Вы находитесь на странице: 1из 15

JURNAL

STUDI POLA ARUS, PASANG SURUT DAN GELOMBANG DI


PERAIRAN PANTAI PELAWAN DESA PANGKE KECAMATAN MERAL
KABUPATEN KARIMUN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

OLEH
SHERLY AYUNARITA
1304112152

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
THE STUDY OF CURRENT PATTERN, TIDES AND WAVES ON THE BEACHES
VILLAGE PANGKE VILLAGERS MERAL KARIMUN DISTRICT RIAU
ARCHIPELAGO PROVINCE

By

Sherly Ayunarita1), Elizal2) and Musrifin Galib2)


Department of Marine Science, Faculty of Fishery and Marine, University of Riau
Postal Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: sherlyayunarita@yahoo.com

Abstract

This research was conducted from February to March 2017 in Pelawan


Beach of Riau Archipelago Province which aims to study the pattern of current,
tides and wave characteristics of Pelawan Beach. The method used in this research
was survey method. Determination of stations for data collection, in 3 stations
with 3 sampling points.
The results showed that the mean of current speed at high tide was
0,48 m/sec (Southeast and East) and mean of current speed at low tide 0,46 m/sec
(West and Northwest). The tide in this area is mixed tide type with dominant of
semi-diurnal, which occurs twice of high tide and twice of low tide in a day.
Characteristics of the waves ( height, period, length and slope) is plunging and
formed beach type. The depth of the waters is sloping and shallow, ranges from
1,1 to 2,0 m. Current and wave conditions in Pelawan Beach waters are safe for
coastal activity around Pelawan Beach.

Keywords : Current, Tides, Wave, Pelawan Beach


1
Student of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru
2
Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru
STUDI POLA ARUS, PASANG SURUT DAN GELOMBANG DI PERAIRAN PANTAI
PELAWAN DESA PANGKE KECAMATAN MERAL KABUPATEN KARIMUN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Oleh

Sherly Ayunarita1), Elizal2) and Musrifin Galib2)


Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Postal Address: Kampus Bina Widya Sp. Panam Pekanbaru-Riau-Indonesia
Email: sherlyayunarita@yahoo.com

Abstak

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2017 di


perairan Pantai Pelawan Provinsi Kepulauan Riau dengan tujuan untuk
mengetahui, mengamati dan mempelajari pola arus, pasang surut dan karakteristik
gelombang di Pantai Pelawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode survei. Penentuan stasiun dalam pengambilan data terdiri dari 3
stasiun dengan masing-masing stasiun terdiri dari 3 titik sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan arus rata-rata pada saat
pasang 0,48 m/dt (Tenggara dan Timur) dan kecepatan arus rata-rata pada saat
surut 0,46 m/dt (Barat dan Barat Laut). Tipe pasang surut adalah tipe campuran
condong ke harian ganda, dimana terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari. Karakteristik gelombang (tinggi, periode, panjang dan kemiringan
gelombang) adalah termasuk jenis gelombang yang memecah dan dapat
membentuk pantai. Kedalaman perairan cenderung landai dan dangkal yaitu
berkisar 1,1-2 m. Kondisi arus dan gelombang di perairan Pantai Pelawan
tergolong aman untuk aktivitas di sekitar perairan Pantai Pelawan.

Kata Kunci : Arus, Pasang surut, Karakteristik gelombang, Pantai Pelawan.


