Вы находитесь на странице: 1из 15

Demokrasi Di Indonesia - Pengertian dan

Macam Macam Demokrasi


Ads

Sebelum membahas tentang macam macam demokrasi, alangkah baiknya mengetahui tentang
pengertian demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau
melalui perwakilan—dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi
mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara. Keanekaragaman ini muncul disebabkan
kebudayaan bangsa didunia ini berlainan, hingga didapati berbagai macam demokrasi, juga
sebagai salah satu sisi dari penjelmaan hidup bermasyarakat. Beberapa macam macam
demokrasi bisa dilihat dari sebagian sudut pandang, yakni berdasar pada langkah penyaluran
kehendak rakyat, jalinan antar-alat kelengkapan Negara, serta berdasar pada prinsip ideologi
yang melandasi demokrasi itu. Umpamanya saja Indonesia, berpedoman system demokrasi
yang dilandasi ideologi Pancasila yang di kenal dengan demokrasi Pancasila seperti saat in.

Dalam membicarakan tentang demokrasi di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari alur
periodisasi pemerintahan masa revolusi kemerdekaan, Demokrasi Parlementer, Pemerintahan
Demokrasi Terpimpin (guided democracy), dan Pemerintahan Orde Baru (Pancasila
democracy).

A. Demokrasi Parlementer
Periode kedua pemerintahan negara Indonesia adalah tahun 1950-1959. Dengan
menggunakan UUD Sementara sebagai landasan konstitusionalnya. Periode ini disebut
pemerintahan parlementer. Masa ini merupakan masa kejayaan demokrasi di Indonesia,
karena hampir semua elemen demokrasi dapat ditemukan dalam kehidupan politik di
Indonesia.

B. Demokrasi Terpimpin
Sejak berakhirnya Pemilu 1955, Presiden Soekarno sudah menunjukkan gejala ketidak
senangannya kepada partai-partai politik. Hal ini terjadi karena partai politik sangat
berorientasi pada kepentingan ideologinya sendiri dan kurang memperhatikan
kepentingan politik nasional secara menyeluruh. Demokrasi terpimpin merupakan
pernbalikan total dari proses politik yang berjalan pada masa demokrasi parlementer. Apa
yang disebut dengan demokrasi, tidak lain merupakan perwujudan kehendak presiden
dalam rangka menempatkan dirinya sebagai satu-satunya institusi yang paling berkuasa di
Indonesia.

C. Demokrasi dalam Pemerinlahan Orde Baru


Rotasi kekuasaan eksekutif boleh dikatakan hampir tidak pemah terjadi. Kecuali yang
terdapat pada jajaran yang lebih rendah, seperti gubernur, bupati/walikota, camat dan
kepala desa. Kalaupun ada perubahan, selama Orde Baru hanya terjadi pada jabatan wakil
presiden, sementara pemerintahan secara esensial masih tetap sama. Rekruitmen politik
tertutup. Dalam negara demokratis, semua warga negara yang mampu dan mernenuhi
syarat mempunyai peluang yang sama untuk mengisi jabatan politik tersebut. Akan tetapi,
di Indonesia, sistem rekruitmen tersebut bersifat tertutup, kecuali anggota DPR yang
berjumlah 400 orang. Pengisian jabatan di lembaga tinggi negara, seperti MA, BPK,
DPA, dan jabatan-jabatan dalam birokrasi, dikontrol sepenuhnya oleh lembaga
kepresidenan. Pemilihan Umum. Pemilu pada masa Orde Baru telah dilangsungkan
sebanyak enam kali, dengan frekuensi yang teratur, yaitu setiap lima tahun sekali. Tetapi
kalau kita mengamati kualitas penyekenggaraannya, masih jauh dari semangat demokrasi.
Pemilu sejak tahun 1971, dibuat sedemikian rupa sehingga Golkar memenangkan
pemilihan dengan mayoritas mutlak.

