Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2016/2017
1
2.1 Definisi
1. Infark Miokard (MCI) adalah suatu keadaan dimana secara tiba-tiba terjadi
pembatasan atau pemutusan aliran darah ke jantung, yang menyebabkan otot
jantung (miokardium) mati karena kekurangan oksigen.
2. Infark mioakard adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen miokard sehingga jaringan miokard mengalami kematian.
Kesimpulan Infark Miocard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena
adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah pada
jantung berkurang yang menimbulkan nyeri yang hebat pada dada.
Ada dua tipe dasar infark miokard akut :
1. Transmural
Berhubungan dengan aterosklerosis melibatkan arteri koroner utama. Hal ini
dapat subclassified ke anterior, posterior, atau lebih rendah. Infarcts
Transmural memperpanjang melalui seluruh ketebalan otot jantung dan
biasanya akibat dari oklusi (penyumbatan) lengkap suplai darah daerah
tersebut.
2. Subendocardial
Melibatkan sejumlah kecil di dinding subendocardial dari ventrikel kiri,
septum ventrikel, atau otot papiler. Infarcts Subendocardial dianggap akibat
dari suplai darah lokal menurun, mungkin dari penyempitan arteri koroner.
Daerah subendocardial terjauh dari suplai darah jantung dan lebih rentan
terhadap jenis patologi.
Infark Miokard paling sering disebabkan oleh oklusi (penyumbatan) dari arteri
koroner setelah pecahnya plak aterosklerotik yang rentan, yang merupakan koleksi
tidak stabil dari lipid (asam lemak) dan sel-sel darah putih (terutama makrofag )
pada dinding suatu arteri. Yang dihasilkan iskemia (pembatasan pasokan darah) dan
kekurangan oksigen, jika dibiarkan tidak diobati untuk jangka waktu yang cukup,
dapat menyebabkan kerusakan atau kematian (infark ) jaringan otot jantung (
miokardium ).
2
2.2 Etiologi
Infark miocard akut disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi :
a. Usia (diatas 40 tahun)
Orang dengan usia 40 tahun ke atas mengalami penurunan fungsi dari organ-
organ termasuk jantung, arteri-arteri koroner mengalami vasokonstriksi
sehingga terjadi gangguan aliran darah ke miokardium
b. Seks (pria : wanita sebagai 3:1)
Pria memiliki kadar zat besi yang lebih tinggi di bandingkan wanita, di mana
zat besi serum dapat merusak arteri koroner ataupun memperparah kerusakan
arteri koroner.
c. Hipertensi
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan tingginya gradient tekanan yang
harus di lawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang
terus menerus menyebabkan suplai kebutuhan O2 jantung meningkat. Teori
yang ke dua mengatakan bahwa tekanan darah tinggi secara kronis
dapat menimbulkan gaya regang / potong yang merobek lapisan endotel dan
arterior. Gaya regang terutama timbul di tempat-tempat arteri bercabang
(bifurkasi) atau membelok : khas untuk arteri koroner, aorta dan arteri-arteri
serebrum. Dengan robeknya lapisan endotel , maka timbul kerusakan yang
berulang-ulang sehingga terjadi siklus peradangan, penimbunan sel darah putih
dan trombosit, serta pembekuan. Setiap thrombus yang terbentuk dapat terlepas
dari arteri sehingga terjadi embolus di bagian hilir.
d. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus memiliki kadar kolestrol dan trigliserida yang tinggi
sehingga terjadi pengendapan lemak yang di sebut sel-sel buih, ini
menyebabkan buruknya sirkulasi sehingga terjadi hipoksia jaringan dan cedera
jaringan termasuk miokard
e. Hiperkolestrolemia
Lemak yang tidak larut dalam air, terikat dengan lipoprotein yang larut dalam
air yang memungkinkanya dapat di angkut dalam sistem peredarah. 3 elemen
lemak dalam metabolisme lemak LDL, HDL dan lipoprotein dianggap sebagai
factor primer pencetus infark miokard di mana LDL membawa lemak ke sel
3
tubuh , termasuk sel endotel dan arteri, lipoprotein mengendap ke dalam sel
akibatnya kolestrol dan trigliserida di lepaskan ke dalam sel di dinding arteri.
