Вы находитесь на странице: 1из 18

KARYA TULIS ILMIAH

PEMANFAATAN DAUN KATUK (Saoropus andogynus (L.) Merr) SEBAGAI


SUSU PELANCAR ASI (AIR SUSU IBU)

(Disusun dalam Rangka Memenuhi syarat Calon Peserta Pelatihan Metodologi


Penelitian dan Orientasi Manajemen Keorganisasian LPM Penalaran UNM)

TUGAS INDIVIDU

OLEH:

HUSNUL SAPRIANI

LEMBAGA PENELITIAN MAHASISWA (LPM) PENALARAN


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan tunggal yang paling
dibutuhkan dan bermanfaat bagi bayi terutama pada masa-masa pertama
karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi. Selain itu, secara alamiah
ASI dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah
mencerna dan menyerap gizi ASI.
ASI adalah satu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur
kebutuhan bayi baik fisik, psikologisosial maupun spiritual. ASI mengandung
nutrisi, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti
inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan.
ASI sangat dibutuhkan oleh bayi, namun ada beberapa kendala yang
menyebabkan bayi tidak mendapatkan ASI secara maksimal seperti kendala
pada ibu yang mengeluhkan produksi ASI yang tidak mencukupi terutama
pada minggu pertama nifas hingga makin banyaknya ibu yang bekerja penuh-
waktu serta keterbatasan pengetahuan ibu tentang manfaat dari ASI. Beberapa
obat-obatan yang ditawarkan kepada para ibu untuk mengurangi keluhan
tersebut, salah satunya adalah daun katuk yang diduga dapat menambah
produksi ASI.
Pada umumnya daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr)
digunakan sebagai sayuran. Di Indonesia daun katuk digunakan untuk
melancarkan air susu ibu, obat borok, bisul, demam, dan darah kotor. Banyak
sekali penelitian yang menunjukkan bahwa daun katuk efektif untuk
memperlancar produksi ASI. Di antaranya adalah penelitian yang dilakukan
oleh DR. Tutik Wresdiyati dan DR. Agik Suprayogi dari IPB. Penelitian
dilakukan dengan memberikan ekstrak daun katuk pada domba sebanyak 1,89
mg selama 2 minggu. Dan hasilnya bahwa air susu domba tersebut mengalami
peningkatan laktoferin. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun katuk dapat
meningkatkan sekresi air susu (Fitria, 2010).
Cara pemakaian daun katuk dalam bentuk sayuran atau lalap tidak
praktis, apalagi untuk masyarakat perkotaan yang sulit untuk mendapatkan
bahan segar setiap saat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat
sediaan yang lebih praktis penggunaannya yakni dalam bentuk susu dimana
konsumen lebih mudah untuk mengonsumsinya dengan varian rasa madu yang
nikmat. Penyediaan daun katuk yang berlimpah di daerah Enrekang, Provinsi
Sulawesi Selatan dapat dimanfaatkan karena kebanyakan masyarakat
membiarkannya tumbuh liar adapula yang menjadikannya pagar depan rumah
karena jumlahnya yang terlalu banyak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari karya tulis
ilmiah ini adalah bagaimana cara pemanfaatan daun katuk sebagai susu
pelancar ASI yang baik agar tidak merusak kesehatan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah untuk mengetahui cara pemanfaatan daun katuk sebagai susu
pelancar ASI yang baik agar tidak merusak kesehatan.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai
pemanfaatan daun katuk sebagai susu pelancar ASI (Air Susu Ibu).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Sebagai rekomendasi bagi pemerintah untuk memberikan penyuluhan
mengenai inovasi pangan menyusui khususnya susu daun katuk untuk
memperlancar ASI ( Air Susu Ibu) kepada masyarakat.
b. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan bacaan untuk memperluas pemahaman masyarakat
mengenai pemanfaatan daun katuk serta sebagai asupan untuk
memperlancar ASI (Air Susu Ibu) misalnya untuk ibu yang sedang
menyusui.
c. Bagi Peneliti
Sebagai bahan informasi atau rujukan untuk melakukan penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan pemanfaatan daun katuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Katuk (Saoropus androgynus (L.) Merr)


