Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH

MANAJEMEN KESLING

“TEKNOLOGI DAN LIMBAH CAIR RS ”

OLEH :

1 Indah Cahya Lestari


2 Yusrianti
3 Dian F Mahaliwati
4 Noviyanti
5 Muh. Jafran

STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

PRODI S1 ARS

TAHUN 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ilmiah biologi yang kami berjudul "pengelolaan limbah cair di rumah
sakit”.
Adapun makalah ini tentang " Pengelolaan Limbah Cair Di Rumah Sakit" ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari
banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh
sebab itu, kami juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah Pengelolaan
Limbah Cair Di Rumah Sakit ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah “pengelolaan limbah cair


di rumah sakit" ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda kami tunggu untuk
perbaikan makalah ini nantinya.

Makassar, 29 MEI 2018

Penulis

ii
DAFTRA ISI

SAMPUL
MAKALAH ............................................................................................................. i

MANAJEMEN KESLING ................................................................................... i

“TEKNOLOGI DAN LIMBAH CAIR RS ” .................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTRA ISI .......................................................................................................... iii

BAB I ...................................................................................................................... 5

PEMDAHULUAN .................................................................................................. 5

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 5

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 6

C. Tujuan .......................................................................................................... 6

BAB II ..................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

A. Pengertian ..................................................................................................... 7

B. Karakteristik Limbah Cair............................................................................ 7

C. Teknik Pengelolaan Limbah Cair .............................................................. 11

D. Analisis Jenis Pengolahan Yang Di Gunakan Pada Jurnal ........................ 12

BAB III ................................................................................................................. 22

PENUTUP ............................................................................................................. 22

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 22

B. SARAN ...................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
iv
BAB I

PEMDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan institusi perawatan kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan secara profesional yang
pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya,
serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) yang terletak di Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta,
secara resmi dibuka oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII pada tanggal 14
September 1929 (Data Primer Rumah Sakit Panti Rapih, 2013). Rumah Sakit
Panti Rapih masuk ke dalam kategori rumah sakit kelas B karena mampu
memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas
serta menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Fasilitas yang
dimiliki Rumah Sakit Panti Rapih diantaranya instalasi gawat darurat dan
poliklinik, instalasi rawat inap, unit pelayanan khusus, instalasi penunjang medis
serta medical check up. Fasilitas perawatan yang tersedia sekitar 370 tempat tidur
dengan klasifikasi mulai dari kelas Very Very Important Person (VVIP) sampai
dengan kelas 3. Aktivitas pelayanan medis yang dilakukan Rumah Sakit Panti
Rapih mulai dari layanan gawat darurat serta rawat jalan, layanan poliklinik,
layanan medical check up, layanan rawat inap, layanan Intensive Care Unit (ICU),
layanan farmasi, layanan laboratorium, layanan radiologi, layanan kamar operasi,
layanan haemodialisa, layanan gizi, layanan fisioterapi, layanan pijat bayi serta
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya (Data Primer Rumah Sakit Panti Rapih,
2013).

Sesuai dengan kegiatannya, air limbah dari seluruh kegiatan Rumah Sakit
Panti Rapih mengandung bahan-bahan organik, bahan-bahan anorganik/bahan
kimia beracun dan bahan berpotensi infeksi (infeksius) yang dapat mencemari

5
lingkungan. Limbah cair yang dihasilkan oleh kegiatan Rumah Sakit Panti Rapih
diantaranya, limbah laundry (cucian), limbah dapur, limbah kamar mandi, limbah
laboratorium seperti reagen dan darah serta limbah medis (bekas operasi) seperti
air bilas ruang bedah yang dibuang ke kamar mandi. Pengelolaan terhadap limbah
cair yang masuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3) diserahkan ke pihak
ke 3 yaitu PT. Arah Environmental Indonesia, diantaranya limbah cair klinis,
limbah cair farmasi serta limbah cair laboratorium. Sedangkan limbah cair B3
yang masuk ke saluran kamar mandi disalurkan ke jalur Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) untuk diolah menggunakan sistem bio reaktor bersama dengan
limbah cair lainnya. Oleh sebab itu, pengolahan terhadap air limbah melalui IPAL
sangat penting dilakukan sebagai cara/upaya untuk meminimalkan kadar
pencemar yang terkandung dalam limbah cair tersebut sehingga dapat memenuhi
baku mutu dan layak untuk dibuang ke lingkungan maupun dimanfaatkan
kembali.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian limbah cair ?
2. Karakteristik limbah cair ?
3. Teknologi pengolahan limbah cair ?
4. Analisis jenis pengolahan yang di gunakan pada jurnal?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian limbah cair
2. Untuk mengetahui Karakteristik limbah cair ?
3. Untuk mengetahui Teknologi pengolahan limbah cair ?
5. Untuk mengetahui Analisis Jenis Pengolahan Yang Di Gunakan
Pada Jurnal Tersebut

