Вы находитесь на странице: 1из 18

TUGAS III

PPL PENELITIAN

Memenuhi Tugas Perkuliahan Pada Mata Kuliah PPL Penelitian

Mata Kuliah : PPL Penelitian

Oleh : DETALIA

NIM : 1516510041

Dosen Pengampu : Dr. Ali Akbar Jono, S.Ag.S.Hum

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Tadris


Jenis Dan Metode Penelitian
1. Eksperimen
Penelitian eksperimental merupakan bentuk penelitian percobaan yang
berusaha untuk mengisolasi dan melakukan kontrol setiap kondisi-kondisi
yang relevan dengan situasi yang diteliti kemudian melakukan pengamatan
terhadap efek atau pengaruh ketika kondisi-kondisi tersebut dimanipulasi.
Dengan kata lain, perubahan atau manipulasi dilakukan terhadap variabel
bebas dan pengaruhnya diamati pada variabel terikat. Menurut Emzir
(2008:96-103) desain penelitian ekperimen dibagi menjadi empat bentuk
yakni, pre-experimental design, true experimental design, quasy experimental
design dan factorial design.
Contoh: Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran TANDUR Berbantuan
Web Interaktif Terhadap Hasil Belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi
Siswa Kelas VII SMPN 3 Malang. (Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas
VII SMP Negeri 3 Malang Tahun Ajaran 2010/2011). (Sumber: perpustakaan
Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan).1
2. Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan
untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat
ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau
pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu
kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan
angka-angka. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja,
tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan
perkembangannya, penelitian demikian disebut penelitan perkembangan
(Developmental Studies). Dalam penelitian perkembangan ini ada yang
bersifat longitudinal atau sepanjang waktu dan ada yang bersifat cross
sectional atau dalam potongan waktu.2

1
Sujadi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta.hal.13
2
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
hal.72
Contoh: Manajemen Pengembagan Kinerja Guru SMK se-Kabupaten
Kuningan: Studi Tentang Kepemimpinan Entrepeuneur Dan Sistem
kompensasi Kreativitas dan Kinerja Inovatif. (Sumber: perpustakaan
Universitas Negeri Malang, skripsi tidak diterbitkan).
3. Korelasional
Penelitian korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat
variabel yang penting, karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada,
peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
(Sukardi, 2003:166)
Penelitian korelasi merupakan bentuk penelitian untuk memeriksa
hubungan diantara dua konsep. Secara umum ada dua jenis pernyataan yang
menyatakan hubungan, yaitu: (1) gabungan antara dua konsep, ada semacam
pengaruh dari suatu konsep terhadap konsep yang lain; (2) hubungan kausal,
ada hubungan sebab akibat. Pada hubungan kausal, penyebab diferensikan
sebagai varibel bebas dan akibat direferensikan sebagai variabel terikat. Pada
penelitian korelasi tidak ada kontrol atau manipulasi terhadap variabel.
Contoh: Hubungan Antara Penerimaan Diri dengan Kompetensi
Interpersonal Pada Remaja (Studi korelasi pada remaja tunanetra yang
mengalami ketunanetraan tidak sejak dari lahir di PSBN Wyata Guna
Bandung). (Sumber: repository.upi.edu).
4. Komparatif
Penelitian kausal komparatif atau penelitian ex post facto adalah
penyelidikan empiris yang sistematis dimana ilmuan tidak mengendalikan
variabel bebas secara langsung karena eksistensi variabel tersebut telah
terjadi. Pendekatan dasar klausa komparatif melibatkan kegiatan peneliti yang
diawali dari mengidentifikasi pengaruh variabel satu terhadap variabel
lainnya kemudian dia berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.
Penelitian komparatif membandingkan situasi masa lalu dan saat ini
atau situasi-situasi paralel yang berbeda, khusunya apabila peneliti tidak
memiliki kontrol terhadap situasi yang diteliti. Penelitian ini bisa memiliki
perspektif makro (misal: internasional,nasional) dan mikro (misal: komunitas,
individu).
Contoh: Studi Komparatif Penerapan Model Contextual Teaching and
Learning (CTL) dengan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Menganalisis
Rangkaian Listrik dan Elektronika Di SMKN 12 Bandung. (Sumber:
repository.upi.edu).3
5. Evaluasi
Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk
memriksa proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta
yang bersifat kompleks dan terlibat di dalam program. Misalnya adalah
keefektifan, efisiensi dan kemenarikan suatu program (Mukhadis, 2013:61).
Contoh: Evaluasi Proses Pembelajaran TIK SMA Negeri di Kota Malang
Berdasarkan Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. (Deskriptif tentang kondisi
proses pembelajaran mata pelajaran TIK SMA di Kota Malang Tahun Ajaran
2010/2011 dengan jumlah populasi 10 SMA Negeri dan sampel penelitian
sebanyak 5 SMA Negeri). (Sumber: perpustakaan Universitas Negeri Malang,
skripsi tidak diterbitkan).
6. Simulasi
Penelitian simulasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk
mencari gambaran melalui sebuah sistem berskala kecil atau sederhana
(model) dimana di dalam model tersebut akan dilakukan manipulasi atau
kontrol untuk melihat pengaruhnya. Penelitian ini mirip dengan penelitian
eksperimental, perbedaannya adalah di dalam penelitian ini membutuhkan
lingkungan yang benar-benar serupa dengan keadaan atau sistem yang asli.
Contoh: Penggunaan Simulasi Monte Carlo Untuk Menentukan Nilai
Outcome Pada Pengambilan Keputusan.

