Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat-alat
Gelas ukur 10 ml
Tabung reaksi
Labu erlenmeyer 250 ml
Pipet tetes
Pipet ukur
Batang pengaduk
Lumpang dan alu
3.2 Bahan-bahan
NaCl
BaCl2
AgNO3
Amilum
I2
CCl4
Detergen
Gelatin
Sirup
Norit
Kertas saring
Akuades
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
No. Prosedur Pengamatan
1. Koagulasi
Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml BaCl2 + AgNO3 → terbentuk
BaCl2 endapan putih AgCl
Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml NaCl + AgNO3 → terbentuk
NaCl endapan putih AgCl
Ditambahkan 2 tetes AgNO3 ke dalam Endapan NaCl + AgNO3 lebih
masing-masing tabung reaksi banyak dari endapan BaCl2 +
Lalu diamati dan dibandingkan AgNO3
2. Dispersi Filtrat berubah menjadi biru tua
a. Ditimbang 1 gr amilum yang telah
dan terdapat endapan
digerus
Dimasukkan amilum ke dalam tabung
reaksi
Ditambahkan 5 ml aquades
Disaring dengan kertas saring, lalu Filtrat berwarna biru, tidak ada
ditetesi dengan I2 2 tetes dan diamati endapan
b.
Ditimbang 1 gr amilum yang tidak
digerus
Dimasukkan amilum ke dalam tabung
reaksi
Ditambahkan 5 ml H2O
Disaring lalu ditetesi dengan I2 2 tetes
4.2 Reaksi-reaksi
BaCl2 + 2AgNO3 → 2AgCl + Ba(NO3)2
NaCl + AgNO3 → AgCl + NaNO3
Gelatin + BaCl2
Amilum + I2
4.3 Pembahasan
Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu fase terdispersi (fase yang tersebar halus)
yang kontiyu dan fase pendispersi yang diskontinyu. Diameter partikel koloid terletak antara
1 nm – 100 nm atau terletak antara larutan dan suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk
menembus kertas saring biasa, tetapi cukup besar untuk melewati membran atau filter ultra.
Berbeda dengan larutan, partikel koloid dapat terlihat dengan mikroskop ultra.
Dalam sistem koloid, baik fasa terdispersi maupun fasa pendispersi dapat berupa gas, cair
atau padat. Dengan demikian terdapat 8 macam sistem koloid dari 9 macam kombinasi-
kombinasi keadaan yang mungkin.
Salah satu perbedaan nyata antara koloid dan kristaloid adalah ukuran partikelnya.
Berdasarkan ukuran partikel ini, campuran zat padat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Kristarloid (larutan sejati)
Diameter partikelnya lebih kecil dari 1 nm (10-9m)
2. Koloid
Diameter partikelnya antara 1 nm – 100 nm
3. Suspensi
Diameter partikelnya lebih besar dari 100 nm
Perbedaan lainnya dari ketiga campuran secara ringkas diperlihatkan pada tabel
Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus koloid
timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sifat Fisika
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob sifat-sifat
seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan medium pendispersinya.
Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat fisikanya sangat berbeda dengan
mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan mukanya lebih kecil.
2. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat koligatif koloid umumnya
lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang sama.
3. Sifat Optis
Ukuran partikel koloid lebih besar daripada larutan sejati, sehingga bila seberkas
cahaya melewatinya akan dipantulkan. Arah pantulan ini tidak teratur, karena partikel koloid
tersebar secara acak, sehingga pantulan cahaya itu berhamburan (diserakkan) ke segala arah.
Peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
4. Sifat Kinetik
a. Gerakan Brown
Selain menunjukkan efek Tyndall, partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop
ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan
berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut
gerakan Brown.
b. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke daerah
yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan Brown, sehingga
dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi karena gerakan
Brown.
c. Pengendapan
Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh
gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap mediumnya. Jika
rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka partikel tersebut akan
mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan mengapung.
5. Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya ionisasi
atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat bergerak dalam
medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh medan listrik ini disebut
elektroforesis.
6. Koagulasi
Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya gravitasi
bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk gumpalan yang akan
mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau penggumpalan partikel-partikel
koloid ini disebut koagulasi.
7. Adsorpsi
Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi yang
besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul yang melekat pada
permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi.
B. Pembuatan emulsi
Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan
dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang sempurna.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengocoknya secara
bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu fase dispers dengan emulgator
dan mengocoknya hingga sempurna. kedua, mencampur dengan dispers medium lainnya
kemudian mengocoknya secara bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil
mengaduknya.
C. Gel
Pembentukan gel dapat dianggap sebagai pengendapan sol yang tidak sempurna.
