Вы находитесь на странице: 1из 5

LAPORAN KASUS

Kardiomiopati Peripartum

Surachtono

Case Summary sedang diteliti kemungkinan penyebab adalah virus,


Peripartum cardiomyopathy (PPCM) is a dilated autoimun atau gangguan fungsi sistem imunitas,
cardiomyopathy which occured during the end third racun yang menyebabkan gangguan sistem imun,
trimester of pregnancy until the fifth months of birth. kekurangan mikronutrien dan mineral. Gejala-gejala
The characteristic sign of PPCM is reduced the meliputi satu atau lebih berupa: ortopneu, dispneu,
ejection fraction of left ventricle and associated to batuk, sering buang air kecil pada malam hari,
congestive heart failure, increased risk of arrhythmia, peningkatan berat badan berlebih pada bulan terakhir
thromboemboli and sudden cardiac arrest. Patient kehamilan (2-4 pound atau lebih per minggu),
with preeclamptic would worsening the clinical palpitasi dan nyeri dada.
condition of heart failure. Angka kesembuhan dapat mencapai 98% dengan
A 34 years old admitted to intensive care unit pengobatan berupa diuretik, beta bloker dan ACE-I.
with post section caesarian secondary to foetal Pada pasien PPCM dengan fraksi ejeksi <35%
distress and lung edema. During her care in the unit diberikan antikoagulan untuk mencegah trombus di
there was difficult to wean from ventilator due to ventrikel kiri. Pasien yang tidak responsif dengan
reduced the ejection fraction of left ventricle and pengobatan standar, jika fraksi ejeksi <20% selama
lung infection and the patient totally stayed in the 2 minggu atau <40% selama 3 bulan pengobatan
unit for 9 days. konvensional, maka harus diinvestigasi dengan
Keywords: pregnancy, peripartum pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging)
cardiomyopathy, congestive heart failure, ventilator. jantung, kateterisasi jantung, biopsi endomiokardial
( Maj Ked Ter Intensif. 2012;2(4): 222 - 26 ) dan analisis PCR virus. Pemberian terapi antivirus,
imunoabsorpsi, gamma globulin intravena atau
Pendahuluan terapi imunomodulasi lain dapat dipertimbangkan.
Angka kekerapan kardiomiopati peripartum Pemberian ACE-I dan beta bloker dianjurkan paling
adalah 1 dari 1300-4000 kelahiran hidup di Amerika sedikit selama 1 tahun.
Serikat. Kardiomiopati peripartum lebih sering terjadi
pada wanita yang lebih tua multipara. Diagnosis Kasus
PPCM harus disingkirkan adanya riwayat penyakit Seorang wanita, 34 tahun, G1P0A0, hamil 35-
jantung sebelumnya dan tidak ditemukan penyebab 36 minggu dengan berat badan 88 kg, datang ke
gagal jantung tersebut. Pemeriksaan ekokardiogram rumah sakit dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
berguna baik untuk diagnosis dan memantau sebelum masuk rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik
keefektifan pengobatan PPCM tersebut. pasien tampak sesak, posisi setengah duduk, batuk.
Penyebab PPCM tidak diketahui. Saat ini Tekanan darah (TD) 160/110 mmHg, nadi 120 x/m,
Instalasi Anestesiologi dan Terapi Intensif napas 28 x/m, SpO2 93 % dengan O2 4 L/m, suhu
Rumah Sakit Kanker Dharmais, 36,3ºC. Ronki basah di kedua lapangan paru, tidak
Jl.Letjen S. Parman 11480, Jakarta Barat ada gallop, terdapat edema di kedua ekstremitas
Korespondensi:surachtono@yahoo.com bawah.

