Вы находитесь на странице: 1из 57

Askep Anemia aplikasi Nanda NIC NOC merupakan konsep asuhan keperawatan

secara teoritis yang diberikan kepada pasien dengan masalah anemia. Pada konsep
askep stroke pada artikel ini menggunakan konsep Nanda NIC NOC mulai dari
pengkajian, diagnose keparawatan, intervensi keperawatan menggunakan ilmu
keperawatan Nanda NIC NOC.

Definisi Anemia

Anemia merupakan suatu kondisi atau istilah yang menunjukan rendahnya hitungan
jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin di bawah normal. Anemia adalah gejala
dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat
atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang
mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen di dalam darah.

Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan
perubahan patofisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

Klasifikasi Anemia

Klasifikasi anemia berdasarkan derajat berat ringannya menurut WHO adalah sebagai
berikut:
 Ringan sekali, jika kadar Hb 10,00 gr% -13,00 gr%
 Ringan, jika kadar Hb 8,00 gr% -9,90 gr%
 Sedang, jika kadar Hb 6,00 gr% -7,90 gr%
 Berat, jika kadar Hb < 6,00 gr%

Klasifikasi anemia berdasarkan akibat Gangguan Eritropoiesis atau sumber


pembentukan eritrosit.
Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi zat besi diakibatkan oleh tidak cukupnya suplai zat besi ke dalam
tubuh sehingga mengakibatkan defek pada sintesis Hb dan mengakibatkan timbulnya
sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.

Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik disebabkan oleh defisiensi asam folat atau vitamin B12,
sehingga mengakibatkan gangguan pada sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA,
efek yang dapat timbul adalah pembesaran prekursor sel darah (megaloblas) di
sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif dan pansitopenia.

Anemia Aplastik

Anemia aplastic pada umumnya disebabkan oleh sumsum tulang gagal memproduksi
sel darah akibat hiposelularitas. Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat dari paparan
racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus, dan defek pada perbaikan DNA serta
gen atau keturunan.

Anemia Mieloptisik

Anemia mieloplastik merupakan anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang
oleh infiltrate sel-sel tumor, kelainan granuloma, yang menyebabkan pelepasan eritroid
pada tahap awal.

Penyebab Anemia

Penyebab yang paling sering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis atau pembentukan eritrosit (sel darah merah). Zat-zat gizi tersebut antara
lain adalah zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari
beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat,
dan sebagainya.

Berikut adalah penyebab yang umum dari kondisi anemia, antara lain:
 Perdarahan hebat dan akut (mendadak)
 Kecelakaan
 Pembedahan atau operasi
 Persalinan
 Pecah pembuluh darah
 Epistaksis atau perdarahan hidung
 Wasir atau hemoroid
 Ulkus peptikum
 Kanker atau polip di saluran pencernaan
 Tumor ginjal atau kandung kemih
 Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
 Berkurangnya pembentukan sel darah merah
 Kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat dan vitamin C
 Penyakit kronik
 Meningkatnya penghancuran sel darah merah
 Pembesaran limpa
 Kerusakan mekanik pada sel darah merah
 Reaksi autoimun terhadap sel darah merah

Pathway Anemia

Tanda Dan Gejala Anemia

Tanda dan gejala klinis anemia yang biasa muncul merefleksikan gangguan fungsi dari
berbagai sistem yang ada di dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan
neurologik (syaraf) yang di manifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan
kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.

Pada kondisi anemia sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi
epitel, dan berkurangnya keasaman lambung.
Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yaitu lemah, letih, lesu, lelah, lunglai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia.

Gejala lain yang dapat kita lihat pada anemia adalah kulit tampak pucat, konjungtiva
mata pucat dan sclera atau warna pucat pada bagian kelopak mata bawah.

Komplikasi Anemia

Anemia jika di biarkan dan tidak ditanggulangi dengan tepat dapat menyebabkan daya
tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi atau
dengan kata lain mudah sakit. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang
terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus
memompa darah lebih kuat.

Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan
rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk
otak

Peemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mendiagnosa anemia adlah


sebagai berikut.
 Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
 Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat
(respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel
darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan
tipe khusus anemia).
 LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah
merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia
tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan
eritrosit : menurun (DB).
 SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun
caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin
elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
 Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
 Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
TBC serum : meningkat (DB). Feritin serum : meningkat (DB). Masa perdarahan :
memanjang (aplastik)
 LDH serum : menurun (DB). Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine
(AP)
 Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi
dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi
sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan
megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
 Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI

Penatalaksanaan

penatalaksanaan umum anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dari anemia


tersebut dan mengganti jumlah darah yang hilang jika anemia disebabkan oleh
perdarahan. Anemia ini dapat diberikan:
 Transpalasi sel darah merah.
 Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
 Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
 Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
 Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
 Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

Anemia defisiensi besi

Penatalaksanaan anemia defisiensi zat besi adalah dengan mengatur makanan yang
mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur
dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
 Anemia pernisiosa dengan pemberian vitamin B12
 Anemia asam folat diberikan asam folat 5 mg/hari/oral
 Anemia karena perdarahan, untuk mengatasi perdarahan dan syok dengan
pemberian cairan dan transfusi darah.

ASKEP ANEMIA APLIKASI NANDA NIC NOC

Untuk selanjutnya langsung saja saya paparkan bagaimana konsep Asuhan


Keperawatan Anemia Menggunakan Aplikasi Nanda NIC NOC yang saya dapat dari
literature-literatur.

Identitas Klien

Silahkan masukkan identitas klien mulai dari nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
tempat tiinggal, dan lain-lain. Identitas klien disini dapat menjadi penunjang informasi
dalam memberikan asuhan keperawatan.

Keluhan Utama

Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien anemia biasanya 5 L, lemah, letih, lesu,
lemas dan lunglai.

Riwayat penyakit masa lalu

Riwayat penyakit gastritis, tukak lambung, perdarahan, hemoroid dain lain-lain.

DATA FOKUS PENGKAJIAN ASKEP ANEMIA MENGGUNAKAN 13 DOMAIN


NANDA

PROMOSI KESEHATAN
Data Subjektif:
Kesehatan umum klien biasanya tampak sakit sedang hingga berat
Penyakit yang lalu seperti hemoroid, gastritis, perdarahan
DO:
KU tampak sakit sedang hingga berat
TTV: TD terkadang turun dari normal, Nadi Biasanya normal atau takikardi, RR dapat
naik, suhu biasanya normal.

NUTRISI
DS:
Perubahan selera makan seperti anoreksia, mual dan muntah

DO:
BB biasanya juga dapat menurun

ELIMINASI

Sistem gastrointestinal
DS:
Riwayat penyakit pencernaan, hemoroid, gastritis, gastritis erosive dan melena.

DO:
Konsistensi dan karakteristik BAB biasanya disertai darah
Pengkajian abdomen:
Inspeksi perut tampak normal
Palpasi perut lembut
Perkusi abdomen peka
Auskultasi bising usus biasanya normal

AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT

Aktivitas
DS:
Badan lemas, cepat lelah dan terasa ngantuk

DO:
Penampilan umum selama beraktivitas tampak lesu

KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN


DS:
Nadan terasa dingin

DO:
Suhu biasanya normal dan turun
Keringat dingin

PEMERIKSAAN PENUNJANG YANG DAPAT DI LAKUKAN UNTUK MENUNJANG


DIAGNOSA ANEMIA

Pemeriksaan penunjang untuk menunjang diagnosis anemia biasanya pemeriksaan


darah atau hemoglobin dan biasanya didapatkan kadar hb menurun.

DIAGNOSE KEPERAWATAN YANG MUNGKIN DAPAT MUNCUL PADA PASIEN


ANEMIA
1. Kelelahan berhubungan dengan anemia
2. Perubahanperfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dalam darah
3. Risikoinfeksi

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PASIEN ANEMIA

Diagnosa 1 : Kelelahan berhubungan dengan anemia

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah dilakukan perawatan pasien akan:


 Beradaptasi dengan keletihan yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan,
dan status nutrisi (energy dan energy psikomotor)
 Menunjukkan penghematan energy yang dibuktikan dengan indicator sebagai
berikut:
Indikator 1 2 3 4 5
Mempertahankan nutrisi
Keseimbangan antara aktivitas
dan istirahat
Menggunakan teknik
penghematan energy
Mengadaptasi gaya hidup
dengan tingkat energy
Melaporkan ketahanan yang
adekuat untuk aktivitas

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
 Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup
Manajemen energy (NIC):
 Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang berlebihan pada pasien
 Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas missal takikardi, disritmia,
dyspnea pucat dan sesak napas)
 Pantau dan catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidurnya
 Pantau lokasi dan sifat ketidaknyamanannya atau nyeri selama bergerak dan
beraktivitas
 Tentukan persepsi pasien pada orang terdekat pasien tentang penyebab
keletihan
 Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan sumber energy
 Pantau pemberian dan efek stimulant dan depresan

Penyuluhan untuk pasien dan keluarga


 Jelaskan hubungan antara keletihan dan proses penyakit
Manajemen energy:
 Ajarkan pasien dan orang terdekatnya untuk mengenali tanda dan gejala
keletihan yang memerlukan pengurangan aktivitas
 Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah
keletihan

Aktivitas kolabiratif
 Ingatkan praktisi lain untuk menyadari dampak keletihan
 Lakukan perujukan ke terapi keluarga jika keletihan telah mengganggu fungsi
keluarga
 Lakukan perujukan ke perawatan psikiatrik jika keletihan sangat mengganggu
hubungan klien
 Manajemen energy (NIC): konsultasikan dengan ahli gizi tentang cara untuk
emningkatkan asupan makanan yang berenergi tinggi

Aktivitas lain
 Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan sehubungan
dengan perubahan hidup yang disebabkan oleh keletihan
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi tindakan yang dapat meningkatkan
konsentrasi
 Dukung pembatasan iteraksi social pada saat interaksi tinggi
 Dukung pasien untuk melaporkan aktivitas serta awitan nyeri yang meningkatkan
dan menimbulkan keletihan
 Rencanakan aktivitas yang mengurangi keletihan yang meliputi:
 Bantu aktivitas ADLs sesuai dengan kebutuhan
 Kurangi aktivitas yang prioritasnya rendah
Manajemen energi:
 Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dapat mengganggu fungsi kognitif dan
pemantauan atau pengaturan aktivitas diri
 Bantu pasien dan orang terdekatnya untuk membuat tujuan kegiatan yang
realistis
 Berikan aktivitas hiburan yang menenangkan
 Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas
 Cegah aktivitas perawatan selama periode istirahat terjadwal
 Batasi stimulus lingkungan
 Batasi jumlah pengunjung jika perlu

Perawatan dirumah
 Diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang cara memodifiksi lingkungan
rumah untuk mempertahankan aktifitas dan meminimalkan keletihan
 Kaji lingkungan rumah untuk adanya factor yang dapat meningkatkan keletihan
 Jika nyeri kronik merupakan etiologi keletihan rujuk ke program manajemen nyeri
di komunitas
 Bekerja sama dengan klien dan keliarga untuk emnetukan prioritas aktivitas
berdasarkan harapan realitas kemampuan klien
 Dorong keluarga untuk mempertahankan klien terlibat didalam rutinitas keluarga
seoptimal mungkin
 Bantu klien menjadi asertif dalam menetapkan batasan pada tuntutan orang lain
 Rujuk pada layanan bantuan rumah tangga dan layanan bantuan kesehatan
keluarga

Untuk bayi dan anak-anak


Kaji keletihan bayi dan anak-anak dengan mewawancarai orang tua dan mencatat
perubahan tidur, aktivitas bermain, dan pola makan anak kecil tidak dapat mengatakan
kalau ia keletihan

