Вы находитесь на странице: 1из 18

TELAAH ILMIAH

NEUROFISIOLOGI PENGLIHATAN

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSMH Palembang

Oleh:

Suci Fahlevi Masri, S.Ked


(04054821517002)

Pembimbing:
dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, Sp.M (K)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Telaah Ilmiah

Judul:

NEUROFISIOLOGI PENGLIHATAN

Oleh:
Suci Fahlevi Masri, S.Ked
(04054821517002)

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Univesitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 15 Juni
2015-22 Juli 2015.

Palembang, Juli 2015

dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, Sp.M (K)

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh alam semesta, yang telah
memberikan seluruh kasih sayang, nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan telaah ilmiah yang berjudul Neurofisiologi
Penglihatan tepat pada waktunya. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Hj. Devi Azri Wahyuni, Sp. M (K) selaku
pembimbing yang telah membantu membimbing dalam penyelesaian telaah ilmiah
ini.
Penulis juga mengucapan terima kasih kepada orang tua penulis, teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan telaah ilmiah
ini.
Penulis menyadari bahwa telaah ilmiah ini masih memiliki banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan telaah ilmiah ini di masa yang akan datang. Walaupun demikian,
dengan segala kekurangan dan keterbatasan yang terdapat dalam telaah ilmiah ini,
penulis tetap berharap agar telaah ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.

Palembang, Juli 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
BAB III. KESIMPULAN ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

Mata adalah alat indera yang peka terhadap cahaya. Mata merupakan
bagian pancaindera yang mempunyai fungsi sangat besar karena merupakan organ
yang menjadi pintu masuk utama informasi pengelihatan yang diperoleh manusia.
Para ahli mengatakan, jalur utama informasi 80% adalah melalui mata.
Mata sering disebut sebagai jendela karena bisa menyerap semua yang
memantulkan. Secara umum, mata berfungsi sebagai indera penglihatan.
Penglihatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek
kehidupan. Penglihatan merupakan intellectual sense maupun sosial sense,hal
ini berarti indera penglihatan dibutuhkan untuk perkembangan intelektual dan
perkembangan sosial.
Mata manusia memiliki cara kerja otomatis yang sempurna, mata dibentuk
dengan berbagai unsur utama yang berbeda dan kesemua bagian ini memiliki
fungsi penting dalam proses melihat. Proses penglihatan normal terjadi melalui 5
tahap, yaitu (1) refraksi berkas cahaya yang memasuki mata; (2) memfokus
bayangan ada retina melalui akomodasi; (3) mengubah gelombang cahaya
menjadi impuls saraf; (4) mengolah aktivitas saraf dalam retina yang diteruskan
melalui N. Optikus; (5) mengolah impuls saraf tersebut di otak.
Neurofisiologi adalah bagian ilmu fisiologi, yang mempelajari studi fungsi
sistem saraf. Neurofisiologi penglihatan bermula di retina, dan terdiri dari saraf
optik, chiasma optikus, traktus optikus, lateral geniculate bodies, optic radiations
dan kortex visual. Proses neurofisiologi penglihatan ini sangat penting untuk
diketahui karena neurofisiologi penglihatan ini bertanggung jawab untuk
menerima informasi penglihatan dan menghubungkan informasi visual tersebut
dengan pengalaman masa lalu sehingga memungkinkan individu untuk mengenal
dan mengapresiasikan apa yang dilihat. Dengan adanya proses neurofisiologi
tersebut menyebabkan informasi-informasi penglihatan menjadi berarti untuk

1
perkembangan intelektual dan perkembangan sosial. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk membahas neurofisiologi penglihatan pada telaah ilmiah ini.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bola Mata

Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. bola


mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam
sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda (Gambar 1).1

Gambar 1. Anatomi Mata.2

Bola mata terdiri atas 3 lapisan, dari luar ke dalam adalah (1) tunika
fibrosa (sklera dan kornea), (2) tunika vasculosa yang berpigmen (koroid,
badan siliaris dan iris), dan (3) tunika nervosa(retina).3
1. Sklera dan Kornea
Sklera adalah pembungkus fibrosa peling mata di bagian luar, yang
hamper seluruhnya terdiri atas kolagen.Jjaringan ini padat dan berwarna

