Вы находитесь на странице: 1из 8

Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No.

2, Agustus 2015 59

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA PASIEN KANKER DI RSUD


PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA
1 1 1
Lailli Sofianingtyas , Wenny Savitri , Masta Hutasoit
1
STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

ABSTRACT
Background: Therapeutic communication is communication that facilitates recovery of the patient and it is a
kind of planned communication. Therapeutic communication also becomes a good instrument to build
relationship between health staff and patient. Besides physical problem, the cancer patients have to face
psychological problem due to their illness. Therefore, as medical staff who continuously by site of with the
patients in hospital, their capability for therapeutic communication is absolutely required.
Objective: To get an overview of therapeutic communication of nurses with cancer patients at Panembahan
Senopati Hospital Bantul Yogyakarta.
Method: The studi used descriptive observation design and total sampling techniques. There were 26
respondents, i.e. nurses working at Nusa Indah 2 and Melati Ward of Panembahan Senopati Hospital Bantul
Yogyakarta. Data were obtained through checklist observation guide and analyzed using percentage
formula.
Result: Therapeutic communication of nurses at orientation phase was adequate (84.6%), at work phase
was adequate (92.3%), at termination phase was adequate (73.1%). All of the nurse therapeutic
communication phases were majority adequate (92,3%).
Conclusion: Therapeutic communication of the nurses at Panembahan Senopati Hospital Bantul
Yogyakarta belonged to adequate category. The result of the studi suggested that the practice of therapeutic
communication be improved. Training on therapeutic communication should be conducted periodically.
Keywords: therapeutic communication, cancer patients

PENDAHULUAN Negara berkembang seperti Indonesia.2


Komunikasi terapeutik adalah Prevalensi kanker di Indonesia tahun 2013
komunikasi yang memfasilitasi untuk mencapai 1,4 per 1.000 orang. Penderita
kesembuhan pasien dan komunikasi ini kanker di Daerah Istimewa Yogyakarta
1
merupakan komunikasi yang direncanakan. sendiri mencapai 4,1 per 1000 penduduk
Pasien kanker yang berobat di rumah sakit atau paling tinggi di Indonesia.3 Dari tahun
membutuhkan metode perawatan dan 2012 terdapat 203 penderita kanker dan pada
pengobatan yang lebih khusus dibandingkan tahun 2013 terdapat 107 orang yang
4
pasien lainnya yaitu pendampingan, menderita kanker.
perawatan dan pengobatan agar mengurangi Diagnosis kanker cenderung menjadi
perasaan cemas dan takut melalui peristiwa traumatik bagi individu yang
komunikasi yaitu komunikasi terapeutik.1 bersangkutan selain bagi keluarga dan
5
Peningkatan lonjakan penderita kanker sahabat. Pasien kanker tidak hanya
sebesar 300 persen diprediksikan akan mengalami sakit fisik saja tetapi juga
terjadi di seluruh dunia pada tahun 2030, mengalami perubahan psikologis. Pemikiran
jumlah tersebut 70 persennya berada di pasien saat divonis mengidap penyakit
60 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015