Untuk lansia
 Kaji kondisi ko-morbid seperti artritis
 Kaji apakah keletihan disebabkan oleh depresi, rujuk pada profsional kesehatan
jiwa jika perlu
 Pantau efek samping obat yang dapat menyebabkan keletihan
Diagnosa 2 : Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan:


Menunjukkan keseimbangan cairan, integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa
dan perfusi jaringan perifer yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut:
1 gangguan eksterm
2 berat
3 sedang
4 ringan
5 tidak ada gangguan
Indikator 1 2 3 4 5
Tekanan darah
Nadi perifer
Turgor kulit
Suhu, sensasi, elastisitas,
hidrasi, keutuhan, dan
ketebalan kulit
Pengisian ulang kapiler
Warna kulit
Integritas kulit
 Pasien akan mendeskripsikan rencana perawatan dirumah
 Ekstremitas bebas dari lesi

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
 Kaji ulkus statis dan gejala selulitis
Perawatan sirkulasi (NIC):
 Lakukan pengkajian komprehensif terhadap sirkulasi perifer
 Pantau tingkat ketidaknyamanan atau nyeri saat melakukan latihan fisik
 Pantau status cairan termasuk asupan dan haluaran
Manajemen sensasi perifer (NIC):
 Pantau perbedaan ketajaman atau ketumpulan, panas atau dingin
 Pantau parestesia, kebas, kesemutan, hiperestesia dan hipoestesia
 Pantau tromboflebitis dan thrombosis vena profunda
 Pantau kesesuaian alat penyangga, prosthesis, sepatu dan pakaian

Penuluhan untuk pasien dan keluarga


Ajarkan pasien dan keluarga tentang:
 Menghindari suhu yang eksterm pada ekstremitas
 Pentingnya mematuhi program diet dan program pengobatan
 Tanda dan gejala yang dapat dilaporkan pada dokter
 Perawatan sirkulasi (NIC): ajarkan pasien untuk melakukan perawatan kaki yang
tepat
 Pentingnya pencegahan ststis vena
Manajemen sensasi perifer (NIC):
 Anjurkan pasien atau keluarga untuk memantau posisi bagian tubuh saat pasien
mandi, duduk, berbaring atau mengubah posisi
 Ajarkan pasien atau keluarga untuk memeriksa kulit setiap hari untuk mengetahui
perubahan integritas kulit

Aktivitas kolaboratif
 Beri obat nyeri, beritahu dokter jika neri tidak kunjung reda
 Perawatan sirkulasi (NIC): beri obat antitrombosit atau antikoagulan, jika perlu

Aktivitas lain
 Hindari trauma kimia, mekanik, atau panas yang melibatkan ekstremitas
 Kurangi rokok dan penggunaan stimulan
 Perawatan sirkulasi: insufisiensi arteri (NIC): letakkan ekstremitas pada posisi
menggantung, jika perlu
Perawatan sirkulasi: insufisiensi vena (NIC):
 Lakukan modaitas terapi kompresi, jika perlu
 Evaluasi ekstremitas yang terkena 20 derajat atau lebih diatas jantung jika perlu
 Dorong latihan rentang pergrakan sendi aktif dan pasif, terutama pada
ekstremitas bawah, saat tirah baring
Penatalaksanaan sensasi perifer (NIC):
 Hindari atau pantau penggunaan alat yang panas atau dingin
 Letakkan ayunan diatas bagian tubuh yang terkena dan tidak menyentuh linen
tempat tidur
 Diskusikan dan identifikasi penyebab sensasi tidak normal atau perubahan
sensasi

Perawatan dirumah
Tindakan diatas dapat digunakan atau diadaptasikan untuk perawatan dirumah

Untuk lansia
Waspadai gejala terutama emboli paru pada lansia

Diagnosa 3 : Risiko infeksi

Tujuan dan kriteria hasil (NOC)

Setelah diberikan perawatan pasien akan menunjukkan:


 Factor resiko infeksi akan hilang yang dibuktikan dengan pengendalian resiko
komunitas, penyakit menular, status imun, keparahan infeksi, keparahan infeksi
bai baru lahir, pengendalian resiko PMS, dan penyembuhan luka primer dan
sekunder.
 Pasien akan memperlihatkan pengendalian resiko PMS yang dibuktikan oleh
indicator sebagai berikut:
1 tidak pernah
2 jarang
3 kadang-kadang
4 sering
5 selalu
Indicator 1 2 3 4 5
Memantau perilaku seksual
terhadap resiko pajanan PMS
Mengikuti strategi
pengendalian pemajanan
Menggunakan metode
pengendalian penularan PMS

Contoh lain: pasien dan keluarga akan:


 Terbatas dari tanda dan gejala infeksi
 Memperlihatkan hygiene personal yang adekuat
 Mengindikasikan status gi, pernapasan, genitourinaria dan imun dalam batas
normal
 Menggambarkan factor yang menunjang penularan infeksi
 Melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur skrining dan
pemantauan

Intervensi keperawatan (NIC)

Pengkajian
 Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu, denut jantung, drainase, penampilan luka,
sekresi, penampilan urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan dan malaise)
 Kaji factor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
 Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung granulosit, absolute,
hitung jenis, protein serum, albumin)
 Amati penampilan praktek hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi

Penyuluhan untuk pasien/keluarga


 Jelaskan pada ppasien dan keluarga mengapa sakit atau terapi meningkatkan
resiko terhadap infeksi
 Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
 Jelaskan manfaat dan rasional serta efek samping imunisasi
 Berikan pasien dan keluarga metode untuk mencatat imunisasi
Pengendalian infeksi (NIC):
 Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar
 Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang pasien

Aktivitas kolaboratif
 Ikuti protocol institusi untuk melaporkan suspek infeksi atau kultur positif
 Pengendalian infeksi (NIC): berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

Aktivitas lain
 Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan tidak menugaskan perawat
yang sama untuk pasien lain yang mengalami infeksi dan memisahkan ruang
perawatan pasien dengan pasien yang terinfeksi
Pengendalian infeksi (NIC):
 Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien
 Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan
 Terapkan kewaspadaan universal
 Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan

Perawatan dirumah
 Ajarkan tindakan hygiene dasar seperti mencuci tangan, tidak berbagi handuk,
gelas , dll
 Ajarkan metode mengolah, menyiapkan, dan menyimpan makanan yang aman
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi factor dilingkungan mereka, gaya
hidup atau praktik kesehatan yang meningkatkan risiko infeksi
 Ajarkan keluarga bagaimana membuang balutan luka yang kotor dan sampah
biologis lainnya
 Jangan melakukan kunjungan rumah jika saudara sedang sakit
 Rujuk pasien dan keluarga kelembaga sosial untuk membantu menjaga
kebersihan rumah dan nutrisi
 Pengendalian infeksi: ajarkan pasien dan keluarga mengenal tanda dan gejala
infeksi serta kapan harus melaporkan ke layanan kesehatan

Untuk bayi dan anak-anak


 Ajarkan orang tua jadwal imunisasi yang dianjurkan
 Rujuk kelembaga sosial untuk memperooleh bantuan finansia untuk imunisasi
 Pantau seberapa sering penggunaan antibiotic pada bayi dan anak-anak,
yakinkan orang tua bahwa salesma tidak diobati dengan antibiotic

Untuk lansia
 Dengan mengetahui bahwa system imun mengalami penurunan individu lansia
mungkin tidak mengeluarkan gejala, bahkan pada kasus infeksi serius sekalipun.
Lakukan pengamatan untuk suhu yang rendah dan konfusi
 Rujuk ke ahli perawatan geriatric untuk kasus kuku yang tumbuh
 Rekomenasikan untuk mendapat imunisasi influenza dan pneumonia
 Kaji adanya factor yang meningkatkan resiko pasien terhadap infeksi

Askep 2
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Anemia
Aniemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai dibawah
rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1680). Anemia
adalah berkurangnya hingga dibawah nilai normal jumlah SDM, kualitas Hb, dan volume packed
red blood cell (hematokrit) per 100 ml darah (Syilvia A. Price. 2006). Anemia adalah istilah yang
menunjukkan rendahnya hitung sel darah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan)
fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan Hb untuk mengangkut
oksigen ke jaringan. Anemia tidak merupakan satu kesatuan tetapi merupakan akibat dari
berbagai proses patologik yang mendasari (Smeltzer C Suzane, Buku Ajar Keperawatan Medical
Bedah Brunner dan Suddarth ; 935).

2. Etiologi
Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya :
a. Anemia Pasca Pendarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan
perdarahan atau yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
b. Anemia Defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.
c. Anemia Hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena :
1) Factor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, sickle cell anemia), sferositas, defisiensi
enzim eritrosit (G – 6PD, piruvatkinase, alutation reduktase).
2) Factor Ekstrasel
Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imunologis (inkompatibilitas golongan darah, reaksi
hemolitik pada transfuse darah).
d. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sum sum tulang (kerusakan sumsum tulang).

3. Manifestasi Klinis
Karena system organ dapat terkena, maka pada anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis
yang luas tergantung pada kecepatan timbulnya anemia, usia, mekanisme kompensasi, tingakat
aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasarinya dan beratnya anemia. Secara umum gejala
anemia adalah :
a. Hb menurun (< 10 g/dL), thrombosis / trombositopenia, pansitopenia
b. Penurunan BB, kelemahan
c. Takikardi, TD menurun, penurunan kapiler lambat, ekstremitas dingin, palpitasi, kulit pucat.
d. Mudah lelah, sering istirahat, nafas pendek, proses menghisap yang buruk (bayi).
e. Sakit kepala, pusing, kunang – kunang, peka rangsang.

4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah
merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan
nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel
darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi), hal ini dapat akibat
defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyababkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system
retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limfa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang
akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal, ≤ 1 mg/dl, kadar diatas
1.5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran
dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma
(protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan menganai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel
darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar hitung retikulosit dalam sirkulasi darah, derajat proliferasi sel darah merah muda
dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsy, dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia.
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang anak – anak. Bayi
cukup bulan yang lahir dan ibu nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi
sampai berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4 – 6 bulan. Sesudah
itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi
beri makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling sering terjadi
pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4 – 6 bulan) dihentikannya susu
formula bayi yang mengandung zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dab minum susu sapi
berlebihan tanpa tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang zat besi juga
tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia
defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga terjadi karena kehilangan banyak darah yang kronik.
Pada bayi hal ini terjadi karena perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu
sapi yang tidak tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1 – 7 ml dari
saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada remaja puteri
anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi.
Anemia aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa
berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel
hemotopoetik dalam sumsum tulang. Aplasia dapat terjadi hanya pada satu, dua atau ketiga
system hemotopoetik (eritropoetik, granulopoetik, dan trombopoetik).
Aplasia yang hanya mengenai system eritropoetik disebut eritroblastopenia (anemia
hipoplastik) yang mengenai system trombopoetik disebut agranulositosis (penyakit Schultz), dan
yang mengenai system trombopoetik disebut amegakariositik trombositopenik purpura (ATP).
Bila mengenai ketiga system disebut panmieloptisis atau lazimnya disebut anemia aplastik.
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan
bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang paling penting sekali untuk metabolisme inti
sel dan pematangan sel.

5.

