Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam arsitektur, bangunan yang baik adalah bangunan yang tidak hanya
estetis, tetapi juga menimbulkan rasa nyaman bagi penghuninya. Salah satu
faktornya adalah sirkulasi panas yang baik dalam bangunan, bagaimana
bangunan dapat beradaptasi dengan lingkungan dan iklim tempatnya berdiri.
Indonesia sendiri merupakan Negara beriklim tropis, dimana panas matahari
terjadi sepanjang tahun, dengan curah hujan yang tinggi.

1
BAB II
BUNYI

2.1. Pengertian Bunyi

Bunyi atau suara adalah kompresi mekanikal atau gelombang longitudinal yang
merambat melalui medium. Medium atau zat perantara ini dapat berupa zat cair, padat,
atau gas. Jadi, gelombang bunyi dapat merambat misalnya di dalam air, batu bara, atau
udara.
Kebanyakan suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara
murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan kecepatan osilasi atau frekuensi yang
diukur dalam Hertz (Hz) dan amplitudo atau kenyaringan bunyi dengan pengukuran
dalam desibel.
Bunyi dapat berasal dari alam dan juga dari perbuatan manusia. Selain perbedaan
bahannya, sumber bunyi dapat dibedakan oleh bentuk dan ukurannya. Bila bentuknya
berbeda maka berbeda pola bunyinya. Jadi sumber bunyi akan berbeda oleh perbedaan
bahan bentuk dan ukurannya.
Dalam klarifikasi bunyi. Bunyi itu dapat digolongkan menjadi beberapa jenis
yaitu, sebagai berikut:
Berdasarkan frekuensi, bunyi itu dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Infrasonik : bunyi yang punya frekuensi kurang dari 20 Hz. Bunyi infrasonik ini tidak
dapat didengar oleh manusia, karena mungkin terlalu kecil jadi sulit di dengar oleh kita
dan yang bisa mendengar ini cuma beberapa hewan saja, seperti anjing dan jangkrik.
2. Audiosonik : bunyi yang punya frekuensi antara 20 Hz-20.000 Hz. Bunyi audiosonik
adalah gelombang bunyi yang dapat didengar oleh telinga kita.
3. Ultrasonik : bunyi yang mempunyai frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Bunyi ini tidak
dapat didengar oleh telinga manusia karena terlalu besar, kalau kita bisa dengar, kuping
kita akan merasa sakit, dan bunyi ini dapat didengar oleh beberapa hewan saja, seperti
lumba-lumba dan kelelawar. Bunyi ultrasonik ini juga sering digunakan oleh manusia
pada aplikasi radar untuk mendeteksi kedalaman laut dan objek tertentu, serta dapat
digunakan untuk mengukur panjang gua dan ketebalan logam di industri.

2
2.2. Bunyi Dalam Arsitektur

Dalam hal ini bunyi yang dibahas adalah mengenai sebuah ruang auditorium.
Sering di temukannya ruang auditorium yang tidak memenuhi fungsi dan
tujuannya. Akibat dari kualitas akustik gedung yang buruk sehingga fungsi dari gedung
itu sendiri dalam penerapannya sangat kurang. Gedung Auditorium yang tidak
memenuhi fungsi sebagai mana mestinya , biasanya apabila ada suatu kegiatan di dalam
gedung tersebut para pendengar sebagian besar tidak dapat menangkap apa yang di
sampaikan oleh pembawa acara atau penyaji dalam acara tersebut. Hal ini di sebabkan
kualitas penyebaran suara yang tidak merata dan suara yang bercampur antara suara
dari panggung dan suara para audience itu sendiri.

