Вы находитесь на странице: 1из 13

MAKALAH

VAKSIN

DISUSUN OLEH :
SITI RAHMAWATI
NIM : 1602050064

STIKES MUHAMMDIYAH LAMONGAN


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa Penulis juga mengucapkan banyak

terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan

sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan Penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun

menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, Penulis yakin masih

banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan
istilah Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar
sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif
terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh
organisme alami atau “liar”. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan dari Edward Jenner
(1749-1823).Jenner menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan terhadap cacar pada
manusia yang pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei nasional yang
mendukung teorinya. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan dikonfirmasi banyak
ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas di London untuk kemudian menyebar di Inggris,
seluruh Eropa, dan dunia. Pasteur (1885) memperkenalkan cara penanggulangan penyakit
akibat gigitan tersangka rabies dengan menggunakan cara vaksinasi menggunakan vaksin
anti rabies (VAR). Seperti halnya obat, tidak ada vaksin yang bebas dari risiko efek
samping. Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga lebih berisiko untuk
terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang lain.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Sejarah Vaksin

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Edward
Jenner sedang menyuntikkan vaksin Dunia sudah selayaknya mengucapkan terima kasih
untuk pionir-pionir seperti Jenner dan Pasteur.Mereka telah menemukan vaksin yang
mencegah tingginya angka kesakitan dan kematian.Namun demikian, kondisi masih
memprihatinkan, bahkan dirasakan tragis, karena menurut laporan Badan Kesehatan Dunia
(WHO), hampir dua juta anak-anak masih menjadi korban penyakit tiap tahun. Menutup
tahun-tahun pada abad ke-19 dan memasuki abad ke-20 ditandai dengan
munculnya achievements of great vaccine scientist seperti Pasteur. Sejak
Jenner vaccinia200 tahun yang lalu diperkenalkan, sembilan penyakit utama manusia telah
dapat dikendalikan dengan penggunaan vaksin: smallpox (1798), rabies
(1885), plague (1897), difteri (1923), pertusis (1926), tuberculosis/BCG (1927), tetanus
(1927), dan yellow fever (1935).Beberapa vaksin digunakan secara individu di daerah
dengan resiko penyakit seperti rabies dan plague, tetapi tidak pernah digunakan secara
sistematis dalam skala global.Antara lain pada vaksin BCG pada tanggal 24 April 1927,
dokter Albert Calmette dan seorang peneliti bernama Camille Guerin berhasil menemukan
vaksin untuk mengobati penyakit TBC, yang dinamakan vaksin bacillus calmette
guerin (BCG).

2.2.Definisi Vaksin
Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi
oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah
dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit.Vaksin dapat juga berupa organisme
mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin
akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap
serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu
sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker).Pemberian vaksin diberikan
untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga
dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada
beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi
kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Ketika seorang individu divaksinasi terhadap
4
penyakit atau infeksi, mengatakan difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk melawan
infeksi.Setelah divaksinasi ketika orang terkena bakteri yang menyebabkan tubuh
persneling untuk melawan infeksi. Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk
belajar bagaimana untuk menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau
mikroba, yang menyerang itu.Setelah divaksinasi tubuh "mengingat" bagaimana
melindungi diri dari mikroba yang dialami sebelumnya.

2.3. Bahan-bahan Pembuatan Vaksin


Berikut bahan-bahan pembuat vaksin :
1. Alumunium, logam ini ditambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garam
untuk mendorong anti body. Logam ini dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang, penyakit Alzheimer, kerusakan otak, dan dementia (pikun). Menurut
pemerhati vaksin Australia bahan ini dapat meracuni darah, syaraf pernafasan,
mengganggu sistem imun dan syaraf seumur hidup. Alumunium digunakan
pada vaksin DPT dan Hepatitis B.
2. Benzetonium klorida, yaitu bahan pengawet yang belum dievaluasi untuk konsumsi
manusia dan banyak digunakan untuk vaksin anthrax.
3. Etilen Glikol, merupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada
beberapavaksin yaitu DPT, Polio, Hepatitis B sebagai bahan pengawet.
4. Formaldehida/Formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dipakai
sebagai karsinogen (zat pencetus kanker). Bahan ini dikenal sebagai bahan
pembalseman.
5. Gelatin, biasanya digunakan pada Vaksin Cacar Air dan MMR.
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan
kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam
perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada sebagian
orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan
lain seperti :

5
 Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan
sistem pernafasan.

 Ampotericin B, sejenis obat yang digunakan untuk mencegah penyakit jamur. Efek
sampingya dapat menyebabkan pembekuan darah.

 Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap sebagai
protein asing beracun.