Volume 2 Nomor 4 Oktober 2012 215


Kardiomiopati Peripartum

2x1,5 gram, omeprazol 1 x 40 mg, vitamin C 1 x


600 mg, tramadol supp 3 x 1. Melalui infus pasien
mendapatkan MgSO4 dalam D5% + 12 g MgSO4
dalam 6 jam dan Asering® 500mL/12jam.
Laboratorium: analisis gas darah arteri
menunjukkan pH 7,257, pO2 57,3mmHg, pCO2
54,6mmHg, HCO3 23,8 mEq/L, BE-4,1 mEq/L, SaO2,
85,1%. Na 132 mEq/L, K3,5 mEq/L, Cl 100 mEq/L.
Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap adalah Hb
12,9 g/dL, Ht 39%, trombosit 499.000/mm3, leukosit
17.200/mm3. Fungsi ginjal baik, ureum 23mg/
Gambar 1. Foto toraks saat masuk rumah sakit dL,kreatinin 1,4mg/dL. Hasil pemeriksaan gula
Hasil pemeriksaan darah Hb 11,9 g/dL, Ht 36 darah sewaktu 140mg/dL dan albumin 3,0 mg/dL.
vol%, leukosit 9080/mm3, trombosit 410.000/mm3, Skor Apache 19, predictive death rate (PDR)
masa perdarahan 2 menit, masa pembekuan 14 32,2 %. Intubasi dilakukan pukul 24 dengan ETT no
menit, SGOT 24 IU, SGPT 12 IU, ureum 19 mg/ 7,5, pola ventilasi mekanik APC ( Pinsp 20, PEEP 10,
dL, kreatinin 1,5 mg/dL,GD sewaktu 88 mg/dL. RR16, FiO2 100 %), dengan sedasi midazolam drip 5
Urinalisis menunjukkan protein urin +3. Pada foto mg/jam. Koreksi KCl 25mEq/Asering® 500mL/8jam.
toraks tampak jantung besar dan gambaran edema Tramal drip 150 mg/24 jam. Dipasang CVC dengan
paru. Pasien didiagnosis sebagai preeklamsia berat nilai cvp 25 cm H2O. Diuresis 1810mL/24jam dengan
dengan edema paru disertai acute kidney injury balance cairan negatif 980mL/24jam.
(Klasifikasi RIFLE Risk) dan mendapat MgSO4 Pada perawatan hari kedua pasien tidak demam,
bolus 2g, drip 12 g selama 6 jam, nifedipin 3 x 10 mg, takikardia, terdapat ronki di kedua lapang paru, pO2
N-acetylcystein 3 x 200 mg dan dilakukan terminasi 91,3 mmHg (FiO2 0,8) dan pCO2 51 mmHg, lekosit
dengan spinal anestesi. Lama pembedahan 30 menit, 14.700/mm3. Foto toraks memperlihatkan gambaran
tekanan darah berkisar 100-130 mmHg, nadi 120 edema paru, infiltrat bertambah, dan kardiomegali.
x/m, SpO2 96 % dengan O2 4 L/m, skor Apgar 9/10, Pada pasien diberikan isosorbide dinitrate 3x5 mg,
diuresis 200mL/24jam dengan pemberian furosemid kaptopril 3x6,25 mg, furosemid drip 10 mg/jam, dosis
20mg segera setelah bayi lahir. Pasca-operasi pasien diturunkan, dobutamin 5 mcg/kgBB/min. Diuresis
dilakukan blok TAP dan dirawat di ICU. 3920 mL/24 jam dengan balans cairan negatif 1750
Saat pasien tiba di ICU, pasien kompos mentis, mL/24 jam.
TD 100/60mmHg, nadi 105 x/m, napas 20x/menit, Hasil ekokardiografi pada perawatan hari
SpO2 95-96%. Pada kedua lapang paru terdapat ronki ke-3 menunjukkan LV (ventrikel kiri) membesar,
basah halus. Pada jantung tidak terdapat gallop. insufisiensi mitral ringan, hipokinetik global, EF39
Pasien diposisikan head up 30°- 45º %. Terapi kaptopril ditingkatkan 3x12,5 mg, digoksin
Pada pasien diberikan furosemid drip 5mg/ 1x0,25 mg, karvedilol 1x6,25 mg. Nutrisi enteral
jam, lanoxin 2x0,25 mg, nifedipine 3x10 mg, diberikan 1500 kkal. Diuresis 6250 mL/24 jam dan
N-acetylcystein 3x200 mg, ampisilin-sulbaktam balans cairan negatif 5200 mL/24 jam.