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Limbah merupakan sampah cair dari lingkungan masyarakat dan terutama
terdiri dari air yang telah digunakan dengan hampir 0,1% berupa benda-benda
padat yang terdiri dari zat organik dan anorganik. Menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha
dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) maupun industri (industri).

Limbah cair atau buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi
serta dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan lingkungan.
Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak mempunyai
nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat diutamakan agar
tidak mencemari lingkungan (Mardana,2007).

B. Karakteristik Limbah Cair


Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber
pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah
sakit mengandung senyawa organik yang cukup tinggi juga kemungkinan
mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme patogen yang
dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya. Oleh karena
potensi dampak air limbah rumah sakit terhadap kesehatan masyarakat sangat
besar, maka setiap rumah sakit diharuskan mengolah air limbahnya sampai
memenuhi persyaratan standar yang berlaku. Secara analisis ternyata air limbah
mempunyai sifat yang dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sifat fisik,
kimia, dan biologis.

7
a. Sifat Fisik Air Limbah
Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya
sifat fisik yang mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah
kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan serta
1. Bau ini disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses
dekomposisi materi atau penambahan substansi pada limbah. Dan
2. Temperatur juga ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di
dalam air. Air yang baik mempunyai temperatur normal 8°C dari suhu
kamar 27°C. Semakin tinggi temperatur air (>27°C) maka kandungan
oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.
3. Warna Pada dasarnya air bersih tidak berwarna, tetapi seiring dengan
waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, warna limbah berubah dari
yang abu–abu menjadi kehitaman.

b. Sifat Kimia Air Limbah


Kandungan bahan kimia yang ada didalam air limbah dapat merugikan
lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat
menghabiskan oksigen dalam limbah serta akan menimbulkan rasa dan
bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu akan lebih
berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang beracun.
Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logam-
logam berat yang terkandung dalam air limbah.
1. BOD
Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat-
zat organis denga oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat
berlangsung karena ada sejumlah bakteri. Diperhitungkan selama dua
hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai. BOD adalah
kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan (
mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang terlarut maupun sebagai
tersuspensi dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana.
Nilai ini hanya merupakan jumlah bahan organik yang dikonsumsi

8
bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi secara alami. Aktifnya
bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan
dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.
2. COD
Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain
pengukuran kebutuhan oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat
waktunya dibandingkan dengan analisa BOD. Pengukuran ini
menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa
yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia.
Adanya racun atau logam tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri
akan terhalang dan pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk
mengatasinya lebih tepat menggunakan analisa COD. COD adalah
sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat
anorganis dan organis sebagaiman pada BOD. Angka COD merupakan
ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik.
3. Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi
anaerob pada air limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk
pada dasar kolam, tidak berdebu, tidak berwarna dan mudah terbakar.
Methan juga ditemukan pada rawa-rawa dan sawah.
4. Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan
berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air
buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air steril
dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan
untuk keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi
bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas
pada pabrik pembuatan kawat atau seng.
5. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa
karbonat,garam-garam hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air.