2.2.1. Definisi

Ruang Auditorium merupakan ruang multi-fungsi karena mempunyai


fungsi sebagai ruang pertemuan dan pertunjukan seni, misalnya untuk
pertunjukan theater atau music. Terkait dengan itu maka persyaratan ruang
harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar pesan yang diungkapkan
penyaji seni dapat tertangkap dengan baik sehingga tercapai kualitas
pertunjukan yang optimal serta kepuasan bagi penikmatnya mengingat
penonton yang memasuki sebuah Auditorium memiliki hak untuk
mendapatkan kenyamanan, keamanan, penerangan yang cukup,
pemandangan (viewing) yang menyenangkan dan kualitas bunyi yang baik
selain kualitas acaranya itu sendiri. Sesuai dengan fungsi utamanya yaitu
sebagai Auditorium, salah satu persyaratan yang seharusnya dipenuhi selain
tata cahaya adalah penataan akustik atau tata suara. Pengolahan tata suara
yang baik akan mempertinggi kualitas tampilan pertunjukan dan
menciptakan kenyamanan bagi penikmatnya.

Dalam sebuah pertemuan dan pertunjukan dibutuhkan tingkat


kejelasan suara yang tinggi agar para pengguna dapat menerima secara utuh
dan benar informasi yang disampaikan. Banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam perancangan akustik interior Auditorium yang
harus dipenuhi sesuai dengan fungsinya, agar pesan yang diungkapkan
penyaji seni dapat tertangkap dengan baik sehingga tercapai kualitas

3
pertunjukan yang optimal serta kepuasan bagi penikmatnya. Persyaratan
utama yang harus dipenuhi dalam perancangan tata akustik Auditorium
adalah: kekerasan (loudness) yang cukup dengan cara memperpendek jarak
penonton dengan sumber bunyi, penaikan sumber bunyi, pemiringan lantai,
sumber bunyi harus dikelilingi lapisan pemantul suara, kesesuaian luas
lantai dengan volume ruang, menghindari pemantul bunyi paralel yang
saling berhadapan dan penempatan penonton di area yang menguntungkan.

Persyaratan lainnya adalah bentuk ruang yang tepat, distribusi energi


bunyi yang merata dalam ruang, bebas dari cacat-cacat akustik dan
pengolahan bentuk elemen pembentuk ruangnya (lantai, dinding dan
plafond) serta pelapisan dengan bahan penyerap bunyi dan bahan yang
berfungsi akustik maupun bahan-bahan lunak yang berpori lainnya.
Pertimbangan finansial biasanya merupakan pembatas langkah-langkah
perbaikan akustik, karena untuk menghasilkan kualitas akustik yang baik
memerlukan biaya tinggi.

2.2.2. Perilaku Bunyi di Ruang Auditorium

Berdasarkan sumber yang didapat dari http://Acoustics.com bunyi di


dalam ruang tertutup (enclosed space) memiliki perilaku (behaviour)
tertentu jika menumbuk dinding-dinding dari ruang tertutup tersebut yakni
energinya akan dipantulkan (reflected), diserap (absorbed), disebarkan
(diffused), atau dibelokkan (diffracted) tergantung pada sifat akustik
dindingnya.

2.2.2.1. Refleksi Bunyi (Pemantulan Bunyi)

Bunyi akan memantul apabila menabrak beberapa permukaan


sebelum sampai ke pendengar sebagaimana pendapat Mills : Pemantulan
dapat diakibatkan oleh bentuk ruang maupun bahan pelapis permukaannya.
Permukaan pemantul yang cembung akan menyebarkan gelombang bunyi
sebaliknya permukaan yang cekung seperti bentuk dome (kubah) dan
permukaan yang lengkung menyebabkan pemantulan bunyi yang mengumpul
dan tidak menyebar sehingga terjadi pemusatan bunyi.

4
Permukaan cembung Permukaan cekunga

Sumber
bunyi

Gambar 2.2.2.1 Pemantulan suara ke langit-langit.

Permukaan penyerap bunyi dapat membantu menghilangkan


permasalahan gema maupun pemantulan yang berlebihan.

2.2.2.2. Absorbsi Bunyi (Penyerapan Bunyi)

Saat bunyi menabrak permukaan yang lembut dan berpori maka


bunyi akan terserap olehnya sehingga permukaan tersebut disebut penyerap
bunyi. Bahan-bahan tersebut menyerap bunyi sampai batas tertentu, tapi
pengendalian akustik yang baik membutuhkan penyerapan bunyi yang tinggi.
Adapun yang menunjang penyerapan bunyi adalah lapisan permukaan
dinding, lantai, langit-langit, isi ruang seperti penonton dan bahan tirai, tempat
duduk dengan lapisan lunak, karpet serta udara dalam ruang.