Defisiensisumsum
tulang kongengital /
akibat obat – obatan

Pathway
Kekuranganbahan
baku pembuat sel
darah merah

Unsureeritrosit pendek
akibat penghancuran sel
darah merah

Kehilanganbanyak
darah

Pembentukansel
hemopoetik terhenti /
berkurang
Sumber : Amin Huda Nurarif (Aplikasi Nanda Nic Noc).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostic :
a. Jumlah darah lengkap Hb dan Ht menurun.
1) Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (Aplastik), MCV dan MCH menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokromik (DB), peningkatan (AP), pansitopenia (aplastik).
2) Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat (hemolisis).
3) Penurunan SDM : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengidentifikasikan tipe
khusus anemia).
4) LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
5) Massa hidup SDM : untuk membedakan diagnose anemia.
6) Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
7) SDP : jumlah sel total sama dengan SDM (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau
menurun (aplastik).
b. Jumlah trombosit : menurun (aplastik), meningkat (DB), normal / tinggi (hemolitik).
c. Hb elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur Hb.
d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)
e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia.
f. Besi serum : tidak ada (DB), tinggi (hemolitik).
g. TIBC serum : menurun (DB).
h. Masa perdarahan : memejang (aplastik).
i. LDH serum : mungkin meningkat (AP).
j. Tes Schilling : penurunan eksresi vit B12 urin (AP)
k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi gaster, menunjukan perdarahan
akut / kronis (DB)
l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorotik
bebas (AP).
m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah,
ukuran, bentuk, membedakan tipe anemia.
n. Pemeriksaan endoskopi dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan, perdarahan GI.

7. Penatalaksanaan
a. Anemia Karena Perdarahan
Pengobatan terbaik adalah transfuse darah. Pada perdarahan kronik diberikan transfuse packed
cell. Mengatasi rejatan dan penyebab perdarahan. Dalam keadaan darurat pemberian cairan
intravena dengan cairan infuse apa saja yang tersedia (Keperawatan Medikal Bedah 2).
b. Anemia Defesiensi
Anemia defisiensi besi (DB). Respon regular DB terhadap sejumlah besi cukup mempunyai arti
diagnostic, pemberian oral garam ferro sederhana (sulfat, glukanat, fumarat). Merupakan terapi
yang murah dan memuaskan. Preparat besi parenteral (dektram besi) adalah bentuk yang efektif
dan aman digunakan bila diperhitungkan dosis tepat, sementara itu keluarga harus diberi edukasi
tentang diet penerita, dan konsumsi susu harus dibatasi lebih baik 500 ml/24 jam. Jumlah
makanan ini mempunyai pengaruh ganda yakni jumlah makanan yang kaya akan besi bertambah
dan kehilangan darah karena intolerasni protein susu sapi tercegah (Behrman E Richard, IKA
Nelson ; 1692). Anemia defesiensi asam folat, meliputi pengobatan terhadap penyebabnya dan
dapa dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg/hari (Mansjoer Arif,
Kapita Selekta Kedokteran ; 553).
c. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik autoimun. Terapi inisial dengan menggunakan prednisone 1 -2
mg/kg/BB/hari. Jika anemia mengancam hidup, transfuse harus diberikan dengan hati – hati.
Apabila prednisone tidak efektif dalam menanggulangi kelainan itu, atau penyakit mengalami
kekambuhan dalam periode tapperingoff dari prednisone maka dianjurkan untuk dilakukan
splektomi. Apabila keduanya tidak menolong, maka dilakukan terapi dengan menggunakan
berbagai jenis obat imunosupresif. Immunoglobulin dosis tinggi intravena (500 mg/kg/BB/hari
selama 1 – 4 hari ) mungkin mempunyai efektifitas tinggi daam mengontrol hemolisis. Namun
efek pengobatan ini hanya sebentar (1 – 3 minggu) dan sangat mahal harganya. Dengan
demikian pengobatan ini hanya digunakan dalam situasi gawat darurat dan bila pengobatan ini
hanya digunakan prednisone merupakan kontra indikasi (Manjoer Arif, kapita Selekta
Kedokteran ; 552). Anemia hemolitik karena kekurangan enzim. Pencegahan hemolisis adalah
cara terapi yang paling penting. Transfuse tukar mungkin terindikasi untuk hiperbillirubenemia
pada neonates. Transfuse eritrosit terpapar diperlukan untuk anemia berat atau kritis aplastik.
Jika anemia terus menerus berat atau jika diperlukan transfuse yang sering, splektomi harus
dikerjakan setelah umur 5 – 6 tahun ( Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1713). Sferositosis
herediter. Anemia dan hiperbilirubenemia yang cukup berat memerlukan fototerapi atau
transfuse tukar, karena sferosit pada SH dihancurkan hampir seluruhnya oleh limfa, maka
splektomi melenyapkan hampir seluruh hemolisis pada kelainan ini. Setelah splenektomi sferosis
mungkin lebih banyak, meningkatkan fragilitas osmotic, tetapi anemia retikalositosis dan
hiperbilirubinemia membaik (Behrman E Richard, IKA Nelson ; 1700). Thalasemia. Hingga
sekarang tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb
telah rendah (kurang dari 6%) atau bila anak mengeluh tidak mau makan atau lemah. Untuk
mengeluarkan besi dari jaringan tubuh diberikan ion chelating agent, yaitu Desferal secara
intramuscular atau intravena. Splenektomi dilakukan pada anak lebih dari 2 tahun sebelum
didapatkan tanda hiperplenome atau hemosiderosis. Bila kedua tanda itu telah tampak, maka
splenektomi tidak banyak gunanya lagi. Sesudah splenektomi biasanya frekuensi transfuse darah
menjadi jarang. Diberikan pula bermacam – macam vitamin, tetapi preparat yang mengandung
besi merupakan indikasi kontra (Keperawatan Medikal Bedah 2).
8. Pengakajian
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah / ibu. Pekerjaan ayah / ibu, agama, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan, kelemahan, pusing.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan
Prenatal : ibu Selma hamil pernah menderita penyakit berat, pemeriksaan kehamilan barapa kali,
kebiasaan pemakaian obat – obatan dalam jangka waktu lama.
Intranasal : usia kehamilan cukup, proses persalinan dan berapa panjang dan berat badan waktu
lahir.
Postnatal : keadaan bayi setelah masa, neonatorium, ada trauma post partun akibat tindakan
misalnya forcep, vakum dan pemberian ASI.
d. Riwayat kesehatan dahulu
1) Adaya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi.
2) Adanya riwayat trauma, perdarahan
3) Adanya riwayat demma tinggi.
4) Adanya riwayat penyakit ISPA.
e. Keadaan kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis, takikardi dan
penurunan kesadaran.
f. Riwayat keluarga
1) Riwayat anemia dalam keluarga.
2) Riwayat penyakit – prnyakit seperti : kanker, jantung, hepatitis, DM, asthma, penyakit –
penyakit insfeksi saluran pernafasan.

g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : keadaan tampak lemah sampai sakit berat.
2) Kesadaran :
Composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor,
coma.
3) Tanda – tanda vital
TD : tekanan darah menurun ( N : 90 – 110 / 60 – 70 mmHg)
N : frekuensi nadi meningkat , kuat samapai lemah ( N : 60 – 100 x/i)
S : bias meningkat atau menurun ( 36, 5 – 37, 20C )
RR : meningkat ( anak N : 20 – 30 x/i ).
4) TB dan BB : menurut rumus dari Behermen, 1992 pertambahan BB anak adalah sebagai berikut
:
a) Lahir -3,25 kg
b) 3 – 12 bulan = umur (bulan ) – 9
2
c) 1 – 6 tahun = umur (tahun ) x 2 – 8
d) 6 – 12 tahun = umur (tahun ) x 7 -5
2
Tinggi badan rata – rata waktu lahir adalah 50 cm. secara garis besar, tinggi badan anak dapat
diperkirakan, sbb :
1 tahun : 1,5 x TB lahir
4 tahun : 2 x TB lahir
6 tahun : 1,5 x TB setahun
13 tahun : 3 x TB lahir
Dewasa : 3,5 x TB lahir ( 2 x TB 2 tahun ).
5) Kulit
Kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat perdarahan dibawah kulit.
6) Kepala
Biasanya bentuk dalam batas normal
7) Mata
Kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat perdarahan sub
conjugtiva, keadaan pupil, palpebra, reflex cahaya biasanya tidak ada kelainan.
8) Hidung
Keadaan / bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari hidung, fungsi penciuman biasanya
tidak ada kelainan.
9) Telinga
Bentuk, fungsi pendengaran tidak ada kelainan.
10) Mulut
Bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibi pecah – pecah atau perdarahan.
11) Leher
Terdapat pembedaran kelenjar getah bening, thyroid lebih membesar, tidak ada distensi vena
jugularis.
12) Thoraks
Pergerakan dada, biasanya pernafasan cepat irama tidak teratur. Fremitus yang meninggi, perkusi
sonor, suara nafas bias veskuler atau ronchi, wheezing,. Frekuensi nafas neonates 40 – 60 x/I,
anak 20 – 30 x/i irama jantung tidak teratur, frekuensi pada anak 60 – 100 x/i.
13) Abdomen
Cekung, pembesaran hati, nyeri, bissing usus normal dan juga bias dibawah normal bias juga
meningkat.
14) Genetalia
Laki – laki, testis sudah turun kedalam skrotum
Perempuan : labia minora tertutup labia mayora.
15) Ekstremitas
Terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot kurang, akral dingin.
16) Anus
Keadaana anus, posisinya, anus +
17) Neurologis
Refleksi fasiologis + sperti reflex patella, reflex patologis – seperti babinski tanda kerniq – dan
brunzinski 1 – 11 = -
9. Pemeriksaan Penunjang
Kadar Hb turun, pemeriksaan darah : eritrosit dan berdasarkan penyebab.
a. Riwayat Social
Siapa yang mengasuh klien dirumah. Kebersihan didaerah tempat tinggal, orang yang terdekat
dengan klien. Keadaan lingkungan, pekarangan, pembuangan sampah.
b. Kebutuhan Dasar
Meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan anoreksia, diet yang harus dijalani, pasang
NGT, cairan IVFD yang dugunakan jika ada. Pola tidur bias terganggu. Mandi dan aktivitas :
dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik. Eliminasi : biasanya terjadi perubahan
frekuensi, konsistensi bisa diare atau konstipasi.
c. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
Bergantung pada usia. Terdiri dari motorik kasar, halus, kognitif, dan bahasa.
d. Data Psikologis
Akibat dampak hospitalisasi, anak menjadi cengeng, menangis, dan terlihat cemas dan takut.
Orang tua terhadap penyakit anaknya sangat bervariasi. Psikologis orang tua yang harus
diperhatikan :
1) Keseriusan ancaman penyakit terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya terhadap penyakit dan hospitalisasi
3) Prosedur medic yang akan dilakukan
4) Adanya support system
5) Kemampuan koping orangtua
6) Agama, kepercayaan, adat.
7) Pola komunikasi dalam keluarga.
10. Diagnose Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
b. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
/ absorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembuatan SDM normal.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan pengiriman oksigen ke jaringan.
e. Ansietas berhubungan dengan prosedur diagnostic / transfuse.
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat misal penurunan
hemoglobin, penurunan granulosit.