Oksidasi kolestrol dan trigliserida menyebabkan pembentukan radikal-radikal
bebas yang di ketahui merusak sel-sel endotel.
f. Rokok
Dalam rokok terdapat nikotin dan karbon monoksida. Nikotin merupakan
vasokonstriktor yang menyebabkan arteri menyempit oleh aterosklerosis.
Nikotin juga membebaskan cathecolamine yang mempunyai efek terhadap
ujung saraf adrenergik yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan
tekanan darah. Karbon monoksida menurunkan kapasitas oksigen dalam darah
dan menambah kerja jantung.
2. Faktor Pencetus
a. Gangguan pada arteri koronaria berkaitan dengan atherosklerotik, kekakuan dan
adanya penyumbatan total.
b. Penurunan aliran darah sistem koronaria menyebabkan ketidakseimbangan
antara miocardial O2 supply dan kebutuhan jaringan terhadap O2.
2.4 Patofisiologi
IMA dapat dianggap sebagai titik akhir dari PJK. Tidak seperti iskemia sementara
yang terjadi dengan angina, iskemia jangka panjang yang tidak berkurang akan
4
menyebabkan kerusakan ireversibel terhadap miokardium. Sel-sel jantung dapat
bertahan dari iskemia selama 15 menit sebelum akhirnya mati. Manifestasi iskemia
dapat dilihat dalam 8 hingga 10 detik setelah aliran darah turun karena miokardium
aktif secara metabolic. Ketika jantung tidak mendapatkan darah dan oksigen, sel
jantung akan menggunakan metabolisme anaerobic, menciptakan lebih sedikit
adenosine trifosfat (ATP) dan lebih banyak asam laktat sebagai hasil sampingannya.
Sel miokardium sangat sensitif terhadap perubahan pH dan fungsinya akan menurun.
Asidosis akan menyebabkan miokarium menjadi lebih rentan terhadap efek dari enzim
lisosom dalam sel.
Asidosis menyebabkan gangguan sistem konduksi dan terjadi disritmia.
Kontraktilitas juga akan berkurang, sehingga menurunkan kemampuan jantung
sebagai suatu pompa. Saat sel miokardium mengalami nekrosis, enzim intraselular
akan dilepaskan ke dalam aliran darah, yang kemudian dapat dideteksi dengan
pengujian laboratorium. (M.Black, Joyce, 2014 :345)
Dalam beberapa jam IMA, area nekrotik akan meregang dalam suatu proses yang
disebut ekspansi infark. Ekspansi ini didorong juga oleh aktivasi neurohormonal yang
terjadi pada IMA. Peningkatan denyut jantung, dilatasi ventrikel, dan aktivasi dari
system renin-angiotensin akan meningkatkan preload selama IMA untuk menjaga
curah jantung. Infark transmural akan sembuh dengan menyisakan pembentukan
jaringan parut di ventrikel kiri, yamg disebut remodeling. Ekspansi dapat terus
berlanjut hingga enam minggu setelah IMA dan disertai oleh penipisan progresif serta
perluasan dari area infark dan non infark. Ekspresi gen dari sel-sel jantung yang
mengalami perombakan akan berubah, yang menyebabkan perubahan structural
permanen ke jantung. Jaringan yang mengalami remodelisasi tidak berfungsi dengan
normal dan dapat berakibat pada gagal jantung akut atau kronis dengan disfungsi
ventrikel kiri, serta peningkatan volume serta tekanan ventrikel. Remodeling dapat
berlangsung bertahun-tahun setelah IMA. (M.Black, Joyce,2014 : 345) Lokasi IMA
paling sering adalah dinding anterior ventrikel kiri di dekat apeks, yang terjadi akibat
trombosis dari cabang desenden arteri coroner kiri. Lokasi umum lainnya adalah
(1) dinding posterior dari ventrikel kiri di dekat dasar dan di belakang daun katup/
kuspis posterior dari katup mitral dan
(2) permukaan inferior (diafragmantik) jantung. Infark pada ventrikel kiri posterior
terjadi akibat oklusi arteri coroner kanan atau cabang sirkumfleksi arteri coroner
5
kiri. Infark inferior terjadi saat arteri coroner kanan mengalami oklusi. Pada
sekitar 25 % dari IMA dinding inferior, ventrikel kanan merupakan lokasi
infark. Infark atrium terjadi pada kurang dari 5 %. Peta konsep menjelaskan
efek selular yang terjadi selama infark miokard. (M.Black, Joyce, 2014 : 345)