Macam-macam demokrasi ditinjau dari penyaluran kehendak rakyat

1. Demokrasi Langsung: Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi yang melibatkan


seluruh rakyat secara langsung dalam membicarakan atau menentukan urusan negara. Terjadi
pada zaman Yunani kuno karena penduduknya masih sedikit.
2. Demokrasi Tidak Langsung: Demokrasi tidak langsung/perwakilan adalah sistem
demokrasi yang untuk menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakilnya untuk
duduk dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakilnya di parlemen.

Macam-macam demokrasi ditinjau dari hubungan antar-alat kelengkapan Negara:

A. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum adalah rakyat memilih para wakilnya
untuk duduk di parlemen, tetapi dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem referendum.

B. Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer adalah adanya hubungan yang erat
antara badan eksekutif dan legislatif. Para menteri yang menjalankan kekuasaan eksekutif
diangkat atas usul legislatif, sehingga bertanggung jawab kepada parlemen. Kedudukan
presiden atau raja sebagai kepala negara yang tidak menjalankan pemerintahan. Eksekutif
dalam menjalankan tugasnya harus sesuai dengan pedoman atau program kerja yang telah
disetujul oleh parlemen. Selama eksekutif menjalankan tugasnya sesuai dengan program
tersebut, kedudukan eksekutif akan stabil dan mendapat dukungan dan parlemen. Jika
eksekutif melakukan penyimpangan, parlemen bisa menjatuhkan kabinet dengan mengajukan
mosi tidak percaya, yang berarti para menteri harus meletakkan jabatannya. Kedudukan
eksekutif berada di bawah parlemen dan sangat bergantung pada dukungan parlemen.

C. Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan merupakan kedudukan


legislatif terpisah dari eksekutif, sehingga kedua badan tersebut tidak berhubungan secara
langsung seperti dalam demokrasi parlementer. Menteri-menteri diangkat oleh presiden dan
berkedudukan sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Kedudukan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Jabatan presiden dan
para menteri tidak tergantung pada dukungan parlemen dan tidak dapat diberhentikan oleh
parlemen.

D. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat merupakan


gabungan antara demokrasi perwakilan dan demokrasi langsung. Badan perwakilan tetap ada,
tetapi dikontrol oleh rakyat, baik melalui referendum yang bersifat obligator maupun
fakultatif.
Macam-macam demokrasi yang didasarkan oleh prinsip ideologi:

-Demokrasi Liberal: Demokrasi liberal menekankan kepada kebebasan individu dengan


mengabaikan kepentingan umum.
-Demokrasi Rakyat: Demokrasi rakyat didasari dan dijiwai oleh paham
sosialisme/komunisme yang mengutamakan kepentingan negara atau kepentingan umum.
-Demokrasi Pancasila: Demokrasi Pancasila berlaku di Indonesia yang bersumber dan tata
nilai sosial dan budaya bangsa Indonesia serta berasaskan musyawarah untuk mufakat dengan
mengutamakan keseimbangan kepentingan.
Wiwkipedia

Demokrasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk pemakaian kata "demokrasi" untuk menyebut sistem yang melibatkan pemilu multipartai,
pemerintahan perwakilan, dan kebebasan berbicara, lihat Demokrasi liberal. Untuk kegunaan lain,
lihat Demokrasi (disambiguasi).

Seorang wanita memasukkan surat suara pada putaran kedua pemilu presiden Perancis tahun 2007.

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara
bebas dan setara.

Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",[1] yang
terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan" pada
abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politiknegara-kota Yunani, salah satunya Athena; kata
ini merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan elit". Secara teoretis,
kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya sudah tidak jelas lagi.[2]
Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan kewarganegaraan demokratis kepada
pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di
semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan
demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar
negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad
ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal
dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.

Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya


dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki. Apapun itu,
perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini[3] sekarang tampak ambigu karena
beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki,
dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu yang berbeda dengan
kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk
mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan
revolusi.[4]

Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya menjelaskan
cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang pertama adalah
demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan aktif dalam
pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi modern, seluruh
rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan
secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep
demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad
Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.[5]

Daftar isi

 1Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli


 2Sejarah
o 2.1Zaman kuno
o 2.2Abad Pertengahan
o 2.3Era modern
 3Negara
 4Bentuk-bentuk demokrasi
o 4.1Demokrasi langsung
o 4.2Demokrasi perwakilan
 5Prinsip-prinsip demokrasi
 6Asas pokok demokrasi
 7Referensi

Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli


Bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa
dipastikan.Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Materi yang tidak
memiliki sumber dapat dipertanyakan dan dihapus sewaktu-waktu oleh Pengurus.
Tag ini diberikan tanggal Oktober 2013

Abraham Lincoln

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat.
Charles Costello

Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan
pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan
warga negara.