11. Intervensi

Dx. Kep Tujuan Intervensi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapakan perfusi1. Kaji vital sign
jaringan adekuat. Criteria hasil : 2. Tinggikan
Indicator Awl Tuj kepala tempat
tidur sesuai
toleransi
1. Membrane mukosa 3. Catat adanya
warna merah muda keluhan rasa
2. Tidak ada sesak dingin
Perubahan Perfusi 3. Tidak ada sianosis 4. Berkolaborasi
jaringan 4. Akral hangat dalam
berhubungan Ket : pemberian
dengan penurunan
1. Ekstrim transfuse,
komponen seluler
2. Berat pemeriksaan
yang diperlukan
3. Sedang Hb/Ht.
untuk pengiriman
4. Ringan
O2 / nutrisi ke sel5. Tidak ada keluhan
Setelah dilakukan tidakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri pada
anak dapat berkurang / teratasi. Criteria
hasil :
Indicator Awl Tuj
1. Tidak ada
perilaku distraksi
2. Klien tampak
rileks 1. Kaji manajemen
3. Skala nyeri nyeri
berkurang 2. Ukur TTV
4. TTV dalam batas 3. Atur posisi /
normal berikan posisi
Ket. yang nyaman
Gangguan rasa
1. Ekstrim 4. Ajarkan tentang
nyaman nyeri
2. Berat teknik non
berhubungan 3. Sedang farmakologi
dengan proses
4. Ringan 5. Berikan obat
penyakit 5. Tidak ada keluhan sesuai indikasi
1. Catat penurunan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan perilaku
selama 3x 24 jam diharapkan cemas
2. Tingatkan
pada anak dapat teratasi. Criteria hasil : perhatian
Indicator Awl Tuj dengan pasien
1. Klien tidak takut 3. Anjurkan
Ansietas 2. Klien tampak keluarga tetap
berhubungan nyaman bersama klien
dengan prosedur 3. Klien tidak 4. Jelaskan tujuan
diagnostic / menangis saat pemberian
transfuse dilakukan tindakan pada
tindakan saat klien dan
diberikan obat keluarga
Ket : 5. Berikan
1. Ekstrim lingkungan yang
2. Berat tenang dan
3. Sedang istirahat.
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan
1. Kaji
Setelah dilakukan asuhan keperawatan kemampuan
selama 3x24 jam Dapat ADL pasien.
mempertahankan /meningkatkan2. Kaji kehilangan
ambulasi /aktivitas. Dengan kriteria hasil atau gangguan
: keseimbangan,
gaya jalan dan
Indicator Awl Tuj kelemahan otot
1. melaporkan 3. Observasi
peningkatan tanda-tanda vital
toleransi sebelum dan
aktivitas sesudah
(termasuk aktivitas.
Intoleransi aktivitas 4. Berikan
aktivitas sehari-hari) lingkungan
berhubungan 2. menunjukkan tenang, batasi
dengan penurunan pengunjung, dan
ketidakseimbangan tanda intolerasi kurangi suara
antara suplai fisiologis, bising,
oksigen misalnya nadi, pertahankan
(pengiriman) dan pernapasan, tirah baring bila
kebutuhan. dan tekanan di indikasikan.
darah masih 5. Gunakan teknik
dalam rentang menghemat
normal. energi, anjurkan
Ket : pasien istirahat
1. Ekstrim bila terjadi
2. Berat kelelahan dan
3. Sedang kelemahan,
4. Ringan anjurkan pasien
5. Tidak ada keluhan melakukan
aktivitas
semampunya
(tanpa
memaksakan
diri).
setelah dilakukan asuhan keperawatan1. kaji riwayat
selama 3x24 jam Kebutuhan nutrisi nutrisi termasuk
Perubahan nutrisi terpenuhi. makanan yang
kurang dari di sukai
kebutuhan tubuh 2. Observasi dan
berhubungan Dengan kriteria hasil: catat masukan
dangan kegagalan Indicator awl Tuj makanan pasie
untuk mencerna1. Menunujukkan 3. Timbang BB
atau ketidak peningkatan setiap hari.
mampuan /mempertahankan 4. Berikan
mencerna berat badan dengan makanan sedikit
makanan /absorpsi nilai laboratorium dan prekuensi
nutrient yang normal. serin
diperlukan untuk2. Tidak mengalami 5. Observasi dan
pembentukan sel tanda mal nutrisi. catat kejadian
darah merah 3. Menununjukkan mual atau
perilaku, perubahan muntah,flatus
pola hidup untuk dan gejala lain
meningkatkan dan yang
atau mempertahankan berhubungan.
berat badan yang 6. Berikan dan
sesuai. Bantu hygiene
Ket : mulut yang baik
1. Ekstrim sebelum dan
2. Berat sesudah
3. Sedang makan,gunakan
4. Ringan sikat gigi halus
5. Tidak ada keluhan untuk
penyikatan yang
lembut.berikan
pencuci mulut
yang di
encerkan bila
mukosa oral
luka.

Risiko tinggi setelah dilakukan asuhan keperawatan1. Tingkatkan cuci


terhadap infeksi selama 3x24 jam Infeksi tidak terjadi. tangan yang
berhubungan Dengan kriteria hasil : baik ; oleh
dengan tidak Indicator Awl Tuj pemberi
adekuatnya 1. mengidentifikasi perawatan dan
pertahanan perilaku untuk pasie
sekunder mencegah/menurun 2. mungkin
(penurunan kan risiko infeksi. digunakan
hemoglobin 2. meningkatkan secara
leucopenia, atau penyembuhan luka, propilaktik
penurunan bebas drainase untuk
granulosit (respons purulen atau menurunkan
inflamasi eritema, dan kolonisasi atau
tertekan). demam. untuk
Ket : pengobatan
1. Ekstrim proses infeksi
2. Berat local
3. Sedang 3. Pertahankan
4. Ringan teknik aseptic
5. Tidak ada keluhan ketat pada
prosedur/perawa
tan luka
4. Berikan
perawatan kulit,
perianal dan oral
dengan cermat
5. Motivasi
perubahan
posisi/ambulasi
yang sering,
latihan batuk
dan napas dalam
6. Tingkatkan
masukkan cairan
adekuat
7. Pantau/batasi
pengunjung.
Berikan isolasi
bila
memungkinkan
8. Pantau suhu
tubuh. Catat
adanya
menggigil dan
takikardia
dengan atau
tanpa demam

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Asuhan Keperawatan pada Tn. T di Ruang Cendana RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto dengan anemia pada tanggal 18 Februari 2015, pengkajian dilakukan pada tanggal
18 Februari 2015 di ruang Cendana RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Setelah
dilakukan pengkajian didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Identitas diri klien
Pada data biografi didapatkan nama Pasien adalah Tn. T berumur 63 tahun, jenis kelamin laki
– laki, alamatnya di Majenang. Pasien sudah menikah, beragama Islam, suku budayanya
Jawa/Indonesia, pendidikan terakhir pasien SD. Pada tanggal 18 Februari 2015 pasien masuk
Rumah Sakit, kemudian dikaji penulis pada tanggal 18 Februari 2015. Sumber informasi didapat
dari pasien, keluarga, dan rekam medik. Yang bertanggung jawab atas pasen tersebut yaitu Ny. N
berumur 40 tahun sebagai ibu rumah tangga dan hubungan dengan pasien yaitu anaknya,
alamatnya di Majenang.

2. Riwayat Penyakit
Keluhan utama saat pengkajian yaitu Pasien mengatakan lemas. Dan keluhan tambahannya
yaitu pasien mengatakan pusing dan kadang – kadang batuk. Pasien mengatakan rujukan dari
rumah sakit majenang dan datang ke RMS jam 23.30 melalui IGD RSU Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto kemudian dipindah ke ruang Cendana pada tanggal 18 Februari 2015
dengan diagnosa Anemia. Pasien mengatakan dahulu tidak pernah mengalami penyakit yang
sama seperti yang dialami sekarang. Dan di keluarga juga tidak ada penyakit yang sama maupun
yang menurun.

3. Pengkajian Pola Fungsional Gordon


Persepsi dan pemeliharaan kesehatan: pasien dan keluarga mengatakan bahwa kesehatan itu
sangat penting dan menjadi prioritas dalam hidupnya, tetapi dalam kenyataannya pasien sudah
dalam kondisi lemah belum dibawa ke RS/puskesmas terdekat. Pasien hanya istirahat di rumah
dan pembatasan dalam aktivitasnya.
Pola nutrisi / metabolic Intake makanan: pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari
dengan nasi, lauk pauk (pagi, siang dan malam), sedangkan selama sakit pasien mengatakan
tidak nafsu makan, jika makan muntah dan hanya habis 3 sendok makan / suap. Intake cairan:
pasien mengatakan sebelum sakit minum air putih 5 gelas belimbing/ hari, sedangkan selama
sakit pasien mengatakan minum air putih 3 gelas dan terbantu dari infuse RL 20 tpm.
Pola eliminasi. Buang air besar Sebelum sakit pasien mengatakan BAB 1x sehari (lancar,
warna kuning, konsistensi lembek, dan bau khas) sedangkan selama sakit pasien mengatakan
belum BAB selama 3 hari. Buang air kecil sebelum sakit pasien mengatakan 3-4x sehari
(kencing banyak, warna kuning jernih, bau khas amoniak) sedangkan selama sakit pasien
mengatakan BAK 2-3x sehari (banyak, warna kuning pekat, bau khas amoniak).
Pola Aktifitas dan Latihan seperti makan/minum, mandi, mobilitas ditempat tidur, berpindah,
toileting pasien, berpakaian dan ambulasi/ROM dibantu orang lain.
Pola tidur dan istirahat Sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7 – 8 jam / hari (nyenyak)
sedangkan selama sakit pasien mengatakan tidak bisa istirahat karena tidak nyaman di rumah
sakit, dan pasien juga merasa pusing.
Pola kognitif (penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensai). Sebelum sakit pasien
mengatakan masih bisa melihat dengan baik, tidak ada gangguan pendengaran, pengecapan dan
sensasi berfungsi dengan baik. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan juga masih bisa
melihat dengan baik tidak ada gangguan pendengaran, pengevapan dan sensori.
Pola persepsi diri. Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mencemaskan keadaanya dan
percaya kepada Tuhan memberikan yang terbaik pada hambaNya. Sedangkan selama sakit
pasien mengatakan cemas dan takut berada di rumah sakit tetapi pasien pasrah dengan penyakit
yang diderita dengan terus tetap berobat di rumah sakit.
Pola seksualitas dan reproduksi. Sebelum sakit pasien mengatakan pola seksualitas normal,
sedangkan selama sakit pasien mengatakan pola seksual masih normal.
Pola peran dan hubungan. Sebelum sakit pasien mengatakan sering komunikasi dengan
teman – temannya dan sering berkumpul dengan tetanngganya. Sedangkan selama sakit pasien
mengatakan jarang berbicara dengan pasien lain, dan banyak saudara, keluarga yang menjenguk.
Pola management koping stress. Sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah pribadi
selalu membicarakan dengan anak – anaknya. Sedangkan selama sakit pasien juga
membicarakan dengan anak – anaknya.
System nilai dan keyakinan. Sebelum sakit pasien mengatakan beragama islam, dan rutin
menjalankan sholat 5 waktu, sedangkan sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengerjakan
sholat 5 waktu, karena merasa sangat lemas.

4. Pemeriksaan Fisik
Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasilnya yaitu keadaan umumnya baik,
kesadaran lemah dengan, Tanda Tanda Vital (TTV) berupa Tekanan Darah 110/60 mmHg Nadi :
70 x/mnt, RR : 25 x/mnt, Suhu : 36,80C dengan Berat Badan 50 kg dan Tinggi Badan 160 cm.
Kepala bentuk mesochepal, tidak ada lesi, kotor, rambut terlihat putih, lurus, matanya terlihat
sembab dan lelah, simetris, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, terdapat lingkaran hitam
disekitar mata, bersih, hidungnya bersih, tidak ada lendir, tidak ada polip, telinganya ada
serumen, bentuk simetris, mukosa bibir kering, pucat, gigi tidak lengkap, tidak ada perdarahan
gusi, di leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid tidak ada pembesaran vena jugularis, thoraks
payudara simetris, jantung, denyut jantung tidak tampak, tidak ada pergeseran ictus curdis, bunyi
redup dan S1 > S2.
Pada pemeriksaan dada dan paru didapatkan, normal chest, tidak ada lesi, simetris, tidak ada
nyeri tekan, redup dan auskultasi vesikuler. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan hasil
abdomen simetris, tidak ada luka/ ruam, bissing usus 18x/mnt, timpani dan terdapat nyeri tekan
di kw 4.
Pada pemeriksaan genetalia pasien tidak terpasang kateter, bersih. Punggung tidak ada ruam,
bentuk datar.
Pada pemeriksaan ektremitas atas tangan kiri terpasang infuse NaCl dan transfuse darah, dan
tangan kanan terdapat bekas pengambilan darah. Ekstremitas bawah tidak terdapat edema.