Tabel 1. Pemantauan saat pertama kali masuk ICU


Pukul 21.00 22.00 23.00 24.00 01.00 02.00 03.00 04.00 05.00 06.00
TD sistolik (mmHg) 60 70 90 110 100 100 100 95 90 90

TD diastolik (mmHg) 40 40 40 60 50 50 40 45 45 40

SatO2 (%) 96 94 84 83 85 88 90 92 97 97

Furosemid (mg/jam) 5 5 10 15 15 15 15 15 10 10

Urin (mL/jam) 50 50 50 180 300 350 250 250 200 130

Nitrogliserin (mcg/kg/m) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,25 0,25 0,25

216 Majalah Kedokteran Terapi Intensif


Surachtono

berkurang, pasien tidak takikardia (N=90-100 x/


menit), sesak berkurang, leukosit 14.100/mm3.
Hasil analisis gas darah pO2 140,5mmHg, pCO2 57,2
mmHg, dan SaO2 99% dengan pola ventilasi mekanik
PS 15, PEEP 5, FiO2 40%. Diuresis 4000mL/24
jam, balans cairan negatif 1670mL/24 jam. Fungsi
ginjal, ureum 88 mg/dL dan kreatinin 1,2mg/dL.
Dosis furosemid turun 2x20 mg. Hasil kultur sputum
adalah Klebsiella pneumoniae dan sensitif dengan
pemberian imipenem.
Pada perawatan selanjutnya sesak berkurang,
ronki berkurang, bisa disapih dari ventilasi mekanik
hingga CPAP 5 FiO2 35%, hemodinamik stabil. Nilai
pO2 184 mmHg, pCO2 46,9 mmHg, dan SaO2 99%.
Gambar 2. Foto toraks hari ke-3 perawatan Diuresis 2800 mL/24 jam dan balans cairan negatif
1000 mL/24 jam. Pasien diekstubasi hari perawatan
kesembilan. Saat ini pasien tidak sesak, hemodinamik
stabil tanpa topangan (TD 120/80 mmHg, N 80x/
menit), refleks batuk baik, tidak terdapat ronki,
pO2 138 mmHg, pCO2 46 mmHg, dan SaO2 98,6%.
Setelah diekstubasi, pasien diberi O2 sungkup muka
6 L/menit. Diuresis 2760 mL/24 jam, bebas cairan
negatif 1500 mL/24 jam, dosis furosemid diturunkan
1x20 mg.
Hari perawatan ke-10 kondisi pasien membaik
dan pasien dipindahkan ke ruang rawat intermediet.
Pemberian antibiotik dihentikan hari kesebelas.

Gambar 3. Foto toraks, perawatan hari ke-10.