1. Deskripsi Umum
Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah
diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau
dari kandungan gizinya, daun katuk merupakan jenis sayuran hijau yang
banyak manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan badan.
Daun katuk dapat memperlancar pengeluaran ASI, kemudian
dalam perkembangan selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk digunakan
sebagai diuretik dan sari daun katuk digunakan sebagai pewarna makanan.
Di dalam daun katuk terdapat cukup banyak kandungan kalori, protein,
kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Tanaman ini berbentuk perdu. Tingginya mencapai 2-3 m.
Cabang-cabang agak lunak dan terbagi. Daun tersusun selang-seling pada
satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan
lebar 1,25-3 cm. Bunga tunggal atau berkelompok tiga. Buah bertangkai
panjang 1,25 cm. Tanaman katuk dapat diperbanyak dengan stek dari
batang yang sudah berkayu, panjang lebih kurang 20 cm disemaikan
terlebih dahulu. Setelah berakar sekitar 2 minggu dapat dipindahkan ke
kebun. Jarak tanam panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Setelah tinggi
mencapai 50-60 cm dilakukan pemangkasan agar selalu didapatkan daun
muda dan segar.
2. Klasifikasi
Menurut (Manik, 2011) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan,
tanaman katuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynus (L.) Merr.

Gambar 1. Daun Katuk


3. Penyebaran Wilayah
Daun katuk (Saoropus androgynus (L.) Merr) ternyata telah
dikenal dalam pengobatan tradisional di Asia Selatan dan AsiaTenggara
sebagai obat penambah ASI. Nama daerah: Memata (Melayu), Simani
(Minangkabau), Katuk (Sunda), Kebing dan Katukan (Jawa), Kerakur
(Madura). Terdapat di berbagai daerah di India, Malaysia dan Indonesia.
Di Indonesia tumbuh di dataran dengan ketinggian 0-2100 m di atas
permukaan laut (HIC, 2013).
Di Kabupaten Bogor telah dibudidayakan untuk meningkatkan
pendapatan penduduk. Pada umumnya daun katuk digunakan sebagai
sayuran. Di Indonesia daun katuk digunakan untuk melancarkan air susu
ibu, obat borok, bisul, demam, dan darah kotor. Daun katuk sudah
diproduksi sebagai sediaan fitofarmaka yang berkhasiat untuk
melancarkan ASI. Sepuluh pelancar ASI yang mengandung daun katuk
telah beredar di Indonesia pada tahun 2000 (HIC, 2013).
Tanaman katuk tumbuh menahun, berbentuk semak perdu dengan
ketinggian antara 2,5 m – 5 m. Tanaman katuk terdiri dari akar, batang, daun,
bunga, buah dan biji. Sistem perakarannya menyebar ke segala arah dan dapat
mencapai kedalaman antara 30-50 cm. Batang tanaman tumbuh tegak dan
berkayu. Tanaman katuk mempunyai daun majemuk genap, berukuran kecil,
berbentuk bulat seperti daun kelor. Permukaan atas daun berwarna hijau
gelap, sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Produk
utama tanaman katuk berupa daun yang masih muda. Daun katuk sangat
potensial sebagai sumber gizi karena memiliki kandungan gizi yang setara
dengan daun singkong, daun papaya, dan sayuran lainnya.
4. Kandungan
Kandungan zat daun katuk berdasarkan hasil analisis GCMS pada
ekstrak heksana menunjukkan adanya beberapa senyawa alifatik. Pada
ekstrak eter terdapat komponen utama yang meliputi : monometil suksinat,
asam benzoat dan asam 2-fenilmalonat; serta komponen minor meliputi :
terbutol, 2-propagiloksan, 4H-piran-4-on, 2-metoksi-6-metil, 3-peten-2-on,
3-(2-furanil), dan asam palmitat. Pada ekstrak etil asetat terdapat
komponen utama yang meliputi: sis-2-metil-siklopentanol asetat.
Kandungan daun katuk meliputi protein, lemak, kalsium, fosfor, besi,
vitamin A, B, dan C. pirolidinon, dan metil piroglutamat serta p-
dodesilfenol sebagai komponen minor (HIC, 2013).
Dalam 100 g daun katuk terkandung: energi 59 kal, protein 6,4 g,