1
Student of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru
2
Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty Riau University, Pekanbaru
PENDAHULUAN Gelombang yang terjadi di lautan
dapat diklasifikasikan menjadi
Perairan Pantai Pelawan beberapa macam berdasarkan gaya
merupakan perairan yang terletak di pembangkitnya, gaya pembangkit
Kabupaten Karimun, dimana tersebut terutama berasal dari angin,
perairan ini berhadapan langsung dari gaya tarik menarik bumi, bulan
dengan Selat Melaka. Pantai Pelawan dan matahari ataPu yang disebut
juga merupakan pantai yang indah dengan gelombang pasang surut.
memiliki pasir putih kekuningan, Berdasarkan uraian di atas
bibir pantai yang landai dan maka penulis tertarik untuk
pepohonan yang lebat di sepanjang melakukan penelitian mengenai studi
pantai. Daerah ini dijadikan sebagai pola arus, pasang surut dan
tempat pemukiman, rekreasi, jalur gelombang di Pantai Pelawan Desa
lalu lintas kapal dan sumber mata Pangke Kecamatan Meral Kabupaten
pencaharian bagi nelayan serta Karimun Provinsi Kepulauan Riau.
masyarakat setempat.
Keberlangsungan aktivitas METODE PENELITIAN
tersebut tidak terlepas dari faktor-
faktor pendukung salah satunya yaitu Penelitian ini dilakukan di
parameter oseanografi fisika yang Perairan Pantai Pelawan Desa
ada di Pantai Pelawan. Dijkstra Pangke Kecamatan Meral Kabupaten
(2008) menjelaskan bahwa arus, Karimun Provinsi Kepulauan Riau.
pasang surut dan gelombang Pengambilan data primer di lapangan
merupakan parameter penting dalam telah dilaksanakan pada bulan
dinamika perairan yang memberikan Februari sampai dengan bulan Maret
pengaruh terhadap wilayah pesisir 2017. (Gambar 1).
dan laut. Sehingga perlu didukung
informasi tentang pola arus, pasang
surut dan gelombang sebagai
informasi untuk menunjang aktivitas
di sekitar Pantai Pelawan.
Secara sederhana arus dapat
diartikan sebagai sirkulasi massa air
dari satu tempat ke tempat lain
(Trujillo dan Thurman, 2008).
Pasang surut merupakan gerak
fluktuasi massa air secara periodik
dan harmonik, yang disebabkan oleh Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
adanya gaya tarik benda-benda langit Metode yang digunakan
terutama matahari dan bulan dalam penelitian ini adalah metode
terhadap bumi (Park, 2006). survei yaitu pengamatan langsung di
Gelombang laut adalah pergerakan lapangan. Penentuan stasiun dalam
naik dan turunnya air laut dengan pengambilan data terdiri dari 3
arah tegak lurus pemukaan air laut stasiun. 1 stasiun terdiri dari 3 titik
yang membentuk kurva atau grafik sampling. Masing-masing stasiun
sinusoidal. Gelombang laut timbul terletak pada jarak 50 m dari garis
karena adanya gaya pembangkit yang pantai dan masing-masing titik
bekerja pada permukaan laut.
sampling memiliki jarak 50 m LU 103°18'44.0064" BT di dermaga
(Gambar 2). yang berpapasan langsung dengan air
laut. Pengukuran pasang surut
dengan menggunakan tiang pasut
yang dilakukan selama 15 hari
selanjutnya data pasang surut yang
didapat akan diolah dengan metode
admiralty guna mengetahui grafik
pasang surut selama waktu
pengukuran dilakukan. Menurut
Rawi (2010) metode admiralty
merupakan salah satu dari metode
analisa harmonis yang digunakan
untuk mendapatkan konstanta
Gambar 2. Peta Lokasi Titik Stasiun harmonis untuk menentukan tipe
pasang surut. Hal ini dilakukan untuk
Pengukuran Kecepatan Arus dan mengetahui kondisi pasang surut
Arah Arus dilokasi penelitian.
Pengukuran kecepatan arus dan
arah arus dilakukan pada 3 stasiun Pengukuran Karakteristik
dengan masing-masing stasiun terdiri gelombang
atas tiga titik sampling. Data Pengambilan data gelombang
kecepatan arus diukur menggunakan berada pada koordinat 1°2’52.9404"
current meter yang dicelupkan pada LU 103°18'44.0064" BT di dermaga
permukaan perairan sampai yang berpapasan langsung dengan air
permukaan air sejajar dengan garis laut pada saat pasang menuju surut
batas pada current meter, kemudian dan surut menuju pasang.
ditunggu beberapa menit sampai Pengamatan karakteristik gelombang
angka stabil dan secara otomatis alat menggunakan tiang pasut dan
bekerja. Pengamatan ini dilakukan stopwatch. Pengukuran gelombang
pada saat pasang menuju surut dan meliputi :
surut menuju pasang. Nilai kecepatan a). Tinggi Gelombang (H)
arus diperoleh dengan rumus : Tinggi gelombang adalah jarak
v= vertikal antara puncak gelombang
dengan lembah gelombang.
Pengukuran tinggi gelombang
Dimana :
dilakukan dengan cara
v = kecepatan arus (m/dt)
