Вы находитесь на странице: 1из 50

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut data statistik Indonesia, dari tahun ke tahun jumlah penduduk di

Indonesia semakin meningkat.Dari hasil sensus penduduk tahun 2000 jumlah

penduduk Indonesia adalah 206 juta jiwa dan pada tahun 2010 meningkat menjadi

237 juta. Dengan bertambahnya jumlah keseluruhan penduduk di Indonesia semakin

meningkat pula jumlah lansia di Indonesia. Hal tersebut karena angka harapan hidup

di Indonesia semakin meningkat yaitu 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi

73,6 tahun pada periode 2020-2025 ( Rinajumita, 2011).

Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun

2020 sebesar 11,34%. Bahkan USA-Bureau of the Census memperkirakan jika

Indonesia akan mengalami pertambahan jumlah lansia terbesar diseluruh dunia,

antara tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414 % ( Boedhi – Darmojo, 2011).

Berdasarkan sensus di Indonesia sejak tahun 1971 diketahui penduduk lanjut

usia mencapai 5,3 juta jiwa, tahun 1980 meningkat menjadi 8 juta jiwa, tahun 1990

meningkat menjadi 11,3 juta jiwa, tahun 2005 meningkat menjadi 18,3 juta jiwa dan

tahun berikutnya menjadi 19,3 juta jiwa. Tahun 2020-2025 diperkirakan jumlah

penduduk lanjut usia memepati peringkat ke empat setelah RRC, India dan Amerika
2

Serikat (Nugroho, 2008). Dan pada pada tahun 2011 WHO menyatakan bahwa

jumlah lansia di Indonesia mencapai 11,34% (Mardiyanto, 2014).

Proses menua adalah suatu proses menurunnya secara perlahan kemampuan

jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan memperbaiki

kerusakan yang dialami. Beberapa perubahan lain yang terjadi pada lansia adalah

perubahan-perubahan fisik seperti pada beberapa sistem organ. Hal tersebut tentunya

juga akan berpengaruh pada aktivitas sehari-hari sehingga dapat menurunkan kualitas

hidup lansia yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas hidup

sehari-hari ( Nugroho, 2008).

Seseorang yang mengalami proses penuaan secara alamiah akanmendapatkan

masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, psikologis dan kejiwaan (Nugroho, 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Nina et al dengan menggunakan metode cross

sectional, membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status mental

dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia. Penelitian serupa juga

dilakukan oleh Wayan dkk pada tahun 2012, yang melakukan penelitian cross sectional

tersebut mengatakan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kemandirian,

namun jenis kelamin tidak berhubungan dengan kemandirian, sedangkan pendidikan

memiliki hubungan terhadap kemandirian lansia, dan status ekonomi tidak

berhubungan dengan kemandirian.


3

Penelitian tentang hubungan antara kondisi fisik, status mental dan kemandirian

pada lansia masih terbatas jadi perlu dilakukan pengkajian lebih dalam lagi berkaitan

dengan penurunan kekuatan fisik dan status mental yang terjadi.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk menelitihubungan

antara kondisi fisik, status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari

pada lansia yang dilakukan di suatu daerah yang tergolong jumlah lansianya masih

tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu di Kabupaten Gunung Kidul.Kelurahan

yang diambil adalah Kelurahan Semanu.

Kabupaten Gunungkidul, merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan berada kurang lebih 40 km dari pusat

ibukota Propinsi DIY. Berdasarkan BPMPKB pada tahun 2009, jumlah penduduk di

Kabupaten Gunungkidul adalah 725.583 jiwa dengan rincian jenis kelamin

perempuan sebanyak 369.706 jiwa dan jumlah penduduk laki-laki sejumlah 355.877

jiwa. Daerah yang akan dilakukan penelitian adalah Kelurahan Semanu, Kecamatan

Semanu yang mempunyai luas wilayah 108,39 KM2 (Dinkes Gunungkidul,

2014).Kelurahan Semanu terdiri dari 19 dusun, dengan total 3.530 kepala

keluarga.Dari data yang diperoleh dari kepala desa, terdapat 442 jumlah lansia di

Kelurahan Semanu.Kelurahan Semanu tergolong daerah yang beriklim tropis, dengan

topografi wilayah yang didominasi dengan daerah kawasan perbukitan karst.Wilayah

didominasi oleh kawasan perbukitan karst yang banyak terdapat goa-goa alam dan

juga sungai bawah tanah yang mengalir.Dengan keadaan tersebut menyebabkan

kondisi lahan di kawasan Semanu ada beberapa yang menjadi kurang subur yang
4

berakibat budidaya pertanian di kawasan tersebut kurang optimal. Berdasarkan

kondisi topografi Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi 3 zona pengembangan,

yaitu Zona Utara, Zona Tengah dan Zona Selatan, dimana wilayah Semanu tergolong

dalam Zona Tengah dan Selatan. Zona tengah adalah wilayah pengembangan dengan

ketinggian 150 m – 200 mdpl dengan jenis tanag didominasi oleh asosiasi mediteran

merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur.Sedangkan Zona selatan

disebut wilayah pengenbangan gunung seribu dengan ketinggian 0 m – 300 mdpl.

Batuan dasar pembentuknya adalah kapur dengan cirri khas bukit-bukit kerucut dan

merupakan kawasan karst ( Kecamatan Semanu Dalam Angka, 2009). Di Semanu,

terdapat satu puskesmas di Kecamatan yang jaraknya kurang lebih 1 km. Akses

untuk mengunjungi Puskesmas sangat mudah karena dekat dengan terminal Semanu.

Selain itu terdapat juga beberapa fasilitas kesehatan swasta yaitu berupa klinik dan

Rumah Sakit serta beberapa dokter praktek swasta. Beberapa klinik swasta saat ini

juga sedang dalam proses pembangunan. Untuk daerah Semanu belum ada posyandu

lansia yang aktif sehingga untuk melakukan pengamatan pada penelitian ini, peneliti

akan melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga.

1.2 Masalah Penelitian

Jumlah penduduk Indonesia dan angka harapan hidup di Indonesia semakin

meningkat, dengan demikian meningkat pula jumlah lansia di Indonesia.Semakin

meningkatnya jumlah lansia dapat menimbulkan berbagai permasalahan karena

adanya perubahan fisik dan mental yang terjadi.Untuk itu perlu diteliti hubungan

antara penurunan kekuatan fisik, status mental dan kemandirian dalam aktifitas hidup
5

sehari-hari pada lansia.Jadi dibuatlah pertanyaan penelitian sepereti yang tertulis

dibawah ini.

1. Apakah ada hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada lansia ?

2. Apakah ada hubungan antara kemandirian dalam ADL ( Activities of daily living) dan

IADL ( Instrumental activity of daily living) dengan status mental pada lansia?

3. Apakah ada hubungan antara kemandirian dalam ADL ( Activities of daily living) dan

IADL ( Instrumental activity of daily living) dengan kekuatan fisik pada lansia?

4. Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan status mental?

1.3 Tujuan Penelitian

Umum :

1. Untuk mengetahui hubungan kondisi fisik, status mental dan kemandirian dalam

aktivitas fisik sehari-hari pada lanjut usia.

Khusus :

1. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada lansia.

2. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari (

ADL) dan aktivitas sehari-hari dengan instrument ( IADL) dengan status mental.
6

3. Untuk mengetahui hubungan antara kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari

(ADL) dan aktivitas sehari-hari dengan instrument (IADL) dengan kekuatan fisik

pada lansia.

4. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan status mental.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dengan dilakukannya penelitian ini peniliti dapat mengetahui hubungan kondisi

fisik, status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari pada lansia dan

dapat terjun langsung ke masyarakat untuk pengambilan sampel serta berlatih

berkomunikasi dengan pasien lansia.

