Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan salah satu negara yang memasuki taraf kritis kerusakan
lingkungan yang mengglobal yang disebabkan oleh pemanasan global, hujan asam,
penipisan lapisan ozon, sampah padat, penyusutan cadangan mineral dan beberapa aktivitas
membahayakan manusia lainnya. Tidak lepas dari campur tangan manusia, dimana manusia
adalah kontributor terbesar dalam perusakan lingkungan. Seperti halnya tentang
pembangunan yang menggunakan bahan-bahan dari alam yang diambil secara berlebihan,
bahan bakar alat transportasi yang pembakarannya tidak sempurna yang merusak kesehatan
dan lapisan ozon.
Untuk itu harus ada upaya penanggulangan atau setidaknya mengurangi besarnya
tingkat kontribusi manusia dalam perusakan lingkungan. Beberapa cara yang dapat dilakukan
diantaranya yang pertama adalah pembangunan dengan konsep arsitektur hijau. Arsitektur
hijau adalah arsitektur yang minim konsumsi sumber daya alam termasuk energi, air dan
material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Arsitektur hijau adalah
suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk meminimalisasi berbagai
pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Selain arsitektur hijau, kita juga mengenal beberapa metode arsitektur lainnya, salah
satunya yaitu arsitektur post modern. Arsitektur yang muncul ketika arsitektur modern
mengalami kemunduran. Kemunduran ini berawal dari hancurnya Pruitt-Igoe Housing di
kota St. Louis. Missouri, Amerika Serikat. Gedung ini merupakan lambang dari arsitektur
modern. Saat pertama kali dibangun, apartment ini menjadi gambaran modernism yang
menggunakan teknologi untuk menciptakan kesejahteraan manusia. Namun dalam
kenyataanynya apartment ini menjadi sarang kejahatan dan para perusuh. Oleh karena itu
dikatakan arsitektur modern sudah tidak relevan lagi. Pada masa ini munculah berbagai
macam teori yang berlaku sampai sekarang. Pemikiran pada zaman dimana kita berada
sekarang yaitu zaman post modern ini menanamkan dan memfokuskan diri pada teori kritis
yang berbasis pada kemajuan dan emansipasi yang saling berkaitan yang dikenalkan oleh
Charles Jenks. Beliau menganggap arsitektur postmodern adalah arsitektur yang paling
berpengaruh.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bangunan green school di Bali
2. Baimana bangunan Vanna Venturi House
3. Bagaimana penerapan arsitektur hijau pada green school
4. Bagaimana penerapan arsitektur post modern terhadap bangunan Vanna Venturi
House di Philadelphia
1.3 TUJUAN

1
2. Untuk memahami bangunan green school
3. Untuk memahami bangunan Vanna Venturi House
4. Untuk mengetahui bagaimana penerapan arsitektur hijau pada bangunan green
school
5. Untuk mengenal salah satu contoh karya arsitektur post modern
BAB II
PEMBAHASAN

Pada bab ini, dibahas mengenai contoh karya arsitektur dari penerapan metode
green dan post modern terhadap masing-masing bangunan tersebut.
2.1 Green school
Green arsitektur atau arsitektur hijau merupakan salah satu metode arsitektur yang
mengusung konsep ramah lingkungan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi dampak negative
dari pekerjaan kontsruksi terhadap lingkungan sekitar. selain itu ini juga berguna untuk
meminimalisasikan pengaruh buruk terhadap lingkungan serta memberikan tempat yang
lebih baik dan lebih sehat bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Salah satu bangunan yang
telah mengusung konsep green yaitu Green School, Bali.
Green School berlokasi di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Abiansemal, Badung. sekitar
30 kilometer dari pusat Kota Denpasar. Sekolah ini digagas oleh John Hardy, pengusaha
perak asal Kanada yang juga pendiri Yayasan Kulkul. John Hardy menjelaskan bahwa ide
dasar pembangunan sekolah di atas areal seluas 7542.0 m² itu adalah untuk menerapkan
ajaran Tri Hita Karana. Oleh karena itu, tidak ada bahan buatan pabrik atau zat kimia yang
dipergunakan di sekolah ini. Green School dibuka 1 September 2008, dan diresmikan pada
Mei 2009. Saat ini dapat menampung 700 orang. Jenjang pendidikan mulai Taman Bermain
(Play Group), TK, SD, hingga SLTP.