John L. Esposito

Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh karenanya,
semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif maupun mengontrol kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat
pemisahan yang jelas antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.

Hans Kelsen

Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang melaksanakan
kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di mana rakyat telah yakin, bahwa
segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan
Negara.

Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang


penting secara langsung atau tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.

C.F. Strong

Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewan dari
masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan yang menjamin
pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya pada mayoritas
tersebut.

Hannry B. Mayo

Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara
efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik
dan diselenggarakan dalam suasana di mana terjadi kebebasan politik.

Merriem

Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat; khususnya, oleh


mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap pada rakyat dan dilakukan oleh
mereka baik langsung atau tidak langsung melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya
dilakukan dengan cara mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat
umum khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas atau
privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.

Samuel Huntington

Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sebuah sistem
dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur dan berkala dan di dalam sistem itu
para calon bebas bersaing untuk memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa
dapat memberikan suara.
Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah demokrasi

Zaman kuno
Lihat pula: Demokrasi Athena

Cleisthenes, "bapak demokrasi Athena"

Kata "demokrasi" pertama muncul pada mazhab politik dan filsafat Yunani kuno di negara-
kota Athena.[6][7] Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum
dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Cleisthenes disebut
sebagai "bapak demokrasi Athena."[8]

Demokrasi Athena berbentuk demokrasi langsung dan memiliki dua ciri utama: pemilihan
acak warga biasa untuk mengisi jabatan administratif dan yudisial di pemerintahan,[9] dan
majelis legislatif yang terdiri dari semua warga Athena.[10] Semua warga negara yang
memenuhi ketentuan boleh berbicara dan memberi suara di majelis, sehingga tercipta hukum
di negara-kota tersebut. Akan tetapi, kewarganegaraan Athena tidak mencakup wanita,
budak, orang asing (μέτοικοι metoikoi), non-pemilik tanah, dan pria di bawah usia 20
tahun.[butuh rujukan]

Dari sekitar 200.000 sampai 400.000 penduduk Athena, 30.000 sampai 60.000 di antaranya
merupakan warga negara.[butuh rujukan] Pengecualian sebagian besar penduduk dari
kewarganegaraan sangat berkaitan dengan pemahaman tentang kewarganegaraan pada masa
itu. Nyaris sepanjang zaman kuno, manfaat kewarganegaraan selalu terikat dengan kewajiban
ikut serta dalam perang.[butuh rujukan]

Demokrasi Athena tidak hanya bersifat langsung dalam artian keputusan dibuat oleh majelis,
tetapi juga sangat langsung dalam artian rakyat, melalui majelis, boule, dan pengadilan,
mengendalikan seluruh proses politik dan sebagian besar warga negara terus terlibat dalam
urusan publik.[11] Meski hak-hak individu tidak dijamin oleh konstitusi Athena dalam arti
modern (bangsa Yunani kuno tidak punya kata untuk menyebut "hak"[12]), penduduk Athena
menikmati kebebasan tidak dengan menentang pemerintah, tetapi dengan tinggal di sebuah
kota yang tidak dikuasai kekuatan lain dan menahan diri untuk tidak tunduk pada perintah
orang lain.[13]

Pemungutan suara kisaran pertama dilakukan di Sparta pada 700 SM. Apella merupakan
majelis rakyat yang diadakan sekali sebulan. Di Apella, penduduk Sparta memilih pemimpin
dan melakukan pemungutan suara dengan cara pemungutan suara kisaran dan berteriak.
Setiap warga negara pria berusia 30 tahun boleh ikut serta. Aristoteles menyebut hal ini
"kekanak-kanakan", berbeda dengan pemakaian kotak suara batu layaknya warga Athena.
Tetapi Sparta memakai cara ini karena kesederhanaannya dan mencegah pemungutan bias,
pembelian suara, atau kecurangan yang mendominasi pemilihan-pemilihan demokratis
pertama.[14][15]