2. Bagi masyarakat

Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar bagi

masyarakat untuk memahami keadaan pada lansia sehingga anggota keluarga dapat

mengerti tentang ada atau tidaknya hubungan antara status mental dengan kondisi

fisik dan kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari.

3. Bagi Institusi pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi informasi data bagi peneliti selanjutnya.Diharapkan

penelitian ini juga dapat meninjau kembali penelitian serta teori yang sudah ada.
7

1.5 Keaslian Penelitian

Dibawah ini disajikan beberapa penelitian yang berkaitan dengan hubungan kondisi

fisik status mental dan kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari pada lansia

dibeberapa daerah di Indonesia dan di beberapa negara. Beberapa penelitian berikut

akan menjadi acuan dalam penelitian kali ini. Dan penelitian ini dibuat dengan asli

tanpa ada unsur plagiat.

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Peneliti Metode Subyek Hasil

Nina et al, Cross 90 orang Terdapat hubungan yang bermakna

2012 sectional lansia antara status mental dengan

kemandirian aktivitas sehari-hari pada

lanjut usia dengan nilai p sebesar

0,000 (<0,05).

Wayan et Cross 60 orang Terdapat hubungan antara usia

al,2012 sectional lansia dengan kemandirian (p=0,000; r=

0,517), jenis kelamin tidak

berhubungan dengan kemandirian

(p=0,077 ; X2=0,781). Pendidikan

memiliki hubungan terhadap


8

kemandirian lansia (p=0,001 ; r=-

0,425). Status ekonomi tidak

berhubungan dengan kemandirian

lansia (p= 0,013 ; X2=8,652). Status

kesehatan tidak berhubungan dengan

kemandirian lansia ( p=0,08,

r=0,228)

Rinajumita et Chi square 90 orang Terdapat hubungan antara kondisi

al, 2011 lansia kesehatan,ekonomi,kehidupan

beragama dan dukungan keluarga

dengan kemandirian lansia

Najiyatul et Cross 33 orang Tidak ada hubungan yang signifikan

al, 2011 sectional lansia antara fungsi kognitif dengan

kemandirian dalam melakukan

Activities Daily Living (ADL) pada

lansia ( r=0,143 ; dengan

signifikasi(doua arah) = 0,428)

Mia et al, Kohort 206 orang Tidak ada hubungan yang signifikan

2013 Prospective lansia antara perubahan nilai setelah 3

bulan antara hasil Berg Balance

Scale (BBS) dan Geriatric

Depression Scale (β= 0,026, P=0,31),


9

BBS dan Philadelphia Geriatric

Center Morale Scale (PGCMS)

(β=0,045, P = 0,14), Activity of

Daily Living dan Geriatric Depression

Scale (β=0.123 (P=0.06), dan ADL

dengan PGCMS (β=−0.013P=0.86)

Soham et al, Prospective 1645 orang Terdapat hubungan antara pra-

2009 Cohort Study lansia ≥67 kelemahan dan kelemahan dengan

untuk 10 tahun peningkatan resiko Activity of daily

tahun living antara 10 tahun periode pada

non-disable lansia
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi dan Terminologi Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang

yang frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system

fisiologi dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian

secara eksponensial. Selain itu menua juga didefinisikan sebagai penurunan seiring-

waktu yang terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, yang berupa kelemahan,

meningkatnya kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya

mobilitas dan ketangkasan, serta perubahan fisiologis yang terkait usia (Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2014).

Masa lanjut usia adalah masa dimana lansia mengalami penurunan dari

beberapa fungsi organ tubuh, misalnya berkurangnya fungsi pendengaran,

penglihatan, kekuatan fisik dan kesehatan, Pada masa perkembangan manusia

memiliki tahapan atau tugas perkembangannya tersendiri dan sesuai dengan fase

pertumbuhannya, demikian halnya dengan lansia, ketika seseorang memasuki fase

lansia, seseorang tersebut memiliki tugas perkembangan yang berbeda dengan

sebelumnya (Napitupulu, 2011).


11

Proses penuaan dikaitkan dengan meningkatnya prevalensi dan jumlah dari

kesehatan mental dan kesehatan fisik serta kecacatan ( Sarah J, 2003). Proses menua

juga dapat menimbulkan permasalahan baik secara fisik, mental, sosial dan ekonomi

(Khulaifah, 2011).

Terdapat beberapa istilah yang digunakan oleh gerontologis ketika membicarakan proses

menua:

1) Aging (bertambahnya umur) menunjukan efek waktu, suatu proses

perubahan,biasanya bertahap dan spontan.

2) Senescence (menjadi tua) hilangnya kemampuan sel untuk membelah dan berkembang

(dan seiring waktu akan menyebabkan kematian).

3) Homeostenosis penyempitan/berkurangnya cadangan homeostatis yang terjadi selama

penuaan pada setiap sistem organ (Margi YP, 2014)

2.1.2 Teori Proses Menua

Suatu teori mengenai menua dianggap valid jika memenuhi kriteria berikut :

 Teori yang dikemukakan tersebut harus terjadi secara umum diseluruh

anggota spesies yang dimaksud.

 Proses yang dimaksud pada teori itu harus terjadi secara progresif seiring

dengan waktu.
12

 Proses yang terjadi harus menghasilkan perubahan yang menyebabkan

disfungsi atau kegagalan suatu organ/sistem tubuh tertentu.

Beberapa teori tentang proses menua yang dapat diterima saat ini antara lain :

1. Teori “Radikal Bebas”

Teori ini menyebutkan bahwa dari produk hasil metabolism oksidatif yang sangat

reaktif ( radikal bebas) dapat bereaksi dengan berbagai komponen penting selular,

termasuk protein, DNA, dan lipid, dan menadi molekul-molekul yang tidak berfungsi

namun bertahan lama dan menggangu fungsi sel lainnya. Denham Harman (1956)

menyebutkan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan jaringan

akibat radikal bebas. Harman menyebutkan bahwa mitokondria sebagai generator

radikal bebas, juga merupakan target kerusakan dari radikal bebas tersebut. Radikal

bebas adalah senyawa kimia yang berisi elektron tidak berpasangan yang terbentuk

sebagai hasil sampingan berbagai proses selular atau metabolism normal yang

melibatkan oksigen (Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2014).

Radikal bebas dapat bereaksi dengan DNA, dan akan menyebabkan mutasi

kromosom dan karena peristiwa tersebut akan merusak mesin genetik normal dari

sel. Radikal bebas juga menyebabkan kerusakan fungsi sel dengan merusak

membrane sel atau kromosom sel. Seiring dengan berjalannya waktu, akan terdapat

akumulasi radikal bebas dalam sel dan jika jumlahnya melibihi batas normal maka

akan menyebakan perubahan-perubahan yang dikaitkan dengan proses penuaan

(Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2014).


13

Tubuh manusia sebenarnya diberikan zat yang dapat melawan radikal bebas,

yaitu berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh manusia sendiri. Namun jika

jumlah radikal bebas melebihi batas normal maka antioksidan tidak dapat melindungi

tubuh dari radikal bebas karena jumlahnya yang lebih sedikit dairipada jumlah

radikal bebas dalam tubuh manusia (Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2014).

2. Teori “Glikolisis”

Teori ini menyebutkan bahwa proses penuaan dipengaruhi oleh advance

glycation end products (AGEs), yaitu glukosa-protein yang menyebabkan

penumpukan protein dan makromolekul lain yang termodifikasi sehingga

menyebabkan disfungsi pada hewan dan manusia yang menua. Protein glikasi

menunjukan perubahan-perubahan fungsional, antara lain, menurunnya aktivitas

enzim dan menurunnya degradasi protein abnormal.Saat manusia mengalami

penuaan, AGEs berakumulasi diberbagai jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin,

dan lensa mata.Karena muatan kolagennya tinggi, jaringan ikat menjadi kurang

elastis dan menjadi lebih kaku.Keadaan tersebut dapat mempengaruhi elastisitas

dinding pembuluh darah.AGEs diduga juga berinteraksi dengan DNA dan karenanya

mungkin mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada DNA

(Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2014).