kanker adalah harapan hidup yang kecil atau (2) Pasien dapat mendengar (3) Pasien dapat
tidak lama lagi, dan ini mengakibatkan rasa berbicara (4) Pasien dengan diagnosa
takut, sedih dan khawatir timbul, kondisi kanker. Sedangkan kriteria inklusi perawat
emosional tersebut akan memengaruhi adalah perawat fungsional dan kriteria
tingkat kekebalan tubuh manusia, reaksi eksklusi perawat adalah perawat yang
tersebut sangat manusiawi dan merupakan sedang cuti atau tugas keluar. Variabel dalam
bagian-bagian dari kehidupan yang harus penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu
dihadapi setiap pasien.6 komunikasi terapeutik perawat pada pasien
Dari latar belakang di atas, dapat kanker di RSUD Panembahan Senopati
dirumuskan masalah sebagai berikut: Bantul Yogyakarta. Penelitian ini mengguna-
"Bagaimanakah gambaran komunikasi kan instrumen check list observasi dengan
terapeutik perawat pada pasien kanker di menggunakan skala likert. Check list
RSUD Panembahan Senopati Bantul observasi ini terdiri dari fase orientasi dengan
Yogyakarta?". Tujuan penelitian adalah 8 tahapan, fase kerja dengan jumlah 14
mengetahui gambaran karakteristik perawat, tahapan dan fase terminasi dengan jumlah 8
gambaran komunikasi terapeutik pada pasien tahapan. Katagori komunikasi terapeutik
kanker meliputi tahap orientasi, kerja dan dikatakan baik jika nilai 76%-100%, cukup
terminasi. nilai 56%-75% dan kurang nilai ≤55%.
Analisis data yang digunakan adalah rumus
BAHAN DAN CARA PENELITIAN presentase.
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan rancangan penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
observasi deskriptif menggunakan metode Gambaran Umum Lokasi Penelitian
total sampling yaitu teknik menentukan RSUD Panembahan Senopati
sampel bila semua anggota populasi merupakan salah satu RSU Pratama type B
7
digunakan sebagai sampel. Populasi dalam yang diresmikan dengan SK Menkes RI no
penelitian ini adalah seluruh perawat di 202/Menkes/SK/II/1993. Pelayanan yang
RSUD Panembahan Senopati Bantul diberikan di RSUD Panembahan Senopati
Yogyakarta yang berada di bangsal bedah yaitu pelayanan gawat darurat IGD/ICU/
yang melakukan perawatan pada pasien ICCU, pelayanan rawat jalan, pelayanan
kanker yaitu Bangsal Nusa Indah 2 dengan rawat inap yang terdiri dari ruang VVIP, VIP,
jumlah perawat sebanyak 10 orang dan kelas Utama, kelas I, kelas II, kelas III, ICU
Bangsal Melati sebanyak 16 orang, jadi total dan perinatal. Pelayanan rawat inap di RSUD
populasi sebanyak 26 orang. Adapun kriteria Panembahan Senopati berupa Rawat inap
pasien sebagai yaitu (1) Pasien dapat melihat penyakit dalam, rawat inap penyakit syaraf,
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 61

rawat inap penyakit bedah, rawat inap Tabel 2. Distribusi Frekuensi Komunikasi
Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah 2
penyakit anak dan rawat inap penyakit dan Bangsal Melati RSUD Panembahan
obstetri. Pelayanan rawat jalan di RSUD Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014
(N=26)
Panembahan Senopati Bantul berupa Komunikasi Frekuensi Prosentase (%)
terapeutik
poliklinik penyakit dalam, poliklinik penyakit Cukup 24 92,3
Kurang 2 7,7
bedah, poliklinik penyakit anak, poliklinik
Jumlah 26 100
penyakit syaraf, poliklinik penyakit obstetrik,
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Komponen
Ginekologi dan KB, poliklinik penyakit THT, Komunikasi Terapeutik Perawat di Bangsal
Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati RSUD
poliklinik penyakit mata, poliklinik penyakit Panembahan
penyakit gigi dan mulut, poliklinik penyakit Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2014
(N = 26)
kulit kelamin serta poliklinik fisioterapi. Komponen komunikasi Frekuensi Prosentase (%)
terapeutik
Fase orientasi
Karakteristik Responden Cukup 22 84,6
Kurang 4 15,4
Hasil penelitian terhadap karakteristik Jumlah 26 100
Fase kerja
responden perawat di Bangsal Nusa Indah Baik 1 3,8
Cukup 24 92,3
dan Bangsal Melati RSUD Panembahan Kurang 1 3,8
Jumlah 26 100
Senopati Bantul Yogyakarta disajikan pada Fase terminasi
Cukup 19 73,1
tabel berikut: Kurang 7 26,9
Jumlah 26 100
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Tabel 4. Tabulasi Silang Karakteristik
Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Lama Kerja Responden dengan Komunikasi
dan Pelatihan Komunikasi Terapeutik di Terapeutik Perawat di Bangsal Nusa Indah
Bangsal Nusa Indah 2 dan Bangsal Melati 2 dan Bangsal Melati RSUD
RSUD Panembahan Senopati Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
BantulYogyakarta Tahun 2014 (N = 26) Tahun 2014 (N = 26)
Karakteristik Komunikasi terapeutik
Karakteristik Frekuensi Prosentase (%)
Cukup Kurang Total
Umur
F % F % f %
< 30 tahun 11 42,3
30-40 tahun 13 50,0 1. Usia
> 40 tahun 2 7,7 < 30 tahun 10 38,5 1 3,8 11 42,3
30-40 tahun 12 46,2 1 3,8 13 50,0
Jumlah 26 100
> 40 tahun 2 7,7 0 0 2 7,7
Jenis kelamin Jumlah 24 92,3 2 7,7 26 100
Laki-laki 5 19,2
2. Jenis kelamin
Perempuan 21 80,8
Laki-laki 4 15,4 1 3,8 5 19,2
Jumlah 26 100 Perempuan 20 76,9 1 3,8 21 80,8
Pendidikan Jumlah 24 92,3 2 7,7 26 100
D-3 23 88,5 3. Pendidikan
D-4 1 3,8 D-3 21 80,8 2 7,7 23 88,5
S-1/Ners 2 7,7 D-4 1 3,8 0 0 1 3,8
Jumlah 26 100 S-1/Ners 2 7,7 0 0 2 7,7
Lama kerja Jumlah 24 92,3 2 7,7 26 100
1-5 tahun 10 38,5 4. Lama kerja
> 5 tahun 16 61,5 1-5 tahun 10 38,5 0 0 10 38,5
> 5 tahun 14 53,8 2 7,7 16 61,5
Jumlah 26 100 Jumlah 24 92,3 2 7,7 26 100
Pelatihan komunikasi 5. Pelatihan
terapeutik komunikasi
Pernah 4 15,4 terapeutik
Tidak pernah 22 84,6 Pernah 4 15,4 0 0 4 15,4
Jumlah 26 100 Tidak pernah 20 76,9 2 7,7 22 84,6
Jumlah 24 92,3 2 7,7 26 100
62 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015