PATWAY
6
Aterosklerosis
Trombosis
2.5 Komplikasi
1. Perluasan infark dan iskemia pasca infark.
2. Aritmia
7
3. Disfungsi otot jantung ( gagal janttung kiri, hipotensi dan syok)
4. Infark ventrikel kanan.
5. Defek mekanik.
6. Ruptur Miokard.
7. Anurisma.
8. Perikarditis.
9. Bradikardia sinus.
10. Takikardi sinus.
8
2.7 Terapi
1. Resusitasi jantung.
2. Istirahat total.
3. Infus intravena dengan obat-obatan thrombo emboli.
4. Oksigenasi.
5. Obat untuk menghilangkan nyeri.
1. Pengkajian
a. Identitas :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan utama :
Nyeri dada dan perasaan sulit bernapas.
2. Riwayat penyakit saat ini :
Mendukung keluhan utama, dilakukan dengan mengajukan serangkaian
pertanyaan mengenai nyeri dada pada klien secara PQRST meliputi :
Provoking Incident : nyeri setelah beraktivitas serta tidak berkurang setelah istirahat
dan setelah diberikan nitrogliserin.
Quality of Pain : seperti apa nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri dapat seperti
tertekan, diperas atau diremas.
Region : Radiation, Relief : lokasi nyeri didaerah substernal atau nyeri diatas
perikardium. Penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke dada. Dapat terjadi
nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan bahu dan tangan.
Severity (Scale) of Pain : klien ditanya dengan menggunakan rentang 0-4 atau 0-10
(visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang
dirasakan.
9
3. Riwayat penyakit dahulu :
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami nyeri dada, hipertensi, diabetes
melitus atau hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa
diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan dengan obat-obatan
antiangina seperti nitrat dan penghambat beta serta obat-obatan anti-
hipertensi. Tanyakan efek yang terjadi, alergi obat dan reaksi alergi yang
timbul. Sering klien menafsirkan efek alergi sebagai efek samping obat.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Penyakit yang pernah dialami keluarga, anggota keluarga yang meninggal,
dan penyebab kematian. Penyakit jantung iskemik pada orang tua yang
timbulnya pada usia muda merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit
jantung iskemik pada keturunannya.
5. Riwayat pekerjaan dan pola hidup :
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungan. Demikian pula
dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup
misalnya minum alkohol dan obat tertentu. Kebiasaan merokok dikaji dengan
menanyakan kebiasaan merokok sudah berapa lama, berapa batang perhari,
dan jenis rokok. Dalam mengajukan pertanyaan pada klien IMA hendaknya
diperhatikan kondisi. Bila klien dalam keadaan kritis, maka pertanyaan yang
diajukan bukan pertanyaan yang terbuka tetapi pertanyaan yang tertutup,
yaitu pertanyaan yang jawabannya ‘Ya’ atau ‘Tidak”. Atau pertanyaan yang
bisa dijawab dengan gerakan tubuh seperti mengangguk atau menggelengkan
kepala sehingga tidak memerlukan energi yang besar.