3. Teori “DNA Repair”

Teori DNA repair dikemukakan oleh Hart dan Setiow. Dikemukakan bahwa

adanya perbedaan pola laju ‘repair’ kerusakan DNA yang diinduksi oleh sinar
14

ultraviolet (UV) pada berbagai fibroblast yang dikultur. Fibroblast pada spesies yang

mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukan laju DNA repair terbesar dan

korelasi ini dapat ditunjukan pada berbagai mamalia dan primata. Teori DNA Repair

ini terkait erat dengan teori radikal bebas yang sudah dikemukakan didepan, karena

sebagaian besar radikal bebas dihasikan melaui fosforilasi oksidatif yang terjadi di

mitokondria. Gangguan repair pada kerusakan oksidatif ini menyebabkan percepatan

proses penuaan (accelerated aging). Selain itu, mutasi mtDNA (DNA mitokondria)

akibat gangguan repair ini juga terkait dengan munculnya keganasan, diabetes

mellitus dan penyakit-penyakit neurodegenarif ( Buku Ajara Ilmu Penyakit Dalam

FKUI, 2014).

2.1.3 Kesehatan Lanjut Usia

Penyakit yang umum dan sering diderita oleh lansia antara lain: penyakit

reumatik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru (bronkitis/dyspnea), diabetes

mellitus, jatuh/falls, paralisis/lumpuh seluruh badan, TBC paru, patah tulang dan

kanker. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan dan status fungsional lansia

antara lain adalah resultante dari faktor fisik, psikologik, dan sosioekonomi ( Boedhi-

Dharmono, 2011).

Sifat-sifat penyakit pada lansia :


15

Penting untuk mengetahui sifat penyakit dari lansia agar tidak salah dan terlambat

dala menegakkan diagnosis sehingga dalam pemilihan tatalaksanapun dapat

dilakukan dengan tepat dan sesuai.

1. Etiologi

Beberapa perubahan yang terjadi pada tubuh lansia yang menjadi etiologi dari

suatu penyakit diantaranya adalah menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena

proses menjadi tua, sel-sel parenkim banyak diganti dengan sel-sel penyangga

(jaringan fibrotic), produksi hormon dan enzim yang menurun. Sehingga dari

perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat jika faktor utama yang mempengaruhi

kesehatan lansia adalah faktor endogen, bukan faktor eksogen. Pada keadaan ini

produksi zat-zat untuk daya tahan tubuh lansia juga akan menurun. Di negara-negara

maju karena faktor infeksi inin secara keseluruhan telah jarang ditemui, penyakit

infeksi pada penderita lanjut usia pun juga jarang sekali dijumpai. Di negara-negara

yang sedang berkembang jutru masih banyak penyakit infeksi pada golongan anak-

anak dan lansia.

Hal yang penting juga untuk dilakukan adalah allow anamnesis terhadap keluarga

lansia. Karena seringkali tanda dan gejala dari penyakit yang dialami oleh lansia

tersembunyi (occult) sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Kadang dalam

menegakkan diagnose juga diperlukan observasi dalam jangka waktu yang agak lama

sambil mengamati dengan cermat tanda dan gejala dari suatu penyakit.
16

2. Diagnosis

Penyakit yang terjadi pada lansia biasanya menimbulkan gejala yang tidak khas,

sehingga sulit untuk didiagnosa.Keluhan-keluhan yang muncul juga tidak khas, atipik

dan kadang asimtomatik.Sebagai salah satu contoh adalaha pada occult appendicitis,

pada umumnya pada penyakit tersebut saat mengenai lansia tidak disertai dengan

gejala nyeri pada titik mcBurney, namun hanya dengan gejala kembung dan diare.

3. Perjalanan Penyakit

Perjalanan penyakit geriatrik pada umumnya adalah kronik (menahun), yang

diselingi dengan eksarsebasi akut.Penyakit pada geriatric juga umumnya bersifat

progresif, dan sering menyebabkan kecacatan yang lama sebelum akhirnya penderita

meninggal dunia.Pada penyakit geriatrik diperlukan rehabilitasi sedini mungkin

untuk menghindari invalidasi sejauh mungkin. Penyakit geriatrik ini bersifat

progresif, dan berbeda dengan penyakit yang terjadi pada usia muda, pada penyakit

geriatri tidak memberikan proteksi atau imunitas tetapi justru menjadikan lansia

rentan terhadap peyakit lain karena imunitas yang semakin menurun.

Disabilitas dan Invaliditas

Berikut ini pengertian/konsep secara bertingkat yang menggambarkan kriteria

mundurnya kemandirian lansia menurut WHO (1989) :


17

Penyakit / Hambatan Disabilitas Handicap


gangguan ( (impairment) (objectified) (socialized)
intrinsic) (exteriorized)

Gambar 2.1 Bagan konsep kriteria kemunduran kemandirian lansia

Impairment adalah setiap kehilangan atau kelainan, baik psikologik,

fisiologik maupun struktur atau fungsi anatomi.Disabilitas adalah semua restriksi

atau ekurangan dalam kemampuan untuk melakukan kegiatan yang dianggap dapat

dilakukan oleh orang normal. Sedangkan handicap adalah suatu ketidakmampuan

seseorang sebagai akibat impairment atau disabilitas sehingga membatasinya untuk

melaksanakan peranan hidup secara normal (termasu disini hubungan dengan usia,

jenis kelamin, dan faktor-faktor sosio-budaya). Jadi handicap adalah suatu fenomena

sosial. Disabilitas dan handicap mempengaruhi bentuk dan derajat ketergantungan (

Boedhi-Darmojo, 2011)

2.1.4 Aspek Fisiologik dan Patologik Akibat Proses Menua

Sangat penting untuk membedakan perubahan abnormalitas yang disebabkan

karena proses menua yang fisiologik atau karena suatu proses penyakit. Perbedaan

tersebut penting untuk dibedakan karena berguna untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang sesuai pada lansia. Akibat dari proses menua terdapat perubahan

dalam tatacara pelayanan kesehatan, hal tersebut dikarenakan penyebab berikut :


18

 Prubahan-perubahan anatomik/fisiologik akibat proses menua

 Berbagai penyakit atau keadaan patologik sebagai akibat penuaan

 Pengaruh psiko-sosial pada fungsi organ

2.1.5 Perubahan akibat proses menua dan usia biologik

Semakin bertambahnya usia manusia maka kemnungkinan terjadinya

penurunan anatomic atas organ-organnya makin besar. Penurunan anatomik dan

fungsi organ tidak dikaitkan dengan umur kronologik akan tetapi dengan umur

biologiknya. Missal seseorang dengan usia kronologik berusia 55 tahun, tetapi sudah

menunjukan berbagai penurunan anatomic dan fungsional yang nyata akibat “umur

biologik” nya yang sudah lanjut sebagai akibat tidak baiknya faktor nutrisi,

pemeliharaan kesehatan dan kurangnya aktivitas.

Penurunan anatomik dan fungsional pada organ manusia akan menyebabkan

penyakit menjadi lebih mudah timbul. Menurut Kane et al (1997), tanda penuaan

adalah bukan pada tampilan organ atau organism tersebut dapat beradaptasi terhadap

stress dari luar. Contohnya adalah seorang lansia mungkin masih menunjukan nilai

gula darah normal pada saat puasa, akan tetapi mungkin menunjukan nilai abnormal

tinggi dengan pembebanan glukosa. Oleh sebab itu penggunaan tes toleransi glukosa

perlu mendapatkan interpretasi ulang, dan nilai gula darah 2 jam post prandial kurang

memberikan arti ketimbang nilai gula darah.