3
putih serta berbatasan dengan kornea di sebelah anterior dan duramater
nervus optikus di posterior. Permukaan luar sklera dibungkus oleh sebuah
lapisan tipis jaringan elastic halus, episklera, yang mengandung banyak
pembuluh darah yang memperdarahi sklera. Persarafan sklera berasal dari
saraf-saraf siliaris. Bagian depan sklera disebut korne yang bersifat
transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata.
Kelengungkan kornea lebih besar disbanding sklera. Korna dapat
ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata.4,5
2. Koroid, Badan Siliaris dan Iris
Koroid terdiri atas lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam yang
sangat vaskuler. Badan siliaris terletak dibelakang iris, badan siiaris ini
menghasilkan aquos humor yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. Iris adalah
diafragma berpigmen tipis yang kontraktil dengan lubang di tengahnya,
yaitu pupil. Iris mengandung dua set anyaman otot polos, yaitu sirkular
dan radial. Jumlah cahaya yang masuk ke mata dikontrol oleh iris atas
bantuan otot sirkular dan radial.
3. Retina
Retina adalah lapis ketiga bola mata yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak (gambar 2). Lapisan-lapisan retina, mulai
dari sisi dlamnya, adalah sebagai berikut: (1) membrane limitans interna;
(2) lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
berjalan menuju nervus optikus; (3) lapisan sel gangion; (4) lapisan
pleksiform dalam, yang mengandung sambungan sel ganglion dengan sel
amakrin dan sel bipolar; (5) lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar,
amakrin dan horizontal; (6) lapisan pleksiform luar, yang mengandung
sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor; (7)
lapisan inti luar sel fotoreseptor; (8) membran limitans eksterna; (9)

4
lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut; dan (10)
epitel pigmen retina.

Gambar 2. Lapisan Retina.6

Di tengah-tengah retina posterior terdapat macula berdiameter 5,5-


6 mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh
cabang-cabang pembuluh darah retina temporal. Daerah ini ditetapkan
oleh ahli anatomi sebagai area sentralis (gambar 3). Retina menerima
darah dari dua seumber, yaitu koriokapilaris yang berada tepat di luar
membran Bruch, yang memperdarahi sepertiga luar retina, termasuk
lapisn pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan
epitel pigmen retina; serta cabang-cabang dari arteria centralis retinae,
yang memperdarahi dua pertiga dalam retina. Fovea seluruhnya
diperdarahi oleh koriokapilaris dan rentan terhadap kerusakan yang tak
dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi.4

5
Gambar 3. Pandangan retina yang terlihat melalui sebuah oftalmoskop.5

4. Nervus Optikus
Nervus Optikus atau saraf penglihatan, panjangnya lebih kurang
1,6 inci (4cm). saraf ini meninggalkan rongga orbita dengan berjalan
melalui kanalis optikus bersama dengan a. opthalmica dan masuk ke
dalam rongga otak. Di dalam orbita, saraf ini dibungkus oleh ketiga lapis
meningen: duramater, arachnoideamater, dan piamater, yang
mengikutinya sampai ke spatium subarachnoideum. Kedua saraf dari
kedua sisi kemudian bergabung membentuk chiasma optikum. Disini,
serabut saraf yang berasal dari belahan medial (nasal) retina menyilang
garis tengah dan masuk ke traktus optikus sisi kontralateral, sedangkan
serabut saraf dari belahan lateral (temporal) retina berjalan ke posterior
di dalam traktus optikus sisi yang sama.
Traktus optikus keluar dari sudut posterolateral chiasma optikus
dan berjalan ke belakang di sekitar sisi lateral mesenchepalon utntuk
menuju corpus genikulatum laterale. Sebagia kecil saraf, yang berfungsi
pada refleks pupil dan refleks mata, tidak menuju ke corpus genikulatum
laterale, tetapi langsung ke nukleus pretektalis dan kollikulus superior.
Dari corpus genikulatum laterale, radiatio optica melengkung ke
belakang menuju korteks visual hemispherium serebri.

6
Lapisan permukaan diskus optikus mendapat darah dari cabang-
cabang arteriol retina. Di daerah lamina cribrosa, yang terdiri atas
segmen-segmen pralaminar, laminar, retrolaminar nervus optikus,
pendarahan didapat dari arteri ciliaris posterior brevis. Nervus opticus
intraorbita anterior mendapat sebagian darah dari cabang-cabang arteria
sentralis retinae. Sisa nervus intraorbita, juga bagian intrakanalikular dan
intrakranial, dipasok oleh anyaman pembuluh pial yang berasal dari
berbagai cabang arteria opthalmica dan cabang-cabang lain karotis
interna.4
5. Chiasma Optic
Chiasma Optic terletak disekitar puncak diafragma sella turcica, paling
sering di posterior, menonjol 1 cm di atasnya dan bersudut 45 derajat
terhadap nervus optikus yang muncul dari kanalis optikus. Lamina
terminalis membentuk dinding anterior ventrikel ketiga. Arteria carotis
interna terletak tepat di lateralnya, bersebalahan dengan sinus
cavernosus. Kiasma dibentuk oleh pertemuan kedua nervus optikus serta
merupakan tempat persilangan serabut-serabut nasal ke traktus optikus
sisi lain dan berjalannya serabut-serabut temporal ke traktus optikus
ipsilateral. Serabut-serabut macula tersusun menyerupai sisa serabut
yang ada, tetapi decussatio-nya lebih ke posterior dan superior. Chiasma
menerima banyak pembuluh darah kecil dari circulus Willis yang
berdekatan.4