6. Pengkajian psikososiospiritual :
Perubahan integritas ego terjadi bila klien menyangkal, takut mati, perasaan
ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan yang tak perlu,
khawatir akan keluarga, pekerjaan dan keuangan. Gejala perubahan ego yang
bisa dikaji adalah klien menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata,
gelisah, marah, perilaku menyerang dan fokus pada diri sendiri. Perubahan
interaksi sosial yang dialami klien terjadi karena stres yang dialami klien dari
berbagai aspek seperti keluarga, pekerjaan, kesulitan biaya ekonomi atau
kesulitan koping dengan stresor yang ada.
10
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : baik/ sedang / lemah
Kesadaran : composmentis, somnolen, stupor, koma
Tanda-tanda vital :
TD : > 110-120/ 70-80 mmHg RR : > 16-20x/mnt
Nadi : 80-100 x/menit Suhu : > 36,5-37,5C
Pemeriksaan Persistem :
1. Sistem Pernapasan
a. Pola napas irama : teratur / tidak teratur
b. Jenis : dispnea / tachipneu / apneu
c. Suara napas : vesikuler/ stedor/ wheezing / ronkhi
d. Sesak napas : ya / tidak
Batuk : ada / tidak
Inspeksi :
Bentuk toraks : simetris/ piogen chest / funnel chest / barrel chest
Frekuensi napas : > 16-20 x/mnt
Batuk : ada/ tidak, keterangan : produktif/ kering / wooping
( pada batuk rejan , bunyi sonor )
Sianosis : ada / tidak
Palpasi :
Menilai getaran suara : vocal premitus, keterangan : sama bergetar
Perkusi :
Mendengarkan bunyi paru : resonan/ dullness / hiperesonan
Auskultasi :
Mendengar suara napas : rales, ronchi, weezing, pleural friction rub
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Irama jantung : reguler / ireguler
S1/ S2 atau S3/ S4
b. Nyeri dada : ya / tidak
c. Bunyi jantung : normal / murmur / gallop
d. CRT : < 3 detik / > 3 detik
11
e. Akral : Hangat / panas / dingin kering / dingin basah
Inspeksi :
Impuls iktus kordis : semakin bergetar kekiri ( hipertrofi jantung kiri)
Toraks : simetris / asimetris
Vena jugularis eksterna : terdapat undulasi ( kiri)
Terdapat clubbing finger
Terlihat sianosis pada mukosa bibir, bagian perifer
Konjungtiva anemis
Palpasi :
Iktus kordis : lebih dari 2 jari
CRT : > 3 detik
Edema pada ektremitas bawah : warna mengkilat, cekungan menghilang
dalam waktu 5-10 detik, suhu hangat
Perkusi :
Adakah bunyi : sonor / timpani / dullness
Auskultasi :
Denyut nadi : 80-100 x/menit namun bisa kuat atau lemah
Irama jantung : reguler / irreguler
Adanya bunyi tambahan gallop
Mendengarkan bunyi sistol dan diastol ( TD 110-120/ 70-80 mmHg)
4. Pengindraan
a. Penglihatan ( mata )
Skera/ konjungtiva : anemis / ikterus
12
b. Gannguan pendengaaran : ya / tidak
c. Penciuman ( hidung )
Bentuk : normal / tidak
Gangguan penciuman : ya / tidak
Mata
Inspeksi :
Pupil : simetris / asimetris
Pupil saat terkena cahaya : mengecil / melebar
Kornea dan iris : memerah / tidak
Bulu mata : rontok / tidak, kotor / bersih
Palpasi :
Edema pada mata : ada / tidak
Hidung
Inspeksi :
Bentuk : simetris / asimetris
Pernapasan cuping hidung : ada / tidak
Palpasi :
Amati posisi septum : ada pembengkakan / tidak
Adanya perdarahan : ya / tidak
Lubang hidung : sekret / tidak, kering / basah
Telinga
Inspeksi :