19

1. Sistem panca-indra

Terdapat berbagai perubahan morfologik baik pada mata, telinga, hidung, syaraf

perasa di lidah dan kulit. Perubahan yang bersifat degeneratif ini yang bersifat

anatomik, fungsional, memberi manifestasi pada morfologi berbagai organ panca-

indra tersebut baik pada fungsi melihat, mendengar, keseimbangan ataupun perasa

dan perabaan. Pada keadaan yang patologik perubahantersebut dapat berupa penyakit

seperti ektropion/entropion, ulkus kornea, glaucoma dan katarak pada mata.Pada

telinga dapat terjadi tuli konduktif, sindroma Meniere (keseimbangan).

2. Sistem gastro-intestinal

Perubahan morfologik degeneratif terjadi mulai dari gigi sampai anus, antara

lain perubahan atrofik pada rahang, sehinga gigi lebih mudah tanggal. Perubahan

atrofik juga terjadi pada mukosa, kelenjar, dan otot-otot pencernaan. Berbagai

perubahan morfologik menyebabkan perubahan fungsional sampai perubahan

patologik, antara lain gangguan mengunyah dan menelan, perubahan nafsu makan

sampai pada berbagai penyakit, diantaranya adalah disfagia, hiatus hernia,

perubahan sekresi lambung, ulkus peptikum, divertikulosis, sindroma malabsorbsi.

3. Sistem kardiovaskuler

Pada usia lanjut, jantung menunjukkan penurunan kekuatan kontraksi, kecepatan

kontraksi, dan isi sekuncup. Terjadi pula penurunan yang signifikan dari cadangan

jantung dan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan curah jantung, misalnya pada

keadaan latihan / exercise.


20

4. Sistem respirasi

Sistem respirasi mencapai kematangan pertumbuhan pada usia 20-25 tahun,

setelah usia tersebut fungsinya mulai menurun. Elastisitas paru menurun, kekakuan

dinding dada meningkat, kekuatan otot dada menurun.Semua hal tersebut berakibat

menurunnya rasio ventilasi-perfusi di parenkim paru yang tak bebas dan pelebaran

gradient alveolar arteri untuk oksigen.Namun semua perubahan tersebut merupakan

perubahan fungsional yang lazim terjadi pada lansia. Di samping itu, terjadi

penurunan gerak silia, penurunan reflex batuk dan reflex fisiologik lain, yang

menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya infeksi akut saluran napas

bawah.

5. Sistem endokrinologik

Faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, serta penuaan menyebabkan terjadinya

penularan toleransi glukosa. Pada sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi

glukosa, dengan kadar gula puasa yang normal.

25% hipertiroid terjadi pada usia lanjut. Sekitar 75% dari-nya mempunyai gejala

atau tanda klasik, sebagian lagi menunjukkan keadaan “apathetic thyrotoxicosis”.

Sedangkan pada hipotiroid sering terjadi antara usia 50-70 tahun dan gejalanya sering

tidak mencolok.
21

6. Sistem hematologic

Pada penuaan, sumsum tulang secara nyata mengandung lebih sedikit sel

hemopoietik dengan respon terhadap stimuli buatan agak menurun.Namun pola

pertumbuhan sel darah putih dan sel darah merah secara kualitatif tak berubah.

Berbagai jenis anemia yang sering didapatkan pada usia lanjut antara lain:

 Anemia defisiensi besi akibat perdarahan, malabsorbsi, dan malnutrisi.

 Anemia megaloblastik

 Anemia akibat penyakit kronik

7. Sistem persendian

Penyakit rematik merupakan salah satu penyebab utama terjadinya disabilitas

pada usia lanjut, di samping stroke dan penyakit kardiovaskuler. Pada synovial sendi

terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi, fibrilasi dan pembentukan

celah dan lekukan di permukaan tulang rawan. Diantara penyakit sendi yang sering

terdapat pada usia lanjut adalah osteo-artritis, rematoid arthritis, gout, atritis mono-

artikuler senilis, dan rematika polimialgia.

8. Sistem urogenital dan tekanan darah

Pada usia lanjut ginjal mengalami perubahan, antara lain terjadi penebalan

kapsula Bowman dan gangguan permeabilitas. Nefron secara keseluruhan mengalami

penurunan dalam jumlah dan mulai mengalami atrofi.


22

Secara umum pembuluh darah sedang sampai besar pada usia lanjut sudah

mengalami berbagai perubahan. Terjadi penebalam intima akibat proses

arterosklerosis dan perubahan kelenturan pembuluh darah tepi. Hal ini akan

menyebabkan peningkatan tekanan darah terutama tekanan darah sistolik, walaupun

tekanan diastolic juga sering meningkat akibat banyak faktor lain termasuk genetic

(teori mozaik).

9. Infeksi dan inunologi

Peningkatan predisposisi infeksi penting diperhatikan pada lansia, karena pada

usia lanjut infeksi cenderung menjadi berat, bahkan menyebabkan kematian.

Pneumonia dan infeksi saluran kemih merupakan infeksi penting pada usia lanjut dan

bisa berlanjut menjadi lebih berat. Faktor-faktor yang memperberat infeksi tersebut

diantaranya adalah imobilisasi, instrumentasi, serta iatrogenic.

Perubahan imunologik yang mencolok pada usia lanjut adalah timus sudah

mengalami resorbsi, namun jumlah sel B dan T tidak mengalami perubahan. Juga

terjadi peningkatan pembentukan auto-antibodi, sehingga insidensi penyakit auto-

imun meningkat.Begitu pula perubahan pada pengenalan dan penyerangan sel tumor

yang menurun.

10. Sistem saraf pusat dan otonom

Pada usia lanjut terjadi perubahan berat otak yang menurun sekitar 10%,

meningen menebal, giri dan sulci otak berkurang kedalamannya. Keadaan tersebut

tidak menyebabkan gangguan patologis yang berarti, sedangkan gangguan yang


23

bersifat patologis adalah degenerasi pigmen substansia nigra, kekusutan

neurofibriler, dan pembentukan badan Hirano.Keadaan ini bersesuaian dengan

terjadinya sindroma Parkinson dan dementia tipe Alzheimer.

11. Sistem kulit dan integument

Pada usia lanjut terjadi atrofi dari epidermis, kelenjar keringat, folikel rambut,

serta berubahnya pigmentasi dengan akibat penipisan kulit dan fragil seperti selaput.

Warna kulit juga berubah, terjadi pigmentasi yang tidak merata.Kuku menipis mudah

patah, rambut rontok sampai terjadi kebotakan.Lemak subkutan juga berkurang

menyebabkan berkurangnya bantalan kulit, sehingga daya tahan terhadap tekanan

dan perubahan suhu menjadi berkurang.Penipisan kulit tersebut menyebabkan

kulitmudah terluka dan terjadi infeksi.

12. Otot dan tulang

Pengaruh usia pada otot yang mengalami atrofi sebagai akibat berkurangnya

aktivitas, gangguan metabolic, atau karena denervasi saraf. Begitu pula proses

perusakan dan pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi selain akibat

menurunnya aktivitas tubuh, juga akibat menurunnya hormone estrogen pada wanita,

defisiensi vitamin D, serta defisiensi hormone-hormon lain misalnya parathormon

dan kalsitonin.Trabekulae menjadi lebih berongga-rongga, mikro-arsitektur berubah

dan sering berakibat patah tulang akibat benturan ringan maupun spontan.