memancangkan tiang pasut ke dalam
t = waktu yang diperlukan (dt)
perairan. Kemudian dicatat berapa
s = jarak yang ditempuh (m)
batas air pada saat terjadinya puncak
Arah arus ditentukan
gelombang selama 5 menit.
berdasarkan kompas yang digunakan
b). Periode Gelombang (T)
sejalan dengan arah yang
Periode gelombang adalah
ditunjukkan pada current meter.
waktu yang dibutuhkan oleh partikel
air untuk kembali ke kedudukan
Pengukuran dan Pengamatan
semula dengan kedudukan
Pasang Surut
sebelumnya. Nilai periode
Titik pengamatan pasang surut
gelombang didapat dari hasil
berada pada koordinat 1°2’52.9404"
pembagian antara waktu pengukuran 2015). Cara pengukurannya yaitu
tinggi gelombang dengan jumlah dengan mencurunkan pemancar ke
data tinggi gelombang yang didapat dalam perairan, kemudian nilai
saat melakukan pengukuran tinggi kedalaman otomatis keluar pada alat
gelombang selama 5 menit. tersebut.
c). Panjang Gelombang (L) Data yang diperoleh
Panjang gelombang adalah ditabulasikan, disajikan dalam
jarak antara dua puncak atau dua bentuk grafik, dianalisis dan
lembah gelombang berturut-turut. kemudian dibahas secara deskriptif.
Panjang gelombang dapat diukur Dalam penelitian ini digunakan
dengan melihat waktu yang beberapa asumsi :
dibutuhkan oleh puncak gelombang 1. Seluruh stasiun penelitian
berikutnya yang melalui satu titik dianggap mewakili wilayah yang
kemudian dicatat jarak atau panjang diteliti.
gelombang dari waktu yang 2. Faktor-faktor yang tidak diukur
diperlukan dua gelombang puncak dalam penelitian ini dianggap
tersebut. Maka panjang gelombang memberikan pengaruh yang sama
dapat ditentukan dengan rumus terhadap parameter yang diteliti.
menurut (Supangat dan Susanna, 3. Ketepatan dan ketelitian dalam
2003) sebagai berikut : penelitian ini dianggap sama.
L = g(T)2/2π
HASIL PENELITIAN
Dimana :
g = gravitasi bumi (9,8 m/dt2) Pengukuran Kecepatan Arus dan
T = periode gelombang Arah Arus
π = 3,14 Hasil pengukuran kecepatan
dan arah arus di lokasi penelitian
d). Kemiringan Gelombang menunjukkan adanya kecepatan dan
Kemiringan gelombang adalah arah arus yang bervariasi di ketiga
perbandingan antara tinggi stasiun dengan 9 sub stasiun.
gelombang dengan panjang
gelombang. Nilai kemiringan didapat Tabel 1. Kecepatan dan Arah Arus di
dari pengukuran tinggi gelombang Perairan Pantai Pelawan
Kecepatan dan Arah Arus
dibagi dengan panjang gelombang,
Sub Pasang Surut
yaitu : Stasiun
Stasiun Kec. Arah Kec. Arah
Kemiringan = H/L Arus Arus Arus Arus
(m/dt) (º) (m/dt) (º)
1.1 0,42 127 0,39 301
Dimana : I 1.2 0,48 98 0,45 254
1.3 0,52 114 0,41 296
H = tinggi gelombang (m) 2.1 0,55 134 0,56 308
L = panjang gelombang (m) II 2.2 0,40 105 0,44 317
2.3 0,53 112 0,60 298
3.1 0,45 137 0,41 292
Pengukuran Kedalaman Perairan III 3.2 0,55 128 0,49 284
Pengukuran kedalaman 3.3 0,45 131 0,38 304
Rata- 0,48 0,46
perairan dengan menggunakan Echo rata
Sounder pada setiap stasiun.
Echosounder merupakan alat ukur Kecepatan arus pada saat
kedalaman air yang menggunakan pasang rata-rata 0,48 m/dt dan pada
pancaran suara tunggal (Febrianto, saat surut rata-rata 0,46 m/dt.
Meskipun kecepatan arus pada saat
pasang lebih tinggi daripada
kecepatan arus pada saat surut,
namun tidak ada perbedaan yang
cukup signifikan terhadap kecepatan
arus di ketiga stasiun pada saat
pasang maupun pada saat surut. Pada
stasiun 1 kecepatan arus di ketiga sub
stasiun pada saat pasang berkisar
antara 0,42-0,52 m/dt dengan arah Gambar 4. Arah Arus Pada saat pasang
arus berkisar di antara 98-127º ke
arah Tenggara dan Timur, sementara Pengukuran dan Pengamatan
kecepatan arus pada saat surut Pasang Surut
berkisar antara 0,39-0,41 m/dt Hasil pengamatan dan
dengan arah arus berkisar di antara pengukuran tinggi pasang surut dapat
254-301º ke arah Barat dan Barat dilihat pada Tabel 2.
Laut. Pada stasiun 2 kecepatan arus
di ketiga sub stasiun pada saat Tabel 2. Tinggi Pasang Surut di
pasang berkisar antara 0,40-0,55 Perairan Pantai Pelawan
Pasang Surut
Waktu Waktu
m/dt dengan arah arus berkisar di Tanggal Tertinggi
(WIB)
Terendah
(WIB)
(m) (m)
antara 105-134º ke arah Tenggara 23 Februari 2,37 09.00 0,71 15.00
2017
dan Timur, sementara kecepatan arus 24 Februari 2,71 09.00 0,56 15.00
pada saat surut berkisar antara 0,44- 2017
25 Februari 2,74 09.00 0,37 16.00
0,60 m/dt dengan arah arus berkisar 2017
26 Februari 2,83 10.00 0,38 16.00
di antara 298-317º ke arah Barat 2017
Laut. Pada stasiun 3 kecepatan arus 27 Februari
2017
2,9 23.00 0,44 17.00