5. Pemeriksaan Penunjang
Lab. Pemeriksaan darah lengkap tanggal 18 Februari 2015
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin L 2,5 g/dL 14.0 – 18.0
Leukosit L 1700 /uL 4.800 – 10.800
Hematokrit L7 % 42 – 52
Eritrosit L 1.0 10^6/uL 4.7 – 6.1
MCV L 73.9 fL 79.0 – 99.0
MCH L 25.0 pg 27.0 – 31.0
RDW H 26.5 % 11.5 – 14.5
MPV - fL 7.2 – 11.1
Basofil H 1.5 % 0.0 – 1.0
Basinofil H 6.2 % 2.0 – 4.0
Segmen L 13.8 % 40.0 – 70.0
Limfosit H 57.7 % 25.0 – 40.0
Monosit H 18.5 % 2.0 – 8.0
SGOT L 11 u/L 15 – 37
SGPT L9 u/L 30 – 65
Pemeriksaan EKG pada tgl 18 Februari 2015
Sinus takikardia

6. Program Theraphy 18 Februari 2015


1) Inf. NaCl 0.9% 20 tpm
2) Inj. Rantin 2 x 2ml IV
3) Inj. Dexa 2 x 10mg IV
4) Transfuse PRC 3 kolf.

B. Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan


1. Analisa Data
No. Data Etiologi Problem
Ds : pasien mengatakan lemas
pusing.
Do : pasien terlihat pucat, akral
dingin, Hb 2.5d/dL. TD Penurunan Ketidakefektifan
110/60mmHg, konjungtiva konsentrasi Hb perfusi jaringan
1. anemis. dan darah perifer.
Ds : pasien mengatakan nafsu
makan berkurang hanya habis
3 sendok makan, dan jika
makan selalu muntah.
Do : A : lingkar lengan 20 cm,
lingkar perut 72 cm.
B : Hb 2.5, leukosit 1700,
eritrosit 1.0, SGOT 11, SGPT Resiko
9. ketidakseimbangan
C : terlihat pucat, lemas. nutrisi kurang dari
2. D : Nasi biasa. Anoreksia kebutuhan tubuh
3. Ds : pasien mengatakan lelah Kelemahan Intoleransi
ketika melakukan aktivitas umum Aktivitas
Do : pasien terlihat lelah saat
setiap kali melakukan
aktivitas, dan pola aktivitas
dibantu oleh keluarga pasien.
Ds : pasien mengatakan cemas
terhadap rasa sakitnya.
Do : pasien terlihat gelisah dan
tidak mau bicara dengan
keluarganya, insomnia,
4. berfokus pada diri sendiri. Status kesehatan Ancietas

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sesuai prioritas yaitu :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan
darah ditandai dengan pasien mengatakan lemas pusing pasien terlihat pucat, akral dingin, Hb
2.5g/dL. TD 110/60, konjungtiva anemis.
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
ditandai dengan pasien mengatakan nafsu makan berkurang tidak habis dalam 1 porsi dan hanya
habis 3 sendok makan, dan jika makan selalu muntah. A : lingkar lengan 20 cm, lingkar perut 72
cm. B : Hb 2.5, leukosit 1700, eritrosit 1.0, SGOT 11, SGPT 9. C : terlihat pucat, lemas. D : Nasi
biasa.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan pasien mengatakan
lelah ketika melakukan aktivitas, pasien terlihat lelah saat setiap kali melakukan aktivitas, dan
pola aktivitas dibantu oleh keluarga pasien.
4. Ancietas berhubungan dengan status kesehatan ditandai dengan pasien mengatakan cemas
terhadap rasa sakitnya. Pasien terlihat gelisah dan tidak mau bicara dengan keluarganya,
insomnia, berfokus pada diri sendiri.

C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi


a. Intervensi tgl 18 Februari 2015
1) Diagnosa keperawatan I ( ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hb dan darah )
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer pada Tn. T dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator Awal Tuj
1. Membrane mukosa warna merah muda 2 5
2. Tidak ada sesak 5 5
3. Tidak ada sianosis 5 5
4. Akral hangat 2 5
Keterangan:
1. Keluhan ekstra
2. Keluhan Berat
3. Keluhan Sedang
4. Keluhan Ringan
5. Tidak ada keluhan

INTERVENSI
1. Monitor adanya paretese
2. Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung.
3. Monitor kemampuan BAB
4. Kolaborasikan pemberian analgetik
2) Diagnosa Keperawatan 2 (reisko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn. T dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator Awal Tuj
1. BB ideal sesuai dengan tinggi badan 2 5
2. Tidak ada tanda – tanda malnutrisi 3 5
3. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti 2 5
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
INTERVENSI
1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
2. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.
5. Monitor mual dan muntah
6. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva.

3) Diagnosa keperawatan 3 ( intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum )


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah intoleransi aktivitas pada Tn.
T dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Indicator Awal Tuj
1. Mampu melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) 2 5
secara mandiri
2. Tanda – tanda vital normal 3 5
Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
INTERVENSI
1. Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
3. Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
4. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
4) Diagnose keperawatan 4 ( ancietas berhubungan dengan status kesehatan )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah kecemasan pada Tn. T dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
Indikator Awal Tuj

1. Vital sign dalam batas normal 2 5


2. Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas 2 5
3. Klien tampak nyaman 2 5

Keterangan :
1. Keluhan ekstrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan.
INTERVENSI
1. Jelaskan tujuan pemberian tindakan pada klien dan keluarga
2. Anjurkan keluarga tetap bersama klien
3. Anjurkan untuk istirahat
4. Berikan lingkungan yang tenang.

b. Implementasi keperawatan
Rabu, 18 Februari 2015
Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
23.30 : melaksanakan pemasangan program terapi infuse NaCl
Respon : Ds : Pasien mengatakan lemas
Do : pasien terlihat pucat, konjungtiva anemis.
Kamis, 19 Februari 2015
Diagnosa 3 intoleransi aktivitas
05.00 : melakukan TTV
Respon : Ds : pasien mengatakan lemas
Do : TD 110/60 mmHg, S 36.80C, RR 26x/mnt, N
68x/mnt, konjungtiva anemis.
Diagnosa 2 resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
09.00 : pemberian terapi injeksi rantin 2 x 2ml dan dexa (2 x
10mg)
Respon : Ds : pasien kooperatif
Do : telah masuk terapi injeksi rantin 2 x 2ml, dexa 2x10mg via IV.
Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
14.00 : pemberian transfuse darah
Respon : Ds : pasien mengatakan khawatir terhadap dirinya.
Do : telah masuk transfuse darah 1 kolf mayor 2 dengan gol. Darah AB
Diagnosa 2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
15.30 : mengkaji mual dan muntah
mengambil darah 3cc untuk pengecekan Hb / Ht
Respon : Ds : pasein mengatakan perutnya sakit dan rasanya
ingin muntah saat diisi makanan.
Do : pasien tampak lemas dan pucat dan mengalami
penurunan BB (50 menjadi 48 kg).
Ds : pasien mengatakan sakit saat diambil darahnya.
Do : pasien terlihat menahan sakitnya, Hb 2.5g/dL dan Ht 7%.
Diagnosa 4 ancietas
18.00 : memotivasi untuk istirahat dan menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien. Memonitor
tetesan infuse NaCl, memonitor KU pasien
Respon : Ds : pasien mengatakan sulit untuk tidur
Do : keluarga pasien terlihat selalu bersama pasien dan pasien tampak gelisah.
Ds : pasien mengatakan masih lemas.
Do : pasien tampak pucat dan telah masuk NaCl 20 tpm, KU cukup.
Jumat, 20 Februari 2015
Diagnosa 3 intoleransi aktivitas
07.00 : Mengkaji TTV
Diagnosa 4 ancietas
07.00 : Menganjurkan kepada keluarga
Diagnosa 2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
07.00 : pasien untuk diberi asupan nutrisi kepada pasien.
Diagnosa 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
07.00 : Memberikan terapi obat dexa dan ranin
Memonitor KU pasien
Respon: Ds : pasien tampak kooperatif
Do : TD 120/70 mmHg, S 37,00C, RR 24x/mnt, N 74x/mnt
Ds : pasien mengatakan belum nafsu makan.
Do : pasien tampak lemas.
Ds : pasien mengatakan lemas
Do : telah masuk injeksi dexa 2 x 10mg. dan ranin 2 x 2ml.
Ds : pasien kooperatif
Do : KU sedang.
Diagnosa 3 intoleransi aktivitas
07.30 : membantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan.
Respon : Ds : pasien mengatakan pusing ketika beraktivitas.
Do : pasien terlihat pucat dan lemas, TD 110/60 mmHg, Hb 2,5g/dL.

c. Evaluasi
Jumat, 20 Februari 2015
a. Diagnosa Keperawatan 1 ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan konsentrasi Hb dan darah
S : klien mengatakan, lemas dan pusing
O : pasien tampak pucat, akral masih dingin, Hb masih 2,5 dan masih
terpasang transfuse darah 1 kolf. TD 120/80mmHg.
A : masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer belum teratasi.
Indicator Awl Tuj Akhr
1. Membrane mukosa warna merah muda 2 5 3
2. Tidak ada sesak 5 5 5
3. Tiadak ada sianosis 5 5 5
4. Akral hangat 2 5 2
P : lanjutkan intervensi
1. Berikan transfuse darah
2. Batasi pada gerakan kepala, leher dan punggung
b. Diagnosa Keperawatan 2 ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
S : klien mengatakan nafsu makan berkurang dan jika makan selalu
muntah
O : pasien tampak pucat, konjungtiva anemis dan BB menurun (50
menjadi 48 kg).
A : masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi.
Indicator Awl Tuj Akhr
1. BB ideal sesuai dengan TB 2 5 2
2. Tidak ada tanda – tanda mal nutrisi 3 5 4
3. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti 2 5 3
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor mual dan muntah
2. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan Ht.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
c. Diagnosa keperawatan 3 intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
S: pasien mengatakan masih lelah jika melakukan aktivitas, pusing setelah melakukan aktivitas.
O : pasien tampak kelelahan ketika melakukan aktivitas, dan pola aktivitas masih dibantu oleh
keluarganya, TD 110/60 mmHg, EKG takikardi, dan Hb 2.5g/dL.
A : masalah intoleransi aktivitas belum teratasi
Indicator Awl Tuj Akhr
1. Mampu melakukan aktivitas sehari – hari 2 5 3
(ADLs) secara mandiri
2. Tanda – tanda vital normal 3 5 3
P : lanjutkan intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.
2. Bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
d. Diagnosa Keperawatan 4 ancietas berhubungan dengan status kesehatan
S : klien mengatakan masih cemas dengan keadaannya
O : pasien tampak gelisah, insomnia, mata sembab dan terlihat pucat.
A : masalah ancietas belum teratasi.
Indicator Awl Tuj Akhr
2 5 3
1. Vital sign dalam batas normal 2 5 3
2. Menunjukan teknik untuk mengontrol cemas
3. Klien tampak nyaman 2 5 3
P : lanjutkan intervensi
1. Anjurkan untuk istirahat
2. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan Ht.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis membahas kesenjangan yang ada pada teori dengan kasus nyata yang
ada pada Tn. T dengan anemia di ruang Cendana RSU Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Penulis melakukan pengelolaan kasus selama 3 hari, mulai tanggal 18 sanpai dengan 20
Februari 2015. Penulis melakukan pengkajian sampai dengan evaluasi. Dalam pembahasan
penulis mencoba mengkaitkan antara sumber – sumber tentang pasien dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system hematopoesis : anemia.