Dari hasil sebuah studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lansia

yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa


24

penyakit yang terbanyak diderita lansia adalah penyakit sendi(52,3%), hipertensi

(38,8%), anemia (30,7%) dan katarak (23%). Penyakit-penyakit tersebut merupakan

penyebab utama disability ataupun kelemahan pada lansia.Oleh karena itu perlu

dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui penyakit/masalah

sedini mungkin. Dengan demikian proses penyakit dapat dihambat atau dicegah

sedini mungkin agar tetap dalam keadaan sehat, baik fisik maupun mental serta sosial

( Simanullang, 2011).

2.1.6 Pengkajian Psikiatrik Pada Pasien Lansia

Untuk pemeriksaan status mental pada lansia beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah fungsi kognitif dan ada atau tidaknya memakai alat bantu seperti

kaca mata dan alat bantu dengar ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

Pemeriksaan Psikiatrik

 Riwayat Psikiatrik

Beberapa informasi riwayat psikiatrik yang harus digali adalah identitas (nama,

usia, jenis kelamin, status perkawinan), keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat gangguan sebelumnya, riwayat kehidupan pribadi, riwayat keluarga dan

riwayat obat-obatan yang sedang digunakan (Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

Pasien lansia sering mempunyai keluhan subyektif gangguan daya ingat ringan

seperti lupa nama orang dan salah menempatkan barang-barang. Masalah kognitif
25

minor mungkin terjadi karena anxietas pada saat melakukan wawancara. Gangguan

daya ingat yang berhubungan dengan ini disebut sebagai beningn senescent

forgetfulness, namun hal tersebut dianggap tidak bermakna ( Buku Ajar Psikiatri

FKUI, 2013).

 Pemeriksaan Status Mental

Pemeriksaan status mental memberikan gambaran bagaimana pasien berpikir,

berperasaan dan berperilaku selama pemeriksaan.

a. Deskripsi umum

Terdiri atas penampilan, aktivitas psikomotor, sikap terhadap pemeriksaan dan

pembicaraan.Pembicaraan pasien mungkin dapat cepat pada keadaan agitasi, manik

dan cemas. Dan pada gangguan depresif dan kognitif pasien akan menangis, terutama

jika pasien merasa frustasi karena tidak mampu menjawab pertanyaan pemeriksa (

Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

b. Penilaian fungsi

Pasien lanisa harus dievaluasi kapasitasnya untuk tetap mandiri dan melakukan

kegiatan sehari-hari termasuk ke toilet, memeprsiapkan makanan, berpakaian,

berdandan dan makan ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

c. Mood dan afek

Beberapa perasaan yang mengakibatkan resiko tinggi lansia untuk bunuh diri

antaralain seperti perasaan kesepian, tidak berharga, tidak berdaya dan tidak ada
26

harapan yang menunjukan gejala deprsi.Kesepian adalan alasan yang paling sering

pada lansia yang mempertimbangkan bunuh diri. Gangguan mood terutama depresi

dan ansietas akan menganggu fungsi daya ingat.

Afek pasien mungkin bisa datar, tumpul, terbatas, dangkal atau tidak serasi.

Afek merupakan penanda psikopatologi yang penting ( Buku Ajar Psikiatri FKUI,

2013).

d. Gagguan presepsi

Ilusi dan halusinasi pada lansia mungkin merupakan fanomena semanta akibat

penurunan ketajaman sensoris.Pemariksaan harus melihat apakah pasien bingung

dengan waktu atau tempat selama episode halusinasi. Halusinasi dapat disebabkan

oleh tumor otak dan patologi fokal lainnya sehingga pemeriksaan diagnostic

mungkin diindikasikan ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

e. Bahasa

Pada pemeriksaan status mental lansia salah satu nya adalah ada tidaknya afasia,

yaitu gangguan bahasa yang berhubungan dengan lesi organic otak. Beberapa macam

afasia antara lain:

 Afasia nonfluent (afasia Broca)

Pasien mengerti kata-kata namun kemampuan berbicara

terganggu.pasien tidak dapat mengucapkan kata-kata yang ingin

diucapkan
27

 Afasia fluent (afasia Wernicke)

Pasien tidak dapat menunjukan penggunaan objek sederhana, seperti

kunci dan korek api (ideomotor apraxia). Pemeriksaan sederhana

yang dapat dilakukan adalah dengan menunjukan beberapa objek yang

umum seperti pensil, gagang pintu, tombol lampu dan meminta pasien

menyebutkan namanya.

 Afasia umum

( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013)

f. Fungsi Visuospasial

Fungsi visuospasial dapat diperiksa dengan meminta pasien untuk meniru bentuk

atau gambar. Penurunan fungsi visuospasial merupakan proses yang normal pada

lansia ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

g. Pikiran

Gangguan dalam berpikir antara lain neologisme, world salad, sirkumtansial,

tangensial, asosiasi longgar, flight of ideas, clang asossociations, dan blocking.Salah

satu tanda awal demensia adalah kehilangan kemampuan untuk mengrti nuansa arti

(pikran abstrak).Isi pikir harus diperiksa untuk menilai apakah ada fobia, obsesi,

preokupasi, somatik, dan kompulsi.Dapat diperiksa pula apakah pasien puny aide

untuk bunuh diri atau keinginan untuk membunuh. Harus periksa juga apakah
28

terdapat waham dan bagaimana waham tersebut mempengaruhi kehidupan pasien (

Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

h. Sensorium dan kognisi

Kognisi merupakan proses informasi dan intelektual sedangkan sensorium

merupakan fungsi indera tertentu. Pemeriksaan sesorium dan kognisi dikenal dengan

pemeriksaan neuropsikiatri ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

i. Kesadaran

Indikataor yang sensitive untuk disfungsi otak adalah perubahan kesadaran, yaitu

pasien tidak tampak siaga penuh, menunjukan fluktuasi kesadaran atau tampak

letargi. Pada kasus berat, kesadaran pasien somnolen atau stupor ( Buku Ajar

Psikiatri FKUI, 2013).

j. Orientasi

Gangguan orientasi waktu, tempat dan orang dapat dihubungkan dengan

gangguan kognitif.Gangguan kognitif sering tampak pada gangguan mood, gangguan

cemas, gangguan buatan, ganguan konversi dan gangguan kepribadian.Pemeriksaan

orientasi tempat bisa dengan menanyakan kepada pasien lokasi pasien saat ini

berada.Orientasi orang dapat diperiksa dengan menanyakan namanya.Sedangkan

orientasi waktu diperiksa dengan menanyakan tanggal, hari, bulan, tahun. Atau dapat

juga menanyakan berapa lama pasien berada di rumah sakit ( Buku Ajar Psikiatri

FKUI, 2013).
29

k. Daya ingat

Daya ingat yang dievaluasi terdiri atas daya ingat segera, jangka pendek, dan

jangka panjang. Retensi dan recall diperiksa dengan menyebutkan 6 digit dan

mengulang maju dan mundur. Pasien dengan daya ingat tidak terganggu biasanya

dapat meningat 6 digit maju dan 5 atau 6 digit mundur. Daya ingat jangka lama dapat

diperiksa dengan menanyakan tempat dan tanggal lahir, nama ibu pasien sebelum

menikah dan nama serta hari ulang tahun anak-anak pasien ( Buku Ajar Psikiatri

FKUI, 2013).

l. Tugas intelektual, informasi dan kecerdasan

Berbagai tugas intelektual yang dapat dintruksikan antara lain meminta pasien

mengurangi 7 dari 100 dan seterusnya sampai dicapai angka 2. Pemeriksaan

selanjutnya adalah dengan pemeriksaan mencatat respon sebagia dasar

pemeriksaan.Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan menginstruksikan

pasien untuk menghitung mundur dari 20 ke 1, dan mencatat waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan.Pengetahuan umum pasien berhubungan dengan kecerdasan.