2.2.2.3. Diffusi Bunyi (Penyebaran Bunyi)

Bunyi dapat menyebar menyebar ke atas, ke bawah maupun ke


sekeliling ruangan. Suara juga dapat berjalan menembus saluran, pipa atau
koridor.ke semua arah di dalam ruang tertutup.

5
2.2.2.4. Difraksi Bunyi (Penyerapan Bunyi)

Difraksi bunyi merupakan gejala akustik yang menyebabkan


gelombang bunyi dibelokkan atau dihamburkan di sekitar penghalang seperti
sudut (corner), kolom, tembok dan balok.

2.2.3. Masalah Penyampain Bunyi dalam Ruang Auditorium

Dalam ruang Auditorium, banyak masalah yang bisa terjadi. Hal ini di
karenakan kurangnya pengetahuan dalam bidang pembangunan suatu Auditorium
yang memiliki kualitas akustik yang baik dan kurangnya perhatian terhadap
suara-suara yang tidak perlu di dalam suatu ruangan. Suara-suara yang tidak perlu
itu misalnya suara-suara yang tidak berssumber dari panggung utama.

Kualitas suara dari sumber suara yang terlalu keras juga akan
menimbulkan suatu ketidaknyamanan bagi pendengar. Pemilihan material dalam
pembangunan sangat di perlukan. Khususnya dalam ruang Auditorium. Pemilihan
jenis dan bentuk plafond dan dinding akan sangat mempengaruhi kualitas akustik
dalam ruang Auditorium. Sebuah ruangan yang didesain untuk suatu fungsi
tertentu, baik yang mempertimbangkan aspek akustik maupun yang tidak,
seringkali dihadapkan pada problem-problem berikut :

2.2.3.1. Pemusatan Suara

Masalah ini biasanya terjadi apabila ada permukaan cekung


(concave) yang bersifat reflektif, baik di daerah panggung, dinding belakang
ruangan, maupun di langit-langit (kubah atau jejaring kubah). Bila anda
mendesain ruangan dan aspek desain mengharuskan ada elemen
cekung/kubah, ada baiknya anda melakukan treatment akustik pada bidang
tersebut, bisa dengan cara membuat permukaannya absorptif (mis.
menggunakan acoustics spray) atau membuat permukaannya bersifat diffuse.

2.2.3.2. Pantulan Berulang dan Kuat

Problem ini seringkali dibahasakan sebagai gema, Gema adalah


bunyi pantul yang muncul setelah bunyi asli selesai. Gema dapat terjadi di

6
alam terbuka seperti di lembah atau jurang. Terjadinya gema hampir sama
dengan gaung yaitu terjadi karena pantulan bunyi. Namun, gema hanya terjadi
bila sumber bunyi dan dinding pemantul jaraknya jauh, lebih jauh daripada
jarak sumber bunyi dan pemantul pada gaung. Tidak seperti pemantulan pada
gaung, pemantulan pada gema terjadi setelah bunyi misalnya jika kita
berteriak di daerah pegunungan, setelah beberapa saat, terdengar kembali
teriakanmu berteriak. Bunyi tersebut sebetulnya adalah bunyi pantul yang
baru sampai di telinga kita. Echoe disebabkan oleh permukaan datar yang
sangat reflektif atau permukaan hyperbolic reflektif (terutama pada dinding
yang terletak jauh dari sumber). Pantulan yang diakibatkan oleh permukaan-
permukaan tersebut bersifat spekular dan memiliki energi yang masih besar,
sehingga (bersama dengan delay time yang lama) akan mengganggu suara
langsung. Problem akan menjadi lebih parah, apabila ada permukaan reflektif
sejajar di hadapannya. Permukaan reflektif sejajar bisa menyebabkan pantulan
yang berulang-ulang (flutter echoe) dan juga gelombang berdiri. Flutter echoe
ini bisa terjadi pada arah horisontal (akibat dinding sejajar) maupun arah
vertikal (lantai dan langit-langit sejajar dan keduanya reflektif).