di ketiga sub stasiun pada saat 28 Februari 2,82 11.00 0,33 17.00
2017
pasang berkisar antara 0,45-0,55 01 Maret 2,97 23.00 0,32 18.00
2017
m/dt dengan arah arus berkisar di 02 Maret 2,74 00.00 0,35 19.00
antara 128-137º ke arah Tenggara, 2017
03 Maret 2,76 01.00 0,51 07.00
sementara kecepatan arus pada saat 2017
04 Maret 2,67 02.00 0,72 08.00
surut berkisar antara 0,38-0,49 m/dt 2017
dengan arah arus berkisar di antara 05 Maret
2017
2,47 02.00 0,81 09.00

284-304º ke arah Barat dan Barat 06 Maret 2,25 03.00 1,13 11.00
2017
Laut. 07 Maret 2,27 05.00 0,92 17.00
2017
Untuk gambar arah arus saat 08 Maret 2,3 07.00 0,85 14.00
pasang dan surut di lokasi dapat 2017
09 Maret 2,47 08.00 0,55 15.00
dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 2017
4.
Selanjutnya perhitungan
amplitudo dan fase dari komponen
penyusun pasang surut seperti M2,
S2, K1, O1, M4, MS4, K2 dan P1
dari hasil pengolahan tabel pasang
surut dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 3. Arah Arus Pada saat pasang


Tabel 3. Hasil Akhir Konstanta a). Tinggi Gelombang
Harmonik Pasang Surut Tinggi gelombang diperoleh
Perairan Pantai Pelawan dari pengukuran jarak vertikal antara
puncak gelombang dengan lembah
gelombang. Hasil pengukuran tinggi
gelombang di perairan Pantai
Pelawan dapat dilihat pada Tabel 4
dan grafik tinggi gelombang dapat
Tipe pasang surut yang terjadi dilihat pada Gambar 6.
di perairan Pantai Pelawan dapat
dilihat pada nilai Formzahl (F) = Tabel 4. Tinggi Gelombang (H) di
0,31 bahwa tipe pasang surut Perairan Pantai Pelawan
perairan Pantai Pelawan adalah Tanggal
Pasang (m) Surut (m)
Pengukuran
pasang surut bertipe campuran 23 Februari 2017 0,23 0,27
dengan condong ke harian ganda, 24 Februari 2017 0,22 0,25
yaitu terjadi dua kali pasang dan dua 25 Februari 2017 0,25 0,29
kali surut dalam sehari, tinggi pasang Rata - rata 0,23 0,27

surut yang pertama berbeda dengan


tinggi pasang surut yang kedua. Berdasarkan Tabel 4 dapat
Grafik elevasi pasang surut diketahui hasil pengukuran terhadap
yang diperoleh dengan menggunakan tinggi gelombang di perairan Pantai
metode admiralty dengan analisis Pelawan pada saat pasang berkisar
kuadran terkecil dapat dilihat pada 0,22-0,25 m dengan rata-rata 0,23 m
grafik fluktuasi pasang surut perairan dan pada saat surut berkisar 0,25-
Pantai Pelawan, dapat dilihat pada 0,29 m dengan rata-rata 0,27 m.
Gambar 5. 0.35
0.3
5
0.25
Tinggi Gelombang (m)

0.2
3 0.15 Pasang

0.1 Surut
MSL: 0.05
1 1.60 0
23-Mar-17 24-Mar-17 25-Mar-17
Tanggal
-1
Calculation… MSL Gambar 6. Tinggi Gelombang di
Perairan Pantai Pelawan
Gambar 5. Grafik Fluktuasi Pasang
Surut di Perairan Pantai
b). Periode Gelombang
Pelawan
Periode gelombang adalah
waktu yang dibutuhkan oleh partikel
Pengukuran Karakteristik
air untuk kembali ke kedudukan
Gelombang
semula dengan kedudukan
Karakteristik gelombang yang
sebelumnya. Hasil Pengukuran
dapat diukur, diamati dan dihitung di
periode gelombang di perairan Pantai
setiap stasiun penelitian meliputi :
Pelawan dapat dilihat pada Tabel 5
tinggi gelombang, periode
dan grafik periode gelombang dapat
gelombang dan panjang gelombang.
dilihat pada Gambar 7.
Tabel 5. Periode Gelombang (T) di Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui
Perairan Pantai Pelawan hasil pengukuran terhadap panjang
Tanggal
Pasang (dt) Surut (dt)
gelombang di perairan Pantai
Pengukuran
Pelawan pada saat pasang berkisar
23 Februari 2017 1,89 1,74 4,61-5,99 m dengan rata-rata 5,39 m
24 Februari 2017 1,72 1,65
dan pada saat surut berkisar 4,24-
25 Februari 2017 1,96 1,85
5,34 m dengan rata-rata 4,76 m.
Rata - rata 1,86 1,75
7
Pengukuran periode 6

Panjang Gelombang (m)


gelombang yang dilakukan 5
4
menunjukkan bahwa periode Pasang
3
gelombang pada saat pasang relative 2 Surut
lebih besar dibandingkan pada saat 1
surut. Pada saat pasang berkisar 0
23-Mar-17 24-Mar-17 25-Mar-17
1,72-1,96 detik dengan rata-rata 1,86 Tanggal
detik dan pada saat surut berkisar
1,65-1,85 detik dengan rata-rata 1,75 Gambar 8. Panjang Gelombang di
detik. Perairan Pantai Pelawan

2
1.9 d). Kemiringan Gelombang
Periode Gelombang (dt)