lemak 1,0 g, hidrat arang 9,9 g, serat 1,5 g, abu 1,7 g, kalsium 233 mg,
fosfor 98 mg, besi 3,5 mg, karoten 10020 mcg (vitamin A), B, dan C 164
mg, serta air 81 g. Tanaman katuk dapat meningkatkan produksi ASI
diduga berdasarkan efek hormonal dari kandungan kimia sterol yang
bersifat estrogenik. Pada penelitian terdahulu daun katuk mengandung
efedrin (HIC, 2013).
Daun katuk berkhasiat memperbanyak air susu, untuk demam,
bisul, borok dan darah kotor. Tiga peneliti menyatakan infus daun katuk
dapat meningkatkan produksi air susu pada mencit. Infus daun katuk dapat
meningkatkan jumlah asini tiap lobulus kelenjar susu mencit. Satu peneliti
menyatakan isolat fase eter dan ekstrak petroleum eter daun katuk tidak
menyebabkan peningkatan sekresi air susu yang bermakna. Satu peneliti
menyatakan bahwa dekok akar katuk mempunyai efek antipiretik terhadap
burung merpati (HIC, 2013).
Infus akar katuk mempunyai efek diuretik dengan dosis 72
mg/100 g bb. Konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat memperlama
waktu menyusui bayi perempuan secara nyata dan untuk bayi pria hanya
meningkatkan frekuensi dan lama menyusui. Proses perebusan daun katuk
dapat menghilangkan sifat anti protozoa. Pemberian infus daun katuk
kadar 20 %, 40 %, dan 80 % pada mencit selama periode organogenesis
tidak menyebabkan cacat bawaan (teratogenik) dan tidak menyebabkan
resorbsi. Jus daun katuk mentah digunakan sebagai pelangsing di Taiwan
(HIC, 2013).
Di Taiwan 44 orang mengkonsumsi jus daun katuk mentah (150 g)
selama 2 minggu - 7 bulan, terjadi efek samping dengan gejala sukar tidur,
tidak enak makan dan sesak nafas. Gejala hilang setelah 40-44 hari
menghentikan konsumsi jus daun katuk. Hasil biopsi dari 12 pasien
menunjukkan bronkiolitis obliterasi.(9) Sejumlah 178 pasien
mengkonsumsi jus daun katuk mentah dengan dosis 150 g / hari (60,7 %),
digoreng (16,9 %), campuran (20.8 %), dan digodok (1,7 %), selama 7
bulan - 24 bulan. Terdapat efek samping setelah penggunaaan selama 7
bulan berupa gejala obstruksi bronkiolitis sedang sampai parah, sedangkan
konsumsi selama 22 bulan atau lebih menyebabkan gejala bronkiolitis
obliterasi yang permanen (HIC, 2013).
Di Amerika, sejak tahun 1995 daun katuk goreng, salad daun
katuk, dan minuman banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai obat
antiobesitas (pelangsing tubuh). Penelitian dilakukan terhadap 115 kasus
bronkiolitis obliterasi (110 perempuan dan 5 pria), berumur antara 22-66
tahun yang sebelumnya mengkonsumsi daun katuk. Pada uji fungsi paru
terlihat obstruksi sedang sampai parah. Pengobatan dengan campuran
kortikosteroid, bronkodilatasi, eritromisin, dan zat imunosupresi hampir
tidak berkhasiat. Setelah 2 tahun bronkiolitis obliterasi berkembang
menjadi parah dan terjadi kematian pada 6 pasien (6,1 %) (HIC, 2013).
Proses perebusan daun katuk dapat menghilangkan sifat anti
protozoa. Jadi dapat disimpulkan pemanasan dapat mengurangi sampai
meniadakan sifat racun daun katuk (HIC, 2013).
Pemanfaatan daun katuk sebagai jamu atau sediaan fitofarmaka
adalah sebagai pelancar ASI. Efek samping utama daun katuk adalah
konstriksi bronkiolitis yang permanen. Penelitian efek samping pelancar
ASI terhadap ibu dan anak belum penah dilakukan di Indonesia. Penelitian
ini perlu dilakukan, dan jika telah terbukti keamanannya maka sediaan
fitofarmaka daun katuk mempunyai peluang untuk dianjurkan agar
digunakan (HIC, 2013).
B. ASI (Air Susu Ibu)
1. Definisi ASI
ASI (Air Susu Ibu) merupakan makanan tunggal yang paling
dibutuhkan dan bermanfaat bagi bayi terutama pada masa-masa pertama karena
mengandung zat gizi yang diperlukan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI
dibekali enzim pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna
dan menyerap gizi ASI.