2.2 Neurofisiologi Penglihatan

Proses penglihatan normal terjadi melalui 5 tahap, yaitu (1) refraksi


berkas cahaya yang memasuki mata; (2) memfokus bayangan ada retina melalui
akomodasi; (3) mengubah gelombang cahaya menjadi impuls saraf; (4) mengolah
aktivitas saraf dalam retina yang diteruskan melalui N. Optikus; (5) mengolah
impuls saraf tersebut di otak. Visual pathway bermula di retina, dan terdiri dari
saraf optik, chiasma optikus, traktus optikus, lateral geniculate bodies, optic

7
radiations dan kortex visual. Panjang saraf optik ± 45-70 mm, terdiri atas 4 bagian
yaitu intra okuli (1mm), intra orbita (30 mm),intra kanalikuli (6-9mm), dan intra
kranial (10mm). Optic nerve head, oleh Brigss (1688) disebut ̋papil ̋, berbentuk
oval dengan diameter 1,5mm dan aksis vertikal yang lebih panjang. Namun
sebelum sinar di fokuskan pada retina, sinar yang dating terlebih dahulu harus
melewati media refraksi yang semuanya harus transparan. Yang termasuk media
refraksi, yaitu kornea, aqueous humour, lensa dan vitreus humor.2
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang
dipantulkan objek. Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai
fotoreseptor peka cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang
membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di
bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil.
Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain
radial. Karena serat-serat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila
otot sirkuler berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi
jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran
pupil meningkat yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah
cahaya yang masuk.5
Fotoreseptor di mata hanya peka terhadap panjang gelombang antara 400
dan 700 nanometer (nm; sepermilyar meter). Untuk membawa sumber cahaya
jauh dan dekat terfokus di retina, harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk
sumber dekat. Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber
cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi.
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot
siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di
sebelah anterior. Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar
untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan
lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat
saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh,

8
sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk
penglihatan dekat.5
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan
menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,
pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika
sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen
kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler
dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah
termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi
dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan
ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat
atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan
bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata. Beberapa media
refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour (n=1.33), lensa (n=1.40),
dan vitreous humor (n=1.34) seperti pada gambar 4.

gambar 4. Media Refraksi.6

Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya


berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada
benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil

9
dan mencapai retina, tahap terakhir dalam proses visual adalah perubahan energi
cahaya menjadi aksi potensial yang dapat diteruskan ke korteks serebri. Proses
perubahan ini terjadi pada retina.
Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory
retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin
yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam
yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan
mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga
lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionik. Badan sel dari
setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai
lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan
ganglionik sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel
bipolar dan ganglionik.
Pada saat cahaya masuk, separuh lapangan pandang kanan akan masuk ke
kedua mata. Begitu juga dengan separuh lapangan pandang kiri akan masuk ke
retina mata kiri sebelah medial dan retina mata kanan sebelah lateral. Kemudian
setelah diterima di retina, informasi akan disalurkan ke saraf optikus dan akan
mengalami persilangan pada kiasma optikum yang terletak di bawah hipotalamus.
Di dalam kiasma optikum, serat-serat saraf bagian medial retina akan menyebrang
ke sisi kontralateral, sedangkan bagian lateral tetap pada sisinya. Selanjutnya
informasi dibawa ke traktus optikus, kemudian traktus optikus akan bersinaps
dengan nukleus genikulatum lateralis (LGN) dari thalamus. LGN memiliki enam
lapisan, dinomori berurutan dari 1-6. Bagian retina nasal kontraletral berproyeksi
ke lamina 1,4, dan 6, sedangkan retina temporal ipsilateral berproyeksi ke lamina
2, 3, dan 5. Lamina 1 dan 2 mengandung neuron magnoselular, sedangkan sisanya
parvoselular. Akson LGN berjalan dalam kapsula interna sebagai radiation iptika
menuju korteks visual. Akson yang berproyeksi untuk bagian atas lapang pandang
masuk ke korteks di bawah sulcus calcarina, dan sebaliknya untuk lapangan
pandang bawah. Akson yang memproyeksikan bagian perifer retina akan masuk
ke korteks visual bagan anterior, sedangkan untuk bagian macula terletak pada
kutub posterior. Tidak semua akson dari retina menuju visual korteks. Sekitar 10

