Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH KIMIA INDUSTRI

“Pembuatan Briket dari Kotoran Sapi Sebagai Energi


Alternatif Ramah Lingkungan Berbasis Ecopreneurship”

Penyusun

Utari Ika Cahyani 15030194035 / PKU2015

Dwi Yuni Hartini 15030194037 / PKU2015

Lifia Ramadhani 15030194065 / PKU2015

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
Lembar Persetujuan

Makalah dengan Judul

Pembuatan Briket dari Kotoran Sapi Sebagai Energi Alternatif Ramah


Lingkungan Berbasis Ecopreneurship

Disusun Oleh:

Utari Ika Cahyani 15030194035 / PKU2015

Dwi Yuni Hartini 15030194037 / PKU2015

Lifia Ramadhani 15030194065 / PKU2015

Surabaya, 20 Mei 2018

Dosen Pembimbing

Ir. Siti Tjahjani, M.Kes


19540512198601200
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi oleh negara Indonesia pada saat ini
adalah kelangkaan dan tingginya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Bahan bakar minyak merupakan energi yang berasal dari minyak bumi
yang tidak dapat diperbaharui. Dalam kehidupan sehari – hari, bahan
bakar minyak masih menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.
Ketersediaan bahan bakar minyak yang terbatas tidak sebanding dengan
tingkat konsumsi bahan bakar minyak yang begitu tinggi. Selain itu,
pemakaian energi berbasis fosil juga memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan terutama ditimbulkannya gas karbondioksida hasil
pembakaran dapat menyebabkan pemanasan global yang dikenal dengan
efek rumah kaca. Indonesia diperkirakan akan menjadi pengimport penuh
minyak bumi dan perlu adanya upaya mencari bahan bakar alternatif
yang dapat diperbaharui (renewable), ramah lingkungan dan bernilai
ekonomis (Anung dan Roy, 2010).
Ketersediaan sumber energi utama yang sangat terbatas, menyebabkan
perlu adanya pengembangan sumber energi alternatif sebagai upaya
pemenuhan konsumsi energi yang semakin tinggi. Sumber energi
alternatif yang dapat diperbaharui di Indonesia cukup banyak,
diantaranya adalah biomassa atau bahan – bahan limbah organik.
Beberapa biomassa memiliki potensi yang cukup besar adalah limbah kayu,
sekam padi, jerami, ampas tebu, tempurung kelapa, cangkang sawit, kotoran
ternak, dan sampah kota.
Sihombing (1980) menyatakan bahwa sekitar 12 % penduduk
Indonesia memelihara ternak dan sekitar 95 % tinggal di pedesaan,
selanjutnya diterangkan bahwa Pulau Jawa yang hanya merupakan 7 % dari
luas daratan di Indonesia memiliki kepadatan penduduk sekitar 63% dari total
penduduk Indonesia yang memiliki kepadatan ternak yang tinggi yaitu 63,4
% (sapi, kerbau, kambing, dan domba). Tilman (1981) Menyatakan bahwa
Pulau Jawa, Bali dan Madura yang meliputi 7 % dari wilayah daratan ternyata
memiliki kepadatan penduduk 63,7 % dan kepadatan ternak sapi 66,1 %. Hal
ini tentu sangat mempengaruhi lingkungan karena menghasilkan limbah yang
sangat banyak.
Kotoran ternak khususnya kotoran sapi merupakan limbah peternakan
yang pemanfaatannya masih terbatas. Sebagian besar kotoran sapi hanya
dimanfaatkan sebagai pupuk. Selain sebagai pupuk, kotoran sapi mampu
berpotensi lebih banyak untuk dimanfaatkan sebagai biomassa atau
biogas. Biomassa dari kotoran sapi dapat diolah dalam bentuk briket
sebagai bahan bakar pengganti BBM.
Briket (bioarang) merupakan sumber energi biomassa yang ramah
lingkungan dan biodegradable. Briket arang dapat berfungsi sebagai
pengganti bahan bakar minyak, baik itu minyak tanah, maupun elpiji.
Biomassa ini merupakan sumber energi masa depan yang tidak akan
pernah habis, bahkan jumlahnya akan bertambah, sehingga sangat cocok
sebagai sumber bahan bakar rumah tangga (Basriyanta, 2007).
Pemanfaatan kotoran sapi dalam pembuatan briket dapat menerapkan
ketiga prinsip ecopreneurship yaitu inovasi (innovation), peluang
(opportunity), dan komitmen (committment). Dari segi inovasi, adanya
pemanfaatan kotoran sapi menjadi briket merupakan sesuatu yang baru dan
belum ada sebelumnya, dengan memanfaatkan bahan baku yang tidak
digunakan (cenderung dibuang) dapat diolah menjadi briket yang berguna,
bermanfaat dan membantu mengatasi masalah pencemaran lingkungan. Dari
segi peluang, briket dari kotoran sapi ini memiliki peluang cukup besar
dengan merekombinasikan sumber daya alam di lingkungan. Disamping itu
briket yang berasal dari kotoran sapi ini juga dapat menjadi peluang itu
menyelesaikan masalah lingkungan dan dari segi komitmen, produk ini juga
memiliki peran penting untuk melatihkan karakter “IDAMAN JELITA” yaitu
Iman, Cerdas, Mandiri, Jujur, Peduli Lingkungan dan Tangguh khususnya
pada karakter Cerdas, Peduli Lingkungan, dan Tangguh.
Atas dasar itulah muncul gagasan untuk membuat briket dari
kotoran sapi sebagai energi alternatif yang ramah lingkungan berbasis
ecopreneurship. Sehingga gagasan ini memberikan kontribusi dalam
menjawab masalah energi dan merupakan solusi dalam mengatasi kelangkaan
sumber energi utama dengan memanfaatkan limbah dari kotoran sapi
yang memiliki kandungan gas metan cukup tinggi yang berpotensi
menjadi sumber energi alternatif terbarukan dalam bentuk briket.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini diataranya yaitu mempelajari proses:
a. Pengolahan kotoran sapi menjadi briket
b. Penentuan kualitas briket kotoran sapi dengan indikator kuat tekan, kadar
air, dan nilai kalor dari briket.