A. Pengkajian
Pengkajian yaitu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi, mengenai
masalah – masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, social dan
lingkungan.
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan format pengkajian pola Gordon, alasan
penulis menggunakan format pengkajian tersebut karena penulis menganggap bahwa format
pengkajian pola fungsional Gordon dapat menjawab semua data – data yang dibutuhkan penulis
dalam menjalankan proses keperawatan dimana sesuai teori pengkajian pada pasien dengan
anemia meliputi riwayat kesehatan, pasien masuk Rumah Sakit tanggal 18 Februari 2015 dengan
keluhan lemas. Pada saat pengkajian ditemukan keluhan lemas dan pusing. Riwayat penyakit
dahulu pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti sekarang ini. Pasien belum pernah
dirawat di Rumah Sakit, jika pasien sakit pasien hanya periksa ke klinik dekat rumahnya. Dalam
keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti hipertensi, dan tidak ada
yang menderita cacat.
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 Februari 2015 dengan menggunakan metode
wawancara, pengamatan dan pemeriksaan fisik serta dokumentasi, selain itu juga mempelajari
rekam medic pasien atau buku status catatan keperawatan pasien.
Pengkajian yang muncul pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994 adalah sebagai
berikut :
1. Makanan / Cairan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data pasien
mengatakan nafsu makan menurun, mual, muntah pasien tampak lemas, pucat, berbaring
ditempat tidur, BB mengalami penurunan 50 kg menjadi 48 kg, minum hanya 3 gelas belimbing
selama sakit. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994
adalah penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal
tinggi (DB), nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/muntah,
dyspepsia, anoreksia, adanya penurunan berat badan.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan perbedaan yaitu nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring) dan
dyspepsia.
Dyspepsia menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi disfungsi motalitas
gastrointestinal, yang disebabkan karena ostipasi sehingga peristaltic usus menurun dan aliran
darah ke gastrointestinal juga menurun, yang merangsang system saraf simpatis dan terjadi
hipoksia sel dan jaringan yang mengakibatkan kebutuhan O2 tidak terpenuhi sehingga
transportasi O2 menurun dan terjadi dyspepsia.
2. Eliminasi
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data pasien
mengatakan belum BAB selama 3 hari selama sakit. Sedangkan data yang terdapat pada pasien
anemia menurut Boedihartono 1994 adalah distensi abdomen.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan perbedaan yaitu distensi abdomen.
Distensi abdomen menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia terjadi peningkatan
tekanan abdominal yang menghasilkan peningkatan tekanan dalam perut dan menekan dinding
perut. Distensi abdominal yang mungkin dihasilkan dari cairan dan gas normal berada dalam
gastrointestinal tetapi tidak dalam ruangan peritoneal. Jika cairan atau gas tidak dapat keluar
secara bebas distensi abdominal dapat terjadi. Dalam ruangan peritoneal, distensi dapat
menyebabkan perdarahan akut, akumulasi dari cairan asites atau udara dari perforasi dari organ
dalam perut.
3. Aktivitas Dan Latihan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data badan
lemas, pasien tampak lemah, pucat, ADL dibantu keluarga atau orang lain, Hb 2.5 g/dl dan pada
EKG hasilnya sinus takikardi. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut
Boedihartono 1994 adalah takikardi, toleransi terhadap latihan rendah, kelemahan otot dan
penurunan kekuatan, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang menunjukkan keletihan.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan tidak ada perbedaan.
4. Tidur Dan Istirahat
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data pasien
berbaring ditempat tidur, insomnia, mata sembab, terdapat lingkar hitam disekitar mata, tidur
hanya 3 jam. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994
adalah dispnea pada waktu bekerja atau istirahat, kurang tertarik pada sekitarnya,
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan ada perbedaan yaitu dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.
Dispnea menurut Price, Sylvia (1994) yaitu pada anemia transport O2 menurun sehingga
kebutuhan O2 tidak terpenuhi mengakibatkan hipoksia sel dan jaringan dan terjadi kompensasi
oleh jaringan dengan meningkatkan haterate sehingga kerja jantung meningkat dan beban
jantung meningkat dalam waktu yang lama juga otot mengalami hipertrofi dan kemampuan
kompensasi menurun sehingga terjadi dispnea.
5. Kognitif
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data
neurosensori dalam keadaan masih berfungsi dengan baik. Sedangkan data yang terdapat pada
pasien anemia menurut Boedihartono 1994 yaitu penurunan penglihatan dan bayangan pada
mata, gangguan koordinasi.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan ada perbedaan yaitu terjadi penurunan penglihatan dan bayangan pada mata.
Penurunan penglihatan menurut Price, Sylivia (1994) yaitu karena pada anemia terlihat
dalam dan superficial, termasuk edema pupil. Diakibatkan karena anoreksia dan mengakibatkan
infark retina sehingga tidak jarang ditemukan pula suatu bercak eksudat kapas, hal ini yang
mengakibatkan pandangan menjadi kabur pada anemia.
6. Persepsi Diri
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data pasien
cemas, menarik diri, dan takut berada di rumah sakit. Sedangkan data yang terdapat pada pasien
anemia menurut Boedihartono 1994 yaitu apatis, gelisah, menarik diri, dan depresi.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan tidak ada perbedaan.
7. Seksualitas
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data hilang
lobido. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994 yaitu
hilang libido. Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono tidak ada pebedaan.