3
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :
Alfhabeta.hal.13
7. Survey
Survey research designs are procedures in quantitative research in which
investigators administer a survey to a sample or to the entire population of
people to describe the attitudes, opinions, behaviors, or characteristics of the
population. Penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang
relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga,
organisasi dan unit-unit kemasyarakatan dan lain-lain, tetapi sumber utamanya
adalah orang. Desain survey tergantung pada penggunaan jenis kuisoner.
Survey memerlukan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya
mencerminkan kondisi nyata, semakin besar sample survey semakin
memberikan hasil akurat. Penelitian survei memiliki tiga tujuan utama yaitu
menggambarkan keadaan saat itu, mengidentifikasi secara terukur keadaan
sekarang untuk membandinkan, menentukan hubungan kejadian yang spesifik.
Contoh : Stress and Burnout in Rural and Urban Secondary School
Teachers. Journal of Educational Research. 1999. 92, pg. 287–293.
8. Studi Kasus
Sebuah studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat
(misalnya, kegiatan, acara, proses, atau individu) berdasarkan pengumpulan
data yang luas. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat
didefinisikan sebagai suatu entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah
untuk penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik. Penting untuk
memahami bahwa kasus dapat berupa individu, program, kegiatan, sekolah,
ruang kelas, atau kelompok. Setelah kasus didefinisikan dengan jelas, peneliti
menyelidiki mereka secara mendalam, biasanya menggunakan beberapa
metode pengumpulan data, seperti wawancara, observasi lapangan, dan
dokumentasi.
Studi kasus kolektif; (a) melibatkan beberapa kasus, (b) dapat terjadi
selama bertahun situs, dan (c) menggunakan banyak individu. Kerangka
konseptual untuk studi kasus adalah bahwa dengan mengumpulkan informasi
mendalam tentang kasus, peneliti akan mencapai pemahaman mendalam
tentang kasus ini, apakah kasus itu adalah seorang individu, kelompok, kelas,
atau sekolah.
Contoh: Butera, G. 2005. Collaboration in the context of Appalachia: The
case of Cassie. The Journal of Special Education, 39(2): 106–116. Butera
(2005) menggunakan studi kasus dan data yang dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumen untuk menggambarkan kolaborasi tim
dengan anak 4 tahun di West Virginia.
9. Teori Dasar (Grounded Theory)
Grounded Theory merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti
untuk mengembangkan atau menemukan teori yang didasarkan pada studi
fenomena. Dengan menggunakan grounded theory, peneliti sengaja (a)
memilih peserta yang mengalami fenomena yang sedang dipelajari, (b)
menganalisis data (yaitu, wawancara, dokumen, dan catatan), dan (c)
mendekati fenomena yang diteliti tanpa prasangka pengertian. Kerangka
konseptual ini memungkinkan suara peserta muncul , mensyaratkan bahwa
peneliti mengidentifikasi tema utama atau konsep dari data peserta , dan
memberikan jalan untuk mengembangkan teori dari perspektif peserta .
Most grounded theory researchers will begin with research questions but
they do not start with a hypothesis, nor do they begin their investigation with a
thorough review of the literature relating to their topic. They build up theory
from their data and they do not wait until all data are collected before they
begin the analysis stage. (Bell, 2005: 19)
Contoh: Bays, D. A., & Crockett, J. B. 2007. Investigating Instructional
Leadership For Special Education. Exceptionality, 15(3): 143–161.
Pendekatan grounded theory digunakan oleh Bays dan Crockett (2007) untuk
menyelidiki kepemimpinan instruksional untuk pendidikan khusus di sekolah
dasar. (Stoner, 2010: 22)
10. Etnografi
Ethnographic researchers attempt to develop an understanding of how a
culture works and many methods and techniques are used in this such us:
participant observation, interview, mapping and charting, interaction analysis,
study of historical records and current public documents, the use of
demographic data. (Bell, 2005:16)
Etnografi adalah analisis mendalam dari kelompok sosial. Data biasanya
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumen. Jenis penelitian ini
berfokus pada membangun catatan perilaku dan kepercayaan dari kelompok
dari waktu ke waktu. Etnografi mengharuskan peneliti berpartisipasi, baik
sebagai pengamat atau peserta aktif, waktu interaksi yang cukup lama dengan
kelompok yang diteliti. Kerangka konseptual etnografi adalah bahwa
keterlibatan langsung ke dalam budaya kelompok akan memungkinkan
peneliti untuk melihat dunia dari perspektif kelompok, dan melihat yang akan
memberikan pemahaman tentang perilaku dan keyakinan kelompok.
Contoh: Harry, Klingner, & Hart. 2005. African American families under
fire: Ethnographic views of family strengths. Remedial and Special Education,
26(2): 101–112. Harry, Klingner, dan Hart (2005) menerbitkan sebuah studi
etnografi siswa Amerika keturunan Afrika dalam pendidikan khusus di sebuah
distrik sekolah beragam budaya perkotaan. 4
11. Kultural
Penelitian kultural (budaya) merupakan penelitian yang dilakukan atas
objek berupa unsur atau gejala budaya dengan menggunakan perangkat
metodologis yang tercakup di dalam ilmu pengetahuan budaya. Unsur atau
gejala budaya adalah unsur atau gejala yang terdapat di dalam suatu
masyarakat yang berkaitan dengan perangkat nilai-nilai, pemikiran, dan hasil
budi daya dalam bentuk interaksi antara masyarakat dengan lingkungannya
atau segi hasil pemikiran atau kreasi anggotanya yang terungkap dalam wujud
tulisan atau benda-benda.5
Contoh: Identifikasi Ajen Budaya Sunda Dina Wawacan Jaka Bayawak.6
12. Historis