Berdasarkan usia, pelaksanaan mulai bekerja, makin lama seseorang bekerja


komunikasi terapeutik perawat kategori cukup semakin banyak pengalaman yang
1
terbanyak pada kelompok usia 30-40 tahun dimilikinya dalam berkomunikasi.
(46,2%). Usia dewasa muda (30-40 tahun) Berdasarkan pelatihan komunikasi
merupakan usia paling produktif, bahkan terapeutik, perawat yang pernah mendapat-
puncak karir bisa dicapai di usia dewasa kan pelatihan komunikasi terapeutik
muda akhir yaitu sekitar 40 tahun. Hal ini seluruhnya memiliki komunikasi terapeutik
berdampak pada penerapan komunikasi kategori sedang (15,4%) sedangkan pada
terapeutik pada klien semakin baik pula.8 perawat yang tidak pernah mendapatkan
Berdasarkan karakteristik menurut komunikasi terapeutik terdapat 7,7% perawat
jenis kelamin, 76,9% perawat berjenis yang memiliki komunikasi terepeutik kategori
kelamin perempuan pada kategori cukup, kurang. Pengalaman merupakan faktor yang
sedangkan 15,4% perawat berjenis kelamin memengaruhi kinerja perawat.1
laki-laki pada kategori cukup. Laki-laki dan Hasil penelitian ini menunjukkan
perempuan menunjukkan gaya komunikasi komunikasi terapeutik perawat pada fase
yang berbeda dan memiliki interpretasi yang orientasi sebagian besar adalah cukup
1
berbeda terhadap suatu percakapan. (84,6%). Pada pelaksanaan fase orientasi,
Berdasarkan karakteristik pendidikan, hal yang sudah dilakukan dengan sempurna
perawat yang bekerja di RSUD Panembahan oleh sebagian besar perawat adalah
Senopati Bantul Yogyakarta yang memberikan salam dan tersenyum kepada
berpendidikan S1/Ners dan D-4 tidak ada klien serta menjelaskan kerahasiaan.
perawat yang masih dalam kategori kurang, Sedangkan hal-hal yang sering tidak
sedangkan D-3 masih ada 7,7% dengan dilakukan adalah perawat jarang
kategori kurang. Hubungan perawat akan mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan
terjalin dengan baik jika didukung oleh tindakan selanjutnya masih ada hal-hal yang
pengetahuan perawat tentang komunikasi dilakukan perawat dengan kurang sempurna
terapeutik baik tujuan, manfaat dan proses adalah menyampaikan hasil pengamatan,
yang akan dilakukan.1 melakukan validasi (kognitif, psikomotor dan
Berdasarkan lama kerja, perawat afektif), mendefinisikan tujuan dengan klien,
yang bekerja selama 1-5 tahun sebanyak dan menjelaskan waktu yang dibutuhkan
38,5% pada kategori cukup dan perawat untuk melakukan kegiatan. Hasil penelitian ini
yang bekerja > 5 tahun sebanyak 53,8% berbeda dengan Sukoco (2011) yang
pada kategori cukup tetapi masih ada 7,7% menunjukkan pelaksanaan komunikasi
yang berada pada ketegori kurang. Masa terapeutik pada fase orientasi di Ruang
bekerja merupakan waktu di mana seseorang Rawat Inap Dewasa RSUD Panembahan
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 63