9
Tingginya kandungan zat tersebut mengakibatkan kesadahan dalam
air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit air berbuih.
6. Lemak dan minyak
kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber
dari industri yang mengolah bahan baku mengandung minyak
bersumber dari proses klasifikasi dan proses perebusan. Limbah ini
membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk selaput.
7. Oksigen terlarut
Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin
tinggi BOD semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut
dalam air dapat menunjukkan tanda-tanda kehidupan ikan dan biota
dalam perairan. Semakin banyak ganggang dalam air semakin tinggi
kandungan oksigennya.
8. Logam-logam berat dan beracun Logam berat pada umumnya adalah
metal-metal seperti copper, selter pada cadmium, air raksa, lead,
chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat
adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium. Logam-logam
ini dalam konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.
c. Sifat Biologi Air Limbah
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam
senyawaan. Protein adalah salah satu senyawa kimia organik yang
membentuk rantai kompleks, mudah terurai menjadi senyawa-senyawa
lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air akan terurai
menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi
menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah
menjadi gula oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah
akan diubah oleh mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana
seperti karbon dioksida dan air serta amoniak. ( Ginting,2006 )
Pemeriksaan biologis air limbah untuk mengetahui apakah ada bakter-
bakteri patogen yang berada didalam air limbah. Keterangan biologis ini
diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang

10
dipergunakan untuk air minum. Selain itu juga untuk menaksir tingkat
kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air. Senyawa-senyawa
organik yang terdapat dalam air limbah sangat bervariasi, maka dari itu
sangat sulit untuk menentukan kadarnya secara langsung.

C. Teknik Pengelolaan Limbah Cair

Up flow

Bak control

Keterangan

1. Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung didalam bak kontrol
2. Dari bak kontol kemudian dialirkan menuju bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur yang terdapat pada air limbah. Selain
sebagai bak pengendap, juga berfungsi sebagai bak pengontrol aliran dan
penampung lumpur atau zat padat lain yang terkandung dalam air limbah.
3. Air limpasan dari bak pengurai awal selanjutnya dialirkan menuju bak
biofilter anaerob dengan arah aliran dari atas kebawah dan keatas (up
flow). Didalam bak biofilter anaerob tersebut diisi dengan batu split.
Penguraian zat-zat organik yang ada didalam air limbah dilakukan oleh
bakteri anaerob dan pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film

11
mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat
organik yang terkandung dalam air limbah.
4. Air limpasan dari bak biofilter anaerob selanjutnya dialirkan menuju bak
biofilter aerob. Didalam bak biofilter aerob diisi dengan media kerikil,
serat ijuk, pasir kuarsa, dan karbonaktif yang berfungsi sebagai penyaring
air limbah sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga
mikroorganisme aerob yang ada dapat menguraikan zat organik yang ada
dalam air limbah sertah tumbuh dan menempel pada permukaan media
dimanahal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik.
Proses ini dinamakan aerasi kontak.
5. Dari bak aerasi, air dialirkan kebak pengendapakhir. Didalam bakinien
dapanyang terbentukselanjutnya di pompa kembali kebagian inlet bak
aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan dialirkan
menuju bak khlorinasi, didalam bak ini air limbah dikontakkan dengan
senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme yang masih terkandung
dalam air limbah.
6. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dan dapat
langsung dibuang kesungai atau saluran umum.

D. Analisis Jenis Pengolahan Yang Di Gunakan Pada Jurnal


Dimana pada analisa hasil pengolahan limbah ini meliputi pemeriksaan kadar
BOD, COD, TSS, dan pH yang akan dilakukan di Laboratorium Teknik Kimia
Universitas Muhammadiyah Palembang dan sampel penelitian adalah air limbah
sebelum (pre) pengolahan dan air limbah sesudah(post) pengolahan.

12
1. Pengaruh Laju Alir Terhadap Penurunan Kadar BOD

Terdapat hubungan antara laju alir terhadap nilai BOD tanpa melalui
pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatantanpa pengenceran pada laju alir 500
ml/menit sebesar 25,00 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar 26,80 mg/l,
sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,60 mg/l. Dilihat dari hasil
analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar BOD juga semakin rendah.
Turunnya kadar BOD dalam air limbah menunjukkan bahwa senyawa - senyawa
organik dalam limbah tersebut dapat menurunkan kualitas limbah yaitu dengan
mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut yang terdapat pada limbah melalui
oksidasi secara biologi.

13
Pada Gambar 2 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai BOD
dengan 25% pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan dengan 25%
pengenceran pada laju alir 500 ml/menit sebesar 22,70 mg/l, pada laju alir 750
ml/menit sebesar 24,80 mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar
27,90 mg/l. Dilihat dari hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar
BOD juga semakin rendah. Turunnya kadar BOD dalam air limbah menunjukkan
bahwa senyawa-senyawa organik dalam limbah tersebut dapat menurunkan
kualitas limbah yaitu dengan mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut yang
terdapat pada limbah melalui oksidasi secara biologi.

