Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB 1
PENDAHULUAN
penduduk Indonesia adalah 206 juta jiwa dan pada tahun 2010 meningkat menjadi
meningkat pula jumlah lansia di Indonesia. Hal tersebut karena angka harapan hidup
di Indonesia semakin meningkat yaitu 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi
Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun
usia mencapai 5,3 juta jiwa, tahun 1980 meningkat menjadi 8 juta jiwa, tahun 1990
meningkat menjadi 11,3 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 18,3 juta jiwa dan
tahun berikutnya menjadi 19,3 juta jiwa. Tahun 2020-2025 diperkirakan jumlah
penduduk lanjut usia memepati peringkat ke empat setelah RRC, India dan Amerika
2
Serikat (Nugroho, 2008). Dan pada pada tahun 2011 WHO menyatakan bahwa
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur
dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki
kerusakan yang dialami. Beberapa perubahan lain yang terjadi pada lansia adalah
perubahan-perubahan fisik seperti pada beberapa sistem organ. Hal tersebut tentunya
juga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari sehingga dapat menurunkan kualitas
hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup
masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, psikologis dan kejiwaan (Nugroho, 2008).
sectional, membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status mental
dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia. Penelitian serupa juga
dilakukan oleh Wayan dkk pada tahun 2012, yang melakukan penelitian cross sectional
Penelitian tentang hubungan antara kondisi fisik, status mental dan kemandirian
pada lansia masih terbatas jadi perlu dilakukan pengkajian lebih dalam lagi berkaitan
antara kondisi fisik, status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari
pada lansia yang dilakukan di suatu daerah yang tergolong jumlah lansianya masih
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan berada kurang lebih 40 km dari pusat
ibukota Propinsi DIY. Berdasarkan BPMPKB pada tahun 2009, jumlah penduduk di
perempuan sebanyak 369.706 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki sejumlah 355.877
jiwa. Daerah yang akan dilakukan penelitian adalah Kelurahan Semanu, Kecamatan
keluarga.Dari data yang diperoleh dari kepala desa, terdapat 442 jumlah lansia di
didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan
kondisi lahan di kawasan Semanu ada beberapa yang menjadi kurang subur yang
4
yaitu Zona Utara, Zona Tengah dan Zona Selatan, dimana wilayah Semanu tergolong
dalam Zona Tengah dan Selatan. Zona tengah adalah wilayah pengembangan dengan
ketinggian 150 m – 200 mdpl dengan jenis tanag didominasi oleh asosiasi mediteran
merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur.Sedangkan Zona selatan
Batuan dasar pembentuknya adalah kapur dengan cirri khas bukit-bukit kerucut dan
terdapat satu puskesmas di Kecamatan yang jaraknya kurang lebih 1 km. Akses
untuk mengunjungi Puskesmas sangat mudah karena dekat dengan terminal Semanu.
Selain itu terdapat juga beberapa fasilitas kesehatan swasta yaitu berupa klinik dan
Rumah Sakit serta beberapa dokter praktek swasta. Beberapa klinik swasta saat ini
juga sedang dalam proses pembangunan. Untuk daerah Semanu belum ada posyandu
lansia yang aktif sehingga untuk melakukan pengamatan pada penelitian ini, peneliti
adanya perubahan fisik dan mental yang terjadi.Untuk itu perlu diteliti hubungan
antara penurunan kekuatan fisik, status mental dan kemandirian dalam aktifitas hidup
5
dibawah ini.
1. Apakah ada hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada lansia ?
2. Apakah ada hubungan antara kemandirian dalam ADL ( Activities of daily living) dan
IADL ( Instrumental activity of daily living) dengan status mental pada lansia?
3. Apakah ada hubungan antara kemandirian dalam ADL ( Activities of daily living) dan
IADL ( Instrumental activity of daily living) dengan kekuatan fisik pada lansia?
Umum :
1. Untuk mengetahui hubungan kondisi fisik, status mental dan kemandirian dalam
Khusus :
1. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada lansia.
ADL) dan aktivitas sehari-hari dengan instrument ( IADL) dengan status mental.