Pasien dapat diminta menyebutkan nama presiden pertama Indonesia, 3 nama kota

terbesar di Indonesia. Namun pemeriksaan harus mempertimbangkan tingkat

pendidikan pasien, status sosial ekonomi dan pengalaman kehidupan dalam menilai

hasil hasil dari beberapa pemeriksaan ini ( Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).
30

m. Membaca dan menulis

Pemeriksaan membaca dan menulis dapat diakukan dengan meminta pasien

membaca cerita sederhana dengan keras atau menulis sebuah kalimat pendek untuk

memeriksa apakah ada gangguan membaca atau menulis ( Buku Ajar Psikiatri FKUI,

2013).

n. Daya nilai

Daya nilai adalah kemampuan untuk bertindak sesuai dalam berbagai keadaan.

Pemeriksaan daya nilai bisa dengan pertanyaan apakah yang akan dilakukan pasien

bila menemukan amplop tertutup dengan alamat jelas yang berperangko di jalan (

Buku Ajar Psikiatri FKUI, 2013).

Seiring dengan terjadinya proses menua akan didapat pula beberapa variasi status

mental pada lansia. Luecenott menyatakan bahwa pada lansia, dengan lanjut nya usia

didapatkan penurunan yang kontinyu dalam kecepatan belajar, kecepatatan

menproses informasi baru dan kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau

kompleks. Penurunan kecepatan ini mengakibatkan ini di akibatkan oleh perubahan

dalam bidang motorik dan kemampuan persepsi, didapatkan bukti bahwa pencepatan

pemrosesan di pusat menurun dengan melajutnya usia. Walaupun ini secara

individual bersifat sangat relatif .penurunan yang intellectual antar individu ini

berbeda- beda, ada yang banyak dan ada yang hampir tidak ada (Nasution, 2008).
31

Kemampuan kognitif cenderung berkaitan dengan pertambahan usia.

Penurunan tersebut meliputi penurunan fungsi memori, pemecahan masalah, dan

orientasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif pada lanisa antara

lain : usia, genetic, aktifitas fisik, adanya penyakit, asupan gizi dan pola hidup yang

sehat.

Pengkajian Neuropsikologik

Mini Mental State Examination (MMSE) adalah suatu instrument yang dapat

digunakan secara sistematis untuk melakukan assessment status mental. Pada MMSE

terdapat 11 pertanyaan untuk melihat 5 fungsi kognitif yaitu orientasi, perhatian,

kalkulasi, daya ingat segera dan janga pendek, bahasa dan kemampuan mengikuti

perintah sederhana. Total dari nilai keseluruhan adalah 30 (Inocian, 2014).

MMSE tidak digunaka untuk menegakan diagnosa, namun digunaka untuk

mendeteksi gangguan, mengikuti perjalan penyakit dan mengevalusai respon pasien

terhadap terapi. Nilai maksimum MMSE adalah 30. Beberapa hal yang

mempengaruhi nilai MMSE adalah usia dan tingkat pendidikan ( Buku Ajar Psikiatri

FKUI, 2013).
32

1.2.Landasan Teori

Menurut WHO, yang tergolong dalam lansia adalah orang dengan usia lebih

dari 60 tahun. Seiring dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan-perubahan

pada system organ yang menyebabkan perubahan pada fungsi fisik yang akan

mempengaruhi kegiatan sehari-sehari. Perubahan pada aktivitas fisik sehari-hari yang

terjadi pada lansia juga dipengaruhi oleh perubahan status mental pada lansia.

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia antara lain pada sistem indra, digesti,

integument, hematologic, urinologi dan beberapa fungsi organ lain. Perubahan yang

terjadi pada fisik lansia juga dapat mengakibatkan disabilitas, dimana lansia tidak

mampu menjalankan fungsi sehari-sehari dengan mandiri sehingga memerlukan

bantuan dari orang lain.

Pada beberapa penelitian yang sudah diuraikan mengatakan jika status mental

mempengaruhi kegiatan fisik sehari-hari pada lansia. Pada penilaian status mental

beberapa komponen yang akan dinilai antara lain seperti orientasi, daya ingat,

kesadaran dan beberapa komponen lainnya.

Untuk melihat hubungan kekuatan fisik, kemandirian dalam menjalankan

aktivitas fisik dan status mental pada lansia pada rentan usia 60 -70 tahun beberapa

instrument yang akan digunakan antara lain adalah Mini Mental State Examination,

Get up and go test, The Borg Scale, Berg Balance Scale, Kuisioner Tingakt

Pendidikan, Hopskin Verbal Learning Test, Activities of Daily Living dan

Instrumental Activities of Daily Living.


33

1.3.Kerangka Pemikiran Teoritis

Aspek
Fisiologi Status
k Mental

KESEHATAN
PROSES
LANSIA
MENUA

Kekuatan
Aspek Fisik
Patologik

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis


34

1.4.Kerangka Konsep Penelitian

Orang Lansia 60-74 tahun

Status Mental Kekuatan Fisik

 Fungsi  Tingkat
kognitif dan kelelahan
orientasi  Kekuatan
berjalan
 Stabilitas
tubuh

 Mini mental  Get up and


State go test
Examination  The borg
 The Hopkins scale
verbal  The berg
learning/ balance
HVLT scale

Kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari

 Aktivitas sehari-hari
 AKtivitas sehari-hari
yang menggunakan
instrumen Gambar 2.3
Kerangka Konsep
 Activities of Daily Living (ADL)
Penelitian
 Instrumental Activities of Daily Living (IADL)
35

1.5.Hipotesis

1. Ada hubungan antara kondisi fisik dengan status mental pada lansia.

2. Ada hubungan antara kemandirian dalam ADL ( Activities of daily living)

dan IADL ( Instrumental activity of daily living) dengan status mental

pada lansia.

3. Ada hubungan antara kemandirian dalam ADL ( Activities of daily living)

dan IADL ( Instrumental activity of daily living) dengan kekuatan fisik

pada lansia.

4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan status mental.


36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian observasinal, yaitu deskriptif-

analitik.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data pada sample dilakukan di Kelurahan Semanu,

Kabupaten Gunungkidul pada bulan Januari – Maret 2015. Pengambilan

sample dilakukan dengan menggunakan instrument kuisoner, test dan

pengukuran tubuh.

3.3 Populasi dan Sampling Penelitian

Populasi yang akan diamati dalam percobaan ini adalah lansia (60-74

tahun) di Kelurahan Semanu, Kecamatan Semanu, Gunung Kidul. Kecamatan

Semanu terdiri dari 19 Dusun, sehingga untuk sampel akan di ambil pada 5

dusun dengan jumlah lansia terbanyak, yaitu:

 Ngebrak Timur

 Munggi

 Munggi Pasar

 Semanu Tengah
37

 Semanu Utara

Sampel yang akan diambil adalah berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut :

3.3.1 Kriteria inklusi :

- Orang lanjut usia ( 60 - 74 tahun ) yang bersedia menjadi responden

- Orang lanjut usia ( 60 - 74tahun) yang tinggal di Kelurahan Semanu,

Kecamatan Semanu Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DIY

- Orang lanjut usia ( 60 - 74 tahun) yang masih dapat melakukan aktivitas

fisik sehari-hari dengan mandiri tanpa alat bantu

3.3.2 Kriteria eksklusi

- Orang lanjut usia ( 60 - 74 tahun) yang berbaring ditempat tidur dan

melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan bantuan orang lain

- Orang lanjut usia ( 60 - 74 tahun) yang menggunakan alat bantu berjalan

dalam aktivitas sehari-hari

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

- Variabel bebas : kemandirian dalam aktivitas fisik sehari-hari ( IADL dan

ADL), usia, tingkat pendidikan

- Variabel terikat: Status mental, kelemahan fisik


38

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Skala

1. Usia Lansia dengan usia 60-74 tahun Numerik

2. Pendidikan Pendidikan terakhir yang Nominal

diperoleh subjek

3. Aktivitas Sehari- Kegiatan yang dilakukan dalam Nominal

hari ( Activities of keseharian

Daily Living/ ADL)

4. Aktivitas sehari- Aktivitas keseharian yang Nominal

hari dengan dilakukan dengan menggunakan

instrument ( instrument/alat yang

Instrumental of berhubungan dengan kegiatan

ctivities of daily tersebut

living)

5. Kekuatan Fisik Kondisi fisik yang akan diteliti Nominal

adalah yang berkaitan dengan

kelemahan fisik yang terjadi

pada lansia, dimana pada lansia

biasa terjadi penurunan kekuatan


39

fisik

6. Status mental Keadaan yang menggambarkan Nominal

pemikiran,sikap,perilaku,ucapan,

psikis dan kognitif dari lansia.