4
Sujadi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta.hal.10
5
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
hal.78
6
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
hal.88
Penelitian historikal merupakan bentuk penelitian yang memiliki tujuan
untuk menggambarkan fakta dan menarik kesimpulan atas kejadian masa lalu.
Data primer dari penelitian ini adalah data yang bersifat historis, misalnya
para arkeolog menggunakan sumber data berupa dokumentasi tentang masa
lalu. Penelitian historikal dapat digunakan untuk menemukan solusi sementara
berdasarkan kejadian masa lalu dan menggambarkan tren masa kini atau masa
depan. Kothari (2004) mengategorikan jenis penelitian histori ke dalam dua
pendekatan, yaitu pendekatan perspektif –mempelajari kegiatan/agenda masa
lampau sampai sekarang- dan pendekatan retroperpektif –mempelajari
kegiatan/agenda saat ini kemudian dihubungkan dengan hal serupa di masa
lalu-.
Contoh: Seni Tradisi Gembyung di Kampung Ganceuy Kabupaten Subang
1975-1999 (Suatu Kajian Historis Terhadap Sosial Budaya Masyarakat).
13. Etnologi
Penelitian etnologi merupakan penelitian yang fokus kepada perilaku
manusia. Peneliti lebih condong menggunakan interpretasi langsung dari
perilaku subjek yang diteliti daripada melakukan interpretasi dari segi
teoritik. Peneliti harus berusaha untuk tidak nampak sebagai peneliti, karena
bila tidak demikian interpretasi atas data yang didapat dari responden akan
terpengaruh.
Contoh: Eufemisme Dalam Bahasa Simalungun (Suatu Kajian Sosiolinguistik)
14. Penelitian Praktis (Penelitian Tindakan/Action Reasearch)
Action research designs often utilize both quantitative and qualitative data,
but they focus more on procedures useful in addressing practical problems in
schools and the classrooms. Action research designs are systematic procedures
used by teachers (or other individuals in an educational setting) to gather
quantitative and qualitative data to address improvements in their educational
setting, their teaching, and the learning of their students (Creswell, 2012:577).
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang berisi berbagai
macam prosedur untuk menguraikan kasus-kasus yang bersifat mikro atau
khusus. Simpulan dari penelitian tindakan langsung diberlakukan hanya untuk
kasus yang diteliti dan tidak bisa digeneralisasikan. Penelitian tindakan lebih
condok ke metode kualitatif yang sangat bergantung pada data penagamatan
yang bersifat behavioralistik.
Contoh: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Tentang
Pemecahan Masalah Yang Melibatkan Uang Melalui Metode Simulasi
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas III B SDN Cicadas 03 Gunung
Putri Bogor).7