6
(ADL) dan aktivitas sehari-hari dengan instrument (IADL) dengan kekuatan fisik
pada lansia.
1. Bagi Peneliti
fisik, status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari pada lansia dan
2. Bagi masyarakat
masyarakat untuk memahami keadaan pada lansia sehingga anggota keluarga dapat
mengerti tentang ada atau tidaknya hubungan antara status mental dengan kondisi
penelitian ini juga dapat meninjau kembali penelitian serta teori yang sudah ada.
7
Dibawah ini disajikan beberapa penelitian yang berkaitan dengan hubungan kondisi
fisik status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari pada lansia
akan menjadi acuan dalam penelitian kali ini. Dan penelitian ini dibuat dengan asli
0,000 (<0,05).
r=0,228)
Mia et al, Kohort 206 orang Tidak ada hubungan yang signifikan
non-disable lansia
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system
secara eksponensial. Selain itu menua juga didefinisikan sebagai penurunan seiring-
waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan,
mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia (Buku Ajar
Masa lanjut usia adalah masa dimana lansia mengalami penurunan dari
memiliki tahapan atau tugas perkembangannya tersendiri dan sesuai dengan fase
kesehatan mental dan kesehatan fisik serta kecacatan ( Sarah J, 2003). Proses menua
juga dapat menimbulkan permasalahan baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi
(Khulaifah, 2011).
Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis ketika membicarakan proses
menua:
2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang
Suatu teori mengenai menua dianggap valid jika memenuhi kriteria berikut :
Proses yang dimaksud pada teori itu harus terjadi secara progresif seiring
dengan waktu.
12
Beberapa teori tentang proses menua yang dapat diterima saat ini antara lain :
Teori ini menyebutkan bahwa dari produk hasil metabolism oksidatif yang sangat
reaktif ( radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting selular,
termasuk protein, DNA, dan lipid, dan menadi molekul-molekul yang tidak berfungsi
namun bertahan lama dan menggangu fungsi sel lainnya. Denham Harman (1956)
radikal bebas, juga merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut. Radikal
bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan yang terbentuk
sebagai hasil sampingan berbagai proses selular atau metabolism normal yang
Radikal bebas dapat bereaksi dengan DNA, dan akan menyebabkan mutasi
kromosom dan karena peristiwa tersebut akan merusak mesin genetik normal dari
sel. Radikal bebas juga menyebabkan kerusakan fungsi sel dengan merusak
membrane sel atau kromosom sel. Seiring dengan berjalannya waktu, akan terdapat
akumulasi radikal bebas dalam sel dan jika jumlahnya melibihi batas normal maka
Tubuh manusia sebenarnya diberikan zat yang dapat melawan radikal bebas,
yaitu berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh manusia sendiri. Namun jika
jumlah radikal bebas melebihi batas normal maka antioksidan tidak dapat melindungi
tubuh dari radikal bebas karena jumlahnya yang lebih sedikit dairipada jumlah
radikal bebas dalam tubuh manusia (Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2014).
2. Teori “Glikolisis”
menyebabkan disfungsi pada hewan dan manusia yang menua. Protein glikasi
dan lensa mata.Karena muatan kolagennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang
dinding pembuluh darah.AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya
Teori DNA repair dikemukakan oleh Hart dan Setiow. Dikemukakan bahwa
adanya perbedaan pola laju ‘repair’ kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar
14
ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblast yang dikultur. Fibroblast pada spesies yang
mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukan laju DNA repair terbesar dan
korelasi ini dapat ditunjukan pada berbagai mamalia dan primata. Teori DNA Repair
ini terkait erat dengan teori radikal bebas yang sudah dikemukakan didepan, karena
sebagaian besar radikal bebas dihasikan melaui fosforilasi oksidatif yang terjadi di
proses penuaan (accelerated aging). Selain itu, mutasi mtDNA (DNA mitokondria)
akibat gangguan repair ini juga terkait dengan munculnya keganasan, diabetes
FKUI, 2014).