Gambar2.1 – Suasana Ruang Belajar di Green School, Bali

2
Green School menyediakan fasilitas yang ramah lingkungan, menyegarkan,
menyehatkan, penyediaan transportasi alternatif, tempat rekreasi pilihan, dan kesempatan
bagi para pelajarnya. Keuntungannya sudah jelas, yaitu mengurangi gas-gas berbahaya bagi
atmosfer, meningkatkan kemampuan belajar para siswa, meningkatkan kesehatan para siswa,
meningkatkan kepekaan sosial, dan lain-lain.
Bangunannya hanya menggunakan bambu, rumput gajah dan tanah liat. Semen yang
digunakan hanya di beberapa tempat di yayasan ini. Bangunan utama atau yang paling
penting adalah “jantung dari sekolah”. Dimensi nya adalah 18 meter dan tingginya 64 meter.
Adapun beberapa area lainnya di sekolah ini, yaitu: bangunan apartemen, ruang kelas,
gedung perkantoran, dan kafe. Sekolah mendapat listrik dari sumber energi yang ramah
lingkungan, seperti generator turbin hidrolik dan panel surya yang terpasang.
Bahan-bahan bangunan serta furniturenya yang dipilih hampir seluruhnya dari bahan
bambu. Meja, kursi, rak, dan lemari tempat menyimpan buku yang digunakan sehari-hari
oleh anak didik semuanya terbuat dari bambu. Sedangkan atap bangunan dibuat dari ilalang.
Melihat hal tersebut, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa memasuki sekolah ini seperti
memasuki sebuah kompleks bangunan megah yang semuanya terbuat dari bambu dan ilalang
dengan bentuk yang sangat indah dan khas. Semua ruangan seperti ruang pertemuan, ruang
makan, ruang serba guna dan kamar kecil menampilkan keharmonisan antara bangunan
buatan manusia dengan alam sekitarnya.
Jalan setapak yang menghubungkan bangunan satu dengan lainnya tidak diaspal. Batu
kali dan cadas dibiarkan apa adanya. Demikian juga ruang kelas, didesain sedemikian rupa
sehingga anak didik menikmati pelajaran seperti belajar di alam terbuka. Tak ada sekat atau
dinding beton seperti kebanyakan sekolah saat ini sehingga udara segar bebas mengalir. Oleh
karena halaman sekolah sangat luas, Green School memanfaatkannya untuk bercocok tanam
secara organik. Sawah dan ladang dikerjakan dengan cara membajak dengan tangan.mereka
tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia. Persis seperti petani Bali tempo dulu.
Tanaman yang dibudidayakan juga asli tanaman lokal seperti singkong, ketela rambat,
pisang, talas, kelapa, padi, dan sebagainya. Hasil bercocok tanam itu dipanen untuk dinikmati
bersama oleh murid, guru, dan pengelola sekolah. Sisanya dijual di kantin sekolah sebagai
makanan ringan organik. Teh dan kopi yang dijual juga tidak menggunakan gula putih,
melainkan gula merah dari nira kelapa.