3.5 Perhitungan Besar Sampel

Besar sampel yang diambil dihitung dengan rumus berikut :

n= N.z2 p. q

d (N-1) + z.p.q

Keterangan :

n = perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan besar populasi

z = nilai standar normal untuk α = 0.05(1,96)

p = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q = 1-p (100% - p)

d = tingkat kesalahan yang dipilih (d=0.05)

(Nursalam, 2008)
40

Dengan rumus diatas diperoleh hasil :

n= 442 (1,96)2.0,5 .0,5

(0,05) (442-1) + 1,96. 0,5. 0,5

= 18,833

= 19

Namun pada penelitian ini akan diambil sampel sebanyak 30.

3.6 Bahan dan Alat

Tabel 3.2 Rincian Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian Interpretasi Nilai

1. Get Up and Go Test Waktu dalam detik

2. The Borg Scale Kriteria 0-10

3. Berg Balance Scale Kriteria 0-4

4. Kuesioner Karakteristik Responden – Rentang nilai normal 1-6

Tingkat Pendidikan 1 : Tidak sekolah

2 : Tidak tamat SD

3 : Tamat SD

4 : SMP

5 : SMA

6 : Perguruan Tinggi

97 : Lainnya

99 : Tidak menjawab

5. Hopkins Verbal Learning Test Total kata yang diingat 0-36


41

( HVLT)

6. Mini Mental State Examination 25-30 : Penuaan normal

(MMSE) ≤ 24 : Kemungkinan Demensia

Nilai maksimal : 30

7. Activities of Daily Living (ADL) 20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantunggan Total

Nilai maksimal : 20

8. Instrumental Activities of Daily 9-16 : Mandiri / Tidak perlu

Living (IADL) bantuan

1-8 : Perlu bantuan

0 : Tidak dapat

melakukan apa-apa
42

3.7 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah dengan melakukan test dengan menggunakan

beberapa instrument yang sudah disebutkan diatas dan wawancara/pengisian

kuisioner.

Tabel 3.3 Rincian Instrumen Penelitian, Interpretasi hasil dan Variabel

Instrumen Penelitian Interpretasi Nilai Variabel Keterangan

Yang

Diteliti

1. Get Up and Go Waktu dalam detik Kekuatan Menilai

Test Fisik keseimbangan

2. The Borg Scale Kriteria 0-10 Kekuatan Melihat

Fisik tingkat

kelelahan

3. Berg Balance Kriteria 0-4 Kekuatan Menilai

Scale Fisik keseimbangan

4. Kuesioner Rentang nilai Tingkat Menggunakan

Karakteristik normal 1-6 Pendidikan tingkat

Responden – 1 : Tidak sekolah pendidikan

Tingkat 2 : Tidak tamat SD terakhir

Pendidikan 3 : Tamat SD responden

4 : SMP
43

5 : SMA

6 : Perguruan

Tinggi

97 : Lainnya

99 : Tidak

menjawab

5. Hopkins Verbal Total kata yang Status Melihat daya

Learning Test diingat 0-36 Mental ingat

( HVLT) responden

6. Mini Mental 25-30 : Penuaan Status Menilai status

State normal Mental mental

Examination ≤ 24 : responden

(MMSE) Kemungkinan

Demensia

Nilai maksimal :

30

7. Activities of 20 : Mandiri Aktifitas Menilai

Daily Living 12-19 : sehari-hari kemandirian

(ADL) Ketergantungan responden

Ringan dalam aktivitas

9-11 : fisik sehari-


44

Ketergantungan hari

Sedang

5-8 :

Ketergantungan

Berat

0-4 :

Ketergantunggan

Total

Nilai maksimal :

20

8. Instrumental 9-16 : Mandiri / Aktifitas Menilai

Activities of Tidak perlu Sehari-hari kemandirian

Daily Living bantuan aktifitas fisik

(IADL) 1-8 : Perlu sehari-hari

bantuan responden saat

0 : Tidak dapat menggunakan

melakukan apa-apa alat


45

3.8 Analisis Hasil

Desain penelitian yang digunakan adalah metode cross sectional, yaitu

dengan melakukan observasi pada satu saat tertentu. Data akan dianalisis

secara deskriptif dengan metode analisis korelasi dan regresi.

Metode analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Kekuatan Fisik dengan Status Mental

a. Korelasi antara Get-up-and-go-test, The Borg Scale dan Berg Balance

Scale dengan Mini Mental State Examination (MMSE).

b. Korelasi antara Get-Up-and-Go-test, The Borg Scale dan Berg

Balance Scale dengan Hoplins Verbal Learning Test ( HVLT).

2. Kemandirian Dalam Aktivitas Fisik Sehari-hari dengan Kekuatan Fisik

a. Korelasi antara Activities of Daily Living ( ADL) dan Instrumental

Activities of Daily Living ( IADL) dengan Get-Up-and-Go-Test, The

Borg Scale dan Berg Balance Scale.

b. Regresi antara Activities of Daily Living ( ADL) dengan Get-Up-and-

Go-Test, The Borg Scale dan Berg Balance Scale.

c. Regresi Instrumental Activities of Daily Living ( IADL) dengan Get-

Up-and-Go-Test, The Borg Scale dan Berg Balance Scale.


46

3. Kemandirian Dalam Aktivitas Fisik Sehari-hari dengan Status Mental

a. Korelasi antara Activities of Daily Living ( ADL) dan Instrumental

Activities of Daily Living ( IADL) dengan dengan Mini Mental State

Examination (MMSE) dan Hopkins Verbal Learning Test ( HVLT).

b. Regresi antara Activities of Daily Living ( ADL) dengan dengan Mini

Mental State Examination (MMSE) dan Hopkins Verbal Learning

Test ( HVLT).

c. Regresi antara Instrumental Activities of Daily Living ( IADL) dengan

dengan Mini Mental State Examination (MMSE) dan Hopkins Verbal

Learning Test ( HVLT).

4. Tingkat Pendidikan dengan Status Mental

a. Korelasi antara Tingkat Pendidikan dengan Mini Mental State

Examination (MMSE) dan Hopkins Verbal Learning Test (HVLT)

dengan usia.

b. Regresi antara Tingkat pendidikan dengan Mini Mental State

Examination (MMSE).

c. Regresi antara Tingkat Pendidikan dengan Hopkins Verbal Learning

Test (HVLT).
47

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

kesehatan lansia. Setiap orang yang masuk dalam kriteria inklusi

mendapatkan kesempatan yang sama untuk dilakukan penelitian dengan

memperhatikan justice. Sebelum pengambilan data, peneliti akan meminta

persetujuan kepada subyek atau keluarga subyek. Kerahasiaan mengenai data

subyek akan dijaga oleh peneliti. Karena pada penelitian menggunkan subyek

lansia (60-74 tahun), penelitian akan dilakukan dengan membuat subyek tidak

kelelahan, dan subyek boeh menolak untuk pengambilan data di awal, tengah

pemeriksaan dan di akhir pemeriksaan.