Bentuk : simetris / asimetri
Telinga berlendir : ya / tidak
Keadaaan : bersih / kotor
Palpasi :
Benjolan : ada / tidak
Lendir berlebih : ya / tidak
Perasa
Inspeksi :
Warna : merah jambu / putih pucat
Benjolan : ada / tidak
13
Palpasi
Benjolan : ada / tidak
5. Sistem Genetourinaria
a. Kebersihan : bersih / kotor
b. Jumlah urin : ± 1500-2000 cc/hari
Warna : jernih / pekat
Bau : amoniak
Alat bantu : ada / tidak, keterangan : kateter dll
c. Kandung kencing : membesar / tidak
d. Nyeri tekan : ya / tidak
6. Sistem Pencernaan
a. Nafsu makan : baik / menurun
Frekuensi : 3x/ hari
b. Porsi makan : habis/ tidak, keterangan : ½ porsi habis
c. Minum : ± 1000 cc/hari, jenis : air putih
d. Mulut dan tenggorokan
Mulut : bersih / kotor / berbau
Tenggorokan : sakit menelan / nyeri tekan / kesulitan
menelan / pembesaran tonsil
e. Perut : tegang/ kembung / nyeri tekan
f. Peristaltik : normal 5-35 x/menit, pada kasus IMA
biasanya menurun
g. Pembesaran hepar : ada / tidak
h. Buang air besar : 1 x/ hari, teratur : ya / tidak
i. Konsistensi : bau, khas warna : kuning tua
Rongga mulut
Inspeksi :
Bibir dan rahang : warna ( sianosis ), lesi ( tidak ), simetris
Gigi : ompong, berlobang , keropos ( tidak ada gangguan)
Mukosa : kemerahan / pucat / bercak putih / plak / ulkus /
perdarahan
14
Palpasi :
Nyeri tekan : ya / tidak
Pembengkakan : ya / tidak
Mobilisasi : normal
Abdomen :
Inspeksi :
Perut tegang karena cemas
Bentuk simetris
Gerakan dinding perut normal ( mengempis saat ekpirasi dan mengembang
saat inspirasi)
Palpasi :
Perut tegang karena cemas
Perkusi :
Suara tympani
Auskultasi :
Peristaltik usus menurun dari normal 5-35x/menit
7. Muskuloskeletal
a. Kemampuan pergerakan sendi : bebas / terbatas
b. Kekuatan otot : 4 kuat terhadap tahanan ringan
c. Kulit
Warna kulit : ikterus/sianotik/kemerahan/pucat/hiperpigmentasi
Turgor : baik / sedang / jelek
Odema : ada / tidak, lokasi : ektremitas bawah
Inspeksi :
Inspeksi warna kulit : hiperpigmentasi/ sianosis / ikterus
Lesi : ada/ tidak , keterangan : basah/ kering/ terbuka /
tertutup
Adanya benjolan atau tidak
Postur tubuh : lordosis, kifosis, osteoporosis.
Cara berjalan : diseret atau normal ( dengan tangan mengayun bebas)
Palpasi :
15
Suhu kulit : lebih panas / dingin dari biasanya
Denyutan arteri : teraba / tidak
Nyeri tekan : ada / tidak
8. Endokrin
a. Tyroid membesar : ya / tidak
b. Hiperglikemi / hipoglikemi
c. Luka gangren : ya / tidak
Inspeksi :
Palpasi :
Merasakan gerakan istimus tiroid pada kedua sisi trakea, tiroid akan
bergerak di bawah jari saat klien menelan
Perkusi :
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel darah putih : leukositosis (10.000-20.000 mm3) muncul hari kedua pasca
serangan infark.
2. Sedimentasi : meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang
menunjukkan inflamasi.
3. Kardiak iso-enzim : menunnjukkan pola kerusakan khas, untuk membedakan
kerusakan otot jantung dengan otot lain.
a. CPK (Creatinin Phospokinase) > 50 u/L.
b. CK-MB (Creatinin kinase-MB) > 10 u/L.
c. LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 u/L.
d. SGOT (Serum Glutamic Oxalo Transminase) > 18 u/L.
e. Cardiac Troponin : positif.