1.8 Kemiringan gelombang adalah


1.7
perbandingan antara tinggi
Pasang
gelombang dengan panjang
1.6 Surut
gelombang Hasil pengukuran
1.5
kemiringan gelombang di perairan
1.4 Pantai Pelawan dapat dilihat pada
23-Mar-17 24-Mar-17 25-Mar-17
Tanggal Tabel 7 dan grafik panjang
Gambar 7. Periode Gelombang di gelombang dapat dilihat pada
Perairan Pantai Pelawan Gambar 9.

c). Panjang Gelombang Tabel 7. Kemiringan Gelombang di


Panjang gelombang adalah Perairan Pantai Pelawan
jarak antara dua puncak atau dua Tanggal
Pasang Surut
Pengukuran
lembah gelombang berturut-turut.
23 Februari 2017 0,041 0,057
Hasil pengukuran panjang 24 Februari 2017 0,047 0,059
gelombang di perairan Pantai 25 Februari 2017 0,042 0,054
Pelawan dapat dilihat pada Tabel 6 Rata - rata 0,043 0,057
dan grafik panjang gelombang dapat
dilihat pada Gambar 8. Berdasarkan tabel 7 dapat
diketahui hasil pengukuran terhadap
Tabel 6. Panjang Gelombang (L) di kemiringan gelombang di perairan
Perairan Pantai Pelawan Pantai Pelawan pada saat pasang
Tanggal
Pasang (m) Surut (m) berkisar 0,041-0,047 dengan rata-rata
Pengukuran
0,043 dan pada saat surut bekisar
23 Februari 2017 5,57 4,72
0,054-0,059 dengan rata-rata 0,057.
24 Februari 2017 4,61 4,24
25 Februari 2017 5,99 5,34
Rata - rata 5,39 4,76
0.07 kecepatan arus yang tertinggi
0.06 ditemukan pada stasiun 2 yaitu 0,49