Meski Republik Romawi berkontribusi banyak terhadap berbagai aspek demokrasi, hanya
sebagian kecil orang Romawi yang memiliki hak suara dalam pemilihan wakil rakyat. Suara
kaum berkuasa ditambah-tambahi melalui sistem gerrymandering, sehingga kebanyakan
pejabat tinggi, termasuk anggota Senat, berasal dari keluarga-keluarga kaya dan ningrat.[16]
However, many notable exceptions did occur.[butuh rujukan] Republik Romawi juga merupakan
pemerintahan pertama di dunia Barat yang negara-bangsanya berbentuk Republik, meski
demokrasinya tidak menonjol. Bangsa Romawi menciptakan konsep klasik dan karya-karya
dari zaman Yunani kuno terus dilindungi.[17] Selain itu, model pemerintahan Romawi
menginspirasi para pemikir politik pada abad-abad selanjutnya,[18] dan negara-negara
demokrasi perwakilan modern cenderung meniru model Romawi, bukan Yunani, karena
Romawi adalah negara yang kekuasaan agungnya dipegang rakyat dan perwakilan terpilih
yang telah memilih atau mencalonkan seorang pemimpin.[19] Demokrasi perwakilan adalah
bentuk demokrasi yang rakyatnya memilih perwakilan yang kemudian memberi suara
terhadap sejumlah inisiatif kebijakan, berbeda dengan demokrasi langsung yang rakyatnya
memberi suara terhadap inisiatif kebijakan secara langsung.[20]

Abad Pertengahan

Selama Abad Pertengahan, muncul berbagai sistem yang memiliki pemilihan umum atau
pertemuan meski hanya melibatkan sebagian kecil penduduk. Sistem-sistem tersebut
meliputi:

 pemilihan Gopala oleh kasta atas di Bengal, Anak Benua India,


 Persemakmuran Polandia-Lituania (10% dari populasi total),
 Althing di Islandia,
 Løgting di Kepulauan Faeroe,
 beberapa negara-kota Italia abad pertengahan seperti Venesia,
 sistem tuatha di Irlandia abad pertengahan awal, Veche di Republik Novgorod dan Pskov di
Rusia abad pertengahan,
 Things di Skandinavia,
 The States di Tirol dan Swiss,
 kota pedagang otonomi Sakai di Jepang abad ke-16, dan
 masyarakat Igbo di Volta-Nigeria.

Banyak wilayah di Eropa abad pertengahan dipimpin oleh pendeta atau tuan tanah.
Kouroukan Fouga membelah Kekaisaran Mali menjadi klan-klan (keluarga) berkuasa yang
diwakili di majelis umum bernama Gbara. Sayangnya, piagam tersebut membuat Mali lebih
mirip monarki konstitusional alih-alih republik demokratis. Negara yang sistemnya lebih
mendekati ddemokrasi modern adalah republik-republik Cossack di Ukraina pada abad ke-
16–17: Cossack Hetmanate dan Zaporizhian Sich. Jabatan tertinggi di sana, Hetman, dipilih
oleh perwakilan distrik-distrik negara tersebut.

Magna Carta, 1215, Inggris

Parlemen Inggris sudah membatasi kekuasaan raja melalui Magna Carta, yang secara rinci
melindungi hak-hak khusus subjek-subjek Raja, baik yang sudah bebas atau masih terkekang,
dan mendukung apa yang kelak menjadi habeas corpus Inggris, yaitu perlindungan kebebasan
individu dari penahanan tak berdasar dengan hak membela diri. Parlemen pertama yang
dipilih rakyat adalah Parlemen de Montfort di Inggris pada tahun 1265.

Sayangnya, hanya sekelompok kecil rakyat yang memiliki hak suara; Parlemen dipilih oleh
sekian persen penduduk Inggris (kurang dari 3% pada tahun 1780[21]) dan kekuasaan
menyusun parlemen berada di tangan monarki (biasanya saat ia membutuhkan dana).