Manfaat dari penelitian ini diantaranya yaitu:

a. Menambah wawasan pembaca khususnya masyarakat akan pengolahan


kotoran sapi yang menjadi briket dengan menggunakan teknologi yang
tepat guna sederhana
b. Mengetahui kualitas briket kotoran sapi yang telah dibuat dengan indikator
kuat tekan kadar air, dan nilai kalor dari briket
II. DASAR TEORI
2.1 Briket
Briket merupakan salah satu sumber energi alternatif yang
digunakan sebagai pengganti sumber energi yang tidak dapat
diperbarui seperti minyak bumi dan batu bara. Briket dapat dibuat
dengan memanfaatkan berbagai macam bahan hayati atau biomassa
seperti kayu, ranting, daun-daunan, rumput, jerami, ataupun limbah
melaui proses pengolahan. Suatu briket dengan kualitas yang baik
harus memiliki karakteristik briket yang baik dan memenuhi
standar kualitas briket yang telah ada. Berikut merupakan
karakteristik briket yang baik (Asip, Anggun, dan Fitri, 2014):
1. Nilai kalornya tinggi
2. Mudah dinyalakan
3. Menghasilkan bara api yang baik
4. Tidak berasap
5. Tidak menimbulkan bau yang tidak enak
6. Tidak mudah pecah (kompak)
7. Kadar abu rendah
8. Tidak cepat habis terbakar
9. Emisi gas COx, NOx, dan SOx rendah
10. Dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia pada standar mutu
atau kualitas briket dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Standar mutu briket
Karakteristik SNI
Kerapatan (g/cm3) 0,5 – 0.6
Kuat tekan (Kg/cm2) Min 50
Nilai kalor (Kal/g) Min 5.600
Kadar air (%) Maks 8
Kadar abu (%) Maks 10
Sumber: Triono (2006)
2.2 Briket dari Kotoran Sapi
Briket dapat dibuat dengan memanfaatkan limbah dari
peternakan, salah satunya adalah kotoran sapi. Kotoran sapi
memiliki karakteristik sebagai berikut:
Tabel 2. Karakteristik kotoran sapi
Komponen Massa (g)
Total padatan 3–6
Total padatan volatile (mudah menguap) 80 – 90
Total Kjehdal Nitrogen 2–4
Selulosa 15 – 20
Lignin 5 – 10
Hemiselulosa 20 – 25
Sumber: Kumbahan dan Industri (1979)
Dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan
perekat agar hasil akhirnya tidak mudah hancur. Menurut Sarjono
dan Muhammad Ridlo (2013), ditinjau dari jenis perekat yang
digunakan, briket dibagi menjadi:
1. Briket yang sedikit atau tidak mengeluarkan asap pada saat
pembakaran
Dalam hal ini, briket menggunakan bahan perekat yang
tergolong ke dalam perekat yang mengandung pati seperti
tepung maizena dan kanji.
2. Briket yang banyak mengeluarkan asap
Dalam hal ini, briket menggunakan bahan perekat ter, pitih,
atau molase yang cenderung menghasilkan asap saat
pembakaran berlangsung. Kelebihan dari penggunaan bahan
perekat tesebut adalah briket yang dihasilkan lebih tahan
terhadap kelembaban.