Senopati Kabupaten Bantul dikategorikan Fase kerja merupakan inti hubungan


kurang (74,5%).Hal ini disebabkan adanya perawatan klien yang terkait erat dengan
perbedaan karakteristik masa kerja pelaksanaan rencana tindakan keperawatan
responden.9 yang akan dilaksanakan sesuai dengan
Fase orientasi atau peninjauan untuk tujuan yang akan dicapai. Keberhasilan
menentukan sikap yang tepat dan benar hubungan antara perawat dan pasien pada
dimulai ketika perawat dan pasien bertemu fase kerja ditentukan oleh kemampuan
untuk pertama kalinya.2 Pada pertemuan berkomunikasi dan keterampilan perawat
pertama, perawat mulai mengkaji status dalam melakukan prosedur/teknik tindakan
kesehatan pasien sehingga perawat dapat keperawatan yang saling mendukung, untuk
menentukan tindakan keperawatan sesuai menjalin hubungan kerja sama yang baik
dengan kebutuhan pasien dan antara perawat, pasien dan keluarga.
mengidentifikasikan kemungkinan keberhasi- Perawat yang terampil akan percaya diri
lan yang akan dicapai. Komunikasi terapeutik dalam melakukan tugas pekerjaannya.
yang dilakukan, yakni dengan mengarahkan Namun, apabila perawat ragu akan
pasien pada masalah yang dihadapi.1 kemampuan profesionalnya, sebaiknya
Hasil penelitian ini menunjukkan ditunda/tidak melakukan prosedur tindakan
komunikasi terapeutik perawat pada fase karena sangat berpengaruh terhadap
kerja sebagian besar adalah cukup (92,3%). keberhasilan.8
Pada pelaksanaan fase kerja, hal yang Hasil penelitian ini menunjukkan
sudah dilakukan dengan sempurna oleh komunikasi terapeutik perawat pada fase
sebagian besar perawat adalah mengguna- terminasi sebagian besar adalah cukup
kan bahasa yang mudah dimengerti pasien, (73,1%). Pada pelaksanaan fase terminasi,
mendengarkan pembicaraan pasien dengan hal yang sudah dilakukan dengan sempurna
aktif, menghadap ke arah pasien, mengada- oleh sebagian besar perawat adalah
kan kontak mata, menjaga keterbukaan, memberikan reinforcement positif dan
besikap tenang dan melakukan kegiatan menunjukkan sikap ketulusan. Sedangkan
sesuai rencana. Sedangkan hal yang paling hal yang paling banyak tidak dilakukan
banyak tidak dilakukan perawat adalah perawat adalah saling mengeksplorasi
menganjurkan meneruskan pembicaraan perasaan penolakan, kehilangan, sedih,
pasien. Hasil penelitian sesuai dengan marah dan perilaku lain. Sedangkan hasil
Kusuma (2013) yang menunjukkan penelitian yang dilakukan di RSUD Wates
pelaksanaan komunikasi terapeutik pada fase oleh Kusuma (2013) menunjukkan
kerja di bangsal penyakit dalam RSUD Wates komunikasi terapeutik perawat dalam
dengan kategori cukup (47,3%).10 tindakan keperawatan di RSUD Wates Kulon
64 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015

Progo, Yogyakarta pada tahap terminasi konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan


10
adalah kategori baik (40%). meningkatkan keintiman, sementara kaum
Fase terminasi merupakan akhir dari laki-laki lebih menunjukkan independensi dan
setiap pertemuan perawat dan klien. Pada status dalam kelompoknya.1
terminasi sementara perawat akan bertemu Dilihat dari tingkat pendidikan perawat
lagi dengan pasien sesuai kontrak yang telah sebagian besar sudah tinggi yaitu D-3
disepakati bersama pada waktu yang telah (88,5%). Pendidikan merupakan sarana
ditentukan. Terminasi akhir terjadi jika pasien untuk memperoleh pengetahuan. Hubungan
akan pulang ke rumah dari rumah sakit atau terapeutik akan terjalin dengan baik jika
perawat akan mengakhiri tugas di rumah didukung oleh pengetahuan perawat tentang
8
sakit. komunikasi terapeutik baik tujuan, manfaat
Hasil penelitian ini menunjukkan dan proses yang akan dilakukan profesional.1
komunikasi terapeutik perawat sebagian Lama kerja perawat yang sebagian
besar adalah cukup (92,3%). Penelitian yang besar sudah lama yaitu >5 tahun (61,5%).
dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Makin lama seseorang bekerja semakin
Semarang menunjukkan komunikasi banyak pengalaman yang dimilikinya dalam
terapeutik yang dilaksanakan oleh perawat di berkomunikasi.1
Rumah Sakit Santa Elisabeth Semarang
sudah berjalan dengan mengacu pada KESIMPULAN
pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari
rumah sakit, komunikasi terapeutik perawat penelitian ini yaitu mayoritas perawat di
belum terlaksana secara menyeluruh dan RSUD Panembahan Senopati Bantul
diterapkan oleh semua perawat. Banyaknya Yogyakarta 50% berusia 30-40 tahun, 80,8%
perawat yang memiliki komunikasi terapeutik berjenis kelamin perempuan, 88,5%
kategori cukup disebabkan oleh faktor berpendidikan D-3, dan 61,5% telah bekerja
karakteristik perawat yaitu umur, jenis selama > 5 tahun. Mayoritas komunikasi
kelamin,pendidkan, dan lama bekerja.11 terapeutik perawat di RSUD Panembahan
Berdasarkan penelitian diketahui Senopati Bantul Yogyakarta adalah kategori
bahwa jumlah perawat perempuan lebih cukup (92,3%).
besar dibandingkan perawat laki-laki (80,8%). Mayoritas komunikasi terapeutik
Pada dasarnya karakteristik perempuan dan perawat pada fase orientasi di RSUD
laki-laki memang berbeda, bukan hanya dari Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta
segi fisik saja, tetapi juga dalam hal berpikir adalah kategori cukup (84,6%). Mayoritas
dan bertindak. Kaum perempuan mengguna- komunikasi terapeutik perawat pada fase
kan teknik komunikasi untuk mencari kerja di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015 65

Yogyakarta adalah kategori cukup (92,3%). KEPUSTAKAAN


Mayoritas komunikasi terapeutik perawat 1. Damaiyanti, M. (2008). Komunikasi
pada fase terminasi di RSUD Panembahan Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
Senopati Bantul Yogyakarta adalah kategori Bandung: Reflika Aditama.
cukup (73,1%). 2. Rohani & Setio, H. (2013). Panduan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Citra
maka peneliti memberikan saran-saran bagi Aji Pratama.
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul 3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Yogyakarta. Pihak manajemen rumah sakit (2013). Badan Penelitian dan
hendaknya terus berupaya meningkatkan Pengembangan Kesehatan Departemen
kualitas pelayanan asuhan keperawatan Kesehatan RI. Jakarta
melalui peningkatan keterampilan perawat 4. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
dalam berkomunikasi secara terapeutik (2014). Profil Kesehatan Bantul.
melalui pelatihan yang lebih intensif. Pada 5. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I.,
fase orientasi penekanan terutama pada Simadibrata, M.K, & Setiati, S. (2009).
mengeksplorasi perasaan klien, pikiran dan Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II
tindakan, fase kerja penekanan pada Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
menganjurkan meneruskan pembicaraan Penyakit Dalam Internal Publishing.
pasien. Fase terminasi penekanan pada 6. Chang, E., Daly, J., & Elliot, D. (2010).
saling mengeksplorasi perasaan penolakkan, Patofisiologi Aplikasi pada Praktik
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain. Keperawatan. Jakarta: Buku Penerbit
Bagi Stikes Jenderal Achmad Yani Kedokteran EGC.
Yogyakarta hasil penelitian ini hendaknya 7. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
digunakan sebagai bahan bacaan guna di Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
perpustakaan guna menambah referensi bagi Alfabeta.
mahasiswa keperawatan. Bagi Peneliti 8. Damaiyanti. (2010). Komunikasi
selanjutnya sebaiknya menambahkan jumlah Terapeutik dalam Praktik Keperawatan.
sampel penelitian agar tidak hanya terbatas Bandung: Reflika Aditama.
pada rumah sakit tertentu dan sebaiknya 9. Sukoco, B. (2011). Pelaksanaan
dilakukan observasi lebih dari satu kali Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang
sehingga perilaku responden semakin lama Rawat Inap Dewasa RSUD Panembahan
tidak dibuat-buat. Senopati Bantul: Skripsi yang tidak
dipublikasikan.
10. Kusuma, C. (2013). Hubungan
Komunikasi Terapeutik Perawat dalam
66 Media Ilmu Kesehatan Vol. 4, No. 2, Agustus 2015

Tindakan Keperawatan dengan Tingkat


Kepuasan Pasien di Bangsal Penyakit
Dalam RSUD Wates. Suatu model skripsi
yang tidak dipublikasikan.
11. Atik, L. (2011). Komunikasi Terapeutik
Perawat dan Pasien di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Semarang: Suatu model
skripsi yang tidak dipublikasikan.

Вам также может понравиться