Penyakit yang umum dan sering diderita oleh lansia antara lain: penyakit
mellitus, jatuh/falls, paralisis/lumpuh seluruh badan, TBC paru, patah tulang dan
kanker. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan status fungsional lansia
antara lain adalah resultante dari faktor fisik, psikologik, dan sosioekonomi ( Boedhi-
Dharmono, 2011).
Penting untuk mengetahui sifat penyakit dari lansia agar tidak salah dan terlambat
1. Etiologi
Beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh lansia yang menjadi etiologi dari
suatu penyakit diantaranya adalah menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena
proses menjadi tua, sel-sel parenkim banyak diganti dengan sel-sel penyangga
(jaringan fibrotic), produksi hormon dan enzim yang menurun. Sehingga dari
kesehatan lansia adalah faktor endogen, bukan faktor eksogen. Pada keadaan ini
produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh lansia juga akan menurun. Di negara-negara
maju karena faktor infeksi inin secara keseluruhan telah jarang ditemui, penyakit
infeksi pada penderita lanjut usia pun juga jarang sekali dijumpai. Di negara-negara
yang sedang berkembang jutru masih banyak penyakit infeksi pada golongan anak-
Hal yang penting juga untuk dilakukan adalah allow anamnesis terhadap keluarga
lansia. Karena seringkali tanda dan gejala dari penyakit yang dialami oleh lansia
tersembunyi (occult) sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Kadang dalam
menegakkan diagnose juga diperlukan observasi dalam jangka waktu yang agak lama
sambil mengamati dengan cermat tanda dan gejala dari suatu penyakit.
16
2. Diagnosis
Penyakit yang terjadi pada lansia biasanya menimbulkan gejala yang tidak khas,
sehingga sulit untuk didiagnosa.Keluhan-keluhan yang muncul juga tidak khas, atipik
dan kadang asimtomatik.Sebagai salah satu contoh adalaha pada occult appendicitis,
pada umumnya pada penyakit tersebut saat mengenai lansia tidak disertai dengan
gejala nyeri pada titik mcBurney, namun hanya dengan gejala kembung dan diare.
3. Perjalanan Penyakit
progresif, dan sering menyebabkan kecacatan yang lama sebelum akhirnya penderita
progresif, dan berbeda dengan penyakit yang terjadi pada usia muda, pada penyakit
geriatri tidak memberikan proteksi atau imunitas tetapi justru menjadikan lansia
atau ekurangan dalam kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat
melaksanakan peranan hidup secara normal (termasu disini hubungan dengan usia,
jenis kelamin, dan faktor-faktor sosio-budaya). Jadi handicap adalah suatu fenomena
Boedhi-Darmojo, 2011)
karena proses menua yang fisiologik atau karena suatu proses penyakit. Perbedaan
kesehatan yang sesuai pada lansia. Akibat dari proses menua terdapat perubahan
fungsi organ tidak dikaitkan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur
biologiknya. Missal seseorang dengan usia kronologik berusia 55 tahun, tetapi sudah
menunjukan berbagai penurunan anatomic dan fungsional yang nyata akibat “umur
biologik” nya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi,
penyakit menjadi lebih mudah timbul. Menurut Kane et al (1997), tanda penuaan
adalah bukan pada tampilan organ atau organism tersebut dapat beradaptasi terhadap
stress dari luar. Contohnya adalah seorang lansia mungkin masih menunjukan nilai
gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi mungkin menunjukan nilai abnormal
tinggi dengan pembebanan glukosa. Oleh sebab itu penggunaan tes toleransi glukosa
perlu mendapatkan interpretasi ulang, dan nilai gula darah 2 jam post prandial kurang
1. Sistem panca-indra
Terdapat berbagai perubahan morfologik baik pada mata, telinga, hidung, syaraf
perasa di lidah dan kulit. Perubahan yang bersifat degeneratif ini yang bersifat
indra tersebut baik pada fungsi melihat, mendengar, keseimbangan ataupun perasa
dan perabaan. Pada keadaan yang patologik perubahantersebut dapat berupa penyakit
2. Sistem gastro-intestinal
Perubahan morfologik degeneratif terjadi mulai dari gigi sampai anus, antara
lain perubahan atrofik pada rahang, sehinga gigi lebih mudah tanggal. Perubahan
atrofik juga terjadi pada mukosa, kelenjar, dan otot-otot pencernaan. Berbagai
patologik, antara lain gangguan mengunyah dan menelan, perubahan nafsu makan
3. Sistem kardiovaskuler
kontraksi, dan isi sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan
jantung dan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya pada
4. Sistem respirasi
setelah usia tersebut fungsinya mulai menurun. Elastisitas paru menurun, kekakuan
dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun.Semua hal tersebut berakibat
menurunnya rasio ventilasi-perfusi di parenkim paru yang tak bebas dan pelebaran
perubahan fungsional yang lazim terjadi pada lansia. Di samping itu, terjadi
penurunan gerak silia, penurunan reflex batuk dan reflex fisiologik lain, yang
bawah.