Kemiringan Gelombang
0.05 m/dt, sedangkan kecepatan arus yang
0.04 terendah ditemukan pada stasiun 1
Pasang
0.03
yaitu 0,47 m/dt. Pada saat surut,
Surut
0.02
kecepatan arus yang tertinggi
0.01
ditemukan pada stasiun 2 yaitu 0,53
0
23-Mar-17 24-Mar-17 25-Mar-17
m/dt, sedangkan kecepatan arus yang
Tanggal terendah ditemukan pada stasiun 1
Gambar 9. Kemiringan Gelombang di yaitu 0,41 m/dt.
Perairan Pantai Pelawan Kecepatan arus pada saat
pasang lebih tinggi dari pada
Pengukuran Kedalaman kecepatan arus pada saat surut,
Hasil pengukuran kedalaman dimana pada pasang stasiun 2
perairan Pantai Pelawan dapat dilihat memiliki kecepatan arus yang lebih
pada Tabel 8. tinggi dari pada stasiun 1 dan stasiun
3. Hal ini berkaitan dengan pasang
Tabel 8. Kedalaman di Perairan surut air laut, dimana permukaan air
Pantai Pelawan laut pada saat menuju pasang air laut
St
Sub
Stasiun
Longitude Latitude
Kedalaman
(m)
semakin tinggi sehingga kecepatan
1.1 103⁰18'43.3" 01⁰02'54.1" 1,9 arus semakin cepat, sebaliknya
1 1.2 103⁰18'38.3" 01⁰02'53.7" 1,8 permukaan air laut pada saat menuju
1.3 103⁰18'32.9" 01⁰02'51.7" 2
surut air laut semakin rendah
2.1 103⁰18'44.1" 01⁰02'59.4" 1,1
2 2.2 103⁰18'37.5" 01⁰02'58.8" 1,6
sehingga kecepatan arus semakin
2.3 103⁰18'32.5" 01⁰02'57.5" 1,8 lambat. Hal ini di dukung oleh
3.1 103⁰18'42.9" 01⁰03'08.9" 1,5 Simatupang (2016) yang menyatakan
3 3.2 103⁰18'38.5" 01⁰03'06.5" 2
103⁰18'29.7" 01⁰03'05.3"
bahwa kecepatan arus pasang surut
3.3 1,8
maksimum terjadi pada saat
kedudukan muka air tinggi dan
Hasil pengukuran kedalaman
Kecepatan arus pasang surut
perairan Pantai Pelawan pada lokasi
minimum terjadi saat muka air
penelitian berkisar 1,1-2 m.
rendah.
Kedalaman perairan terdalam berada
Meskipun kecepatan arus pada
pada stasiun 3 di sub stasiun 3.2 dan
saat pasang lebih tinggi dari pada
stasiun 1 di sub stasiun 1.3 yaitu 2 m.
kecepatan arus pada saat surut,
Kedalaman perairan terkecil berada
namun tidak ada perbedaan yang
pada stasiun 2 di sub stasiun 2.1
cukup signifikan terhadap kecepatan
yaitu 1,1 m.
arus di ketiga stasiun dan kondisi
arus di perairan Pantai Pelawan
PEMBAHASAN
tergolong aman untuk aktivitas di
Pola Arus sekitar Pantai Pelawan.
Dari hasil penelitian, kecepatan
arus rata-rata pada saat pasang Pengukuran dan Pengamatan
adalah 0,48 m/dt dengan arah arus Pasang Surut
mengarah ke Tenggara dan Timur Tipe pasang surut ditentukan
dan pada saat surut adalah 0,46 m/dt dari nilai Formzahl (F) yang
dengan arah arus mengarah ke Barat diperoleh dari analisis admiralty.
dan Barat Laut. Pada saat pasang, Nilai Formzahl (F) yang didapat
adalah 0,31 (tipe pasang surut gelombang di laut juga dapat
campuran condong ke harian ganda), ditentukan berdasarkan pada gaya
dimana perairan ini memiliki nilai pembangkitnya. Pembangkit
muka air tertinggi adalah 2,7 m, gelombang laut dapat disebabkan
tinggi muka air laut rata-rata (MSL) oleh angin, gaya tarik menarik antara
1,6 m, pasang tertinggi (HHWL) 3,6 bumi, bulan dan matahari, gempa,
m dan surut terendah (LLWL) 0,5 m. dan gerakan kapal.
Hal ini didukung oleh Mahatmawati Tinggi gelombang di lokasi
(2009) yang menyatakan bahwa penelitian pada saat surut lebih tinggi
klasifikasi pasang surut berdasarkan dari pada saat pasang. Dimana tinggi
nilai Formzahl untuk pasang surut gelombang pada saat surut yaitu 0,25
campuran condong ke harian ganda – 0,29 m dan tinggi gelombang pada
berkisar antara 0,25 < F < 1,5. saat pasang yaitu 0,22 – 0,25 m. Ini
Triadmodjo (1999) mengatakan disebabkan oleh kecepatan angin
bahwa tipe pasang surut campuran yang berhembus dari darat lebih
dominan keharian ganda ditandai cepat dibandingkan kecepatan angin
dengan dalam satu hari terjadi dua yang berhembus dari laut. Disamping
kali air pasang dan dua kali air surut, itu, tinggi rendahnya gelombang juga
tinggi pasang surut yang pertama dipengaruhi oleh fetch
berbeda dengan tinggi pasang surut pembangkitnya. (Darmadi, 2010)
yang kedua. mengatakan bahwa tinggi dan
Faktor yang menyebabkan periode gelombang sangat
terjadinya pasang surut berdasarkan bergantung kepada fetch
teori kesetimbangan adalah rotasi pembangkitannya. Fetch adalah jarak
bumi pada sumbunya, revolusi bulan perjalanan tempuh gelombang dari
terhadap matahari dan revolusi bumi awal pembangkitannya. Fetch ini
terhadap matahari. Sedangkan dibatasi oleh bentuk daratan yang
berdasarkan teori dinamis adalah mengelilingi laut. Semakin panjang
kedalaman dan luas perairan, jarak fetch nya, maka ketinggian
pengaruh rotasi bumi dan gesekan gelombang akan semakin besar.
dasar. Selain itu juga terdapat Jarak fetch yang terbentuk juga
beberapa faktor lokal yang dapat dipengaruhi oleh kedalaman. Tinggi