Langkah Yang Dilakukan Peneliti Dalam Menggali Masalah


Dalam menentukan permasalahan yang layak diteliti, harus ada pertimbangan
khusus sebelum dilakukan penelitian. Jika ini tidak dilakukan maka bisa terjadi
fakta yang dianggap masalah namun setelah diteliti tidak layak untuk dilakukan.
Sebuah masalah tersebut harus memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu dan
kehidupan manusia. Secara operasional, masalah yang diangkat tersebut bisa
diteliti. Kasus santet, misalnya, kendati hal ini menjadi masalah rawan bagi
masyarakat, namun untuk meneliti masalah ini sangat sulit karena wilayah magic.
Ada empat hal dalam menentukan permasalahan bagi seorang peneliti yaitu :8
1. Penelitian harus sesuai dengan minat peneliti.
2. Penelitian dapat dilaksanakan, baik dari rasionalisasi masalah, waktu, biaya
dan lokasi penelitian.
3. Tersedia faktor pendukung, seperti data bisa dieksplor, dapat ijin dari pihak
berwenang.
4. Hasil penelitian bermanfaat, baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan, bagi
masyarakat maupun bagi kebijakan penguasa.
Seorang peneliti dalam mencermati permasalahan paling tidak ada tiga gejala.
Gejala tersebut, menurut Suharsini Arikunto (2006) adalah :
1. Problem untuk mengetahui status dan mendeskripsikan fenomena. Problem ini
kemudian melahirkan penelitian deskriptif, survai, historis dan filosofis.

7
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.hal.84
8
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :
Alfhabeta.hal.18
2. Problem untuk membandingkan dua fenomena atau lebih. Dalam penelitian ini
peneliti berusaha mencari permasalahan dan perbedaan fenomena, selanjutnya
mencari arti atau manfaat dari adanya persamaan dan perbedaan yang ada.
3. Problem untuk mencari hubungan antara dua fenomena. Disini ada dua
macam dua problem korelasi yaitu :
a. Korelasi sejajar, misalnya antara kemampuan bahasa Inggris dan
kesetiaan ingatan.
b. Korelasi sebab-akibat, misalnya korelasi antara teriknya matahari dan
larisnya es mambo.9