Pembahasan
Hipertensi adalah komplikasi medis yang paling
Perawatan hari ke-4, pasien masih sesak, sering terjadi pada kehamilan dengan kekerapan
hemodinamik stabil (TD 140-150/90-110 mmHg, 5-10 %. Sebanyak 30% hipertensi pada kehamilan
nadi 120-130 x/menit) dengan topangan dobutamin adalah hipertensi kronik, sedangkan 70% adalah
5 mcg/kg/min, demam (suhu 38,5oC), masih terdapat preeklamsia.1 Hipertensi pada kehamilan tanpa
ronki, sputum kehijauan. Hasil analisis gas darah pO2 disertai proteinuria dan gejala-gejala preeklamsia.
181,8mmHg, pCO2 56,5 mmHg, dan SaO2 99,3% Tanda klasik preeklampsia adalah hipertensi,
dengan mode ventilator PS 10 PEEP 6 FiO2 50%. proteinuria, dan tanda-tanda preeklampsia berupa
Diuresis 800 mL/24 jam dan balans cairan negatif sakit kepala, penglihatan berubah, nyeri epigastrik atau
4100 mL/24 jam. Foto toraks menunjukkan perbaikan kuadran atas kanan dan napas pendek.Preeklampsi
paru dibandingkan foto sebelumnya. Antibiotik berdasarkan keterlibatan sistem organ lain dibagi
diganti dengan imipenem 4x500mg. Dobutamin dan dalam 2 bentuk yaitu ringan dan berat. Penyebab
furosemid intravena dihentikan. Heparin diberikan terjadi preeklampsia tidak diketahui, sindrom ini
10.000 unit/24jam. Pasien mengalami sesak kembali ditandai oleh vasokonstriksi, hemokonsentrasi, dan
pada perawatan hari ke-6. Pernapasan 40x/m, ronki kemungkinan iskemia pada plasenta, ginjal, hati, dan
di kedua lapang paru, SpO2 94%, dan suhu 38oC. otak.
Diuresis satu hari sebelumnya 1330mL/24jam Pada pasien ini ditegakan diagnosis preeklamsia
dan balans cairan positif 290mL/24jamL. Nilai pO2 berat berdasarkan :
150 mmHg (FiO2 0,6) dan pCO2 51 mmHg, HCO3 1. Usia kehamilan > 20 minggu(35-36 minggu)
42, BE+16,6. SaO2 97%. Pasien mendapat morfin 2. Hipertensi (sistolik 160 mmHg, diastolik 110
bolus 5 mg dan furosemid 3 x 20 mg dengan respons mmHg).
urin 5400mL/24 jam dan bebas cairan negatif 3000 3. Proteinuria (+3 pada dipstick)
mL/24jam. Pada hari perawatan ketujuh, sesak 4. Edema paru (gambaran radiologi)
Pengobatan definitif preeklamsia adalah