mempengaruhi pasang surut di suatu gelombang di lokasi ini 0,27 m pada
perairan seperti topografi dasar laut, saat pasang dan 0,23 m pada saat
lebar selat dan bentuk teluk (Wyrtki, surut.
1961). Gelombang di perairan Pantai
Pelawan termasuk jenis gelombang
Karakteristik Gelombang pembentuk pantai karena mempunyai
Gelombang adalah pergerakan ketinggian kecil, sebagaimana
naik dan turunnya air dengan arah dinyatakan oleh Darmadi (2010)
tegak lurus terhadap permukaan laut. bahwa gelombang pembentuk pantai
Gelombang yang terjadi di laut merupakan gelombang yang
hampir sebagian besar disebabkan memiliki ketinggian ˂ 1 m, sehingga
oleh angin. Angin di atas lautan saat gelombang pecah di pantai,
menstransfer energinya ke parairan sedimen (material pantai) yang
sehingga menyebabkan timbulnya terangkut akan tertinggal di pantai
riak-riak dan kemudian berubah yaitu ketika aliran balik dari
menjadi gelombang. Selain itu, gelombang pecah meresap ke dalam
pasir atau pelan-pelan sedimen akan tempat yang makin lama makin
mengalir kembali ke laut. dangkal, pada suatu tempat tertentu
Panjang gelombang di perairan gelombang tersebut akan pecah dan
Pantai Pelawan berbeda-beda dengan dilepaskan ke pantai dalam bentuk
rata-rata panjang gelombang pada hempasan ombak (Loupatty, 2013).
saat pasang yaitu 5,39 m dan rata- Dari hasil penelitian tentang
rata panjang gelombang pada saat karakteristik gelombang di perairan
surut yaitu 4,76 m. Panjang Pantai Pelawan tergolong aman
gelombang dipengaruhi oleh periode untuk aktivitas di sekitar Pantai
gelombang. Semakin besar periode Pelawan. Sebagaimana menurut
gelombang maka semakin panjang skala beaufort, gelombang yang
lintasannya dan semakin besar mempunyai ketinggian dibawah 1 m
panjang gelombang. termasuk gelombang yang
Rika (2004) menjelaskan lemah/tidak kuat.Pengukuran
bahwa panjang gelombang erat Kedalaman Perairan
kaitannya dengan besar kecilnya Hasil penelitian menunjukkan
gelombang yang dihasilkan. Semakin bahwa kedalaman perairan pada
pendek panjang gelombang maka lokasi penelitian cenderung landai
akan semakin kecil gelombang yang dan dangkal yaitu berkisar antara 1,1
dihasilkan. Gelombang yang hingga 2 m. Ghalib, (2011)
memiliki panjang gelombang paling menyebutkan bahwa kondisi
besar secara langsung juga memiliki kedalaman perairan yang dangkal
periode gelombang yang cukup besar sangat membahayakan bagi kapal-
pula dan merambat lebih cepat kapal dengan draft kapal lebih besar
dibandingkan gelombang yang sementara kedalaman perairan lebih
memiliki panjang dan periode kecil sehingga sewaktu-waktu kapal
gelombang yang kecil. akan kandas dan kemudian
Kemiringan suatu gelombang tenggelam.
akan menentukan pecah tidaknya Berdasarkan nilai kedalaman
gelombang yang terjadi di perairan yang diperoleh, maka kondisi
tersebut. Nilai kemiringan topografi dasar laut perairan Pantai
gelombang yang didapat selama Pelawan termasuk pada daerah
melakukan penelitian yaitu pada saat continental shelf yaitu topografi
pasang rata-rata 0,047 dan pada saat dasar laut yang berbatasan langsung
surut rata-rata 0,079. Jenis dengan daratan dan mempunyai
kemiringan gelombang di perairan kedalaman tidak lebih dari 200 m
Pantai Pelawan dikategorikan jenis (Hutabarat dan Evan, 2008).
kemiringan gelombang yang
memecah. Sebagaimana menurut KESIMPULAN DAN SARAN
Asep (1999) bahwa nilai kemiringan Kecepatan arus di perairan
gelombang sebesar 0,14 maka nilai Pantai Pelawan pada saat pasang
kemiringan tersebut berada dibawah rata-rata 0,48 m/dt ke arah Tenggara
nilai kemiringan memecah, dan Timur dan kecepatan arus pada
sedangkan apabila nilai kemiringan saat surut rata-rata 0,46 m/dt ke arah
diatas 0,14 maka kemiringan tersebut Barat dan Barat Laut dengan Tipe
tergolong dalam kemiringan tidak pasang surut di perairan Pantai
memecah. Jika gelombang menjalar Pelawan yang dilihat dari nilai
dari tempat yang dalam menuju ke Formzahl (F) = 0,31 adalah tipe
pasang surut campuran dengan Asep, N. 1999. Studi Analisa Besar
condong ke harian ganda (mixed tide Butir dan Geologi Wilayah
predominantly semidiurnal), dimana Pesisir Pantai Taliwang
terjadi dua kali pasang dan dua kali Sumbawa Barat. Laporan Kerja
surut dalam sehari, tinggi pasang Praktek. Jurusan Teknik
surut yang pertama berbeda dengan Geologi Fakultas Matematika
tinggi pasang surut yang kedua. dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Karakteristik gelombang di Universitas Padjadjaran
perairan Pantai Pelawan yang Bandung.
meliputi tinggi, panjang, periode dan Darmadi. 2010. Karakteristik
kemiringan gelombang adalah Gelombang dan Arus Pasang
termasuk jenis gelombang yang Surut di Pelabuhan Kejawan