3.10 Jadwal Penelitian

Penyusunan
Seminar Pengambilan Analisis Sidang
Bulan / Kegiatan proposal
Proposal Sampel Data Skripsi
penelitian
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
48

DAFTAR PUSTAKA

Boedhi – Darmojo, (2011) GERIATRI : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. 4th ed. Hadi
Martono, ed.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Conradsson, M., Littbrand, H., Bostrom., G., Lindelof, N., Gustafson, Y., Rosendahl,
E. ( 2013) Is a change in functional capacity or dependency in activities of daily
living associated with a change in mental health among older people living in
residential care facilities. Clinical Interventions in Aging 2013:8 : pp.1561–1568

Elvira, D & Hadisukanto, G (2013) Buku Ajara Psikiatri 2nd ed. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI.

Fadhia, N., Ulfiana, E., Ismono S,R.( 2011) Hubungan Fungsi Kognitif Dengan
Kemandirian Dalam Melakukan Activities of Daily Living (ADL) Pada Lansia di
UPT PSLU Pasuruan. Universitas Airlangga

Inocian, Ergie.P., Edsel P. Inocian, Edsel P., Ysatam, E.I (2014). The dependency
needs in the activities of daily living performance among Filipino
elderly.International Research Journal of Medicine and Medical Sciences Vol. 2(2),
pp. 44-50.
Khulaifah, S., Haryanto, J., Nihayati, H.E., (2011) The Correlation between Family
Support with Elderly Independency in Doing Activity Daily Livin. Universitas
Airlangga. Pp : 91-93

Madiyanto., Yuliastuti, N.C.,(2014) Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam


Aktivitas Kehidupan Sehari-hari dengan Kekebalan Stres Lansi Osteoartritis di
Posyandu Lansia Putat Gede Timur IV Surabaya. Stikes Hangtuah Surabaya.

Margi YP, Adilah (2014).Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan


Kemandirian Lansia dalam Memenuhi Aktivitas Sehari-hari di Desa Adimulya
49

Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Universitas Jendral Soedirman


Purwokerto.
Napitupulu, Y.(2011) Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari dan Successful Aging
Pada Lansia. Universitas Brawijaya Malang.

Nasution, Z.(2008) Status Mental dengan Resiko Jatuh Pada Lansia. Universitas
Darma Agung Medan

Nugroho, (2008).Keperawatan gerontik dan geriatrik. Jakarta: EGC

Nursalam, (2008) Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan :


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. 2nd. Jakarta: Penerbit
Salemba Medika

Parker, S.J.,Strath, S.J., Swartz, A.M.(2008).Physical Activity Measurement in Older


Adults: Relationships With Mental Health. J Aging Phys Act. 2008 October ; 16(4):
pp. 369–380.

Pemerintah Kecamatan Semanu (2009) Kecamatan Semanu Dalam Angka.No :


3403060.0908

Rinajumita (2011) Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kemandirian Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan Payakumbuh Utara. Fakultas
Kedokteran Andalas Padang

Setiati, S (2014) Buku Ajar : ILMU PENYAKIT DALAM. 6th : Jakarta : Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Setyawati, N (2012) Hubungan status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-


hari pada lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang
50

Simanullang, P., Zuska, P., Asfriyati.(2011) Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Status
Kesehatan Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Darusalam Medan. Universitas
Darma Agung Medan.

Snih, S.A., Graham, J.E., Ray, L.A.( 2009) Frailty and Incidence of Activities of
Daily Living Disability Among Older Mexican Americans.J Rehabil Med. 2009
November ; 41(11):pp 892–897.

Suardana, I.W. & Ariesta, Y. (2012) Karakter Lansia Dengan Kemandirian Aktivitas
Fisik Sehari-hari.Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

Triantari, R. (2011) Hubungan Asupan Vitamin B6, Vitamin B12, Asam Folat,
Aktivitas Fisik dan Kadar Hemosistein dengan Status Kognitif Lansia. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Вам также может понравиться

  • Surat KMK
    Surat KMK
    Документ2 страницы
    Surat KMK
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Laporan EKG 3
    Laporan EKG 3
    Документ14 страниц
    Laporan EKG 3
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Indonesian Pregnancy
    Indonesian Pregnancy
    Документ48 страниц
    Indonesian Pregnancy
    basir
    Оценок пока нет
  • Surat KMK
    Surat KMK
    Документ2 страницы
    Surat KMK
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Surat KMK Pinjam Wisma
    Surat KMK Pinjam Wisma
    Документ4 страницы
    Surat KMK Pinjam Wisma
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Surat Pinjam Kapel Misa
    Surat Pinjam Kapel Misa
    Документ4 страницы
    Surat Pinjam Kapel Misa
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Proposal Natal
    Proposal Natal
    Документ6 страниц
    Proposal Natal
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Pemeriksaan Penunjang Tinea Cruris Et Corporis
    Pemeriksaan Penunjang Tinea Cruris Et Corporis
    Документ1 страница
    Pemeriksaan Penunjang Tinea Cruris Et Corporis
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Monica Megakolon
    Monica Megakolon
    Документ41 страница
    Monica Megakolon
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Proposal Kegiatan Valentine Day
    Proposal Kegiatan Valentine Day
    Документ5 страниц
    Proposal Kegiatan Valentine Day
    Monica Roly Vonita
    100% (1)
  • Proposal Class Meeting
    Proposal Class Meeting
    Документ8 страниц
    Proposal Class Meeting
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Pengurus OSIS Periode 2008
    Pengurus OSIS Periode 2008
    Документ1 страница
    Pengurus OSIS Periode 2008
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Proposal Forum Terbuka
    Proposal Forum Terbuka
    Документ4 страницы
    Proposal Forum Terbuka
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Proposal OKSA
    Proposal OKSA
    Документ9 страниц
    Proposal OKSA
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Informed
    Informed
    Документ1 страница
    Informed
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Suminah
    Suminah
    Документ3 страницы
    Suminah
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Laporan KKN 1
    Laporan KKN 1
    Документ2 страницы
    Laporan KKN 1
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Resume Respi
    Resume Respi
    Документ23 страницы
    Resume Respi
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Tugas Take Home Mini Cex 1
    Tugas Take Home Mini Cex 1
    Документ4 страницы
    Tugas Take Home Mini Cex 1
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Gagal Ginjal - Monicaroly
    Gagal Ginjal - Monicaroly
    Документ52 страницы
    Gagal Ginjal - Monicaroly
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Hipertensi
    Penyuluhan Hipertensi
    Документ2 страницы
    Penyuluhan Hipertensi
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Kolestrol
    Penyuluhan Kolestrol
    Документ1 страница
    Penyuluhan Kolestrol
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Daster Refkas
    Daster Refkas
    Документ16 страниц
    Daster Refkas
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Refleksi Kasus IBS
    Refleksi Kasus IBS
    Документ72 страницы
    Refleksi Kasus IBS
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • STRONGILOIDIASIS
    STRONGILOIDIASIS
    Документ15 страниц
    STRONGILOIDIASIS
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Infeksi SSP
    Infeksi SSP
    Документ15 страниц
    Infeksi SSP
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Tutorial Klinik Epilepsi
    Tutorial Klinik Epilepsi
    Документ22 страницы
    Tutorial Klinik Epilepsi
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Referat Hiv Aids
    Referat Hiv Aids
    Документ31 страница
    Referat Hiv Aids
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет
  • Ujian Diabetic Foot Monic
    Ujian Diabetic Foot Monic
    Документ7 страниц
    Ujian Diabetic Foot Monic
    Monica Roly Vonita
    Оценок пока нет