Volume 2 Nomor 4 Oktober 2012 217


Kardiomiopati Peripartum

pengeluaran janin, sambil mengontrol tekanan darah ada riwayat sakit jantung lainnya. Ada gejala dispneu,
dan pencegahan kejang.2 Obat pilihan pencegahan ortopneu, batuk, tekanan vena jugular meningkat,
kejang adalah MgSO4, yang bekerja sebagai stabilisasi takikardia, takipneu, edema dan gallop.
neurons di korteks serebri, selain itu menghambat Gambaran radiologi menunjukkan infiltrat pada
pelepasan asetilkolin dan menurunkan rangsangan lapangan bawah paru dengan redistribusi vaskular
membran otot. MgSO4 mempunyai efek vasodilator dan kardiomegali.5 Berdasarkan ekokardiografi
ringan pada banyak vascular bed, termasuk sirkulasi tampak ventrikel kiri membesar, insufisiensi mitral
otak sehingga mengurangi iskemia, meningkatkan ringan, hipokinetik global dengan EF 39% (LVEF <
aliran darah ke hati dan ginjal. 45%)4
Antihipertensi yang diberikan pada pasien Menurut NYHA, PPCM dibagi dalam 4 klas:5
ini adalah nifedipin dengan dosis 3x10 mg dan 1. Klas I : Penyakit tidak bergejala.
pencegahan kejang diberikan MgSO4. Terminasi 2. Klas II : Gejala ringan atau timbul hanya pada
kehamilan pada pasien ini dilakukan atas kerja berat.
pertimbangan kehamilan mendekati aterm, ancaman 3. Klas III : Gejala timbul pada kerja minimal.
gawat janin oleh karena hipoksia, tanda-tanda 4. Klas IV : Gejala ada pada istirahat.
preeklamsia berat berupa hipertensi berat dan mulai Pasien ini termasuk dalam klas IV PPCM
terganggunya fungsi ginjal (RIFLE-klas Risk). menurut NYHA.
Pembiusan dengan spinal anestesia atas dasar tidak Pada saat pasien masuk perawatan intensif,
ada kontraindikasi regional anestesia, dapat menekan SaO2 96% dengan simple mask, satu setengah
respons hemodinamik dan neuroendokrin serta jam kemudian saturasi turun di bawah 90%, hal
pemberian intratekal morfin untuk memperpanjang ini disebabkan oleh peningkatan SVR, hilang
analgesia. Meskipun terminasi kehamilan adalah vasodilatasi vena, peningkatan venous return akibat
pengobatan definitif, tanda-tanda dan gejala-gejala habis masa kerja spinal anestesia untuk memblokade
preeklamsi tidak langsung hilang. Perawatan post- jaras simpatik6. Pencegahan perburukan edema
partum meliputi analgesia, profilaksis kejang, kontrol paru dengan pemberian infus kontinu furosemid
tekanan darah, dan keseimbangan cairan.2 pascabedah tidak memberikan diuresis yang banyak,
PPCM adalah satu bentuk kardiomiopati dilatasi kemungkinan oleh karena efek hipotensi.
yang terjadi pada bulan terakhir kehamilan sampai Pasien ini dilakukan intubasi atas dasar terjadi
5 bulan pasca melahirkan dan tidak ditemukan desaturasi (SaO2 85,1%), tidak adekuat ventilasi
penyebab lain.3,4 Pada pasien ini diagnosis PPCM (PCO254,6mmHg), serta peningkatan work of
didasarkan atas : breathing yang ditandai oleh napas cepat, dangkal
Terjadi pada bulan terakhir kehamilan dan tidak dan penggunaan otot-otot bantu pernapasan.
Tabel 2. Klasifikasi1,2 Pengobatan pasien dengan gangguan fungsi
sistolik pada kehamilan adalah sama dengan
1.Hipertensi dalam kehamilan. pasien yang tidak hamil, hanya hindari penggunaan
Ringan: sistolik < 160 mmHg atau diastolik < 110 mmHg.
angiotensin converting enzym inhibitors (ACEI) dan
Berat : sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110 mmHg.
2. Proteinuria dalam kehamilan. angiotensin receptor blokers (ARB) oleh karena dapat
Ringan ( ≤ 1+ pada dipstick dan < 5 g/24 jam ) menyebabkan disgenesis ginjal janin dan kematian
Berat ( ≥ 5 g/24 jam ). janin.7 Pengobatan utama meliputi digoksin, diuretik
3. Preeklamsi ( hipertensi + proteinuria ). loop, pengurangan afterload dengan hidralazin atau
Mulai serangan > 20 minggu usia kehamilan. nitrat dan beta adrenergik bloker.7 Pada pasien ini
Ringan: hipertensi ringan dan proteinuria ringan. telah diberikan pengobatan berupa Lanoxin® 2x0,25
Berat :
mg, furosemid drip kontinu, nitrogliserin/ isosorbide
- Hipertensi berat dan proteinuria berat.
- Hipertensi ringan dan proteinuria berat. dinitrate dan karvedilol 1x 6,25 mg. Pada pasien ini
- Gejala-gejala serebral berat yang menetap. juga diberikan kaptopril (ACEI) pascabedah yang
- Trombositopenia. berguna untuk mengurangi efek simpatis setelah
- Udema paru. pemberian vasodilator di samping mempunyai efek
- Oliguria (< 500 ml/24 jam) venodilator.8 Pemberian furosemid drip kontinu
4. Hipertensi kronik diperlukan untuk mengurangi intravascular overload
Hipertensi sebelum kehamilan.
Hipertensi sebelum 20 minggu kehamilan.
akibat efek ”postoperative third-spacing of fluid”
yang terjadi pada 48 jam pertama.7
5. Superimposed preeklamsia. Pada pasien ini terdapat kesulitan penyapihan dari
Eksaserbasi hipertensi dan atau onset baru proteinuria. ventilasi mekanik walaupun indikator oksigenisasi

218 Majalah Kedokteran Terapi Intensif


Surachtono

Tabel 3. Obat antihipertensi yang digunakan pada kehamilan.


Obat Mekanisme kerja
ά Metildopa Neurotransmiter palsu agonis ά2 (SSP)
Hidralazin Vasodilator periferal langsung
Klonidin ά2 Agonis (SSP)
Labetalol ά1 - and β 1,2 - Bloker
Nifedipin Calcium channel bloker
Nitrogliserin Relaksasi otot polos (lebih pada vena darpada arteri)
Sodium nitropruside Relaksasi otot polos (lebih pada arteri daripada vena)