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Penelitian Tindak Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah satu rancangan penelitian yang
dirancang khusus untuk peningakatan kualitas praktek pembelajaran di
kelas. Peneliti dalam PTK adalah guru yang ingin meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelasnya. Dengan demikian guru yang melakukan
penelitian tindakan kelas berperan ganda, yaitu sebagai guru dan sebagai
peneliti (teacher-researcher). Sebagai guru dia harus menyelesaikan masalah
pembelajaran (dengan demikian dia meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran) di kelasnya, sedangkan sebagai peneliti dia harus
menghasilkan karya ilmiah yang berupa strategi pembelajaran inofatif yang
bisa dimanfaatkan oleh guru-guru lain yang memiliki masalah yang serupa.
Tahun 1976, John Elliot (1991) membangun jaringan peneliti tindakan
kelas bagi guru-guru di Inggris dan negara-negara lain untuk bersama-sama
membagi pengalaman penelitian tindakan di dikelasnya melalui
korespondensi atau pertemuan. Dengan demikian penelitian tindakan kelas
yang dilakukan oleh teacher-researcher berfungsi ganda, yaitu
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya (as a teacher) dan berbagi

9
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :
Alfhabeta.hal.18
pengalaman keberhasilannya dalam memecahkan masalah tersebut (as a
researher) melalui karya ilmiah inofatif pembelajaran. Dengan berbagi
pengalaman melalui jaringan PTK itulah kulitas pembelajaran di satu daerah
bisa bersama-sama meningkat.
Rumusan masalah adalah pernyataan tujuan penelitian yang lebih
operasional (biasanya) dalam bentuk kalimat tanya. Karena tujuan PTK
meliputi dua hal (a) penyelesaian masalah pembelajaran di kelas dan (2)
strategi pembelajaran yang akan dikembangkan sebagai karya ilmiah inofatif
untuk disebarluaskan kepada khalayak guru, rumusan masalah penelitian
tindakan kelas harus mengakomodasi ke dua aspek tersebut.
Beberapa ahli menyatakan bahwa rumusan masalah PTK harus
menonjolkan (topicalization) aspek penyelesaian masalahnya, sementara
yang lain harus menonjolkan aspek pengembangan strateginya. Kelompok
pertama yang lebih mengedepankan pemecahan masalah pembelajaran
dalam rumusan masalah penelitiannya tidak melihat PTK sebagai penelitian
yang mengembangkan sebuah strategi pembelajaran, sehingga tidak setuju
mengedepankan pengembangan strategi pembelajaran. Bagi kelompok ini
yang utama adalah menyelesaikan masalah. Kelemahan pemahaman ini
adalah kemungkinan diabaikannya produk penelitian yang berupa karya
ilmiah inofatif strategi pembelajaran yang bisa disebarluaskan ke khalayak
guru bidang studi yang sama. Beberapa kali pengalaman penulis
menemukan laporan PTK (di seminar nasional maupun dalam banyak tesis
S2) yang tidak disertai produk strategi pembelajaran inofatif yang telah
dikembangkan, sehingga peserta seminar dan pembaca laporan PTKnya
tidak bisa menggunakan pengalaman keberhasilan peneliti tersebut.
Sementara kelompok yang mengedepankan pengembangan strategi
pembelajaran inofatif beranggapan bahwa PTK dilatar belakangi oleh
masalah pembelajaran yang ingin dipecahkan atau oleh tujuan untuk
meningkatkan kualitas praktek pembelajaran dikelasnya. Dengan kata lain,
penyelesaian masalah atau peningkatan kualitas pembelajaran ditempatkan
sebagai dasar/alasan untuk melakukan PTK yang akan menghasilkan sebuah
strategi pembelajaran inofatif. Karena ukuran (criteria of success) kualitas
strategi pembelajaran yang dikembangkan (dengan tahapan dirumuskan,
dicobakan, dievaluasi, kemudian direvisi untuk dicoba lagi pada siklus
berikutnya) adalah penyelesaian masalah atau peningkatan kualitas
pembelajaran yang telah ditargetkan, maka kelompok ini melihat bahwa
yang diutamakan dalam PTK adalah produk strategi pembelajaran
inofatifnya dengan tanpa mengabaikan pemecahan masalah atau
peningkatan kualitas pembelajarannya.10
2. Penelitian Studi Kasus
Penelitian studi kasus adalah sebuah metoda penelitian yang secara
khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks
kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena
dan konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data.
Dalam kaitannya dengan waktu dan tempat, secara khusus Yin (2003a;
2009) menjelaskan bahwa obyek yang dapat diangkat sebagai kasus bersifat
kontemporer, yaitu yang sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi
masih menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada
saat penelitian dilakukan. Secara sekilas, metoda penelitian ini sama dengan
metoda penelitian kualitatif pada umumnya. Tetapi jika penjelasan Yin
(2003a) secara teoritis maupun dalam bentuk contoh-contoh praktisnya (Yin,
2003b) dipelajari lebih seksama, maka akan didapatkan beberapa
kekhususan yang menyebabkan metoda penelitian ini memiliki perbedaan
siginifikan dengan metoda penelitian kualitatif lainnya. Pada perkembangan
penggunaanya, dibandingkan dengan kelompok yang pertama, kelompok ini
lebih banyak diikuti, karena melalui buku-bukunya, Yin dianggap mampu
menjelaskan secara terperinci kekhususan metoda penelitian studi kasus
yang harus diikuti berikut dengan contoh-contoh terapannya (Meyer, 2001).
Salah satu kekhususan penelitian studi kasus sebagai metoda
penelitian adalah pada tujuannya. Penelitian studi kasus sangat tepat