8. Peran Dan Hubungan


Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data pasien
jarang berbicara dan cenderung menarik diri. Sedangkan data yang terdapat pada pasien anemia
menurut Boedihartono 1994 yaitu apatis, cenderung untuk tidur, dan kurang tertarik pada
sekitarnya. Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut
Boedihartono tidak ada pebedaan.
9. Management Koping Stress.
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data jika
ada masalah pasien membicrakan dengan anak – anaknya.
10. Sytem Nilai Dan Keyakinan
Tanda yang terjadi pada pasien anemia selama melakukan pengkajian ditemukan data tidak
menjalankan sholat 5 waktu, karena merasa dirinya sangat lemas. Sedangkan data yang terdapat
pada pasien anemia menurut Boedihartono 1994 yaitu keyakinan agama mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya transfuse darah dan depresi.
Dari data yang diperoleh dilahan praktek dan data yang ada diatas menurut Boedihartono
ditemukan ada perbedaan yaitu terjadi depresi.
Depresi menurut Price, Sylivia (1994) yaitu karena factor kurang pengetahuan yang
menyebabkan penderita menjadi gelisah dan depresi pada saat pemberian transfuse darah.
Dari data – data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan sehingga penulis dapat
mengelompokan diagnosa keperawatan berdasarkan kebutuhan menurut Maslow. Selain dari
pasien, data juga diperoleh dari keluarga, perawat dan catatan medic. Semua data yang diperoleh
tersebut digunakan dalam usaha mengelola masalah Tn. T. dari data itu muncul beberapa
masalah yang merupakan gambaran respon pasien terhadap keadaan. Gambaran respon tersebut
dinamakan diagnosa keperwatan. Dalam pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan karena
pasien dan keluarga kooperatif.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yaitu diagnosa yang dibuat oleh perawat professional, menggambarkan
tanda – tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan pasien dimana
perawat berdasarkan pendidikan dan pengalamannya dapat dan mampu menolongnya (Gordon).
Menurut (Doengoes ; 2000) menyebutkan, diagnosa yang mungkin muncul pada masalah
anemia ada enam diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus ini ditemukan empat diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan terori, namun dari teori ada yang tidak muncul pada kasus ini.
Untuk itu penulis akan menjelaskan mengapa hal ini terjadi dan diagnosa tersebut disoroti,
diidentifikasi sebagai masalah yang perlu dipecahkan diantaranya yaitu :
1. Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori, tetapi tidak muncul dalam kasus.
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
Gangguan rasa nyaman nyeri adalah merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam
dimensi fisik, psikospiritual, lingkungan dan social (NANDA 2013), didukung dengan batasan
karakteristik : menangis, iritabilitas, merintih, melaporkan rasa lapar, melaporkan rasa gatal dan
berkeluh kesah. Tetapi dalam pengakajian padan Tn. T tidak ditemukan batasan karakteristik dari
gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Hal ini dikarenakan perhatian
dan keaktifan dari keluarga maupun orang lain dalam pemenuhan kebutuhan ADL pasien sehari
– hari dan juga diperlihatkan dengan banyaknya saudara dan tetangga yang menjenguk.
b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.
Resiko tinggi infeksi adalah mengalami peningkatan resiko terserang organisme patogenik
(NANDA 2013), didukung dengan factor resiko : penyakit kronis, pengetahuan yang tidak cukup
untuk menghindari pemajanan pathogen, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat, ketidak
adekuatan pertahanan sekunder, vaksinasi tidak adekuat, pemajanan terhadap pathogen
lingkungan meningkat, prosedur invasive, dan mal nutrisi. Tetapi dalam pengakajian padan Tn. T
tidak ditemukan factor – factor resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak
adekuat. Hal ini dikarenakan tidak ada tanda – tanda terjadinya peningkatan pada leukosit.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul sesuai tinjauan teori.
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dan
darah.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer yaitu perubahan sirkulasi darah keperifer yang
dapat mengganggu kesehatan (NANDA 2013), didukung dengan batasan karakteristik :
perubahan fungsi motorik, perubahan karakteristik kulit, perubahan darah diekstremitas, warna
kulit pucat saat elevasi, kelemahan otot, penurunan nadi, kelemahan, penurunan Hb. Dari data
hasil pengkajian didapatkan data dari Tn. T diantaranya pasien mengatakan lemas, pasien terlihat
pucat, akral dingin, Hb 2.5 g/dl, TD 110/60 mmHg, dan konjungtiva anemis.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang sangat mendukung
untuk dimunculkannya diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer karena adanya hasil
laboratorium yang menyatakan hasil Hb 2.5g/dl. Dan jika tidak diatasi maka akan terjadi
penurunan Hb.
b. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yaitu beresiko pada asupan
nutrisi kurang dari kebutuhan metabolic (NANDA 2013). Dengan batasan karakteristik
melaporkan intake kurang dari kebutuhan tubuh, konjungtiva dan membrane mukosa pucat,
lemah otot, melaporkan kurang makan, melaporkan perubahan sensasi rasa, enggan makan,
diare, suara usus hiperaktif, kurangnya informasi. Dari hasil pengkajian didapatkan data dari Tn.
T diantaranya pasien mengatakan mual, dan jika makan selalu muntah, pasien tampak lemas dan
pucat, berbaring ditempat tidur, BB 48 kg, (sebelum sakit 50 kg), makan habis ¼ porsi.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang sangat mendukung
untuk munculnya diagnosa resiko ketidaseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh jika
tidak diatasi maka kebutuhan tubuh akan nutrisi tidak adekuat yang bisa menyebabkan menjadi
malnutrisi sehingga memperburuk keadaan pasien serta terjadi penurunan energy untuk
melakukan aktivitas.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Intoleransi aktivitas yaitu ketidakcukupan energy secara fisiologis atau psikologis dalam
pemenuhan aktivitas sehari – hari yang dibutuhkan atau diperlukan (Smeltzer, 2013). Diagnosa
didukung dengan batasan karakteristik laporan verbal: kelelahan atau kelemahan, tidak nyaman,
respon terhadap aktivitas menunjukan nadi dan tekanan darah abnormal dyspepsia, perubahan
EKG menunjukan aritmia atau disritmia. Data data pengkajian pada Tn. T diperoleh data seperti
pasien mengatakan badannya lemas, tampak pucat, terbaring di tempat tidur, ADL dibantu
keluarga atau orang lain, Hb 2,5g/dl, dan hasil EKG sinus taki kardi.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang sangat mendukung
untuk dimunculkannya diagnosa intoleransi aktivitas, dan penulis memprioritaskan diagnosa ini
karena penulis menganggap bahwa aktivitas pasien sangat mendukung terhadap kasus
keperawatan, dan apabila intoleransi aktivitas pasien berlanjut maka aktivitas akan terganggu dan
kebutuhan ADL tidak dapat terpenuhi secara optimal.
d. Ancietas berhubungan dengan status kesehatan
Ancietas yaitu perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonom
(sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu atau adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (NANDA 2013). Diagnosa didukung dengan batasan karakteristik
perilaku: penurunan produktivitas, gelisah, insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan
kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup. Affektif : gelisah, berfokus pada diri
sendiri, ketakutan, perasaan tidak adekuat. Simpatik : anoreksia, eksitasi kardiovaskuler, mulut
kering. Dari data pengkajian Tn. T diperoleh data pasien mengatakan cemas terhadap rasa
sakitnya, tampak gelisah, menarik diri, insomnia, berfokus pada diri sendiri.
Penulis menegakkan diagnosa tersebut karena adanya data – data yang sangat mendukung
untuk dimunculkannya diagnosa ancietas, dan penulis memprioritaskan diagnosa ini karena
penulis menganggap bahwa ancietas sangat mendukung terhadap kasus keperawatan, dan
apabila
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan pengkajian sejak tanggal 18 Februari 2015 di ruang Cendana
RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo pada Tn. T dengan anemia. Proses pelaksanaan meliputi
pengkajian, menganalisa data, menentukan masalah (diagnose keperawatan), membuat
perencanaan (intervensi), melaksanakan perencanaan (implementasi), dan mengevaluasi
keseluruhan tindakan.
Penulis telah melaksanakan proses keperawatan yang meliputi :
1. Dalam aplikasi pengkajian penulis menggunakan pola pengkajian fungsional Gordon. Data –
data yang diperoleh selama pengkajian dapat disajikan sebagai acuan ditegakannya diagnose
keperawatan, data tersebut meliputi data subjektif dan objektif. Hasil pengkajian pada tanggal 18
Februari 2015 penulis mendapatkan data : pasien mengatakan pusing, lemas, badan lemas, pucat,
tidak bisa tidur, tidur 3 jam, berat badan 48 kg (50 kg sebelum sakit), berbaring ditempat tidur,
makan habis ¼ porsi, mual dan muntah, konjungtiva anemis, Hb 2.5 g/dl, Ht 7%, leukosit 1700
u/L, eritrosit 1,0 10^6/uL, gelisah dan menarik diri, ADL dibantu keluarga atau orang lain, TD
110/60, EKG sinus takikardi.
2. Dalam aplikasi diagnose penulis menemukan empat diagnose yaitu ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer berhubungan dengan penurunan Hb dan darah, resiko ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum, ancietas berhubungan dengan status kesehatan. Keempat diagnose
tersebut muncul sesuai teori.
3. Dalam aplikasi perencanan keperwatan merupakan aplikasi dari teori yang didapatkan penulis
selama dari bangku perkuliahan disesuaikan dengan kondisi klien dilapangan dan standard
penanganan kasus di RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto hinga didapatkan
perencanaan keperawatan yang tepat.
4. Implementasi keperawatan merupakan tahapan dimana perencanaan keperawatan yang tepat
diaplikasikan menjadi tindakan keperawatan sesuai dengan diagnose keperawatan yang muncul.
Dalam hal ini ada kerjasama yang seimbang dan professional antara penulis, perawat, dokter dan
tim kesehatan lainnya serta selalu melibatkan pasien dan keluarga. Semua perencanaan yang
dibuat dapat diimplementasikan dengan baik sesuai tujuan yang ditetapkan. Hal ini terjadi karena
intervensi yang disusun sesuai dengan masalh dan kebutuhan pasien sehingga mampu
dilaksanakan penulis, keluarga, pasien dan perawat ruangan.
5. Pada tahap evaluasi keperawatan, penulis menggunakan evaluasi respond an evaluasi SOAP.
Evaluasi respon mengacu pada respon pasien sesaat setelah dilakukan tindakan keperawtan
sedangkan evaluasi SOAP mengacu pada catatan perkembangan pasien. Catatan perkembangan
ini untuk mengukur tingkat keberhasilan tindakan keperawatan. Evaluasi yang diperoleh pada
tanggal 20 Februari 2015, diagnose ketidakefekifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan Hb dan darah belum teratasi, karena pada pasien terdapat kelainan darah yaitu
talasemia mayor, sehingga sulit untuk mengembalikan Hb kedalam batas normal. Sehingga
penulis harus melanjutkan intervensi monitor adanya paretese, berikan transfuse darah. Resiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan anoreksia belum teratasi,
karena kurangnya asupan nutrisi yang masuk kedalam tubuh menyebabkan absorbsi Fe, B12, dan
asam folat berkurang, menyebabkan kehilangan komponen pembentuk eritrosit, eritrosit tidak
sempurna dan mudah pecah sehingga terjadi hemolisis. Lanjutkan intervensi kolaborasi dengan
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien, monitor kadar
albumin, total protein, Hb dan Ht, monitor mual dan muntah. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan umum belum teratas, karena factor Hb yang masih rendah, yang
mengakibatkan transport O2 menurun, dan terjadi hipoksia sel dan jaringan dan terjadi
penumpukan asam laktat pada jaringan, sehingga terjadi kelemahan dan terjadi intoleransi
aktivitas lanjutkan intervensi bantu pasien / keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas, bantu klien untuk mendintifikasi aktivitas yang mampu dilakukan. Ancietas
berhubungan dengan status kesehatan belum teratasi, karena kurangnya pengetahuan yang
menyebabkan kecemasan terhadap pasien, lanjutkan intervensi instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi, jelaskan semua prosedur dan apa yang akan dirasakan selama prosedur,
tingkatkan istirahat.
6. Dalam pendokumentasian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. T penulis
mencatat pengkajian pada format pengkajian, menyusun setiap intervensi keperawatan, dan
tindakan keperawatan yang telah dilakukan dalam catatan medis atau catatan keperawatan Tn. T.

Keberhasilan dari asuhan keperawatan tergantung pada pemberi asuhan keperawtan, sarana
dan prasarana yang tersedia serta keadaan pasien, karena pada dasarnya pemberian asuhan
keperawatan meliputi hubungan antara perawat, psien dan anggota keluarga pasien.

B. Saran
Dari penulis akan mengungkapkan beberapa masukan yang diharapkan dapat membantu
meningkatkan mutu pendidikan dan tercapainya mutu keperawatan yang baik dimasa yang akan
datang diantaranya :
1. Bagi perawat
a. Berikan informasi tentang anemia meliputi: kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan yang
akurat kepada pasien dan keluarga pasien.
b. Didalam melakukan kegiatan keperawatan diperlukan pendekatan dengan keluarga pasien
sehingga terjalin kerjasama yang baik.
c. Dalam berkomunikasi perawat tidak hanya memperhatikan komunikasi verbal yang dilakukan
melalui kata-kata dan ucapan. Diharapkan untuk para perawat memperhatikan penggunaan alat
perlindungan diri seperti sarung tangan, masker dalam melakukan tidakan keperawatan terutama
pada tindakan perawatan.
2. Bagi pasien
a. Penulis memberikan saran kepada pasien untuk menghindari hal – hal yang dapat memperberat
keadaan anemia yang dialaminya sekarang seperti : mengkonsumsi makanan yang dapat
menurunkan tekanan darah sepeti timun, labu siam, dll.
b. Pasien diharapkan untuk memperhatikan dan melaksanakan anjuran perawat demi keberhasilan
asuhan keperawatan yang diberikan seperti: anjurkan pasien untuk istirahat total, mengkonsumsi
asupan nutrisi yang kaya akan zat besi untuk mengembalikan Hb dalam batas normal.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif (2001) Kapita selekta kedokteran Jilid 1, Jakarta, Media Aesculapius. FKUI
Price, Sylvia A (1994) Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, Jakarta, EGC.
Perry , A.G dan Potter, P.A. (1993) fundamental of nursing : consept, process, and practice.
Mansjoer. 2003. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III jilid 2. Jakarta : FKUI
Smeltzer. 2005. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor
Monika Ester, dkk edisi 8. Jakarta : EGC
Andrea Saferi Wijaya, dkk. 2013. KMB 2. Yogyakarta : Nuha Medika
Nurarif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Wijaya Andra Saferi, Yessi Mariza Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah ( Keperawatan
Dewasa). Yogyakarta : Medical Book
Soebroto, Ikhsan. 2010. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : Bangkit
Arisman . 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC
DepKes RI., 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS).
Direktorat Gizi Masyarakat dan Binkesmas. Jakarta
Saifuddin. 2002. Ilmu Kebidanan Perkata Edisi Ke-3. Jakarta : EGC
Doenges Marlyn, E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta : EGC
Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta
Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Вам также может понравиться