16
4. Tes fungsi ginjal : peningkatan BUN (Blood Urea Nitrigen) dan kreatinin
karena penurunan laju filtrasi glomerulus (Glomerulo Filtrate Rate/GFR)
terjadi akibat penurunan curah jantung.
5. Analisis Gas Darah : menilai oksigenasi jaringan (hipoksia) dan perubahan
keseimbangan asam-basa.
6. Kadar elektrolit : menilai abnormalitas kadar natrium, kalium atau kalsium
yang membahayakan kontraksi otot jantung.
7. Peningkatan kadar serum kolesterol dan trigiserida : dapat meningkatkan
risiko aterosklerosis.
8. EKG :
a. Segment ST elevasi yang abnormal menunjukkan injury miokard.
b. Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia
miokard.
c. Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard.
9. Radiologi :
a. Thorax rontgen : menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal
jantung kongestif.
b. Echocardiogram : menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan katup
jantung.
c. Radioactive isotope : menilai area iskemia serta non-perfusi koroner dan
miokard.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
2. Aktual/risiko tinggi penurunan curah jantung yang berhubungan dengan
perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal.
3. Aktual/risiko tinggi ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan
pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan di dalam paru akibat
sekunder dari edema paru akut.
4. Aktual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan
menurunnya curah jantung.
17
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan perfusi perifer akibat
sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan
kebutuhan.
6. Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, ancaman atau
perubahan kesehatan.
7. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan prognosis penyakit,
gambaran diri yang salah, perubahan peran.
8. Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan
dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima
perubahan pola hidup yang sesuai.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri yang berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen
dengan kebutuhan miokardium akibat sekunder dari penurunan suplai darah ke
miokardium, peningkatan produksi asam laktat.
NIC NOC
18
3. Atur posisi yang berdampak urine > 600
fisiologis. pada kematian ml/hari.
4. Manajemen mendadak.
lingkungan: 3. Posisi fisiologis
lingkungan akan
tenang dan meningkatkan
batasi asupan oksigen
pengunjung. ke jaringan yang
5. Ajarkan teknik mengalami
relaksasi iskemik.
pernapasan 4. Lingkungan
dalam pada saat tenang akan
nyeri. menurunkan
6. Lakukan stimulus nyeri
manajemen eksternal dan
sentuhan pembatasan
7. Kolaborasi pengunjung
pemberian obat akan membantu
anti nyeri. meningkatkan
kondisi oksigen
ruangan.
Oksigen
ruangan akan
berkurang
apabila banyak
pengunjung
yang berada di
ruangan.
5. Meningkatkan
asupan oksigen
sehingga akan
menurunkan
nyeri akibat
19
sekunder dari
iskemia
jaringan.
6. Manajemen
sentuhan pada
saat nyeri
berupa
sentuhan,
dukungan
psikologis dapat
membantu
menurunkan
nyeri. Masase
ringan dapat
meningkatkan
aliran darah dan
dengan otomatis
membantu
suplai darah dan
oksigen ke area
nyeri dan
menurunkan
sensasi nyeri.
7. Untuk
menghilangkan
atau
mengurangi
nyeri.
20
Diagnosa 2 : penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perubahan kontraktilitas.
NIC NOC
21
kunyah, batasi dengan
asupan kafein. iskemia,
kekakuan
Kolaborasi :
ventrikel, atau
hipertensi
7. Pertahankan
pulmonal.
jalur IV
4. Menunjukkan
pemberian
gangguan
heparin (IV)
aliran darah
sesuai
dalam jantung
indikasi.
akibat kelainan
katup,
kerusakan
septum, atau
vibrasi otot
papilaris.
5. Perubahan
frekuensi dan
irama jantung
dapat
menunjukkan
adanya
komplikasi
disritmia.
6. Makanan
dengan porsi
besar dapat
meningkatkan
kerja
miokardium.
Kafein dapat
merangsang
langsung ke
22
jantung
sehingga
meningkatkan
frekuensi
jantung.