2.3 Parameter Kualitas Briket


Pada proses pembuatan briket, terdapat beberapa parameter
kualitas yang harus diperhatikan karena hal tersebut dapat
mempengaruhi dalam penggunaannya. Menurut Sarjono dan
Muhammad Ridlo (2013), berikut adalah beberapa parameter
kualitas briket:
1. Kadar air
Kadar air yang terdapat dalam briket dapat berkurang
dengan penguapan seperti pada saat pengeringan briket dengan
menggunakan oven atau sinar matahari. Kadar air dalam briket
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
bb − bk
% Kadar air = × 100%
bb
Dengan:
bb = berat briket sebelum pengeringan (g)
bk = berat briket setelah pengeringan (g)
2. Nilai kalor
Nilai kalor adalah suatu nilai untuk menyatakan jumlah
panas yang terkandung dalam bahan bakar. Briket dengan
kualitas yang baik memiliki nilai kalor yang tinggi. Proses
pembakaran dikatakan sempurna jika hasil akhir pembakaran
berupa abu berwarna keputihan dan seluruh energi di dalam
bahan organik dibebaskan ke lingkungan.
Nilai kalor briket dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
Q = m.c. T
Dengan:
Q = energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu (joule)
m = massa bahan bakar (g)
c = kalor jenis
T = perbedaan temperatur (°C)
Dengan menghitung Q, maka dapat dicari besar nilai
kalor/gram yang terdapat pada tiap komposisi briket kotoran
sapi dengan rumus:
Qair
K=
mbb
Dimana,
K = nilai kalor/gram bahan bakar (Kal/gram)
Qair = energi yang diperlukan untuk menaikkan suhu (joule)
mbb = masaa bahan bakar (g)

Berdasarkan pengujian kuat tekan pada penelitian


Mubarok dan I Wayan Susila (2015), dapat dianalisa bahwa
penambahan kadar perekat menyebabkan semakin kuatnya
ikatan antar partikel bada briket bioarang, sehingga ketahanan
pada briket tersebut menjadi tidak mudah rapuh dan pecah,
yang berdampak baik pada saat dilakukan distribusi yang
rentan mengalami benturan.
3. Uji kuat tekan briket
Menurut (Listiyanawati, 2008) Uji kuat tekan
bertujuan untuk mengetahui akan kuat pecahnya briket.
Dalam skala laboratorium, kuat tekan diuji dengan
menggunakan alat unconfined compression. Namun, karena
keterbatasan alat yang dimiliki dan juga tujuan dari pembuatan
briket ini merupakan sakla pembuatan dalam masyarakat,
maka uji kuat tekan dilakukan dengan cara melemparkan briket
ke lantai dan menekan briket dengan menggunakan beban.
III. PROSEDUR PEMBUATAN
1.1 Alat dan Bahan
1.1.1 Bahan
Bahan yang disiapkan meliputi bahan baku dan bahan
perekat, antara lain :
a. Kotoran sapi
b. Tepung tapioka
c. Air
1.1.2 Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan briket terdiri dari
pembuatan briket dan alat uji mutu briket, yaitu:
 Pembuatan briket :
a. Baskom
b. Pengaduk atau sendok
c. Papan triplek untuk menjemur kotoran sapi
d. Cetakan briket
e. Timbangan
f. Alat penumbuk untuk menghaluskan kotoran sapi
g. Korek api
h. Panci
1.2 Prosedur Pembuatan
1.2.1 Proses Pembuatan Briket Kotoran Sapi
Penelitian tentang briket kotoran sapi telah berhasil
dilakukan oleh Sarjono dan Ridho (2013) dalam skala
laboratorium. Langkah-langkah dalam membuat briket dari
kotoran sapi, yaitu :
a. Menyiapkan bahan baku kotoran sapi
b. Mengeringkan bahan baku yaitu kotoran sapi dengan
cara dikeringkan dibawah sinar matahari sampai kering
c. Mengecilkan ukuran bahan baku yang telah kering
sampai menjadi serbuk dengan cara ditumbuk
d. Mengayak kotoran sapi yang sudah ditumbuk dengan
ayakan
e. Menimbang takaran serbuk kotoran sapi dan tepung
tapioka sesuai komposisi yang akan diuji
f. Membuat perekat yaitu dari tepung tapioka yang telah
ditimbang sebelumnya dengan air yang sudah didihkan
g. Setelah perekat siap, dilakukan penceampuran antara
bahan baku yang sudah disaring dengan perekat
tapioka, pencampuran dilakukan sampai adonan merata.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbandingan kotoran sapi 98% dan tepung tapioka 2%
memberikan nilai kalor yang tertinggi (Sarjono dan
Ridho,2013), maka dari itu dalam percobaan ini dibuat
dengan perbandingan 98% : 2%.
h. Mencetak briket dengan memasukkan adonan ke dalam
alat cetak yaitu berupa potongan bamboo yang
berbentuk silinder.
i. Mengeluarkan hasil cetakan kemudian ditimbang untuk
mengetahui berat awal briket
j. Briket dikeringkan dengan cara dijemur selama 4-5
hari
1.2.2 Uji coba kualitas briket
Briket yang telah dikeringkan selama 4-5 hari, kemudian
dilakukan uji coba kualitas briket, diantaranya yaitu uji
kandungan air, nilai kalor dengan memanaskan air, dan kuat
tekan dari briket yang dihasilkan. Langkah-langkahnya yaitu :
a. Uji kandungan air :
1. Briket yang sudah dicetak, ditimbang massa
awalnya dengan menggunakan neraca.
2. Kemudian setelah dikeringkan 4-5 hari, briket
ditimbang lagi untuk mengetahui massa akhir
3. Dihitung kandungan air dengan menggunakan
rumus :
𝑏𝑏−𝑏𝑘
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = x 100%
𝑏𝑏