  • ANEMIA KEPERAWATAN
    ANEMIA KEPERAWATAN
    Документ28 страниц
    ANEMIA KEPERAWATAN
    Valencia Diana Pattipeilohy
    40% (10)
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ69 страниц
    Askep Anemia
    Usha Meilasari
    88% (8)
  • KANKER KOLON GEJALA DAN PENYEBAB
    KANKER KOLON GEJALA DAN PENYEBAB
    Документ27 страниц
    KANKER KOLON GEJALA DAN PENYEBAB
    Desy Triyanawati
    86% (7)
  • Anemia Laporan
    Anemia Laporan
    Документ16 страниц
    Anemia Laporan
    Ismail Rasmin
    Оценок пока нет
  • LP Anemia Edi KMB
    LP Anemia Edi KMB
    Документ27 страниц
    LP Anemia Edi KMB
    RANDY MUSRIANTO
    100% (1)
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Документ28 страниц
    LP Anemia
    JoEst KaraNg
    83% (23)
  • Askep Anemia KMB I
    Askep Anemia KMB I
    Документ35 страниц
    Askep Anemia KMB I
    Adelya Hasan
    50% (2)
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ27 страниц
    Askep Anemia
    Crespo Marethy
    50% (4)
  • Woc DHF
    Woc DHF
    Документ1 страница
    Woc DHF
    Rizka Rahmaharyanti
    85% (13)
  • Askep Anemia Nanda Nic Noc Pita
    Askep Anemia Nanda Nic Noc Pita
    Документ14 страниц
    Askep Anemia Nanda Nic Noc Pita
    arman
    Оценок пока нет
  • LP Triage
    LP Triage
    Документ9 страниц
    LP Triage
    FransRomroma
    100% (2)
  • Laporan Pendahuluan DBD Pada Anak
    Laporan Pendahuluan DBD Pada Anak
    Документ15 страниц
    Laporan Pendahuluan DBD Pada Anak
    ekawahono
    100% (3)
  • Askep LP Anemia Fix
    Askep LP Anemia Fix
    Документ28 страниц
    Askep LP Anemia Fix
    Krisna Cahya Maulana
    63% (8)
  • Diagnosa Keperawatan Anemia
    Diagnosa Keperawatan Anemia
    Документ9 страниц
    Diagnosa Keperawatan Anemia
    deri
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ21 страница
    Askep Anemia
    Bella Novanka IV
    100% (1)
  • Askep Anemia Pada Anak
    Askep Anemia Pada Anak
    Документ23 страницы
    Askep Anemia Pada Anak
    Nadd
    80% (5)
  • Askep Anemia Lansia Kel 12
    Askep Anemia Lansia Kel 12
    Документ57 страниц
    Askep Anemia Lansia Kel 12
    nurul izzah hana pertiwi
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia
    Документ13 страниц
    Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anemia
    Maftuh Arifiin
    75% (8)
  • Anemia
    Anemia
    Документ22 страницы
    Anemia
    iink2thy
    33% (6)
  • Askep Anemia Fixxxxxxxxxx
    Askep Anemia Fixxxxxxxxxx
    Документ24 страницы
    Askep Anemia Fixxxxxxxxxx
    Nurmala Mala
    50% (2)
  • Pansitopenia
    Pansitopenia
    Документ20 страниц
    Pansitopenia
    rerenrahmawati
    50% (2)
  • Askep Anemia Nanda Noc Nic
    Askep Anemia Nanda Noc Nic
    Документ28 страниц
    Askep Anemia Nanda Noc Nic
    Iyan
    Оценок пока нет
  • Askep (LP) DBD
    Askep (LP) DBD
    Документ29 страниц
    Askep (LP) DBD
    lisa_zem
    82% (22)
  • ASKEP ANEMIA
    ASKEP ANEMIA
    Документ15 страниц
    ASKEP ANEMIA
    yuniar
    Оценок пока нет
  • Woc Anemia
    Woc Anemia
    Документ7 страниц
    Woc Anemia
    karismaww
    100% (1)
  • ASUHAN KEPERAWATAN
    ASUHAN KEPERAWATAN
    Документ16 страниц
    ASUHAN KEPERAWATAN
    Danang Apriyanto
    0% (1)
  • Anemia Laporan
    Anemia Laporan
    Документ21 страница
    Anemia Laporan
    Lee ARy
    100% (2)
  • ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S, Dengan Anemia,,, Cha Chaaaa,,,Dahliaa
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S, Dengan Anemia,,, Cha Chaaaa,,,Dahliaa
    Документ14 страниц
    ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S, Dengan Anemia,,, Cha Chaaaa,,,Dahliaa
    Dani Nurse
    33% (3)
  • Asuhan Keperawatan Anemia Dengan Nanda
    Asuhan Keperawatan Anemia Dengan Nanda
    Документ9 страниц
    Asuhan Keperawatan Anemia Dengan Nanda
    Trisman Gulo
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia 1 Biasa
    Askep Anemia 1 Biasa
    Документ16 страниц
    Askep Anemia 1 Biasa
    Aqmal Dipanegara
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia Kelompok 8
    Askep Anemia Kelompok 8
    Документ21 страница
    Askep Anemia Kelompok 8
    barrul sufi
    Оценок пока нет
  • Askep Teori Pada Anemia Fix
    Askep Teori Pada Anemia Fix
    Документ9 страниц
    Askep Teori Pada Anemia Fix
    Javas Angwyn Sylvester Tristan
    50% (2)
  • Asuhan Keperawatan Anemia
    Asuhan Keperawatan Anemia
    Документ19 страниц
    Asuhan Keperawatan Anemia
    Muhammad Rifqi Syafi'i
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ26 страниц
    Askep Anemia
    Giri Subangun
    Оценок пока нет
  • ASKEP ANEMIA Fixx 1
    ASKEP ANEMIA Fixx 1
    Документ54 страницы
    ASKEP ANEMIA Fixx 1
    Karunia Anggun
    0% (1)
  • Askep Anemia 1
    Askep Anemia 1
    Документ23 страницы
    Askep Anemia 1
    Icha Sasya Ranti
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ34 страницы
    Askep Anemia
    ALIEF RAHMAN
    Оценок пока нет
  • Anemia KTI
    Anemia KTI
    Документ73 страницы
    Anemia KTI
    La Hajirin
    Оценок пока нет
  • Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
    Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
    Документ3 страницы
    Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
    Ferdy Fatullah
    100% (1)
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ92 страницы
    Askep Anemia
    Kurnia Safitri
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Anemia
    Asuhan Keperawatan Anemia
    Документ24 страницы
    Asuhan Keperawatan Anemia
    Fadila Halim
    Оценок пока нет
  • ANEMIA DAN GANGGUAN KARDIOVASKULER
    ANEMIA DAN GANGGUAN KARDIOVASKULER
    Документ14 страниц
    ANEMIA DAN GANGGUAN KARDIOVASKULER
    Bernadhita Ajuny Firda
    100% (1)
  • Askep Anemia Anak
    Askep Anemia Anak
    Документ17 страниц
    Askep Anemia Anak
    Widya Hapsari
    Оценок пока нет
  • ANEMIA PADA ANAK
    ANEMIA PADA ANAK
    Документ24 страницы
    ANEMIA PADA ANAK
    Tri Ayu Laksana
    100% (4)
  • Laporan Pendahuluan ANEMIA Gravis
    Laporan Pendahuluan ANEMIA Gravis
    Документ7 страниц
    Laporan Pendahuluan ANEMIA Gravis
    Sada Cty
    67% (6)
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ10 страниц
    Askep Anemia
    yeni-awaliah-6101
    100% (1)
  • ANEMIA PENDAHULUAN
    ANEMIA PENDAHULUAN
    Документ24 страницы
    ANEMIA PENDAHULUAN
    Ayyu Karim
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia
    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia
    Документ13 страниц
    Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Anemia
    yuli nurul
    Оценок пока нет
  • ASUHAN ANEMIA
    ASUHAN ANEMIA
    Документ15 страниц
    ASUHAN ANEMIA
    Fadila Casandra
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia Pada Anak
    Askep Anemia Pada Anak
    Документ12 страниц
    Askep Anemia Pada Anak
    gathotbayu
    50% (2)
  • Resume Anemia
    Resume Anemia
    Документ4 страницы
    Resume Anemia
    Ersi Afrianti
    Оценок пока нет
  • Anemia
    Anemia
    Документ33 страницы
    Anemia
    Tiwi Kalit
    0% (1)
  • Anemia
    Anemia
    Документ60 страниц
    Anemia
    Wahyuni Lukman
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Anemia Siap Print
    Laporan Pendahuluan Anemia Siap Print
    Документ28 страниц
    Laporan Pendahuluan Anemia Siap Print
    Mass Pikk Aregh Madridista
    0% (1)
  • ANEMIA LP
    ANEMIA LP
    Документ14 страниц
    ANEMIA LP
    Addiarto Widya
    0% (1)
  • KOLELITIS
    KOLELITIS
    Документ16 страниц
    KOLELITIS
    dayli bee
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Penyakit Anemia
    Konsep Dasar Penyakit Anemia
    Документ10 страниц
    Konsep Dasar Penyakit Anemia
    karismaww
    Оценок пока нет
  • Anemiaa Kelas XI
    Anemiaa Kelas XI
    Документ39 страниц
    Anemiaa Kelas XI
    arsya192021
    Оценок пока нет
  • ANEMIA LAPORAN
    ANEMIA LAPORAN
    Документ15 страниц
    ANEMIA LAPORAN
    rasta
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ11 страниц
    Askep Anemia
    Muhammad Ikhsan
    100% (1)
  • ANEMIA LAPORAN
    ANEMIA LAPORAN
    Документ24 страницы
    ANEMIA LAPORAN
    Superman Id
    100% (1)
  • LP Anemia
    LP Anemia
    Документ6 страниц
    LP Anemia
    Chu Nu SaHa
    Оценок пока нет
  • ANEMIA HEMO
    ANEMIA HEMO
    Документ7 страниц
    ANEMIA HEMO
    syamsiah gita
    Оценок пока нет
  • ANEMIA
    ANEMIA
    Документ14 страниц
    ANEMIA
    Liren bae
    Оценок пока нет
  • Tugas Askep Anemia Bu Dera
    Tugas Askep Anemia Bu Dera
    Документ18 страниц
    Tugas Askep Anemia Bu Dera
    Lathiful Anshori Zain
    Оценок пока нет
  • SOP Anemia
    SOP Anemia
    Документ19 страниц
    SOP Anemia
    ddianputri
    Оценок пока нет
  • Leaflet Hipertensi
    Leaflet Hipertensi
    Документ2 страницы
    Leaflet Hipertensi
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • LP Hematuria Vera
    LP Hematuria Vera
    Документ26 страниц
    LP Hematuria Vera
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Документ2 страницы
    Hepatitis
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan STROKE HEMORAGIK
    Asuhan Keperawatan STROKE HEMORAGIK
    Документ46 страниц
    Asuhan Keperawatan STROKE HEMORAGIK
    Muslihati FA
    Оценок пока нет
  • Hepatitis
    Hepatitis
    Документ2 страницы
    Hepatitis
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Intervensi Keperawatan Hipertensi
    Intervensi Keperawatan Hipertensi
    Документ2 страницы
    Intervensi Keperawatan Hipertensi
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • LAPORAN TAK
    LAPORAN TAK
    Документ7 страниц
    LAPORAN TAK
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan CA Paru
    Laporan Pendahuluan CA Paru
    Документ12 страниц
    Laporan Pendahuluan CA Paru
    Sada Cty
    67% (3)
  • Kelompok 5 Fix
    Kelompok 5 Fix
    Документ30 страниц
    Kelompok 5 Fix
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Apendiksitis
    Apendiksitis
    Документ8 страниц
    Apendiksitis
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • An Alisa
    An Alisa
    Документ14 страниц
    An Alisa
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Rondown Seminar Rsud Cibinong
    Rondown Seminar Rsud Cibinong
    Документ1 страница
    Rondown Seminar Rsud Cibinong
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Askep LP DBD
    Askep LP DBD
    Документ26 страниц
    Askep LP DBD
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Analisa Data Baru Bugenvil
    Analisa Data Baru Bugenvil
    Документ14 страниц
    Analisa Data Baru Bugenvil
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Intervensi Keperawatan Hipertensi
    Intervensi Keperawatan Hipertensi
    Документ2 страницы
    Intervensi Keperawatan Hipertensi
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan ASKEP Dengue High Fever
    Laporan Pendahuluan ASKEP Dengue High Fever
    Документ47 страниц
    Laporan Pendahuluan ASKEP Dengue High Fever
    Muhammad Ali Sidik S
    Оценок пока нет
  • DX Nic Noc
    DX Nic Noc
    Документ15 страниц
    DX Nic Noc
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • FORM PENGGANTIAN SIFF
    FORM PENGGANTIAN SIFF
    Документ1 страница
    FORM PENGGANTIAN SIFF
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • API Halusinasi Pendengaran Poppy
    API Halusinasi Pendengaran Poppy
    Документ6 страниц
    API Halusinasi Pendengaran Poppy
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Askep Hipertensi Aplikasi Nanda NIC NOC by Vhya
    Askep Hipertensi Aplikasi Nanda NIC NOC by Vhya
    Документ12 страниц
    Askep Hipertensi Aplikasi Nanda NIC NOC by Vhya
    ayu
    67% (3)
  • LP Demam Berdarah
    LP Demam Berdarah
    Документ16 страниц
    LP Demam Berdarah
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • LP Ileus Obstruktif 4
    LP Ileus Obstruktif 4
    Документ36 страниц
    LP Ileus Obstruktif 4
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • API Halusinasi Pendengaran Poppy
    API Halusinasi Pendengaran Poppy
    Документ6 страниц
    API Halusinasi Pendengaran Poppy
    FransRomroma
    Оценок пока нет
  • Hidrocephalus
    Hidrocephalus
    Документ4 страницы
    Hidrocephalus
    FransRomroma
    Оценок пока нет