ASI juga dapat dikatakan sebagai sebuah cairan tanpa tanding
ciptaan Allah yang memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya
dalam melawan kemungkinan serangan penyakit. Keseimbangan zat-zat
gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya
memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang
mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf.
ASI merupakan air susu yang keluar dari seorang ibu pasca
melahirkan bukan sekedar sebagai makanan, tetapi juga sebagai suatu
cairan yang terdiri dari sel-sel yang hidup seperti sel darah putih, antibodi,
hormon, faktor-faktor pertumbuhan, enzim, serta zat yang dapat
membunuh bakteri dan virus. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa makanan dan minuman lain, baik berupa susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, maupun makanan padat seperti pisang, pepaya,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim (Roesli, 2005) dalam (Fitria, 2010).
2. Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi bayi:
a. ASI merupakan sumber gizi sempurna
ASI mengandung zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi.faktor pembentukan
sel-sel otak terutama DHA dalam kadar tinggi. ASI juga mengandung
whey (protein utama dari susu yang berbentuk cair) lebih banyak dari
casein (protein utama dari susu yang berbentuk gumpalan).komposisi ini
menyebabkan ASI mudah diserap oleh bayi.
b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi sudah dibekali immunoglobulin (zat kekebalan tubuh)
yang didapat dari ibunya melalui plasenta. Tapi, segera setelah bayi lahir
kadar zat ini akan turun cepat sekali. Tubuh bayi baru memproduksi
immunoglobulin dalam jumlah yang cukup pada usia 3 - 4 bulan. Saat
kadar immunoglubolin bawaan menurun, sementara produksi sendiri
belum mencukupi, bisa muncul kesenjangan immunoglobulin pada bayi.
Di sinilah ASI berperan bisa menghilangkan atau setidaknya mengurangi
kesenjangan yang mungkin timbul. ASI mengandung zat kekebalan
tubuh yang mampu melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi
bakteri, virus, dan jamur. Colostrum (cairan pertama yang mendahului
ASI) mengandung zat immunoglobulin 10 - 17 kali lebih banyak dari
ASI.
c. ASI eklusif meningkatkan kecerdasan dan kemandirian anak
Fakta-fakta ilmiah membuktikan, bayi dapat tumbuh lebih sehat
dan cerdas bila diberi air susu ibu (ASI) secara eksklusif pada 4 - 6 bulan
pertama kehidupannya. Di dalam ASI terdapat beberapa nutrien untuk
pertumbuhan otak bayi di antaranya taurin, yaitu suatu bentuk zat putih
telur khusus, laktosa atau hidrat arang utama dari ASI, dan asam lemak
ikatan panjang - antara lain DHA dan AA yang merupakan asam lemak
utama dari ASI.
Hasil penelitian tahun 1993 terhadap 1.000 bayi prematur
membuktikan, bayi-bayi prematur yang mendapat ASI eksklusif
mempunyai IQ lebih tinggi secara bermakna yaitu 8,3 poin lebih tinggi
dibanding bayi premature yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Dr.
Riva dkk. menunjukkan anak-anak usia 9,5 tahun yang ketika bayi
mendapat ASI eksklusif, ditemukan memiliki IQ mencapai 12,9 poin
lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang ketika bayi tidak
mendapatkan ASI.
d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Jalinan kasih sayang yang baik adalah landasan terciptanya
keadaan yang disebut secure attachment. Anak yang tumbuh dalam
suasana aman akan menjadi anak yang berkepribadian tangguh, percaya
diri, mandiri, peduli lingkungan dan pandai menempatkan diri. Bayi
yang mendapat ASI secara eksklusif. akan sering dalam dekapan ibu saat
menyusu, mendengar detak jantung ibu, dan gerakan pernapasan ibu
yang telah dikenalnya dan juga akan sering merasakan situasi seperti
saat dalam kandungan: terlindung, aman dan tenteram.