Kekuasaan Parlemen bertambah secara bertahap pada abad-abad berikutnya. Setelah Revolusi
Agung 1688, Undang-Undang Hak Asasi Inggris tahun 1689 yang mengatur hak-hak tertentu
dan menambah pengaruh Parlemen diberlakukan.[21] Penyebarannya perlahan ditingkatkan
dan kekuasaan parlemen terus bertambah sampai monark hanya bersifat pelengkap.[22]
Seiring meningkatnya penyebaran pengaruh, sistem pemerintahan di seluruh Inggris
diseragamkan dengan penghapusan borough usang (borough yang jumlah pemilihnya sangat
sedikit) melalui Undang-Undang Reformasi 1832.

Di Amerika Utara, pemerintahan perwakilan terbentuk di Jamestown, Virginia, dengan


dipilihnya Majelis Burgesses (pendahulu Majelis Umum Virginia) pada tahun 1619. Kaum
Puritan Inggris yang bermigrasi sejak 1620 mendirikan koloni-koloni di New England yang
pemerintahan daerahnya bersifat demokratis dan mendorong perkembangan demokrasi di
Amerika Serikat.[23] Walaupun majelis-majelis daerah memiliki sedikit kekuasaan turunan,
otoritas mutlaknya dipegang oleh Raja dan Parlemen Inggris.

Era modern

Abad ke-18 dan 19

Bangsa pertama dalam sejarah modern yang mengadopsi konstitusi demokrasi adalah
Republik Korsika pada tahun 1755. Konstitusi Korsika didasarkan pada prinsip-prinsip
Pencerahan dan sudah mengizinkan hak suara wanita, hak yang baru diberikan di negara
demokrasi lain pada abad ke-20. Pada tahun 1789, Perancis pasca-Revolusi mengadopsi
Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara dan Konvensi Nasional dipilih oleh semua
warga negara pria pada tahun 1792.[24]

Penetapan hak suara pria universal di Perancis tahun 1848 adalah peristiwa penting dalam sejarah
demokrasi.

Hak suara pria universal ditetapkan di Perancis pada bulan Maret 1848 setelah Revolusi
Perancis 1848.[25] Tahun 1848, serangkaian revolusi pecah di Eropa setelah para pemimpin
negara dihadapkan dengan tuntutan konstitusi liberal dan pemerintahan yang lebih
demokratis dari rakyatnya.[26]

Walaupun tidak disebut demokrasi oleh para bapak pendiri Amerika Serikat, mereka
memiliki keinginan yang sama untuk menguji prinsip kebebasan dan kesetaraan alami di
negara ini.[27]Konstitusi Amerika Serikat yang diadopsi tahun 1788 menetapkan pemerintahan
terpilih dan menjamin hak-hak dan kebebasan sipil.

Pada zaman kolonial sebelum 1776, dan beberapa saat setelahnya, hanya pemilik properti
pria dewasa berkulit putih yang boleh memberi suara, budak Afrika, sebagia besar penduduk
berkulit hitam bebas dan wanita tidak boleh memilih. Di garis depan Amerika Serikat,
demokrasi menjadi gaya hidup dengan munculnya kesetaraan sosial, ekonomi, dan politik.[28]
Akan tetapi, perbudakan adalah institusi sosial dan ekonomi, terutama di 11 negara bagian di
Amerika Serikat Selatan. Sejumlah organisasi didirikan untuk mendukung perpindahan warga
kulit hitam dari Amerika Serikat ke tempat yang menjamin kebebasan dan kesetaraan yang
lebih besar.

Pada Sensus Amerika Serikat 1860, populasi budak di Amerika Serikat bertambah menjadi
empat juta jiwa,[29] dan pada Rekonstruksi pasca-Perang Saudara (akhir 1860-an), budak-
budak yang baru bebas menjadi warga negara dengan hak suara (pria saja).