3
Gambar 2.2 - Desain Green School, Bali

Pendingin udaranya tidak lagi memakai Ac, melainkan kincir angin melalui terowongan
bawah tanah. Tenaga listiknya menggunakan bio-gas yang terbuat dari kotoran hewan untuk
menyalakan kompor. Tambak udang tempat budidaya, sekaligus peternakan sapi. Ditambah
lagi arena olahraga, laboratorium, perpustakaan, dll. Tenaga listriknya pun menggunakan
energi listrik dari biogas yang berasal dari kotoran hewan, generator turbin air, serta panel
surya. Di dalam areal kampus tersebut, mengalir Sungai Ayung yang gemercik airnya
menjadi musik alami.
Bangunan ramah lingkungan pun umumnya menghemat penggunaan air. Suasananya
akan lebih menyehatkan karena akan berpengaruh pada tingkat kelembapan udara, ventilasi,
dan filtrasi udara. Bangunan ramah lingkungan juga mengurangi sampah atau limbah yang
ditimbulkan manusia. Hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan berasal dari daur
ulang yang memenuhi konsep penyelamatan lingkungan yang sederhana. Yang pasti,
bangunan ramah lingkungan ini berperan mengurangi emisi karbon. Bayangkan saja, dengan
penggunaan panel surya, secara otomatis mengurangi tingkat penggunaan listrik yang
dihasilkan pembangkit tenaga listrik. Sehingga, tak perlu lagi menggunakan bahan bakar
yang banyak yang menghasilkan polusi udara.
Secara umum, selain sebagai inovasi dalam sustainability architecture, Green School
Bali ini juga merupakan bangunan yang mengadopsi bentuk dan material kebudayaan lokal
Bali sebagai inspirasi desain arsitekturalnya. Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah
ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah
yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita
temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini.
Green school ini memiliki material hanya ada bambu, alang-alang, rumput gajah, dan
tanah liat di atasnya. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material
alam dengan nilai lokal dan dapat didaurulang. Ini merupakan bentukan penting sebagai
konsekuensi dari tema Sustainability terkait penyelamatan bumi tersebut.
Seperti yang kita ketahui green arsitektur merupakan sebuah konsep arsitektur yang
berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Kata ‘green’

4
dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah
lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Di
negara-negara maju terdapat penghargaan , pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada
bangunan-bangunan yang tergolong 'green'.
Selain hal tersebuat penerapan konsep 'green' juga bisa diaplikasikan pada pengurangan
penggunaan energy (misalnya energi listrik), low energy house dan zero energy
building dengan memaksimalkan penutup bangunan (building envelope). Penggunaan
energy terbarukan seperti energi matahari, air, biomass, dan pengolahan limbah menjadi
energi juga patut diperhitungkan. Arsitektur hijau juga mengoptimalkan lahan rumah sebagai
ruang hijau kota. Rumah dengan konsep arsitektur hijau, merupakan reinterpretasi sosial
budaya masyarakat terhadap alam dan kehidupan tempat tinggalnya.

2.2 Vanna Venturi House


Arsitektur pasca-modern atau post modern adalah sebuah gaya atau gerakan yang timbul
pada 1960an sebagai reaksi melawan austeritas, formalitas, dan kekurangan
varietas arsitektur modern, terutama dalam gaya internasional yang diadvokasikan oleh Le
Corbusier dan Ludwig Mies van der Rohe. Gerakan tersebut memberikan sebuah doktrin dari
arsitek dan pakar teori arsitektural Robert Venturi dalam buku tahun 1966
buatannya Complexity and Contradiction in Architecture.
Seorang arsitek Amerika bernama Robert Venturi merancang rumah untuk ibunya di
tahun 1950-an. Rumah tersebut merupakan rumah di pinggiran kota Philadelphia
dengan gaya arsitektur kontemporer, tepatnya bergaya postmodern. Namun, pengaruhnya
sungguh besar, hingga saat ini, rumah ini disebut sebagai rumah bergaya Postmodern yang
pertama.
Rumah ini memiliki desain façade yang sederhana. Terdapat beberapa ornamen
postmodern dalam desainnya. Dengan memperkenalkan kembali elemen tradisional yang
banyak diaplikasikan pada rumah-rumah, ia banyak mengubah elemen, misalnya dengan
menghadirkan atap kubah ketimbang atap runcing pada area di pintu masuk, yang meletakkan
dasar bagi gerakan Postmodern secara keseluruhan. Rumah ini memiliki atap pitched
roof dengan sebuah cerobong besar. Rumah postmodern di Amerika ini selesai dibangun
pada tahun 1964, lebih dari satu dekade sebelum postmodernisme masuk dan diadaptasi
secara penuh. Rumah ini sangat populer terutama karena bentuk fasadnya sebuah gable
monumental dan cerobong asap yang besar di pusat dan bermacam-macam jendela yang
nampak tak serasi.
Rumah postmodern ini sangat sederhana, karena hanya menghadirkan aspek-aspek
mendasar yang harus dimiliki sebuah rumah atau tempat bernaung, yaitu pintu, jendela, dan
juga cerobong asap. Sebuah bukaan berbentung persegi dijadikan sebagai pintu masuk yang
terlindung di pusat façade. Elemen tradisional pada rumah postmodern ini diterapkan dengan

