Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA APRIL 2016
OLEH :
Andi Anugerah Suci (110 209 0142)
PEMBIMBING :
Dr. dr. Azwar Amir, Sp.U
1
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Tanggal lahir : 08-11-2005
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Sugitanga Kab. Gowa
Agama : Islam
No. RM : 751260
Tanggal masuk : 26/3/2016
2
Riwayat Keluarga:
- Riwayat keluarga yang menderita penyakit dengan keluhan yang sama
tidak ada
-
III. STATUS PRESENT
Sakit Sedang / Gizi cukup / compos mentis
Tanda vital :
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit reguler
Pernapasan : 26 x/menit
Suhu : 36,6 oC (axilla)
Mata
Eksoptalmus/Enoptalmus : tidak ada
Gerakan : ke segala arah
3
Kornea : jernih
Telinga
Pendengaran : dalam batas normal
Tophi : tidak ada
Nyeri tekan di prosesus mastoideus : tidak ada
Hidung
Perdarahan : tidak ada
Sekret : tidak ada
Mulut
Bibir : pucat tidak ada, kering tidak ada
Lidah : kotor tidak ada, tremor tidak ada,
hiperemis tidak ada
Tonsil : T1 – T1, hiperemis tidak ada
Faring : hiperemis tidak ada
Gigi geligi : caries tidak ada
Gusi : perdarahan gusi tidak ada
Leher
Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran
DVS : R+0 cm H2O 30º dengan bidang
datar.
Kaku kuduk : tidak ada
Tumor : tidak ada
Dada
Inspeksi :
Bentuk : normochest, simetris kiri = kanan
Pembuluh darah : tidak ada kelainan
4
Buah dada : simetris kiri = kanan
Sela iga : dalam batas normal
Paru
Palpasi :
Nyeri tekan : kiri dan kanan tidak ada
basal paru
Perkusi :
Paru kiri : sonor (beralih pekak pada basal)
Paru kanan : sonor (beralih pekak pada basal)
Batas paru-hepar : ICS V-VI
Bunyi tambahan : Rh Wh
- - - -
- -
- - - -
Jantung - -
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : dalam batas normal
5
Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular,
bunyi tambahan tidak ada
Perut
Inspeksi : cembung, ikut gerak napas
Ekstremitas
Edema kanan dan kiri tidak ada
Status Lokalis
Regio Costovertebralis sinistra :
- Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak hematom, tidak
ada massa tumor.
- Palpasi : ballotement ginjal teraba, tidak teraba massa tumor, tidak
ada nyeri tekan.
- Perkusi : tidak ada nyeri ketok
Regio Costovertebralis Dextra :
- Inspeksi : warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak hematom,
tidak ada massa tumor.
- Palpasi : ballotement ginjal tidak teraba, tidak teraba massa tumor,
tidak ada nyeri tekan.
- Perkusi : tidak ada nyeri ketok
6
Regio suprapubis
- Inspeksi : Terdapat rambut pubis, tidak ada benjolan
- Palpasi : nyeri tekan tidak ada, teraba buli-buli berisi
- Perkusi : timpani
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
7
SGOT 24 38 U/L
SGPT 32 41 U/L
GDS 94 70-110 mg/dL
Kalium 3,8 3.5-4.5 mmol
Natrium 143 136-145 mmol
Klorida 103 97-111 mmol
Kesan : Anemia
Trombositosis
Leukositosis
8
Kesan : Leukosituria
CT Scan abdomen (26/3/2016)
Kesan : Normal
9
VI. ASSESMENT :
Fimosis + hidronefrosis bilateral
VII. PLANNING
Rencana sirkumsisi
VIII. PROGNOSIS
Quad ad functionam : Dubia et bonam
Quad ad sanationam : Dubia et bonam
Quad ad vitam : Dubia et bonam
Resume
Pasien anak laki-laki umur 10 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
saat buang air kecil sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu. Menurut
keluarga, pasien mengeluh susah untuk memulai buang air kecil dan
pancaran berkemih melemah, serta mengeluh terdapat gelembung setiap
buang air kecil di ujung penisnya. Selama ini pasien berobat di Puskesmas
apabila merasa nyeri ketika buang air kecil. Riwayat trauma tidak ada.
Ada demam. Riwayat hematuria, buang air kecil berbatu atau berpasir,
buang air kecil keruh ada.