14
Pada Gambar 3 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai BOD
dengan 50% pengenceran. Kadar BOD dengan kepekatan 50% pengenceran pada
laju alir 500 ml/menit sebesar 22,40 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar
23,70 mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 27,50 mg/l. Dilihat
dari hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar BOD juga semakin
rendah. Turunnya kadar BOD dalam air limbah menunjukkan bahwa
senyawasenyawa organik dalam limbah tersebut dapat menurunkan kualitas
limbah yaitu dengan mengkonsumsi kandungan oksigen terlarut yang terdapat
pada limbah melalui oksidasi secara biologi.

2. Pengaruh Laju Alir Terhadap PenurunanKadar COD

Pada Gambar 4 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai COD tanpa
melalui pengenceran. Kadar COD dengan kepekatan tanpa pengenceran pada laju
alir 500 ml/menitsebesar 70,01 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar 72,36
mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 74,12 mg/l. Dilihat dari
hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar COD juga semakin
rendah. Turunnya kadar COD dalam air limbah menunjukkan bahwa kebutuhan
oksigen total untuk mengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair, dimana
senyawa organik tersebut dapat mengurangi konsentrasi okigen terlarut melalui
suatu oksidasi kimia hingga kadar COD dalam limbah menurun.

15
Pada Gambar 5 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai COD
dengan 25% pengenceran. Kadar COD dengan kepekatan 25% pengenceran pada
laju alir 500 ml/menit sebesar 62,25 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar
67,34 mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 68,98 mg/l. Dilihat
dari hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar COD juga semakin
rendah. Turunnya kadar COD dalam air limbah menunjukkan bahwa kebutuhan
oksigen total untuk mengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair, dimana
senyawa organik tersebut dapat mengurangi konsentrasi okigen terlarut melalui
suatu oksidasi kimia hingga kadar COD dalam limbah menurun.

16
Pada Gambar 6 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai COD
dengan 50% pengenceran. Kadar COD dengan kepekatan 50% pengenceran pada
laju alir 500 ml/menit sebesar 56,24 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar
59,05 mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 61,33 mg/l. Dilihat
dari hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar COD juga semakin
rendah. Turunnya kadar COD dalam air limbah menunjukkan bahwa kebutuhan
oksigen total untuk mengoksidasi senyawa organik dalam limbah cair, dimana
senyawa organik tersebut dapat mengurangi konsentrasi okigen terlarut melalui
suatu oksidasi kimia hingga kadar COD dalam limbah menurun.

3. Pengaruh Laju Alir Terhadap PenurunanKadar TSS

Pada Gambar 7 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai TSS tanpa
melaluipengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan tanpa pengenceran pada laju
alir 500 ml/menit sebesar 21,26 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar 24,37
mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 26,13 mg/l. Dilihat dari
hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah menunjukkan bahwa parameter –
parameter lain seperti BOD dan COD juga akan mengalami penurunan karena

17
suspensi yang terdapat dalam partikel koloid merupakan faktor penyebab
tingginya konsentrasi BOD dan COD.

Pada Gambar 8 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai TSS
dengan 25% pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan 25% pengenceran pada
laju alir 500 ml/menit sebesar 17,42 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar
19,56 mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 20,33 mg/l. Dilihat
dari hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah menunjukkan bahwa parameter –
parameter lain seperti BOD dan COD juga akan mengalami penurunan karena
suspensi yang terdapat dalam partikel koloid merupakan faktor penyebab
tingginya konsentrasi BOD dan COD.

18
Pada Gambar 9 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai TSS
dengan 50% pengenceran. Kadar TSS dengan kepekatan 50 % pengenceran pada
laju alir 500 ml/menit sebesar 12,71 mg/l, pada laju alir 750 ml/menit sebesar
16,35 mg/l, sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 17,73 mg/l. Dilihat
dari hasil analisa tersebut semakin rendah laju alir maka kadar TSS juga semakin
rendah. Turunnya kadar TSS dalam air limbah menunjukkan bahwa parameter –
parameter lain seperti BOD dan COD juga akan mengalami penurunan karena
suspensi yang terdapat dalam partikel koloid merupakan faktor penyebab
tingginya konsentrasi BOD dan COD.