Perubahannya berlangsung secara perlahan, dimana partikel koloid bersatu membentuk rantai
pendek atau jaringan kontinyu yang saling mengikat, sehingga viskositas sistem naik
membentuk zat setengah padat.
Pada percobaan pembuatan koloid, dilakukan beberapa percobaan seperti:
a. Koagulasi
Pada percobaan koagulasi, disediakan 2 tabung reaksi. Pada salah satu tabung reaksi
diisi dengan 2 ml BaCl2 dan pada tabung reaksi yang lain diisi dengan 2 ml NaCl. Pada
masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 tetes AgNO3 dan hasil reaksi adalah adanya
endapan AgCl. Dari pengamatan didapatkan endapan AgCl dari NaCl + AgNO3 lebih banyak.
Pada penambahan AgNO3 + BaCl2 seharusnya menghasilkan endapan yang lebih
banyak dibandingkan dengan hasil reaksi dari AgNO3 + NaCl. Hal ini karena Ba terletak
pada periode yang lebih dibawah dari Na sehingga menyebabkan kelarutannya semakin
berkurang. Tapi, pada percobaan ini endapan yang dihasilkan AgNO3 + NaCl lebih banyak
dikarenakan terjadinya kontaminasi pereaksi oleh alat-alat yang digunakan. Dalam hal ini
adalah tabung reaksi.
b. Dispersi
Pada percobaan dispersi, dibandingkan amilum yang telah digerus dan sebelum
digerus. Pada tabung reaksi pertama diisi dengan 1 gr amilum yang telah digerus
ditambahkan 5 ml aquades dan disaring. Filtrat hasil saringan amilum ditetesi dengan I2 dan
hasilnya adalah filtrat berubah warna menjadi biru tua dan terdapat endapan. Endapan timbul
dikarenakan amilum yang digerus sebagiannya lolos dari kertas saring dan tercampur dengan
filtrat. Sehingga setelah ditetesi dengan I2 warna larutan menjadi biru tua. Pada amilum yang
tidak digerus, yang lolos dari kertas saring hanya filtrat dan hanya sebagian kecil dari amilum,
sehingga setelah ditetesi I2 warna larutan berubah menjadi biru tetapi lebih muda dari amilum
yang digerus.
c. Emulsi
Pada percobaan emulsi, CCl4 ditambahkan dengan H2O. Hasilnya aadalah terdapat 2
fase dikarenakan adanya perbedaan kepolaran dari CCl4 dan H2O. Setelah itu, ditambahkan
detergen sebagai emulgator, dikocok dan hasil dari penambahan detergen adalah CCl4 dan
H2O akan bercampur menjadi emulsi.
Terjadinya emulsi setelah penambahan detergen, dikarenakan detergen berfungsi
sebagai emulgator. Molekul detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan
bagian yang nonpolar (disebut ekor). Kepala detergen atau sabun adalah gugus hidrofil
(tertarik ke air). Sedangkan bagian ekor adalah gugus hidrokarbon yang bersifat hidrofobik
(tertarik ke CCl4) dan bagian ekor ini (gugus non polar) akan saling tarik menarik dan
cenderung berkumpul, sehingga membentuk koloid.
d. Koloid pelindung
Pada percobaan koloid pelindung, penambahan BaCl2 dan gelatin dan ditambahkan 1
ml AgNO3 tidak menghasilkan endapan AgCl. Dikarenakan penambahan gelatin berfungsi
sebagai pelindung koloid sehingga koloid dapat tetap terbentuk.
e. Adsorpsi
Pada percobaan adsorpsi, sirup disaring pada kertas saring yang telah dilapisi norit.
Norit berfungsi sebagai adsorben yang dapat menyerap zat warna dari sirup sehingga hasil
saringan warna sirup berkurang dari warna sebelum penyaringan.
Pada setiap percobaan yang dilakukan, setiap pereaksi memiliki fungsi tersendiri.
Misalnya saja pada percobaan koagulasi fungsi AgNO3 adalah sebagai pembentuk endapan
dari partikel koloid. Pada percobaan dispersi, penggerusan dilakukan untuk memecah atau
menghaluskan butir amilum sehingga menjadi butir yang lebih kecil sesuai ukuran koloid.
Pada percobaan emulsi, penambahan detergen berfungsi sebagai emulgator yang dapat
membuat CCl4 dan H2O menjadi emulsi. Pada percobaan koloid pelindung, fungsi
penambahan gelatin sebagai koloid pelindung sehingga pada penambahan AgNO3 tidak
terjadi endapan dan koloid tetap terbentuk. Pada percobaan adsorpsi, fungsi penambahan
norit sebagai adsorben yang dapat menyerap warna dari sirup.