5
cara yang tidak konvensional. Pertama, atap gable memiliki bukaan vertikal di pusat, dan
terletak pada sisi panjang daripada sisi pendek bangunan, sehingga mendistorsi skala
sepenuhnya. Tidak ada gable yang sesuai di bagian belakangnya, karena elemen – elemen ini
sepenuhnya dekoratif. Bukaan persegi dijadikan sebuah pintu yang terlindung di pusat fasad,
namun pintunya sendiri berdiri di satu sisi. Ada juga sebuah lengkungan yang tampaknya
tidak memiliki fungsi apa – apa.

Gambar 2.3 - Desain Tampak Arsitektur Rumah Postmodern, Vanna Venturi House

6
Gambar 2.4 - Perspektif Arsitektur Rumah Postmodern, Vanna Venturi House

Gambar 2.5 - Desain Arsitektur Rumah Postmodern, Vanna Venturi House

Rumah postmodern ini digambarkan sebagai rumah yang sederhana sekaligus istimewa.
Kesederhanaan pada tampilan depannya menjadi semacam topeng untuk menutupi
kompleksitas intelektual yang sebenarnya. Menurut Scott Brown, eksterior rumah
postmodern ini terinspirasi oleh Michelangelo Porta Pia di Roma, yakni sebuah bangunan
yang bagian depan dan belakang tidak terkait satu sama lain. Tangga terletak di sekitar
perapian sentral. Bangunan ini awalnya dicat abu-abu, tapi kemudian dicat hijau pucat untuk
membuatnya terlihat lebih merepresentasikan rumah ala pinggiran kota.
Di interior rumah postmodern ini, terdapat lima kamar yang didirikan di sekitar perapian
yang menggabungkan dengan tangga. Ruang tamu terletak di pusat rumah, dengan ruang
makan dan dapur terpisah di satu sisi. Ruang makan dihiasi dengan lantai marmer. Kamar
tidur utama dan ruang peralatan di sisi lain, dan kamar tidur loteng yang terletak di atas. Tata
letak ini banyak digunakan sebagai referensi ideologi perencanaan tata kota yang banyak
diajarkan di universitas – universitas saat itu. Bob menciptakan sebuah jalan atau area