10
persen akson di traktus optikus tidak masuk ke LGN, melainkan menuju area lain
seperti area pretektal, superior colliculi, nukleus suprakiasmatikus, dan area
pulvinar inferior.8

Gambaran jaras penglihatan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat


dilihat pada gambar berikut:

Gambar 5. Jaras Penglihatan.7

Visual korteks dibagi menjadi dua, yaitu primary visual cortex (area
broadmann 17) and secondary visual cortex atau disebut juga visual association
areas (area broadmann 18 dan 19) seperti pada gambar 6. Primary visual cortex
bertanggung jawab untuk menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi
warna. Sedangakan secondary visual cortex menghubungkan informasi visual
yang diterima oleh area visual primer dengan pengalaman masa lalu sehingga
memungkinkan individu untuk mengenal dan mengapresiasikan apa yang dilihat
sehingga menyebabkan informasi-informasi penglihatan menjadi berarti, selain itu

11
berperan juga dalam refleks gerakan mata apabila sedang memandang atau
mengikuti suatu objek.6

Gambar 6. Visual Korteks.6

12
BAB III
KESIMPULAN

Mata adalah alat indera yang peka terhadap cahaya. Fotoreseptor di mata
hanya peka terhadap panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Proses
penglihatan normal terjadi melalui 5 tahap, yaitu (1) refraksi berkas cahaya yang
memasuki mata; (2) memfokus bayangan ada retina melalui akomodasi; (3)
mengubah gelombang cahaya menjadi impuls saraf; (4) mengolah aktivitas saraf
dalam retina yang diteruskan melalui N. Optikus; (5) mengolah impuls saraf
tersebut di otak. Pada saat cahaya masuk, separuh lapangan pandang kanan akan
masuk ke kedua mata. Begitu juga dengan separuh lapangan pandang kiri akan
masuk ke retina mata kiri sebelah medial dan retina mata kanan sebelah lateral.
Kemudian setelah diterima di retina, informasi akan disalurkan ke saraf optikus
dan akan mengalami persilangan pada kiasma optikum yang terletak di bawah
hipotalamus. Di dalam kiasma optikum, serat-serat saraf bagian medial retina
akan menyebrang ke sisi kontralateral, sedangkan bagian lateral tetap pada
sisinya. Selanjutnya informasi dibawa ke traktus optikus, kemudian traktus
optikus akan bersinaps dengan nukleus genikulatum lateralis (LGN) dari
thalamus. Akson LGN berjalan dalam kapsula interna sebagai radiation iptika
menuju korteks visual. Visual korteks dibagi menjadi dua, yaitu primary visual
cortex yang bertanggung jawab untuk menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna dan secondary visual cortex yang menghubungkan
informasi visual yang diterima oleh area visual primer dengan pengalaman masa
lalu sehingga memungkinkan individu untuk mengenal dan mengapresiasikan apa
yang dilihat sehingga menyebabkan informasi-informasi penglihatan menjadi
berarti, selain itu berperan juga dalam refleks gerakan mata apabila sedang
memandang atau mengikuti suatu objek.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Badan Penerbit


FKUI;2008.
2. Tambayong, J. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;
2000.
3. Snell R S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2006.
4. Riodan-Eva P, Whitcer, J P. Vaughan & Asbury’s General
Opthalmology 17th Edition. Jakrta: McGraw-Hill Companies; Penerbit
Buku Kedokteran EGC;2012.
5. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi Keenam.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2011.
6. Guyton A C, Hall J E. Text Book of Medical Physiology 11 th Edition.
Philadelphia: Elsevier; 2006.
7. American Academy of Opthalmology. Section 5: Neuro-
Ophthalmology. United Stated of America:American Academy of
Opthalmology; 2014-2015.
8. Grays’s Anatomy. Chapter 39: Orbit and Visual Apparatus, In:
Standring S (ed). 40th Edition. Amsterdam: Elsevier; 2008.

14

Вам также может понравиться