5. Sistem endokrinologik
25% hipertiroid terjadi pada usia lanjut. Sekitar 75% dari-nya mempunyai gejala
Sedangkan pada hipotiroid sering terjadi antara usia 50-70 tahun dan gejalanya sering
tidak mencolok.
21
6. Sistem hematologic
Pada penuaan, sumsum tulang secara nyata mengandung lebih sedikit sel
pertumbuhan sel darah putih dan sel darah merah secara kualitatif tak berubah.
Berbagai jenis anemia yang sering didapatkan pada usia lanjut antara lain:
Anemia megaloblastik
7. Sistem persendian
pada usia lanjut, di samping stroke dan penyakit kardiovaskuler. Pada synovial sendi
terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi, fibrilasi dan pembentukan
celah dan lekukan di permukaan tulang rawan. Diantara penyakit sendi yang sering
terdapat pada usia lanjut adalah osteo-artritis, rematoid arthritis, gout, atritis mono-
Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan, antara lain terjadi penebalan
Secara umum pembuluh darah sedang sampai besar pada usia lanjut sudah
arterosklerosis dan perubahan kelenturan pembuluh darah tepi. Hal ini akan
tekanan diastolic juga sering meningkat akibat banyak faktor lain termasuk genetic
(teori mozaik).
Pneumonia dan infeksi saluran kemih merupakan infeksi penting pada usia lanjut dan
bisa berlanjut menjadi lebih berat. Faktor-faktor yang memperberat infeksi tersebut
Perubahan imunologik yang mencolok pada usia lanjut adalah timus sudah
mengalami resorbsi, namun jumlah sel B dan T tidak mengalami perubahan. Juga
imun meningkat.Begitu pula perubahan pada pengenalan dan penyerangan sel tumor
yang menurun.
Pada usia lanjut terjadi perubahan berat otak yang menurun sekitar 10%,
meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang kedalamannya. Keadaan tersebut
Pada usia lanjut terjadi atrofi dari epidermis, kelenjar keringat, folikel rambut,
serta berubahnya pigmentasi dengan akibat penipisan kulit dan fragil seperti selaput.
Warna kulit juga berubah, terjadi pigmentasi yang tidak merata.Kuku menipis mudah
Pengaruh usia pada otot yang mengalami atrofi sebagai akibat berkurangnya
aktivitas, gangguan metabolic, atau karena denervasi saraf. Begitu pula proses
perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi selain akibat
menurunnya aktivitas tubuh, juga akibat menurunnya hormone estrogen pada wanita,
dan sering berakibat patah tulang akibat benturan ringan maupun spontan.
Dari hasil sebuah studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia
penyebab utama disability ataupun kelemahan pada lansia.Oleh karena itu perlu
sedini mungkin. Dengan demikian proses penyakit dapat dihambat atau dicegah
sedini mungkin agar tetap dalam keadaan sehat, baik fisik maupun mental serta sosial
( Simanullang, 2011).
Untuk pemeriksaan status mental pada lansia beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah fungsi kognitif dan ada atau tidaknya memakai alat bantu seperti
kaca mata dan alat bantu dengar ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).
