Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendahuluan
Peraturan pemerintah (PP) No.29/ 1986 tersebut berlaku pada tanggal 5 Juni 1987
yaitu selang satu tahun setelah di tetapkan. Hal tersbut diperlukan karena masih perlu waktu
untuk menyusun kriteria dampak terhadap lingkungan sosial mengingat definisi lingkungan
yang menganut paham holistik yaitu tidak saja mengenai lingkungan fisik/kimia saja namun
meliputi pula lingkungan sosial.
Perubahan tersebut mengandung pula keharusan pembuatan ANDAL, RKL, dan RPL di
buat sekaligus yang berarti waktu pembuatan dokumen dapat diperpendek. Dalam
perubahan tersebut di introdusir pula pembuatan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) bagi kegiatan yang tidak wajib AMDAL.
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL) ditetapkan
oleh Menteri Sektoral yang berdasarkan format yang di tentukan oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Demikian pula wewenang menyusun AMDAL disederhanakan dan
dihapuskannya dewan kualifikasi dan ujian negara. Kemudian juga dampak lingkungan
terdapat juga inti – inti nya yaitu sebagai berikut dan terdapat pengertian – pengertian yang
saya ketahui :
1. Definisi AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/ atau kegiatan.
6. Dasar pelaksanaan
Pada pelaksanaan studi AMDAL terdapat beberapa komponen dan parameter lingkungan
yang harus dijadikan sebagai sasaran studi, antara lain :
1. Komponen Geo-Fisik-Kimia antra lain : Iklim dan Kualitas Udara, Fisiografi, Geologi
Ruang, Lahan dan Tanah, Kualitas Air Permukaan,
2. Komponen Biotis antara lain : Flora, Fauna, Biota Sungai, Biota Air Laut
3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya antara lain : Sosial Ekonomi , Sosial Budaya
4. Komponen Kesehatan Masyarakat antara lain Sanitasi Lingkungan dan Kesehatan
Masyarakat.
Peraturan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL) antara lain :
1. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air.
2. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan.
3. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
4. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta
Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
5. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah untuk
Penggantian.
6. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 59 Tambahan
Lembaran Negara No.3838).
7. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
8. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pembangunan
9. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan. Sesuai dengan PP No./ 1999 maka AMDAL merupakan syarat yang harus dipenuhi
untuk mendapatkan ijin melakukan usaha dan / atau kegiatan .
AMDAL Dan Perijinan
Agar supaya pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan , pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan rencana usaha atau
kegiatan. Berdasarkan PP no.27/ 1999 suatu ijin untuk melakukan usaha dan/ atau kegiatan
baru akan diberikan bila hasil dari studi AMDAL menyatakan bahwa rencana usaha dan/ atau
kegiatan tersebut layak lingkungan. Ketentuan dalam RKL/ RPL menjadi bagian dari
ketentuan ijin.
Pasal 22 PP/ 1999 mengatur bahwa instansi yan bertanggung jawab (Bapedal atau
Gubernur) memberikan keputusan tidak layak lingkungan apabila hasil penilaian Komisi
menyimpulkan tidak layak lingkungan.Keputusan tidak layak lingkungan harus diikuti oleh
instansi yang berwenang menerbitkan ijin usaha.Apabila pejabat yang berwenang
menerbitkan ijin usaha tidak mengikuti keputusan layak lingkungan, maka pejabat yang
berwenang tersebut dapat menjadi obyek gugatan tata usaha negara di PTUN. Sudah
saatnya sistem hukum kita memberikan ancaman sanksi tidak hanya kepada masyarakat
umum , tetapi harus berlaku pula bagi pejabat yang tidak melaksanakan perintah Undang-
undang seperti sanksi disiplin ataupun sanksi pidana.
Dokumen AMDAL terdiri dari 4 (empat) rangkaian dokumen yang dilaksanakan secara
berurutan, yaitu:
1.Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL)
2.Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)
3.Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
4.Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)
PERBEDAAN PP NO.29 Tahun 1986, PP NO.51 Tahun 1993 dan PP NO.27 Tahun 1999
Peraturan ini masih berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Selain mengacu pada
peraturan tersebut di atas, maka landasan peraturan pemerintah tersebut di atas mengacu
pada undang-undang yaitu UU RI No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.
Jadi sudah jelas acuan peraturan dan perundangannya, jadi sebagai bangsa dan masyarakat
Indonesia kita wajib melaksanakannya sebagai perwujudan berbangsa dan bermasyarakat
yang baik. Terdapat berbagai macam perbedaan pada tiap-tiap peraturan pemerintah di
setiap butir-butir peraraturan.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 yang semula dipakai sebagai landasan
penyusunan dokumen Amdal dicabut dan digantikan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 51
Tahun 1993. Meski banyak koreksi yang dilakukan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1986, tetapi hakekat Amdal itu sendiri tidak berubah yaitu sebagai salah satu sarana
penjamin pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Diterbitkannya Undang-
Undang No. 23. 1997, maka PP.51.1993 perlu penyesuaian, sehingga pada tanggal 7 Mei
1999, Pemerintah RI menerbitkan PP. No. 27 Tahun 1999 sebagai penyempurnaan PP. 51.
1993.
