Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kepulauan Raja Ampat merupakan destinasi wisata yang terletak di wilayah Papua. Wisata ini
sudah dikenal oleh seluruh dunia karena keelokan alamnya yang sangat mempesona. Salah satu bentuk
kepopuleran objek wisata Raja Ampat adalah dengan adanya film dokumenter yang dibuat oleh Avant
Premiere yang berjudul " Edis Paradise 3 ", dimana dalam film tersebut menceritakan keindahan alam
bawah laut Raja Ampat yang berada di kawasan Papua, yang mana wisata ini juga dijuluki sebagi
kawasan Amazon Lautan Dunia. Julukan tersebut diberikan karena letak dari tempat wisata ini yang
berada dipusat segitiga karang dunia. Wisata Kepulauan Raja Ampat berada dikawasan teritorial Papua
Barat, yang merupakan sebuah gugusan pulau yang tersebar dengan jumlahnya berkisar 610 pulau, akan
Daerah Raja Ampat merupakan daerah kepulauan, dengan satu - satunya sarana transportasi yang bisa
digunakan oleh masyarakan sekitar adalah transportasi angkutan laut. Transportasi ini digunakan baik
untuk menjangkau ibu kota kabupatennya ( Waisai ) ataupun sebaliknya. Dengan empat pulau utama
yang berada dikawasan ini menjadikan keunikan tersendiri bagi Anda yang melancong ke destinasi wisata
Raja Ampat. empat pulau yang dimaksutkan adalah Batanta, Misool, Salawati dan Waigeo. Sebutan
atau nama dari Raja Ampat sendiri diambil dari mitos penduduk sekitar yang apabila diartikan kedalam
Para wisatawan yang berasal dari penjuru dunia sengaja datang objek wisata di Papua ini untuk
menikmati keindahan pulau dan keunikan wisata bawah lautnya, serta menjelajahi dinding - dinding
bawah laut dengan cara menyelam. Disini wisatawan juga bisa mengarungi gugusan kepulauan besar dan
kecil, pegunungan, hutan tropis, untaian karang laut, pantai pasir putih serta keaneka ragaman kehidupan
satwa yang ada di kawasan wisata Raja Ampat. Memang boleh dikatakan kalau kekayaan alam seperti
ini sangat jarang sekali ada, jadi bersyukur sekali apabila Indonesia memiliki anugrah yang sulit untuk
Wisata Raja Ampat memang boleh dibilang sangatlah unik, karena memiliki nilai sejarah atau legenda
tersendiri. Legenda dari Raja Ampat sediri muncul dari masyarakat sekitar dan memiliki beberapa versi
cerita yang diwariskan dari generasi ke generasi ( turun - temurun ) mengenai cerita legenda asal - usul
nama Raja Ampat sendiri. Adapun salah satu versi cerita legenda dari Raja Ampat yang beredar di
Dijaman dahulu ada sepasang suami istri hidup dengan sederhana di Teluk Kabui Kampung Wawiyai,
pasangan suami tersebut mempunyai pekerjaan sebagai perambah hutan, yang kegiatan sehari - harinya
pergi untuk mencari bahan makanan. Mereka bahu membahu menyusuri hutan agar cepat mendapatkan
apa yang mereka harapkan. Kemudian dalam perjalanannya mereka sampai di tepi Sungai Waikeo, dan
beristirahat melepas lelah. Selama mereka beristirahat mereka melihat lima butir telur yang letaknya tidak
jauh dari mereka beristirahat. Setelah itu mereka dekati dan ternyata telur - telur tadi merupakan telur
dari Naga. Karena merasah menemukan telur - telur yang aneh, mereka membungkus dalam sebuah noken (
noken = kantong ) dan dibawah pulang ke rumahnya. Setelah sampai rumah telur - telur yang mereka
mengeluarkan suara bisikan, merekapun penasaran dan mencoba mengintip dari balik pintu kamar. Setelah
mereka melihat kejadiannya, betapa kagetnya kedua pasangan suami istri tadi, karena melihat kelima telur
yang disimpan menetas dan berwujud empat anak laki - laki dan yang satu perempuan. Kelima anak tadi
memakai pakaian halus yang menandakan bahwa mereka adalah keturunan dari seorang Raja.
Hingga saat ini siapa yang memeberi nama kepada anak - anak yang dilahirkan dari telur naga tersebut
belum jelas, akan tetapi masyarakat sekitar mengetahui masing - masing anak tadi bernama sebagai
berikut :
Setelah tumbuh dewasa, ke empat anak laki - laki itu menjadi raja dan memerintah dengan bijaksana.
Sementara, anak perempuan ( Pintolee ) suatu hari ditemukan sedang hamil dan mengeluarkan dua buah
telur. Setelah diketahui oleh kakak - kakak Pintolee, satu telur yang dia lahirkan diletakan dalam kulit
kerang, dengan ukuran besar ( Kulit Bia ) dan kemudian dihanyutkan hingga terdampar disebuah pulau
yang diberi nama Pulau Numfor. dan yang satunya, tidak menetas dan berubah menjadi batu yang
kemudian diberi nama Kapatnai. Batu itu diperlakukan seperti raja oleh penduduk sekitar, dan diberi
ruangan tempat untuk bersemanyam serta diletakan pula dua buah batu sebagai pertanda pengawalan
terhadap persemayaman tersebut. Sampai saat ini masyarakat sekitar masih menghormati keberadaan