Pemeriksaan Psikiatrik
Riwayat Psikiatrik
Beberapa informasi riwayat psikiatrik yang harus digali adalah identitas (nama,
usia, jenis kelamin, status perkawinan), keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat obat-obatan yang sedang digunakan (Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).
Pasien lansia sering mempunyai keluhan subyektif gangguan daya ingat ringan
seperti lupa nama orang dan salah menempatkan barang-barang. Masalah kognitif
25
minor mungkin terjadi karena anxietas pada saat melakukan wawancara. Gangguan
daya ingat yang berhubungan dengan ini disebut sebagai beningn senescent
forgetfulness, namun hal tersebut dianggap tidak bermakna ( Buku Ajar Psikiatri
FKUI, 2013).
a. Deskripsi umum
dan cemas. Dan pada gangguan depresif dan kognitif pasien akan menangis, terutama
jika pasien merasa frustasi karena tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa (
b. Penilaian fungsi
Pasien lanisa harus dievaluasi kapasitasnya untuk tetap mandiri dan melakukan
Beberapa perasaan yang mengakibatkan resiko tinggi lansia untuk bunuh diri
antaralain seperti perasaan kesepian, tidak berharga, tidak berdaya dan tidak ada
26
harapan yang menunjukan gejala deprsi.Kesepian adalan alasan yang paling sering
pada lansia yang mempertimbangkan bunuh diri. Gangguan mood terutama depresi
Afek pasien mungkin bisa datar, tumpul, terbatas, dangkal atau tidak serasi.
Afek merupakan penanda psikopatologi yang penting ( Buku Ajar Psikiatri FKUI,
2013).
d. Gagguan presepsi
Ilusi dan halusinasi pada lansia mungkin merupakan fanomena semanta akibat
dengan waktu atau tempat selama episode halusinasi. Halusinasi dapat disebabkan
oleh tumor otak dan patologi fokal lainnya sehingga pemeriksaan diagnostic
e. Bahasa
Pada pemeriksaan status mental lansia salah satu nya adalah ada tidaknya afasia,
yaitu gangguan bahasa yang berhubungan dengan lesi organic otak. Beberapa macam
diucapkan
27
umum seperti pensil, gagang pintu, tombol lampu dan meminta pasien
menyebutkan namanya.
Afasia umum
f. Fungsi Visuospasial
Fungsi visuospasial dapat diperiksa dengan meminta pasien untuk meniru bentuk
atau gambar. Penurunan fungsi visuospasial merupakan proses yang normal pada
g. Pikiran
satu tanda awal demensia adalah kehilangan kemampuan untuk mengrti nuansa arti
(pikran abstrak).Isi pikir harus diperiksa untuk menilai apakah ada fobia, obsesi,
preokupasi, somatik, dan kompulsi.Dapat diperiksa pula apakah pasien puny aide
untuk bunuh diri atau keinginan untuk membunuh. Harus periksa juga apakah
28
merupakan fungsi indera tertentu. Pemeriksaan sesorium dan kognisi dikenal dengan
i. Kesadaran
Indikataor yang sensitive untuk disfungsi otak adalah perubahan kesadaran, yaitu
pasien tidak tampak siaga penuh, menunjukan fluktuasi kesadaran atau tampak
letargi. Pada kasus berat, kesadaran pasien somnolen atau stupor ( Buku Ajar
j. Orientasi
orientasi tempat bisa dengan menanyakan kepada pasien lokasi pasien saat ini
orientasi waktu diperiksa dengan menanyakan tanggal, hari, bulan, tahun. Atau dapat
juga menanyakan berapa lama pasien berada di rumah sakit ( Buku Ajar Psikiatri
FKUI, 2013).
29
k. Daya ingat
Daya ingat yang dievaluasi terdiri atas daya ingat segera, jangka pendek, dan
jangka panjang. Retensi dan recall diperiksa dengan menyebutkan 6 digit dan
mengulang maju dan mundur. Pasien dengan daya ingat tidak terganggu biasanya
dapat meningat 6 digit maju dan 5 atau 6 digit mundur. Daya ingat jangka lama dapat
diperiksa dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir, nama ibu pasien sebelum
menikah dan nama serta hari ulang tahun anak-anak pasien ( Buku Ajar Psikiatri
FKUI, 2013).