Pada pemeriksaan fisis, didapatkan ballotement ginjal pada regio
costovertebralis sinistra dan dextra. Pada regio genitalia eksterna,
didapatkan tampak fimosis, tidak ada hiperemis pada frenulum, dan
preputium tidak dapat ditarik ke proksimal
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Fimosis adalah suatu kelainan dimana preputium penis yang tidak dapat
di retraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glandis. Preputium penis
merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium
selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat
lahir, namun seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan terjadi proses
keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian
dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. 1,2
Di Jepang, fimosis ditemukan pada 88% bayi yang berusia 1 hingga 3
bulan dan 35% pada balita berusia 3 tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8%
pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun.
Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang
preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis
terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan
itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh.
Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10
tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok
terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila
tidak ditangani.1,2
11
2.1 Anatomi Dan Fisiologi Penis
Penis terdiri dari corpus penis, glans penis, sulcus coronal glans penis, dan
preputium. Preputium penis merupakan lipatan kulit seperti kerudung yang
menutupi glans penis. Normalnya, kulit preputium selalu melekat erat pada glans
penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring
bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi
proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis
bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans
penis.3,4
Bila dilihat dari penampang horizontal, penis terdiri dari 3 rongga yakni 2
batang korpus kavernosa di kiri dan kanan atas, sedangkan di tengah bawah
disebut korpus spongiosa. Kedua korpus kara kavernosa ini diliputi oleh jaringan
ikat yang disebut tunica albuginea, satu lapisan jaringan kolagen yang padat dan
di luarnya ada jaringan yang kurang padat yang disebut fascia buck.3
Korpus kavernosa terdiri dari gelembung-gelembung yang disebut
sinusoid. Dinding dalam atau endothel sangat berperan untuk bereaksi kimiawi
12
untuk menghasilkan ereksi. Ini diperdarahi oleh arteriol yang disebut arteria
helicina. Seluruh sinusoid diliputi otot polos yang disebut trabekel. Selanjutnya
sinusoid berhubungan dengan venula (sistem pembuluh balik) yang
mengumpulkan darah menjadi suatu pleksus vena lalu akhirnya mengalirkan
darah kembali melalui vena dorsalis profunda dan kembali ke tubuh.4,5
Penis dipersyarafi oleh 2 jenis syaraf yakni syaraf otonom (para simpatis
dan simpatis) dan syaraf somatik (motoris dan sensoris). Syaraf-syaraf simpatis
dan parasimpatis berasal dari hipotalamus menuju ke penis melalui medulla
spinalis (sumsum tulang belakang). Khusus syaraf otonom parasimpatis ke luar
dari medulla spinalis (sumsum tulang belakang) pada kolumna vertebralis di S2-4.
Sebaliknya syaraf simpatis ke luar dari kolumna vertebralis melalui segmen Th 11
sampai L2 dan akhirnya parasimpatis dan simpatis menyatu menjadi nervus
kavernosa. Syaraf ini memasuki penis pada pangkalnya dan mempersyarafi otot-
otot polos Syaraf somatis terutama yang bersifat sensoris yakni yang membawa
impuls (rangsang) dari penis misalnya bila mendapatkan stimulasi yaitu rabaan
pada badan penis dan kepala penis (glans), membentuk nervus dorsalis penis yang
menyatu dengan syaraf-syaraf lain yang membentuk nervus pudendus. Syaraf ini
juga berlanjut ke kolumna vertebralis (sumsum tulang belakang) melalui kolumna
vertebralis S2-4. Stimulasi dari penis atau dari otak secara sendiri atau bersama
sama melalui syaraf-syaraf di atas akan menghasilkan ereksi penis.1-5
Vaskularisasi untuk penis berasal dari arteri pudenda interna lalu menjadi
arteria penis communis yang bercabang 3 yakni 2 cabang ke masing-masing yakni
ke korpus kavernosa kiri dan kanan yang kemudian menjadi arteria kavernosa atau
arteria penis profundus yang ketiga ialah arteria bulbourethralis untuk korpus
spongiosum. Arteria memasuki korpus kavernosa lalu bercabang-cabang menjadi
arteriol-arteriol helicina yang bentuknya berkelok-kelok pada saat penis lembek
atau tidak ereksi. Pada keadaan ereksi, arteriol-arteriol helicina mengalami
relaksasi atau pelebaran pembuluh darah sehingga aliran darah bertambah besar
dan cepat kemudian berkumpul di dalam rongga-rongga lakunar atau sinusoid.
Rongga sinusoid membesar sehingga terjadilah ereksi. Sebaliknya darah yang
mengalir dari sinusoid ke luar melalui satu pleksus yang terletak di bawah tunica
13
albugenia. Bila sinusoid dan trabekel tadi mengembang karena berkumpulnya
darah di seluruh korpus kavernosa, maka vena-vena di sekitarnya menjadi tertekan.