4. Pengaruh Laju Alir Terhadap pH

Pada Gambar 10 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai pH tanpa
melalui pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan tanpa pengenceran pada laju
alir 500 ml/menitsebesar 7,34, pada laju alir 750 ml/menit sebesar 7,22,
sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 7,21. Dilihat dari hasil analisa
tersebut nilai pH yang didapat telah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair
Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 6 – 9.

19
Pada Gambar 11 terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai pH
dengan 25% pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan 25% pengenceran pada
laju alir 500 ml/menit sebesar 7,15, pada laju alir 750 ml/menit sebesar 7,20,
sedangkan pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 7,02. Dilihat dari hasil analisa
tersebut nilai pH yang didapat telah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair
Rumah Sakit yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 6 – 9.

Pada grafik terlihat hubungan antara laju alir terhadap nilai pH dengan
50% pengenceran. Kadar pH dengan kepekatan 50%pengenceran pada laju alir

20
500 ml/menit sebesar 6,94, pada laju alir 750 ml/menit sebesar 7,11, sedangkan
pada laju alir 1000 ml/menit sebesar 7,09. Dilihat dari hasil analisa tersebut nilai
pH yang didapat telah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 6 – 9.

Jadi, dari hasil analisis jenis – jenis pengolahan limbah cair rumah sakit di
atas, maka didapati Proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan sistem
biofilter anaero-aerob mampu menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan dapat
menstabilkan pH. Penurunan kadar BOD, COD, dan TSS dipengaruhi oleh Laju
Alir proses pengolahan limbah. Semakin rendah laju alir proses maka kadar BOD,
COD, dan TSS akan semakin rendah pula kadar BOD, COD, dan TSS serta juga
dapat dipengaruhi oleh kepekatan air limbah. Semakin tinggi tingkat pengenceran
air limbah maka penurunan kadar BOD, COD, dan TSS juga akan semakin tinggi.

Dari hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil terbaik yang
didapat dalam penelitian ini adalah pada laju alir 500 ml/menit dengan kepekatan
50% pengenceran dengan analisa BOD sebesar 22,40 mg/l, COD sebesar 56,24
mg/l, dan TSS sebesar 12,71 mg/l. Nilai-nilai tersebut telah sesuai dengan baku
mutu limbah cair yang telah ditetapkan dalam Peraturan Gubernur Sumsel No 18
Tahun 2005.

21
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Limbah cair atau buangan merupakan air yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi serta dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap
manusia dan lingkungan. Keberadaan limbah cair tidak diharapkan di
lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat
bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari lingkungan
(Mardana,2007).
Oleh karena karakteristi potensi dampak air limbah rumah sakit
terhadap kesehatan masyarakat sangat besar, maka setiap rumah sakit
diharuskan mengolah air limbahnya sampai memenuhi persyaratan standar
yang berlaku. Secara analisis ternyata air limbah mempunyai sifat yang
dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu sifat fisik, kimia, dan
biologis.
Jadi, dari hasil analisis jenis – jenis pengolahan limbah cair rumah sakit
di atas, maka didapati Proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan
sistem biofilter anaero-aerob mampu menurunkan kadar BOD, COD, TSS,
dan dapat menstabilkan pH.

B. SARAN
Setelah mengetahui makalah ini dalam suatu Rumah Sakit , maka
penulis menyarankan dan mengajak kepada pembaca agar dalam
melakasanakan limbah cair yang ada di Rumah Sakit kedepannya harus
ada perencanaan yang matang,inovasi dan motivasi didalamnya supaya RS
tersebut bisa berkembang menjadi RS yang berkualitas dan bersaing
dengan RS internasional

22
DAFTAR PUSTAKA

1. (Sari 2015)Ii, B A B, and Tinjauan Pustaka. 2012. “No Title,” 5–20.


2. Sari, Weny Marita. 2015. “Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
Muhammadiyah Palembang ( RSMP ) Dengan Sistem Biofilter Anaerob-
Aerob” 1 (1):8–18.
3. (Ii and Pustaka 2012)Ii, B A B, and Tinjauan Pustaka. 2012. “No Title,”
5–20.

23

Вам также может понравиться