Berbagai tugas intelektual yang dapat dintruksikan antara lain meminta pasien
pasien untuk menghitung mundur dari 20 ke 1, dan mencatat waktu yang diperlukan
Pasien dapat diminta menyebutkan nama presiden pertama Indonesia, 3 nama kota
pendidikan pasien, status sosial ekonomi dan pengalaman kehidupan dalam menilai
hasil hasil dari beberapa pemeriksaan ini ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).
30
membaca cerita sederhana dengan keras atau menulis sebuah kalimat pendek untuk
memeriksa apakah ada gangguan membaca atau menulis ( Buku Ajar Psikiatri FKUI,
2013).
n. Daya nilai
Daya nilai adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dalam berbagai keadaan.
Pemeriksaan daya nilai bisa dengan pertanyaan apakah yang akan dilakukan pasien
bila menemukan amplop tertutup dengan alamat jelas yang berperangko di jalan (
Seiring dengan terjadinya proses menua akan didapat pula beberapa variasi status
mental pada lansia. Luecenott menyatakan bahwa pada lansia, dengan lanjut nya usia
menproses informasi baru dan kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau
dalam bidang motorik dan kemampuan persepsi, didapatkan bukti bahwa pencepatan
individual bersifat sangat relatif .penurunan yang intellectual antar individu ini
berbeda- beda, ada yang banyak dan ada yang hampir tidak ada (Nasution, 2008).
31
orientasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lanisa antara
lain : usia, genetic, aktifitas fisik, adanya penyakit, asupan gizi dan pola hidup yang
sehat.
Pengkajian Neuropsikologik
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah suatu instrument yang dapat
digunakan secara sistematis untuk melakukan assessment status mental. Pada MMSE
kalkulasi, daya ingat segera dan janga pendek, bahasa dan kemampuan mengikuti
terhadap terapi. Nilai maksimum MMSE adalah 30. Beberapa hal yang
mempengaruhi nilai MMSE adalah usia dan tingkat pendidikan ( Buku Ajar Psikiatri
FKUI, 2013).
32
1.2.Landasan Teori
Menurut WHO, yang tergolong dalam lansia adalah orang dengan usia lebih
pada system organ yang menyebabkan perubahan pada fungsi fisik yang akan
terjadi pada lansia juga dipengaruhi oleh perubahan status mental pada lansia.
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia antara lain pada sistem indra, digesti,
integument, hematologic, urinologi dan beberapa fungsi organ lain. Perubahan yang
terjadi pada fisik lansia juga dapat mengakibatkan disabilitas, dimana lansia tidak
Pada beberapa penelitian yang sudah diuraikan mengatakan jika status mental
mempengaruhi kegiatan fisik sehari-hari pada lansia. Pada penilaian status mental
beberapa komponen yang akan dinilai antara lain seperti orientasi, daya ingat,
aktivitas fisik dan status mental pada lansia pada rentan usia 60 -70 tahun beberapa
instrument yang akan digunakan antara lain adalah Mini Mental State Examination,
Get up and go test, The Borg Scale, Berg Balance Scale, Kuisioner Tingakt
Aspek
Fisiologi Status
k Mental
KESEHATAN
PROSES
LANSIA
MENUA
Kekuatan
Aspek Fisik
Patologik
Fungsi Tingkat
kognitif dan kelelahan
orientasi Kekuatan
berjalan
Stabilitas
tubuh
Aktivitas sehari-hari
AKtivitas sehari-hari
yang menggunakan
instrumen Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Activities of Daily Living (ADL)
Penelitian
Instrumental Activities of Daily Living (IADL)
35
1.5.Hipotesis
1. Ada hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada lansia.
pada lansia.
pada lansia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
analitik.
pengukuran tubuh.