Koloid mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Contohnya, dapat
mengurangi polusi udara, pembuatan lateks, penjernihan air, sebagai deodoran, dan banyak
manfaat lain dari koloid dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada percobaan yang dilakukan, tidak dipungkiri masih ada kesalahan yang dilakukan.
Faktor kesalahan pada percobaan meliputi:
Penggerusan amilum yang kurang halus sehingga partikel amilum belum seukuran koloid.
Ketelitian dalam penimbangan amilum sehingga pembandingan menjadi kurang akurat.
Alat yang digunakan kurang bersih sehingga terjadi kontaminasi pada saat melakukan
percobaan koagulasi.
Ditinjau dari interaksi antara fasa terdispersi dengan fasa pendispersi, koloid
dibedakan menjadi koloid liofob dan koloid liofil.
1. Koloid liofil, yaitu koloid yang mempunyai daya tarik kuat dengan medium pendispersinya,
sehingga sulit dipisahkan (stabil). Jika mediumnya air disebut koloid hidrofil. Hidrofil dalam
bahasa Yunani artinya adalah suka air contoh koloid hidrofil adalah tepung kanji dalam air.
2. Koloid liofob, yaitu koloid yang daya tariknya kecil terhadap medium pendispersinya,
sehingga cenderung memisah (tak stabil). Bila mediumnya air disebut koloid hidrofob.
Hidrofob dalam bahasa Yunani artinya tidak suka air contohnya adalah sol emas dalam air.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Koloid mempunyai beberapa sifat berbeda dengan larutan dikarenakan ukuran pertikelnya
yang lebih besar dari larutan. Sifat-sifat tersebut antara lain sifat koligatif, listrik, adsorpsi,
koagulasi, sifat kinetik, sifat optis, dan sifat fisika (rapatan, tegangan muka, viskositas).
Koloid dapat dibuat dengan beberapa cara yaitu pembuatan sol, emulsi dan gel.
Koloid terdiri dari beberapa macam yaitu sol, emulsi, dan gel.
Pada percobaan koloid pelindung ditambahkan gelatin yang dapat mencegah pengedapan
dari kedua zat yang direaksikan, sehingga koloid dapat terbentuk.
5.2 Saran
Alat dan bahan yang digunakan sebaiknya bersih agar tidak terjadi kontaminasi pada saat
melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Keenan,dkk. 1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja
4 tabung reaksi - Minyak tanah
Senter - Gula
Sendok - Susu Bubu
Pengaduk - Sabun
- Air
D. Cara Kerja :
1. Siapkan 4 tabung reaksi kemudian masing – masing diisi air kurang lebih 50 ml.
2. Masukkan air gula,susu,air sabun dan campuran air tanah pada tabung reaksi yang
berbeda
3. Campurkan juga larutan minyak tanah dengan deterjen sampai minyak tanahnya tidak
terlihat lagi
4. Arahkan berkas cahaya lampu senter pada masing-masing tabung reaksi satu persatu.
Amati berkas cahaya dari samping dengan arah tegak lurus. Beserta warna campuran
apakah bening atau keruh.
E. Hasil Pengamatan :
F. Pertanyaan :
1. Bagaimana sifat koloid terhadap cahaya ?
2. Apakah yang dimaksud efek thyndall ?
3. Bagaimaa membedakan larutan sejati dengan system koloid ?
4. Sebutkan beberapa contoh efek thyndall dalam kehidupan sehari- hari !
G. Jawaban :
1. Sifat koloid terhadap cahaya yaitu bersifat menghamburkan cahaya dan berkas cahaya
dapat diamati dari samping.
2. Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh partikel koloid jika seberkas cahaya
dilewatkan pada koloid. Peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat
karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan.
3. Larutan sejati hasil campurannya berwarna bening dan dapat meneruskan
cahaya.sedangkan koloid , campurannya berwarna keruh dan menghamburkan berkas
cahaya apabila di amati dengan mikroskop ultra
4. Dalam realitasnya efek Tyndall dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya :
Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok
sengga gambar film yang ada di layar menjadi tidak jelas.
Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan
tampak jelas.
Pancaran sinar matahari ke bumi pada pagi hari.
Terjadi warna biru di langit pada siang hari. Hal ini disebabkan karena udara
mengandung partikel-partikel koloid yang berupa debu, awan, dan kabut.
H. Kesimpulan :
Berdasarkan pengamatan diatas saya dapat menarik kesimpulan yaitu sifat
cahaya Efek Tyndall pada larutan yaitu akan meneruskan cahaya, seperti larutan gula
dan minyak tanah. Sedangkan sifat cahaya Efek Tyndall pada koloid, yaitu akan
menghamburkan cahaya seperti campuran air sabun dan campuran susu.