2.4.Proses Pembuatan Vaksin


Produksi vaksin antivirus saat ini merupakan sebuah proses rumit bahkan setelah
tugas yang berat untuk membuat vaksin potensial di laboratorium. Perubahan dari produksi
vaksin potensial dengan jumlah kecil menjadi produksi bergalon-galon vaksin yang aman
dalam sebuah situasi produksi sangat dramatis, dan prosedur laboratorium yang sederhana
tidak dapat digunakan untuk meningkatkan skala produksi. Produksi vaksin dimulai
dengan sejumlah kecil virus tertentu (atau disebut benih). Virus harus bebas dari kotoran,
baik berupa virus yang serupa atau variasi dari jenis virus yang sama. Selain itu, benih
harus disimpan dalam kondisi “ideal”, biasanya beku, yang mencegah virus menjadi lebih
kuat atau lebih lemah dari yang diinginkan. Benih disimpan dalam gelas kecil atau wadah
plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm3, mengandung ribuan hingga jutaan virus,
nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter vaksin.Freezer dipertahankan pada suhu
tertentu. Grafik di luar freezerakan mencatat secara terus menerus suhu freezer. Sensor
terhubung dengan alarm yang dapat didengar atau alarm komputer yang akan menyala jika
suhu freezerberada di luar suhu yang seharusnya. Setelah mencairkan dan memanaskan
benih virus dalam kondisi tertentu secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam
bak air), sejumlah kecil sel virus ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah mesin kecil
yang telah dilengkapi sebuah media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan
virus untuk berkembang biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun
semua media umumnya mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein
murni dari darah sapi. Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang
mendorong reproduksi sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan
dengan jumlah waktu yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak. Selain suhu,
faktor-faktor lain harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan,
diukur pada skala dari 0 sampai 14, dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam
pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di
mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah
6
katup, tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan
ada berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk
mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan
pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk
setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa
pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling
umum digunakan yaitu tripsin.Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis
dalam memberi makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak digunakan
sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih besar namun
mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel mikroskopis
dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-manik” memberi virus daerah
yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya, pertumbuhan virus menjadi jauh
lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH dikontrol secara ketat.Waktu yang
dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai dengan jenis virus yang diproduksi, dan
hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh pabrik.

2.5.Jenis-Jenis Vaksin
1. Vaksin Toksoid
Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan
memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah.Bahan bersifat imunogenik yang
dibuat dari toksin kuman.Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural
fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.Imunisasi
bakteri toksoid efektif selamasatu tahun.Contoh :Vaksin Difteri dan Tetanus

2. Vaksin Acellular dan Subunit


Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan
kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan
vaksin antiidiotipe.Contoh:Vaksin Hepatitis B, Vaksin Hemofilus Influenza tipe b (Hib)
dan Vaksin Influenza.
3. Vaksin Idiotipe
Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari
antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut
sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen.Vaksin ini
dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap
reseptor pre sel B.

4. Vaksin Rekombinan
7
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.
Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi
eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi DNA
rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan
virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya,
misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus
vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi
yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop organisme
yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen
epitop bagi sel penerima vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon
ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang
diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam
nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya
mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens
nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin
ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan
saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian pada binatang
percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon
humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini
sedang dilakukan.

6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial ini
memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.

7. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak di bawah
umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat menyebabkan
penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan anak-anak yang

8
disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih dari 90 jenis Pneumokokus yang
diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan penyakit yang serius di
seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia dan dapat menyebabkan
penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap antibiotik. Pneumokokus
menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya adalah:
 Meningitis (Radang selaput otak)
 Bakteremia (infeksi dalam darah)
 Pneumonia (infeksi Paru-paru)
 Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.

2.6 Manfaat Vaksin

Dalam hal penyakit, lebih bijaksana untuk mencegah daripada mengobati.Salah


satu caranya adalah dengan memberikan vaksinasi.Vaksinasi sangat membantu untuk
mencegahpenyakit-penyakit infeksi yang menular baik karena virus atau bakteri,
misalnya polio, campak, difteri, pertusis (batuk rejan), rubella (campak
Jerman), meningitis, tetanus, Haemophilus influenzae tipe b (Hib), hepatitis, dll.
Sebenarnya setiap anak lahir dengan sistem kekebalan penuh terdiri dari sel,
kelenjar, organ, dan cairan yang berada di seluruh tubuhnya untuk melawan bakteri dan
virus yang menyerang.Sistem kekebalan mengenali kuman yang memasuki tubuh sebagai
penjajah “asing”, atau antigen, dan menghasilkan zat protein yang disebut antibodi untuk
melawan mereka.Suatu sistem kekebalan tubuh yang sehat dan normal memiliki
kemampuan untuk menghasilkan jutaan antibodi untuk membela serangan terhadap ribuan
antigen setiap hari.Mereka melakukannya-secara alami sampai-sampai orang bahkan tidak
menyadari mereka sedang diserang dan membela diri. Ketika serangan sudah terlalu
banyak dan tubuh tidak mampu bertahan, barulah orang akan merasakan sakit atau
berbagai gejala penyakit. Banyak antibodi akan menghilang ketika mereka telah
menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel yang terlibat dalam produksi antibodi
akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel memori ini dapat mengingat antigen asli dan
kemudian mempertahankan diri ketika antigen yang sama mencoba untuk kembali
menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa dekade kemudian. Perlindungan ini
disebut imunitas.

9
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh
atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot,
antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit,
tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel
memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi
berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan
datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena
vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang
lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam
keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda
dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam keadaan sudah dibunuh
atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam jaringan lemak atau otot,
antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan tanda-tanda penyakit,
tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi terhadap mereka. Sel-sel
memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika mereka kembali lagi
berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di waktu-waktu yang akan
datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak mengembangkan kekebalan tubuh
terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah. Namun perlu juga diingat bahwa karena
vaksin berupa antigen, walaupun sudah dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang
lemah, mungkin bisa juga menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam
keadaan sehat ketika akan divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda
dulu untuk imunisasi/vaksinasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Agustian, ary. 2000. Kesehatan Modern. Jakarta : Puspa Swara.

Martin, Anthony. 1999. Pemikiran Kedokteran Modern. Bandung: Kawan Pustaka

Retnoningrum, Debbie S. 2010. Prinsip Teknologi DNA Rekombinan. Sekaloah Farmasi


ITB. Bioteknologi Farmasi-FA 4202

Susanto, Agus Hery. 2011. DNA rekombinan. http://biomol. wordpress.com/bahan-ajar/


organisme-trans/ (Diakses 28 Desember 2011)

Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT Kalbe Farma

12
13

Вам также может понравиться