai ujung batuannya yang berarti bahwa urat ini terbentuk setelah
batuannya terbentuk. Berdasarkan hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa
urat pada batuan ini tergolong low sulfidation epitermal . Dari tekstur uratnya
yang kasar dapat diinterpretasikan bahwa tipe uratnya merupaka crustiform.
Dari hasil deskripsi secara petrologi dan urat dapat dilakukan
interpretasi genesa peraga ini. Dimana diinterpretasikan pada mulanya batuan
ini telah terbentuk terlebih dahulu kemudian terjadi event tektonik yang
menyebabkan terbentuknya rekahan dengan skala sedang pada litologi ini.
Dimana litologi ini berada kurang lebih 1km dibawah permukaan bumi.
Kemudian terdapat aktivitas vulkanisme yang berada dekat dengan litologi ini.
Yang mana akibat adanya aktivitas vulkanisme ini maka terdapat larutan
hidrotermal hasil sisa pembekuan magma. Larutan ini akan mengalami
pergerakan untuk keluar dari magma dimana lartan ini memiliki komposisi
mineral yang tidak dapat terikat pada saat fase pendinginan magma. Kemudian
karena terdapat faktor eksogen berupa air meteorik menyebabkan magma ini
tercampur oleh air meteorik sehingga kandungan sulfidanya menjadi rendah
dan tingkat keasamannya menjadi turun. Hal ini dapat terjadi karena
kemungkinan tidak ada cap rock ( lapisan yang impermeabel ) diatas jalur fluida
hidrotermal ini sehingga memungkinkan untuk terjadi percampuran. Kemudian
fluida hidrotermal ini bergerak mengisi rekahan-rekahan batuan yang
dilewatinya. Dimana ketika fluida ini melewati rekahan terdapat mineral –
mineral yang mengendap dan membeku di tepi-tepi rekahannya yang lama
kelamaan akan menutup jalur fluida hidrotermalnya.
BAB IV
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
 Peraga A1 tergolong tipe endapan low sulfidation epitermal karena dari
bentukan uratnya yang kecil, tipis, halus dan teratur. Tipe uratnya tergolong
colloform
 Peraga B2 tergolong tipe endapan High sulfidation epitermal karena dari
bentukan uratnya yang besar dan masif serta berdasarkan kandungan uratnya
dan terdapat struktur vuggy kuarsa. Tipe uratnya berupa masif.
 Peraga C2 tergolong tipe endapan porfiri karena dilihat dari uratnya yang
berbentuk stockwork serta ukurannya yang tipis-tipis . Urat ini memiliki tipe
EDM karena memiliki kemenerusan serta ukurannya yang kecil.
 Peraga D2 tergologn tipe endapan low sulfidation epitermal karena dilihat dari
uratnya yang kasar dan besar serta penyusunnya yang lebih dominan
karbonatan (kalsit).Tipe uratnya merupakan crustiform karena besar dan kasar.

5.2 Saran
 Peraga lebih banyak lagi
 Materi lebih diperluas lagi
 Kurangnya pemahaman praktikan tentang tipe urat

Вам также может понравиться