7
mobilitas yang masuk terus hingga ke dalam rumah. Jalan ini menuju ke sebuah pintu,
kemudian kita akan menemukan bahwa jalan – jalan utama di dalam rumah saling berpisah
namun bertemu di titik – titik dimana terjadi aktifitas yang signifikan. Tak heran, konsep ini
diadaptasi untuk perencanaan tata kota dan wilayah.
Lantai marmer di ruang makan berperan layaknya sebuah alun – alun, sementara pusat
perapian besar menjadi seperti sebuah Kapel. Kapel adalah suatu representasi dari sisi emosi
dan religius yang tinggi, dan merupakan sesuatu yang sangat pribadi nan bermakna. Rumah-
rumah kolonial juga mengimplementasikan ide ini, dengan perapian yang besar di tengah-
tengah bangunan. Kini, para arsitek sudah tidak diintimidasi oleh gaya ortodoks modern yang
banyak diterapkan pada arsitektur jaman dahulu. Arsitektur lebih menonjolkan tingkatan
makna dan kombinasi fokus, di mana setiap ruang dan unsur-unsurnya menjadi mudah dibaca
dan dapat dikerjakan dalam beberapa cara sekaligus. Bob Venturi memahami pengertian
hirarki, skala, yang diterapkan dekorasi untuk menyampaikan bagaimana sebuah bangunan
bisa diwujudkan menjadi sebuah hunian yang memiliki nilai empati.
Rumah postmodern ini adalah ikon arsitektur Amerika dan masih bisa disaksikan dalam
kondisi aslinya. Tapi, desain postmodern tentu tidak bisa langsung diterapkan begitu saja di
semua rumah untuk semua orang, sebab kebanyakan klien tidak akan mengerti sebuah
rumah dengan desain yang nampaknya sangat sederhana, tapi ternyata begitu kompleks dari
segi ideologi.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Arsitektur hijau atau green architecture yaitu arsitektur yang berusaha


meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara
memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Penerapannya dalam green school sendiri yaitu pembentukan ruang kelas tanpa
dinding pembatas, bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC)
melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini
memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan
hutan, tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala
kompor dan sebagainya, tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya,
sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal, adanya tambak
udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami dan bahan bakar
(biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar.
Arsitektur postmodern, atau yang juga dikenal dengan arsitektur pasca modern,
merupakan metode arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme.
Tapi kedua-duanya masih eksis. Selain itu arsitektur post modern juga mengambil gaya dari
arsitektur tradisional yang dikemal dengan metode postmodern sehingga tampilannya tidak
terkesan kuno. Pada ruman Vanna venture ini menghadirkan atap kubah ketimbang atap
runcing pada area di pintu masuk, yang meletakkan dasar bagi gerakan Postmodern secara
keseluruhan. Selain itu juga menerapkan penggunaan atap gable yang ditata dengan tidak
sesuai, jadi antari satu dengan lainnya hanyalah dekoratif, hal ini guna mempresentasikan
gaya tradisional dengan cara yang postmodern.

3.2 Saran
Seharusnya arsitektur hijau dapat dikembangkan lebih banyak lagi. Hal ini membawa
banyak dampak positif bagi kita semua, dari segi lingkungna, manusia bahkan dunia
konstruksi. Dengan memadukan dua metode yaitu green dan postmodern akan sangat
membawa dampak yang baik dan mungkin akan sangat diminati masyarakat dimasa
mendatang, guna mengurangi kerusakan lingkungan serta menampilkan tampilan arsitektur
yang memiliki nilai estetika yang tinggi.

9
Daftar Pustaka

Admin Architectaria. “Review Desain Rumah Dengan Arsitektur Postmodern”. 26 Mei 2018.
http://architectaria.com/review-desain-rumah-dengan-arsitektur-postmodern.html.
Image Bali Architect and Contractor. “Konsep Green Arsitektur Hijau secara Umum”. 20
Mei 2018. http://imagebali.net/detail-artikel/159-konsep-green-architecture-arsitektur-hijau-
secara-umum.php.
Wikipedia. “Green School”. 20 Mei 2018. https://www.greenschool.org/about/.
Wikipedia. “Arsitektur Pasca modern”. 20 Mei 2018.
https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_pasca-modern.
Wikipedia. “Green School (Bali)”. 20 Mei 2018.
https://en.wikipedia.org/wiki/Green_School_(Bali).
Ratnasari,Novita.”Green School, Bali, Indonesia”. 20 Mei 2018.
http://architectureforbetterlife.blogspot.com/2012/01/green-school-bali-indonesia.html.

10

Вам также может понравиться