10
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :
Alfhabeta.hal.22
digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan
‘bagaimana’ dan ‘mengapa’ (Yin, 2003a, 2009) terhadap sesuatu yang
diteliti. Melalui pertanyaan penelitian yang demikian, substansi mendasar
yang terkandung di dalam kasus yang diteliti dapat digali dengan mendalam.
Dengan kata lain, penelitian studi kasus tepat digunakan pada penelitian
yang bersifat eksplanatori, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk
menggali penjelasan kasualitas, atau sebab dan akibat yang terkandung di
dalam obyek yang diteliti.
Sifat kasus yang demikian juga didukung oleh Creswell (1998) yang
menyatakan bahwa penelitian studi kasus berbeda dengan penelitian
grounded theory dan phenomenologi yang cenderung berupaya meneliti
teori-teori klasik, atau defintif, yang telah mapan (definitive theories) yang
terkandung di dalam obyek yang diteliti.11
3. Penelitian Evaluasi Program
Secara umum penelitian evaluasi program diperlukan untuk merancang,
menyempurnakan dan menguji pelaksanaan suatu praktik program yang
dilakukan oleh calon peneiti. Dalam suatu rancangan program baru, kegiatan
memerlukan data hasil evaluasi program yang lalu untuk membantu
perencanaan hingga proses kegiatan program yang baru.
Program atau kegiatan pendidikan adalah sesuatu yang dinamis,
berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan tuntutan
perubahan masyarakat (audience). Sehingganya untuk mengetahui
perubahan, kelayakan dan berjalanya program tersebut maka perlu diuji
program tersebut. Melanjutkan program atau kegiatan yang tidk layak,
hanya akan membuang – buang biaya, waktu dan tenaga saja. Secara lebih
rinci tujuan penelitian evaluatisi program adalah:
a. Membantu perencanaan untuk pelaksanaan program.
b. Membantu dalam penentuan keputusan penyempurnaan atau perubahan
program.