Manfaat menyusui bagi ibu:


a. Mengurangi resiko kanker payudara
Menyusui setidaknya sampai 6 bulan mengurangi kemungkinan
ibu menderita kanker payudara, kanker rahim, kanker indung telur.
Perlindungan terhadap kanker payudara sesuai dengan lama pemberian
ASI. Ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker payudara sebanyak
20%-30%. Berdasarkan penelitian dari 30 negara pada 50.000 ibu
menyusui dan 97.000 tidak menyusui kemungkinan kejadian kanker
payudara lebih rendah pada ibu menyusui. Jika menyusui lebih dari 2
tahun ibu akan lebih jarang menderita kanker payudara sebanyak 50%.
b. Metode KB paling aman
Kuisioner digunakan untuk memperoleh data dari para ibu di
Nigeria untuk mengetahui dampak menyusui dengan jarak kelahiran
anak secara alami. Jarak kelahiran anak lebih panjang pada ibu yang
menyusui secara eklusif daripada yang tidak.
c. Kepraktisan dalam pemberian ASI
ASI dapat segera diberikan pada bayi, segar, siap pakai dan
mudah pemberiannya sehingga tidak terlalu merepotkan ibu.
d. Ekonomis
Dengan memberikan ASI, ibu tidak memerlukan untuk makanan
bayi sampai berumur 4-6 bulan. Dengan demikian akan menghemat
pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan
peralatannya.
Praktik menyusui Air Susu Ibu (ASI) di Indonesia semakin menurun dari
tahun ke tahun, dari 42% pada tahun 1997 menjadi 40% pada tahun 2002.
Kecenderungan ini ternyata ditemui di negara-negara berkembang lainnya seperti
di Filipina dari 20% pada tahun 1998 menjadi 16% pada 2003, Vietnam dari 29%
pada 1998 menjadi 15% pada 2002. Thailand merupakan negara paling rendah
dengan hanya 5,4% ibu menyusui ASI ekskusif (Gunanegara, 2010).
Kecenderungan ini mungkin terjadi karena makin banyaknya ibu yang
berkeja penuh-waktu dan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang kurang
adekuat. Ibu-ibu di negara maju seperti Amerika Utara dan Eropa justru
memperlihatkan kecenderungan yang meningkat untuk menyusui ASI eksklusif
dalam bulan-bulan pertama kelahiran (Gunanegara, 2010).
WHO merangkum hasil studi dari efek-efek menyusui awal pada langkah
4 dari 10 Langkah Sukses Menyusui yang menyatakan “Menolong ibu memulai
menyusui dalam waktu 30 menit setelah kelahiran”. Banyak penelitian yang
menyatakan tentang pentingnya kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayinya dalam
menyusui pertama kali terutama dalam waktu 30 menit setelah persalinan
(Gunanegara, 2010).
Pengamatan-pengamatan yang dilakukan di berbagai rumah sakit,
terkadang cukup sulit bagi ibu untuk melakukan hal ini, karena bayi-bayi belum
siap untuk mulai menyusui karena banyaknya prosedur-prosedur klinis yang
dilakukan di RS, beberapa diantaranya tidak saja menghambat kontak dini antara
ibu dan bayinya tapi juga diragukan kegunaannya untuk bayi. Selain itu terdapat
bukti bahwa operasi seksio sesar merupakan penghambat yang signifikan terhadap
implementasi pada rumah sakit yang ramah terhadap bayi untuk memulai
menyusui. Praktek rawat gabung sedini mungkin agar ibu dan bayi selalu
berdekatan dalam satu ruangan ternyata sangat menunjang keberhasilan menyusui.
Keberhasilan menyusui juga tampak lebih tinggi pada bayi yang mulai menyusui
lebih dini dibandingkan dengan bayi yang mulai menyusui lebih lambat
(Gunanegara, 2010).
Produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan keluhan yang sering
diutarakan oleh ibu terutama minggu pertama nifas dan mengenai sekitar 50-80%
wanita hamil.11 Banyak sekali obat-obatan yang ditawarkan kepada mereka untuk
mengurangi keluhan tersebut, salah satunya adalah daun katuk, yang diduga dapat
menambah produksi ASI (Gunanegara, 2010).

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Tulisan
Tulisan ini bersifat studi pustaka yang di sajikan secara deskriptif,
sehingga suatu tulisan kajian ilmiah dapat dikembangkan dan diterapkan lebih
lanjut. Tulisan ini ditunjang oleh berbagai literatur yang relevan terhadap
permasalahan yang akan dibahas.
B. Objek Tulisan
Objek tulisan dalam karya tulis ini adalah daun katuk yang dapat di
manfaatkan menjadi susu pelancar ASI (Air Susu Ibu).
C. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penulisan karya tulis ini berasal dari beberapa buku, jurnal
dan sumber lain yang diambil dari internet yang relevan dengan masalah yang
dibahas. Literatur tersebut dikaji, lalu dipilih informasi yang relevan terhadap
masalah yang diangkat.
D. Prosedur Penulisan
Hal yang pertama dilakukan adalah persiapan. Pada tahap ini penulis
menemukan masalah yang akan dikaji, dari masalah ini akan muncul judul.
Selanjutnya, pengumpulan data, kemudian penyeleksian data terhadap
kerelevanan dengan masalah yang dikaji. Data yang terkumpul dianalisis
secara deskriptif dan mengidentifikasi pemanfaatan daun katuk menjadi susu
pelancr ASI (Air Susu Ibu). Tahap akhir adalah penarikan kesimpulan dari
data yang telah dianalisis

BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS

A. Analisis
Era global saat ini beragam susu pelancar ASI (Air Susu Ibu)
dengan berbagai macam produk telah tersebar luas di masyarakat dan
kebanyakan dari produk tersebut adalah instan atau bisa langsung
dikonsumsi seperti obat namun tentunya ada efek samping yang
ditimbulkan. Para produsen pun bersaing untuk dapat memproduksi
produk-produk yang lebih menarik hati para ibu. Produk tersebut berupa
susu atau suplemen makanan yang praktis untuk dikonsumsi serta
memiliki nilai gizi tinggi sesuai kebutuhan para ibu. Salah satu contoh
bahan pangan yang dapat dimanfaatkan dalam memperlancar ASI (Air
Susu Ibu) adalah daun katuk.
Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah
diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau
dari kandungan gizinya, daun katuk merupakan jenis sayuran hijau yang
banyak manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan badan. Daun katuk dapat
memperlancar pengeluaran ASI, kemudian dalam perkembangan
selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk digunakan sebagai diuretik dan
sari daun katuk digunakan sebagai pewarna makanan. Di dalam daun
katuk terdapat cukup banyak kandungan kalori, protein, kalsium, zat besi,
fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Pada umumnya daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr)
digunakan sebagai sayuran. Di Indonesia daun katuk digunakan untuk
melancarkan air susu ibu, obat borok, bisul, demam, dan darah kotor.
Cara pemakaian daun katuk dalam bentuk sayuran atau lalap tidak
praktis, apalagi untuk masyarakat perkotaan yang sulit untuk mendapatkan
bahan segar setiap saat. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat
sediaan yang lebih praktis penggunaannya yakni dalam bentuk susu
dimana konsumen lebih mudah untuk mengonsumsinya dengan varian rasa
madu yang nikmat.
B. Sintesis
Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah
diperoleh di setiap pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau
dari kandungan gizinya, daun katuk merupakan jenis sayuran hijau yang
banyak manfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan badan.
Daun katuk dapat memperlancar pengeluaran ASI, kemudian
dalam perkembangan selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk digunakan
sebagai diuretik dan sari daun katuk digunakan sebagai pewarna makanan.
Di dalam daun katuk terdapat cukup banyak kandungan kalori, protein,
kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.
Pada umumnya daun katuk (Sauropus androgynus L.Merr) digunakan
sebagai sayuran. Di Indonesia daun katuk digunakan untuk melancarkan
air susu ibu, obat borok, bisul, demam, dan darah kotor.

Pembuatan kerupuk batang pisang dimulai dengan menyiapkan


alat dan bahan yang diperlukan. Alat yang diperlukan yaitu, baskom,
pisau, gelas, panci, wajang dan sendok. Bahan yang diperlukan yaitu
batang pisang, tepung terigu, bumbu dapur yang dihaluskan berupa bumbu
seperti gula, bawang merah, bawang putih, garam, merica, dan penyedap
rasa.
Proses pembuatan kerupuk batang pisang dapat dilakukan dengan mudah
dan sederhana tanpa memerlukan tenaga dan biaya yang besar. Pertama-
tama yang harus kita lakukan yaitu memilih batang pisang yang dapat
dimakan jantungnya dan sudah berumur tua, kemudian mengambil bagian
yang paling di dalam yaitu yang berwarna putih. Setelah diambil bagian
tersebut dipotong-potong dan dikukus, kemudian batang pisang yang
sudah dimasak dihancurkan. Setelah proses penghancuran selesai
kemudian campurkan batang pisang yang sudah dihaluskan dengan tepung
terigu. Setelah itu, gilas diatas daun pisang sampai tipis dan keringkan
dibawah sinar matahari kurang lebih 3 hari. Setelah kering, gorenglah
diatas minyak yang mendidih dan tunggu sampai kerupuk berubah warna
menjadi warna kecoklatan. Contoh komposisi bahan dalam pembuatan
kerupuk batang pisang yaitu batang pisang 2 kg, terigu 1 kg, bawang putih
8 biji, bawang merah 5 biji, gula 3 sdt, merica 3 sdm, merica bubuk
secukupnya, garam 5 sdm, dan bumbu penyedap rasa secukupnya.
Secara umum kerupuk dibuat melalui tahap penggorengan, tetapi ada pula
dengan hanya melalui penjemuran, atau pengeringan. Kerupuk dapat
berasa dominan asin, pedas, manis, asam, gurih, atau paduan dari
kesemuanya.