Ket :
Bb : berat basah briket sebelum dikeringkan
Bk : berat briket setelah kering
(Sarjono dan Ridho,2013)
b. Uji nilai kalor
Nilai kalor adalah suatu nilai untuk menyatakan
jumlah panas yang terkandung dalam bahan bakar.
Berdasarkan hasil penelitian Sarjono dan Ridho (2013)
diketahui bahwa perbandingan kotoran sapi 98% dan
tepung taipoka 2% memiliki nilai kalor.
Dalam percobaan ini dilakukan uji yang sederhana
yaitu dengan mengamati uji nyala. Briket yang sudah
kering, kemudian dimasukkan ke dalam tungku
pemanasan dan digunakan untuk memanaskan air.
c. Uji kuat tekan briket
Menurut (Listiyanawati, 2008) Uji kuat tekan
bertujuan untuk mengetahui akan kuat pecahnya
briket. Dalam skala laboratorium, kuat tekan diuji
dengan menggunakan alat unconfined compression.
Namun, karena keterbatasan alat yang dimiliki dan juga
tujuan dari pembuatan briket ini merupakan sakla
pembuatan dalam masyarakat, maka uji kuat tekan
dilakukan dengan cara melemparkan briket yang
dihasilkan ke lantai.
Daftar Pustaka

Anung dan Roy,A. 2010. Pemanfaatan Arang Batok Kelapa dan Tanah
Humus Baturaden untuk memurnikan Kadar Logam Krom (Cr). Molekul,
vol. 5. No. 2, Nov. 2010 : 66-74. UNSOED.
Asip, Faisol, Tiara Anggun, dan Nurzeni Fitri. 2014. Pembuatan Briket dari
Campuran Limbah Plastik LDPE, Tempurung Kelapa dan Cangkang
Sawit. Jurnal Teknik Kimia No.2, Vol. 20.
Basriyanta, 2007. Manajemen Sampah. Kanisius, Yogyakarta.
Kumbahan dan Industri. 1979. Sekeliling Effluen Kumbahan dan Industri.
Listyanawati, D., Trihadiningrum, Y., Sungkono, D., Mardhiani D.A., dan
Christyanto, P (2008). Eko-Briket dari Komposit Sampah Plastik
Campuran dan Lignoselulosa. Seminar Nasional Manajemen Teknologi
VII. 2 Pebruari.
Mubarok, Mukhamat Rizal dan I Wayan Susila. 2015. Pengaruh Variasi Perekat
Tetes Tebu Terhadap Karakteristik Briket Bioarang dari Limbah Gergaji
Kayu Mahoni. Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, 1 – 7.
PERMEN ESDM (Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral). 2006.
Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar
Padat Berbasis Batubara (Ketetapan No 047). Jakarta: PERMEN ESDM.
Sarjono dan Ridho, Muhammad. 2013. Studi Eksperimental Kotoran Sapi sebagai
Bahan Bakar Alternatif. Majalah Ilmiah STTR Cepu, No.16, ISSN 1693-
7066.
Sihombing, D.T.H. 1980, Prospek Penggunaan Biogas untuk Energi Pedesaan.
IPB. Bogor.
Tilman, A.D. 1981, Animal Agriculture in Indonesia. Winrock International
Livestock. Research and Training Center. USA.
Triono, A. 2006. Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu Afrika
(Maesopsis eminii Engl.) dan Sengon (Paraserienthes falcataria L
Nielsen) dengan Penambahan Tempurung Kelapa (Cocos mucifera L).
Bogor: ITB.

Вам также может понравиться