Vena-vena di bawah tunica albuginea ini bergabung membentuk vena dorsalis
profunda lalu ke luar dari Corpora Cavernosa pada rongga penis ke sistem vena
yang besar.6
14
b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true
phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Fimosis Patologis didefinisikan
sebagai ketidakmampuan untuk menarik preputim setelah sebelumnya
yang dapat ditarik kembali. Fimosis ini disebabkan oleh sempitnya muara
di ujung kulit kemaluan secara anatomis. Hal ini berkaitan dengan
kebersihan (higiene) yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit
preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit
preputium (forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan
menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit
preputium yang membuka.4
Rickwood mendefinisikan fimosis patologis adalah kulit distal penis
(preputium) yang kaku dan tidak bisa ditarik, yang disebabkan oleh
Balanitis Xerotica Obliterans (BXO).5
15
Fimosis Fisiologis Fimosis Patologis
2.4 Patofisiologi
Fimosis yang fisiologis merupakan hasil dari adhesi lapisan-lapisan epitel
antara preputium bagian dalam dengan glans penis. Adhesi ini secara spontan
akan hilang pada saat ereksi dan retraksi preputium secara intermiten, jadi seiring
dengan bertambahnya usia (masa puber) phimosis fisiologis akan hilang.
Higienitas yang buruk pada daerah sekitar penis dan adanya balanitis atau
balanophostitis berulang yang mengarah terbentuknya scar pada orificium
preputium, dapat mengakibatkan fimosis patologis. Retraksi preputium secara
16
paksa juga dapat mengakibatkan luka kecil pada orificio preputium yang dapat
mengarah ke scar dan berlanjut phimosis. Pada orang dewasa yang belum
berkhitan memiliki resiko fimosis secara sekunder karena kehilangan elastisitas
kulit.6
17
2.5 Manisfestasi Klinis1,2
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin (“balloning” )
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat
mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal
tersebut disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan
dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar
melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul
rasa sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
2.6 Diagnosis2,7
Untuk menegakkan diagnosis didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pada anamnesis didapatkan keluhan berupa ujung kemaluan menggembung
saat mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih dan
Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
18
Pada pemeriksaan fisik kasus fimosis, dapat ditemukan kulit yang tidak
dapat diretraksi melewati gland penis. Pada fimosis fisiologis, bagian preputial
orifice tidak ada luka dan terlihat sehat, sedangkan pada fimosis patologis terdapat
jaringan fibrus berwana putih yang melingkar.5,6
19
3. Duk steril untuk mempersempit daerah operasi
4. Spoit steril beserta jarumnya serta obat anestesi lokal (prokain/lidokain
0,5-1 %)
5. Satu set peralatan pembedahan minor
Teknik
20
tengah, dan masukkan 0,5-1 mL larutan anestesi. Prosedur yang
sama dilakukan sisi kontralateral.
21
5. Pembersihan glans penis
Glans penis dibuka hingga sulkus koronarius terpapar. Bila ada
perlengketan preputium ke glans, bebaskan dengan klem arteri atau dengan
kassa steril. Bersihkan smegma yang terdapat di sekitar sulkus koronarius
glans penis dengan menggunakan kassa yang mengandung larutan
sublimat. Alat-alat yang digunakan untuk membersihkan glans penis tidak
boleh digunakan untuk prosedur selanjutnya karena sudah tidak steril.
22
(jahitan teugel/jahitan kendali) agar pemotongan kulit selanjutnya
lebih mudah dan simetris.
23
i. Setelah selesai penjahitan, mukosa frenulum di sebelah distal
digunting dari jahitan sebelumnya, dibersihkan dengan povidon
iodin 10 % dan diberikan salep antibiotik.
24
7. Pembalutan, dengan menggunakan kassa yang sudah diolesi salep
antibiotik. Hati-hati, jangan sampai penis terpuntir saat pembalutan. Dapat
pula dilakukan perawatan luka terbuka tanpa balutan.
Perhatikan adanya infeksi, pus, hematom, atau luka yang belum menutup.
Jika dibalut, balutan dibuka 4-5 hari kemudian setelah membasahi verban
dengan rivanol.
Balutan jangan terkontaminasi urin. Bila terkontaminasi, lakukan
penggantian balutan.
25
2.8 Komplikasi5
26
Gambar Parafimosis
2.9 Prognosis
Prognosis dari fimosis akan semakin baik bila cepat didiagnosis dan
ditangani.1
27
DAFTAR PUSTAKA
28