Selain dapat dikonsumsi sendiri, kerupuk batang pisang pun dapat dijual
untuk menambah pemasukan, Hal ini disebabkan karena terdapat variasi
baru dari makanan atau dari sebuah produk sehingga tidak tercipta lagi
kebosanan. Jadi, kalau kerupuk pisang terjual laku dipasaran, maka tidak
menutup kemungkinan kerupuk batang pisang pun dapat di terima
dimasyarakat. Hal ini memberi manfaat plus bagi masyarakat karena dapat
menambah nilai ekonomi.

Secara singkat, cara pembuatan kerupuk batang pisang dapat digambarkan


dalam bagan disamping:
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dalam penulisan ini, maka dapat
disimpulkan bahwa daun katuk dapat dimanfaatkan untuk dijadikan susu
pelancar ASI (Air Susu Ibu) yang nikmat dengan varian rasa madu dan bergizi
dengan proses yang sederhana, cukup mudah dan tidak memerlukan biaya
yang mahal. Selain itu, susu daun katuk pelancar ASI (Air Susu Ibu) ini dapat
menjadi alternatif suplemen bagi para ibu yang sedang menyusui khusunya
dan masyarakat pada umumnya karena tidak menutup kemungkinan apabila
terlalu banyak mengonsumsi obat dapat mengakibatkan efek samping.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan dapat memberikan modal kepada para masyarakat
yang ingin membuka usaha susu daun katuk pelancar ASI (Air Susu Ibu).
2. Masyarakat diharapkan lebih banyak membudidayakan daun katuk karena
memiliki banyak manfaat.
3. Peneliti perlu mengembangkan lebih lanjut mengenai penulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria. 2010. Chapter II_4 (ASI). Universitas Sumatera Utara.

Gunanegara Zrimonta F, Suryawan Aloysius, Sastrawinata Ucke S, & Surachman


Tatang. 2010. Efektivitas Ekstrak Daun Katuk dalam Produksi Air Susu
Ibu untuk Keberhasilan Menyusui. Vol.9, Februari 2, 2010. Bandung.

Harmusyanto Ranuga. 2013. STUDI MENGENAI EFEK DAUN KATUK


(Saoropus androgynus (L.) Merr) TERHADAP LIBIDO KELINCI
JANTAN (Oryctolagus cuniculus) SEBAGAI AFRODISLAK. Surabaya.

HIC. 2013. DAUN KATUK ANTARA MANFAAT DAN EFEK SAMPING UNTUK
TUBUH - HIC Cemerlang. Januari 2, 2013.
http://hiccemerlang.blogspot.com/2013/01/daun-katuk-antara-manfaat-
dan-efek.html diakses tanggal 6 Maret 2014.

Lamalif Herbal. 2011. Daun Katuk Tak Hanya Memperlancar ASI - Lamalif
Herbal. http://lamalifherbal.blogspot.com/2011/12/daun-katuk-tak-hanya-
memperlancar-asi.html diakses tanggal 6 Maret 2014.

Manik. 2011. Chapter I_4 ND. Universitas Sumatera Utara.

Picture. 2012. daun-katuk1.jpg. http://daunkatuk.com/wp-


content/uploads/2012/09/daun-katuk1.jpg diakses tanggal 6 Maret 2014.

Rengga Wara Dyah Pita & Handayani Prima Astuti. 2001. SERBUK INSTAN
MANIS DAUN PEPAYA SEBAGAI UPAYA MEMPERLANCAR AIR SUSU
IBU. Universitas Negeri Semarang.

Sa’roni, Sadjiman Tonny, Sja’bani Mochammad & Zulaela. 2004


EFFECTIVENESS OF THE SAUROPUS ANDROGYNUS (L.) MERR
LEAF EXTRACT IN INCREASING MOTHER’S BREAST MILK
PRODUCTION. Volume XIV Nomor 3 Tahun 2004.

Вам также может понравиться