memecah dan dapat membentuk Cirebon. Laporan Praktikum
pantai. Kedalaman di Perairan Pantai Oseanografi Fisika. Jurusan
Pelawan cenderung landai dan Ilmu Kelautan. Universitas
dangkal yaitu berkisar antara 1,1 Padjadjaran Bandung.
hingga 2 m. Kondisi arus dan Dijkstra, A. 2008. Dynamical
gelombang di perairan Pantai Oceanography. Springer-
Pelawan tergolong aman untuk Verlag Berlin Heidelberg
aktivitas di sekitar perairan Pantai German. 405 pp.
Pelawan. Febrianto, T. 2015. Pemetaan
Penelitian ini merupakan studi Batimetri di Perairan Dangkal
awal Penelitian ini merupakan studi Pulau Tunda Serang Banten
awal yang memberikan informasi Menggunakan Singlebeam
mengenai kondisi arus, pasang surut Echosounder. Jurnal Teknologi
dan gelombang di perairan Pantai Perikanan dan Kelautan. 6(2):
Pelawan. Diharapkan untuk 139-147.
penelitian selanjutnya perlu diketahui Ghalib, M. 2010. Oseanografi Fisika
seberapa besar pengaruh arus dan Deskriptif. Fakultas Perikanan
gelombang terhadap perubahan garis dan Ilmu Kelautan. Universitas
pantai yang meliputi abrasi dan Riau. Faperika Press. 92 hal.
akresi di Pantai Pelawan. Ghalib, M. 2011 Pemetaan
Kedalaman dan Pola Arus
DAFTAR PUSTAKA Pasang Surut Muara Sungai
Masjid Dumai. Jurnal Terubuk
Anwar, N. 2007. Model Sirkulasi Fakultas Perikanan dan Ilmu
Arus Menggunakan Model Kelautan Universitas Riau.
Numerik Dua Dimensi 39(1): 44-50.
Hidrodinamika Pom di Haryono dan S. Narni. 2004.
Perairan Selat Rupat. Fakultas Karakteristik Pasang Surut
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Laut di Pulau Jawa. Forum
Universitas Riau. (tidak Teknik. 28(1): 1-5.
diterbitkan). Hasriyanti. 2015. Tipe Gelombang
Arifin, T. 2012. Kondisi Arus Pasang dan Pasang Surut di Perairan
Surut di Perairan Pesisir Kota Pulau Dutungan Kabupaten
Makassar Sulawesi Selatan. Barru Sulawesi Selatan. Jurnal
Jurnal Depik. 1(3): 183-188. Sainsmat. 4(1): 14-27.
Hutabarat, S., dan Evan S M. 2008. Rahmawati, W., Handoyo, G., &
Pengantar oseanografi. UI Rochaddi, B. 2015. Kajian
Press. Jakarta. p 26 elevasi muka air laut di
Kramadibrata, S. 2002. Perencanaan perairan pantai kartini jepara.
Pelabuhan. Institut Teknologi Jurnal oseanografi. 4(2): 487-
Bandung. Bandung. 491.
Lanuru, M. 2011. Pengantar Rawi, H. S. 2010. Pasang Surut.
Oseanografi. Bahan Ajar. Jakarta: Pusat Pendidikan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Hidro-Oseanografi TNI-AL.
Perikanan. Universitas Rika, A. 2004. Abrasi dan
Hasanuddin. Makassar. Sedimentasi Berdasarkan
Loupatty, G. 2013. Karakteristik Energi Fluks Gelombang di
Energi Gelombang dan Arus Pantai Teluk Pangandaran
Perairan di Provinsi Maluku. Kabupaten Ciamis Provinsi
Jurnal Barekeng. 7(1): 19-22. Jawa Barat. Skripsi. Faperika
Mahatmawati, A. D. 2009. Unri. 54 hal.
Perbandingan Fluktuasi Muka Simatupang, C. M. 2016. Analisis
Air Laut Rerata (MLR) di Data Arus di Perairan Muara
Perairan Pantai Utara Jawa Sungai Banyuasin Provinsi
Timur dengan Perairan Pantai Sumatera Selatan. Maspari
Selatan Jawa Timur. Jurnal Journal. 8(1): 15-24.
Kelautan 2 (1). Soebyakto, 2009. Analisa Pasang
Mustain, M. 2009. Analisa Surut Air Laut di Pantai Kota
karakteristik Pola Arus di Tegal. Kelautan. Jakarta.
Perairan Teluk Ambon, ISSN Sugianto, D. N. (2007). Studi Pola
1412-2332, Seminar Nasional Sirkulasi Arus Laut di Perairan
Teori dan Aplikasi Teknologi Pantai Provinsi Sumatera
Kelautan, Oktober 2004, P III- Barat. Ilmu Kelautan. 12(2):
65-72 79–92.
Park, D. 2006. Waves, Tides and Supangat, A., dan Susanna. 2003.
Shallow Water Processes. The Pengantar Oseanografi. Pusat
Open University, Walton Hall Riset Wilayah Laut dan
England. Sumberdaya Non-Hayati,
Pratikto, W. A. 2000. Struktur BRPKP-DKP. ISBN. No.979-
Pelindung Pantai. Hibah 97572-4-1.
Pengajaran. Teknik Kelautan, Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai.
Institut Teknologi Sepuluh Beta Offset. Yogyakarta
Nopember. Surabaya. Trujillo, A., dan Thurman, H. 2008.
Rahman H, 2007. Pola arus dan Tipe Es-sentials of Oceanography.
Pasang Surut di Peraian Desa Pearson Prentice Hall, Pearson
Panglima Raja Kecamatan Education Inc. New Jersey.
Kuala Indragiri Kabupaten UU No 4 Tahun 2011 tentang
Indragiri. Fakultas Perikanan Informasi Geospasial.
dan Ilmu Kelautan. Universitas Wibisono, M.S. 2005. Pengantar
Riau. Pekanbaru. Hal 6 (tidak Ilmu Kelautan. Grasindo.
diterbitkan). Jakarta.
Williamson, G. 2004. Land
Information. Scrippts Institute
of Oseanography. New
Zealand. Toitu Te Whenua.
Wyrtki, K. 1961. Physical
Oceanography of The South
East Asian Waters. Naga
Report Vol. 2 Scripps, Institue
Oceanography, California.

Вам также может понравиться