7. Jalur yang
paten penting
untuk
pemberian obat
darurat.
23
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer Arief, Suprohaita. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3, Jilid 2, Jakarta :
Media Aesscuilpius Fakultas Kedokteran University.
Reeves, Charlenes S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
Price, S.A. & Wilson, L.M. 1994. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes.
4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.
24
BAB IV
ASKEP KASUS
4.1 Kasus
Pada tanggal 02 Februari 2017 Tn. Supratman yang berusia 47 tahun datang ke RSUD
kab Jombang dengan keluhan nyeri dada kurang lebih sudah 3 hari, Nyeri hilang timbul
, hilang bila bersitirahat. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan N : 98 x/mnt, TD:
141/98 mm Hg, S: 36,5 0C dengan tingkat kesadaran cukup (GCS : 456)
4.2 Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. Supratman
Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : petani
Pendidikan :-
Alamat : Dusun Gedang karet banjardowo jombang
No. Reg : 141785
Tgl. MRS : 02 Februari 2017
Diagnosis medis :
Tgl Pengkajian :
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.Muniroh
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan pasien : Istri
Alamat : Dusun Gedang karet banjardowo jombang
25
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri dada sebelah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSU pada tanggal 03 Oktober 2016 pada pukul 12.15
dengan keluhan sesak napas, nyeri dada dan batuk berdahak berwarna putih
kental selama 14 hari disertai bersin yang berkelanjutan , TD : 130/70 mmHg, S:
38,50 C, RR : 25x/menit, HR : 76x/menit.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan jika sebelumnya tidak pernah menderita flu MERS.
Namun pasien mengatakan jika baru saja kembali dari beribadah haji.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan jika dikeluarganya belum pernah ada yang terkena flu
MERS.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal bersamakeluarga. keluarga pasien mengatakan lingkungan
rumahnya bersih.
26
Area dada
Inspeksi : dada simetris
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi :
Auskultasi : suara nafas vesikuler
B. Cardiovascular danLimfe
Anamnesa :Sesak nafas saat beraktivitas
Wajah
Inspeksi : pucat
Leher
Inspeksi : jump flat
Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : letak ictus kordis 6 +2 cm
Perkusi : batas jantung bunyi redup
Auskultasi : bunyi jantung (Bj1 dan Bj2 tunggal)
Ekstrimitas atas
Inspeksi : sianosis
Palpasi : CRT <2 detik, suhu akral hangat
Ekstrimitas bawah
Inspeksi :Tidak sianosis
Palpasi :pitting oedem (-)
C. Persyarafan
Anamnesa : pasien mengeluh pusing
1. Uji nervus 1 olfaktorius (pembau) : Bisa membedakan bau
2. Ujinervus II opticus (penghilatan) : Tidak ada rabun
3. Ujinervus III oculomotorius : tidak ada odem pada kelopak mata
27
4. UjiNervus IV toklearis :ukuran pupil normal
5. Ujinervus V trigeminus : dapat menutup mulut secara tiba-tiba
6. Ujinervus VI abdusen : Gerakan bola mata simetris
7. Ujinervus VII facialis : Dapat menggembungkan pipi dan dapat menaik turunkan
alis mata
8. Ujinervus VIII additorious / akustikus : Dapat mendengar dengan normal
9. Ujinervus IX glosoparingeal :Tidak ada reflek muntah
10. Ujinervus X vagus : Dapat menelan, menggerakan lidah dengan benar
11. Ujinervus XI aksesorius : Dapat menggerakan bahu dan kepala
12. Ujinervus hypoglossal : Dapat menjulurkan lidah
D. Sistempencernaan-EliminasiAlvi
Anamnesa : Nafsu makan baik
Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
28
Anamnesa :tidak ada nyeri
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Keterangan:
G. System reproduksi
Anamnesa : tidak ada keluhan
29
H. Persepsi sensori
Anamnesa :tidak ada nyeri pada mata, tidak ada masalah pada penglihatan
Mata
Inspeksi : simetris.
30