Penyertaan penuh warga negara belum sempurna dilakukan sampai Gerakan Hak-Hak Sipil
Afrika-Amerika (1955–1968) disahkan oleh Kongres Amerika Serikat melalui Undang-
Undang Hak Suara 1965.[30][31]

Abad ke-20 dan 21


Jumlah negara pada 1800–2003 yang memiliki skor 8 atau lebih pada skala Polity IV, cara yang sering
dipakai untuk mengukur demokrasi.

Transisi abad ke-20 ke demokrasi liberal muncul dalam serangkaian "gelombang demokrasi"
yang diakibatkan oleh perang, revolusi, dekolonisasi, religious and economic circumstances.
Perang Dunia I dan pembubaran Kesultanan Utsmaniyah dan Austria-Hongaria berakhir
dengan terbentuknya beberapa negara-bangsa baru di Eropa, kebanyakan di antaranya tidak
terlalu demokratis.

Pada tahun 1920-an, demokrasi tumbuh subur tetapi terhambat Depresi Besar. Amerika Latin
dan Asia langsung berubah ke sistem kekuasaan mutlak atau kediktatoran. Fasisme dan
kediktatoran terbentuk di Jerman Nazi, Italia, Spanyol, dan Portugal, serta rezim-rezim non-
demokratis di Baltik, Balkan, Brasil, Kuba, Cina, dan Jepang.[32]

Perang Dunia II mulai memutarbalikkan tren ini di Eropa Barat. Demokratisasi Jerman
dudukan Amerika Serikat, Britania, dan Perancis (diragukan[33]), Austria, Italia, dan Jepang
dudukan menjadi model teori perubahan rezim selanjutnya.

Akan tetapi, sebagian besar Eropa Timur, termasuk Jerman dudukan Soviet masuk dalam
blok-Soviet yang non-demokratis. Perang Dunia diikuti oleh dekolonisasi dan banyak negara
merdeka baru memiliki konstitusi demokratis. India tampil sebagai negara demokrasi terbesar
di dunia sampai sekarang.[34]

Pada tahun 1960, banyak negara yang menggunakan sistem demokrasi, meski sebagian besar
penduduk dunia tinggal di negara yang melaksanakan pemilihan umum terkontrol dan
bentuk-bentuk pembohongan lainnya (terutama di negara komunis dan bekas koloninya).

Gelombang demokratisasi yang muncul setelah itu membawa keuntungan demokrasi liberal
sejati yang besar bagi banyak negara. Spanyol, Portugal (1974), dan sejumlah kediktatoran
militer di Amerika Selatan kembali dikuasai rakyat sipil pada akhir 1970-an dan awal 1980-
an (Argentina tahun 1983, Bolivia, Uruguay tahun 1984, Brasil tahun 1985, dan Chili awal
1990-an). Peristiwa ini diikuti oleh banyak bangsa di Asia Timur dan Selatan pada
pertengahan sampai akhir 1980-an.
Malaise ekonomi tahun 1980-an, disertai ketidakpuasan atas penindasan Soviet, menjadi
faktor runtuhnya Uni Soviet yang menjadi tanda berakhirnya Perang Dingin dan
demokratisasi dan liberalisasi bekas negara-negara blok Timur. Kebanyakan negara
demokrasi baru yang sukses secara geografis dan budaya terletak dekat dengan Eropa Barat.
Mereka sekarang menjadi anggota atau calon anggota Uni Eropa. Sejumlah peneliti
menganggap Rusia saat ini bukanlah demokrasi sejati dan lebih mirip kediktatoran.[35]

Indeks Demokrasi yang disusun The Economist pada Desember 2011. Warna hijau mewakili negara-
negara yang lebih demokratis. Warna merah gelap mewakili negara-negara otoriter.

Tren liberal ini menyebar ke beberapa negara di Afrika pada tahun 1990-an, termasuk Afrika
Selatan. Contoh terbaru liberalisasi adalah Revolusi Indonesia 1998, Revolusi Bulldozer di
Yugoslavia, Revolusi Mawar di Georgia, Revolusi Oranye di Ukraina, Revolusi Cedar di
Lebanon, Revolusi Tulip di Kyrgyzstan, dan Revolusi Yasmin di Tunisia.