Efektif berlakunya PP. No. 27 Tahun 1999 mulai 7 November 2000 dan satu hal
penting yang diatur dalam PP No. 27 Tahun 1999 ini adalah pelimpahan hampir semua
kewenangan penilaian AMDAL kepada daerah. Selain itu, pada tiap periode pemerintahan
disinyalir terdapat suatu keharusan untuk membuat /menyelenggarakan suatu peraturan-
peraturan baru yang merupakan salah satu pertanda bahwa pada pemerintahan periode
tersebut mereka benar – benar bekerja dan perubahan peraturan pemerintah dianggap
menjadi salah satu cara untuk mempertanggung jawabkan kinerja mereka pada periode
tersebut.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dari perbedaan jumlah pasal pada tiap
peraturan amdal yang sudah terbentuk, pada PP nomer 29 tahun 1986 terdapat 40 pasal, PP
nomer 51 1993 29 pasal, PP nomer 27 1999 42 pasal. Perbedaan jumlah pasal ini
dikarenakan terjadi penemuan/ pemikiran baru tentang amdal dan disesuaikan dengan
peraturan terdahulu. Dalam PP No.51 tahun 1993 merupakan hasil peraturan yang didasari
dari penyempurnaan PP No 29 tahun 1986.
Sedangkan dalam PP No. 51 Tahun 1993 dijelaskan ada 4 jenis pendekatan studi
AMDALyang meliputi AMDAL Proyek Tunggal, AMDAL Kegiatan Terpadu, AMDAL Kawasan
danAMDAL Regional. Penjelasan ketiga jenis Amdal yang pertama hampir sama
denganpenjelasan pada PP No. 27 Tahun 1999, perbedaannya yaitu pada PP No. 27 Tahun
1999 katadampak penting telah disempurnakan menjadi dampak besar dan penting.
Sedangkan pada PP No. 29 tahun 1986 tidak dijumpai/ ditemukan pendekatan studi Amdal
oleh penulis.
Dengan dilaksanakannya AMDAL yang sesuai dengan aturan, maka akan didapatkan
hasil yang optimal dan akan berpengaruh terhadap kebangkitan ekonomi. Kenapa demikian?
Dalam masa otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah menganut paradigma baru,
antara lain:
1. Sumber daya yang ada di daerah merupakan bagian dari sistem penyangga kehidupan
masyarakat, seterusnya masyarakat merupakan sumber daya pembangunan bagi daerah.
2. Kesejahteraan masyarakat merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari kelestarian sumber daya yang ada di daerah.
Dengan demikian maka dalam rangka otonomi daerah, fungsi dan tugas pemerintah
daerah seyogyanya berpegang pada hal-hal tersebut dibawah ini:
Hal tersebut akan berimbas pada kondisi lingkungan baik lingkungan fisik/ kimia,
sosial-ekonomi-budaya yang kondusif sehingga masyarakat terbebas dari dampak negatip
dari kegiatan dan masyarakat akan sehat serta perekonomian akan bangkit.
Selain itu pihak industri dan/atau kegiatan dan pihak pemrakarsa akan mendapatkan
keuntungan yaitu terbebas dari tuntutan hokum ( karena tidak mencemari lingkungan ) dan
terbebas pula dari tuntutan masyarakat ( karena masyarakat merasa tidak dirugikan ). Hal
tersebut akan lebih mudah untuk melakukan pendekatan sosial-ekonomi-budaya dengan
masyarakat di sekitar pabrik/ industri/ kegiatan berlangsung.
Gas – gas Rumah Kaca
Gas-gas Rumah Kaca atau Greenhouse Gases adalah gas-gas yang menyebabkan
terjadinya efek rumah kaca. Selain uap air (H2O) Siklus Air dan karbon dioksida (CO2),
terdapat gas rumah kaca lain di atmosfer, dan yang terpenting berkaitan dengan
pencemaran dan pemanasan global adalah metana (CH4), ozon (O3), dinitrogen oksida
(N2O), dan chlorofluoroc carbon (CFC) Perusakan Lapisan Ozon.
Gas Rumah Kaca dapat terbentuk secara alami maupun sebagai akibat pencemaran.
Gas Rumah Kaca di atmosfer menyerap sinar inframerah yang dipantulkan oleh bumi.
Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca yang dapat
menyebabkan terjadinya pemanasan global.
1 Uap Air
Uap air bersifat tidak terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi
ketika uap membentuk butir-butir air Siklus Air. Sebenarnya uap air merupakan
penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca.Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar
kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih
hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini
akan meningkatkan efek rumah kaca serta makin mendorong pemanasan global.
Karena jumlah uap air di atmosfer berada di luar kendali manusia (secara alami
keberadaan uap air sudah sangat banyak di atmosfer) maka peranan uap air dalam
peningkatan efek rumah kaca tidak akan dibahas lebih lanjut.
Karbon dioksida adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang
sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Namun selain efek rumah kaca,
karbon dioksida juga memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman.
Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan
untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang dikenal sebagai fotosintesis Energi.
Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida diserap oleh ganggang.
3 Metana (CH4)
Metana adalah gas rumah kaca lain yang terdapat secara alami. Metana dihasilkan
ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada kondisi
tanpa udara (anaerob).Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat pembusukan
biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa.Metana mudah terbakar, dan
menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan.Metana juga dihasilkan dalam
jumlah cukup banyak di tempat pembuangan sampah; sehingga menguntungkan bila
mengumpulkan metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi
listrik.Metana merupakan unsur utama dari gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah
besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi, juga terdapat kaitannya dengan batu bara
Energi.
4 Ozon (O3)
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer,
stratosfer) Perusakan Lapisan Ozon. Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil
sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan
bermotor.Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia, hewan dan
tumbuh-tumbuhan.
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami.
Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen
oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil
(minyak bumi, batu bara, gas bumi).
Chloroflourocarbon (CFC)