Populasi yang akan diamati dalam percobaan ini adalah lansia (60-74
Semanu terdiri dari 19 Dusun, sehingga untuk sampel akan di ambil pada 5
Ngebrak Timur
Munggi
Munggi Pasar
Semanu Tengah
37
Semanu Utara
diperoleh subjek
living)
fisik
pemikiran,sikap,perilaku,ucapan,
n= N.z2 p. q
d (N-1) + z.p.q
Keterangan :
q = 1-p (100% - p)
(Nursalam, 2008)
40
= 18,833
= 19
2 : Tidak tamat SD
3 : Tamat SD
4 : SMP
5 : SMA
6 : Perguruan Tinggi
97 : Lainnya
99 : Tidak menjawab
( HVLT)
Nilai maksimal : 30
Nilai maksimal : 20
0 : Tidak dapat
melakukan apa-apa
42
kuisioner.
Yang
Diteliti
Fisik tingkat
kelelahan
4 : SMP
43
5 : SMA
6 : Perguruan
Tinggi
97 : Lainnya
99 : Tidak
menjawab
( HVLT) responden
Examination ≤ 24 : responden
(MMSE) Kemungkinan
Demensia
Nilai maksimal :
30
Ketergantungan hari
Sedang
5-8 :
Ketergantungan
Berat
0-4 :
Ketergantunggan
Total
Nilai maksimal :
20
dengan melakukan observasi pada satu saat tertentu. Data akan dianalisis
Test ( HVLT).
dengan usia.
Examination (MMSE).
Test (HVLT).
47
subyek akan dijaga oleh peneliti. Karena pada penelitian menggunkan subyek
lansia (60-74 tahun), penelitian akan dilakukan dengan membuat subyek tidak
kelelahan, dan subyek boeh menolak untuk pengambilan data di awal, tengah
Penyusunan
Seminar Pengambilan Analisis Sidang
Bulan / Kegiatan proposal
Proposal Sampel Data Skripsi
penelitian
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
48
DAFTAR PUSTAKA
Boedhi – Darmojo, (2011) GERIATRI : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. 4th ed. Hadi
Martono, ed.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Conradsson, M., Littbrand, H., Bostrom., G., Lindelof, N., Gustafson, Y., Rosendahl,
E. ( 2013) Is a change in functional capacity or dependency in activities of daily
living associated with a change in mental health among older people living in
residential care facilities. Clinical Interventions in Aging 2013:8 : pp.1561–1568
Elvira, D & Hadisukanto, G (2013) Buku Ajara Psikiatri 2nd ed. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI.
Fadhia, N., Ulfiana, E., Ismono S,R.( 2011) Hubungan Fungsi Kognitif Dengan
Kemandirian Dalam Melakukan Activities of Daily Living (ADL) Pada Lansia di
UPT PSLU Pasuruan. Universitas Airlangga
Inocian, Ergie.P., Edsel P. Inocian, Edsel P., Ysatam, E.I (2014). The dependency
needs in the activities of daily living performance among Filipino
elderly.International Research Journal of Medicine and Medical Sciences Vol. 2(2),
pp. 44-50.
Khulaifah, S., Haryanto, J., Nihayati, H.E., (2011) The Correlation between Family
Support with Elderly Independency in Doing Activity Daily Livin. Universitas
Airlangga. Pp : 91-93
Nasution, Z.(2008) Status Mental dengan Resiko Jatuh Pada Lansia. Universitas
Darma Agung Medan
Setiati, S (2014) Buku Ajar : ILMU PENYAKIT DALAM. 6th : Jakarta : Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Simanullang, P., Zuska, P., Asfriyati.(2011) Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status
Kesehatan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan. Universitas
Darma Agung Medan.
Snih, S.A., Graham, J.E., Ray, L.A.( 2009) Frailty and Incidence of Activities of
Daily Living Disability Among Older Mexican Americans.J Rehabil Med. 2009
November ; 41(11):pp 892–897.
Suardana, I.W. & Ariesta, Y. (2012) Karakter Lansia Dengan Kemandirian Aktivitas
Fisik Sehari-hari.Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.
Triantari, R. (2011) Hubungan Asupan Vitamin B6, Vitamin B12, Asam Folat,
Aktivitas Fisik dan Kadar Hemosistein dengan Status Kognitif Lansia. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.