telah membaik pada hari ke-2, saat PaO2/FiO2 283 Monitor hemodinamik invasif dibutuhkan untuk
mmHg, akan tetapi dengan peningkatan usaha napas menilai gangguan fungsi diastolik ventrikel kiri,
pasien mengeluh sesak napas yang disebabkan oleh tahanan vaskular sistemik (SVR) dan berkurangnya
gagal jantung. volume intravaskular walaupun volume seluruh
Heparin harus diberikan pada EF < 30%.7 tubuh overload. Usaha lebih baik diperlukan dalam
Pada pasien ini diberikan heparin, walaupun EF = mencegah pneumonia associated pneumonia.
39 % dengan alasan tirah baring cukup lama untuk
mencegah tromboemboli terutama pada dilatasi DAFTAR PUSTAKA
ventrikel berat. Pemberian heparin lebih disukai oleh 1. Coppage KH, Sibai BM, Foley MR, Thomas HS jr,
karena kontrol dosis lebih mudah dengan menilai Thomas JG. Hypertensive emergencies. Obstetric
aPTT, selain itu jika terjadi perdarahan obstetrik, intensive care manual. 2nd ed. McGraw-Hill. 2004
efek heparin dapat dinetralisir dengan pemberian .p. 51-65.
protamin sebelum dilakukan anestesia regional. 2. Gist R, Beilin Y, Brenda AB, David RG, David JW.
Hindari anestesia umum yang dapat menyebabkan Hypertensive disorders of pregnancy. A practical
depresi miokardium. approach to obstetric anesthesia. Lippincott Wil-
Penyulit pneumonia pada pasien ini dapat diatasi liams & Wilkins. 2009 .p. 349-63.
dengan pemberian antibiotik secara empirik berupa 3. Peripartum cardiomyopathy. Available from: http://
golongan imipenem dan pada hasil kultur sputum en.wikipedia.org/wiki/Peripartum_cardiomyopa-
didapat kuman Klebsiela pneumoniae yang sensitif thy.
pada golongan imipenem. 4. Nabhan A. Peripartum cardiomyopathy. In: AS-
JOG.volume 2. March. Available from: www.asjog.
Edukasi pasien penting untuk mencegah terulang
org. 2005
kembali gagal jantung pada kehamilan sebelum
5. Carson MP, Jacob DE. Cardiomyopathy, peripartum:
kehamilan berikutnya yaitu : 9
differential diagnoses & workup. Available from:
1. Harus kontrol ekokardiografi dan jika normal,
http://emedicine.medscape.com/article/153153-
lakukan dobutamin stress echocardiography. diagnosis.
2. Kehamilan tidak dianjurkan pada pasien dengan 6. Kleinman W, Morgan GE, Mikhail MS, Michael
gangguan jantung kiri persisten. JM. Regional anesthesia and pain management.
3. Pasien dengan ekokardiografi normal tetapi terdapat Spinal, Epidural, & caudal blocks. Clinical anesthe-
penurunan kontraktilitas pada stres ekokardiografi siology. 3thed. Mc Graw- Hill; 2002 .p. 253-82.
harus diperingatkan bahwa dia tidak mempunyai 7. Carson MP, Jacob DE. Cardiomyopathy, peri-
toleransi terhadap peningkatan hemodinamik selama partum: treatment & Medication.Available from:
kehamilan. http://emedicine.medscape.com/article/153153-
4. Pasien PPCM dengan perbaikan penuh harus treatment.
diberitahu bahwa dapat hamil kembali dengan 8. Kaplan NM, Norman MK, etal. Treatment of hyper-
kehamilan normal dan angka kematian rendah tension drug therapy. Kaplan´s clinical hyperten-
sion. 9th. 2006 .p. 217-10.
Kesimpulan 9. Carson MP, Jacob DE. Cardiomyopathy, peripar-
tum. follow-up. Available from: http://emedicine.
Diagnosis ekokardiagrafi pada pasien seharusnya
medscape.com/article/153153-followup
segera dilakukan sebelum prabedah untuk
mengantisipasi penyulit yang timbul pascabedah.
Ekokardiografi serial diperlukan untuk menilai
perbaikan kontraktilitas.

Volume 2 Nomor 4 Oktober 2012 219

Вам также может понравиться