11
Sukmadinata, Nana Sy. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:
Kesuma Karya hal.102
c. Membantu dalam penentuan keputusan keberlanjutan atau penghentian
program karena dipandang program tersebut tidak ada manfaatnya atau
tidak dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan.
d. Menemukan fakta – fakta dukungan dan penolakan terhadap program
4. Penelitian Pengembangan
Penelitian Pengembangan atau research and development (R&D)
adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk
memperbaiki praktik (Sukmadinata, 2009). Penelitian Pengembangan juga
didefinisikan sebagai suatu proses atau langkah-langkah untuk
mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang
telah ada yang dapat dipertanggungjawabakan (Sujadi, 2003:164). Produk
yang dihasilkan dapat berupa benda atau prangkat keras (hardware) dan
dapat juga berupa perangkat lunak (software).
Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (1983)
adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi
produk pendidikan. Penelitian ini mengikuti lsngkah-langkah secara siklus.
Richey and Nelson mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu
pengkajian sistematis terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi
program, proses, dan produk pembelajaran yang harus memenuhi kriteria
validitas, praktikalitas dan efektivitas. Akker dan Plomp mendeskripsikan
penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan, yaitu: 1) pengembangan
untuk mendapatkan prototipe produk, 2) perumusan saran-saran metodologis
untuk pendesainan dan evaluasi prototipe tersebut.
Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D,
yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan
produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan
temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan
akhirnya , dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan
dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R
& D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk
tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
5. Penelitian Kuasi Eksperimen
Eksperimen kuasi adalah eksperimen yang memiliki perlakuan
(treatments), pengukuran-pengukuran dampak (outcome measures), dan
unit-unit eksperiment (experimental units) namun tidak menggunakan
penempatan secara acak. Pada penelitian lapangan biasanya menggunakan
rancangan eksperiment semu (kuasi eksperimen). Desain tidak mempunyai
pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan pada saat yang sama dapat
mengontrol ancaman-ancaman validitas. Di sebut eksperimen semu karena
eksperimen ini belum atau tidak memiliki cir-ciri rancangan eksperimen
yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang seharusnya dikontrol atau di
manipulasi.Oleh sebab itu validitas penelitian menjadi kurang cukup untuk
disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.
Tujuan penelitian experiment semu untuk memperkirakan kondisi
eksperimen murni dalam keadaan tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan atau memanipulasi semua variable yang relevan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara
melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimen, namun
pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik random. Penelitian
eksperimental semu bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan,
mengklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya.
6. Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif adalah memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan
antara dua variabel atau lebih dan tidak saling mengikat. Penelitian asosiatif
memiliki tingkatan tertinggi jika dibandingkan dengan penelitian deskriptif
dan penelitian kompratif. Dengan menggunakan penelitian ini, bisa ditarik
sebuah teori yang memiliki fungsi untuk memberi penjelasan, perkiraan, dan
kontrol suatu gejala. Pada penelitian ini, minimal terdapat dua variabel yang
dihubungkan. Sementara itu terdapat tiga hubungan antar variabel, yaitu
hubungan simetris, hubungan kausal dan hubungan interaktif.12
7. Penelitian Kepustakaan
Menurut pengertiannya, penelitian kepustakaan adalah penelitian
bahan-bahan yang tertulis (surat-surat berharga, dokumen, dan lain-lain).
Penelitian kepustakaan mengacu pada penyajian laporan penelitian tentang
penelitian-penelitian tafsir serupa yang ada sebelumnya. Kemudian aspek-
aspek yang perludikemukakan adalah temuan-temuan, hasil penafsiran
terdahulu, metode-metode yang digunakan dan mencari aspek-aspek apa dan
mana saja dari topik yang belum diperhatikan, kekuatan-kekuatan dan
kelemahan-kelamahan logika yang ada dalam penelitian sebelumnya, serta
pendekatan-pendekatan apa saja yang muncul dari penelitian tersebut.
Dengan demikian, peneliti dapat menempatkan dengan baik posisi dan letak
penelitiannya ditengah-tengah penelitian tafsir yang begitu banyak,
khususnya untuk menyakinkan bahwa dalam topik yang serupa, masalah
yang dipilihnya belum dikaji, digarap oleh penelitian yang sudah ada. Jadi
penelitiannya bukan duplikasi semata dari penelitian yang terdahulu.
Adapun langkah-langkah yang ditawarkan dalam penelitian kepustakaan
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan judul
b. Merumuskan masalah
Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
yaitu:13
1) Secara diskusi yaitu yang disajikan secara deskriptif tanpa
pertanyaan-pertanyaan penelitian,
2) Secara proporsional artinya secara langsung menghubungkan
faktor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna, dalam hal ini
ada yang disajikan dalam bentuk uraian atau deskriptif dan ada

12
Sukmadinata, Nana Sy. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung:
Kesuma Karya hal.113
13
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.hal.93
juga yang langsung dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
Secara gabungan yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi,
kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proporsional.
c. Membuat katalog
Dalam penelitian kepustakaan perlu dibuat rancangan kerja untuk
mengetahui sejauhmana kita melakukan penelitian dan sekaligus untuk
mengevaluasi apa yang telah kita kerjakan.14

14
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :
Alfhabeta.hal.41
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta :


Alfhabeta

Sujadi, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya

Sukmadinata, Nana Sy. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi.


Bandung: Kesuma Karya

Вам также может понравиться