Menurut Freedom House, pada tahun 2007 terdapat 123 negara demokrasi elektoral (naik dari
40 pada tahun 1972).[36] Menurut World Forum on Democracy, jumlah negara demokrasi
elektoral mencapai 120 dari 192 negara di dunia dan mencakup 58,2 penduduk dunia. Pada
saat yang sama, negara-negara demokrasi liberal (yang dianggap Freedom House sebagai
negara yang bebas dan menghormati hukum dan HAM) berjumlah 85 dan mencakup 38
persen penduduk dunia.[37]

Pada tahun 2010, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan 15 September sebagai Hari


Demokrasi Internasional.[38]

Negara

Negara-negara berikut dikategorikan sebagai demokrasi penuh oleh Democracy Index pada
tahun 2011:[39]

 Norwegia
 Islandia
 Denmark
 Swedia
 Selandia Baru
 Australia
 Swiss
 Kanada
 Finlandia
 Belanda
 Luksemburg
 Irlandia
 Austria
 Jerman
 Malta
 Republik Ceko
 Uruguay
 Britania Raya
 Amerika Serikat
 Kosta Rika
 Jepang
 Korea Selatan
 Belgia
 Mauritius
 Spanyol

Democracy Index memasukkan 53 negara di kategori berikutnya, demokrasi tidak sempurna:


Argentina, Benin, Botswana, Brasil, Bulgaria, Tanjung Verde, Chili, Kolombia, Kroasia,
Siprus, Republik Dominika, El Salvador, Estonia, Perancis, Ghana, Yunani, Guyana,
Hongaria, Indonesia, India, Israel, Italia, Jamaika, Latvia, Lesotho, Lituania, Makedonia,
Malaysia, Mali, Meksiko, Moldova, Mongolia, Montenegro, Namibia, Panama, Papua
Nugini, Paraguay, Peru, Filipina, Polandia, Portugal, Rumania, Serbia, Slowakia, Slovenia,
Afrika Selatan, Sri Lanka, Suriname, Taiwan, Thailand, Timor-Leste, Trinidad dan Tobago,
Zambia[39]

Bentuk-bentuk demokrasi

Secara umum terdapat dua bentuk demokrasi yaitu demokrasi langsung dan demokrasi
perwakilan.

Demokrasi langsung

Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi di mana setiap rakyat memberikan
suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat
mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh
langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sistem demokrasi langsung digunakan pada
masa awal terbentuknya demokrasi di Athena di mana ketika terdapat suatu permasalahan
yang harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya. Di era modern
sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya populasi suatu negara cukup besar dan
mengumpulkan seluruh rakyat dalam satu forum merupakan hal yang sulit. Selain itu, sistem
ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat sedangkan rakyat modern cenderung tidak
memiliki waktu untuk mempelajari semua permasalahan politik negara.
Demokrasi perwakilan

Dalam demokrasi perwakilan, seluruh rakyat memilih perwakilan melalui pemilihan umum
untuk menyampaikan pendapat dan mengambil keputusan bagi mereka.

Prinsip-prinsip demokrasi

Rakyat dapat secara bebas menyampaikan aspirasinya dalam kebijakan politik dan sosial.

Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah terakomodasi dalam
konstitusi Negara Kesatuan RepublikIndonesia.[40] Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau
dari pendapat Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi".[41]
Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:[41]

 Kedaulatan rakyat;
 Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
 Kekuasaan mayoritas;
 Hak-hak minoritas;
 Jaminan hak asasi manusia;
 Pemilihan yang bebas, adil dan jujur;
 Persamaan di depan hukum;
 Proses hukum yang wajar;
 Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
 Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
 Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Asas pokok demokrasi

Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah pengakuan hakikat
manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang sama dalam hubungan
sosial.[42] Berdasarkan gagasan dasar tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:[42]

 Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan wakil-wakil rakyat


untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan
adil; dan
 Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan pemerintah untuk
melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan bersama.

Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu


tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia. Ciri-ciri suatu
pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
 Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
 Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat (warga
negara).
 Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
 Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
 Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
 Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan mengontrol
perilaku dan kebijakan pemerintah.
 Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga perwakilan
rakyat.
 Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih) pemimpin
negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
 Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).

Вам также может понравиться