2.2.3.3. Gaung

Bunyi pantul yang datang sebelum bunyi asli selesai dikirim.


Contoh gaung adalah ketika kamu berada di ruangan yang sempit. Apa yang
kamu ucapkan tidak terdengar jelas karena terganggu bunyi pantul. Ketika
kamu berbicara di dalam sebuah gedung yang besar, dinding gedung ini akan
memantulkan suaramu. Biasanya, selang waktu antara bunyi asli dan
pantulannya di dalam gedung sangat kecil. Sehingga bunyi pantulan ini
bersifat merugikan karena dapat menggangu kejelasan bunyi asli. Pemantulan
bunyi yang seperti ini- dinamakan gaung. Untuk menghindari peristiwa ini,
gedung-gedung yang mempunyai ruangan besar seperti aula telah dirancang
supaya gaung tersebut tidak terjadi. Upaya ini dapat dilakukan dengan
melapisi dinding dengan bahan yang bersifat tidak memantulkan bunyi atau
dilapisi oleh zat kedap (peredam) suara. Contoh bahan peredam bunyi adalah
gabus, kapas, dan wool. Ruangan yang tidak menghasilkan gaung sering
disebut ruangan yang mempunyai akustik bagus. Selain melapisi dinding
dengan zat kedap suara, struktur bangunannya pun dibuat khusus. Perhatikan
langit-langit dan dinding auditorium, dinding dan langit-langit ini tidak dibuat

7
rata, pasti ada bagian yang cembung. Hal ini dimaksudkan agar bunyi yang
mengenai dinding tersebut dipantulkan tidak teratur sehingga pada akhirnya
gelombang pantul ini tidak dapat terdengar.

2.2.3.4. Resonansi (Resonance)

Seperti halnya echoe problem ini juga diakibatkan oleh dinding


paralel, terutama pada ruangan yang berbentuk persegi panjang atau kotak.
Contoh yang paling mudah bisa ditemukan di ruang kamar mandi yang
dindingnya (sebagian besar atau seluruhnya) dilapisi keramik. Resonansi,
selain membawa manfaat juga menimbulkan kerugian. Kerugian akibat
resonansi antara lain adalah ketika terjadi gempa, bumi bergetar dan getaran
ini diteruskan ke segala arah. Getaran bumi dapat diakibatkan oleh peristiwa-
peristiwa yang terjadi di perut bumi, misalnya terjadinya dislokasi di dalam
perut bumi sehingga bumi bergetar yang dapat kita rasakan sebagai gempa.
Jika getaran gempa ini sampai ke permukaan dan sampai di pemukiman,
gedung-gedung yang ada di permukaan bumi akan bergetar. Jika frekuensi
getaran gempa sangat besar dan getaran gedung-gedung ini melebihi frekuensi
alamiahnya, gedung-gedung ini akan roboh. Suatu benda, misalnya gelas,
mengeluarkan nada musik jika diketuk sebab ia memiliki frekuensi getaran
alami sendiri. Jika kita menyanyikan nada musik berfrekuensi sama dengan
suatu benda, benda itu akan bergetar. Peristiwa ini dinamakan resonansi.
Bunyi yang sangat keras dapat mengakibatkan gelas beresonansi begitu
kuatnya sehingga pecah.

2.2.3.5. Bising (External Note)

Problem ini dihadapi oleh hampir seluruh ruangan yang ada di


dunia ini, karena pada umumnya ruangan dibangun di sekitar sistem-sistem
yang lain. Misalnya, sebuah ruang konser berada pada bangunan yang berada
di tepi jalan raya dan jalan kereta api atau ruang konser yang bersebelahan
dengan ruang latihan atau ruangan kelas yang bersebelahan. Bising dapat
menjalar menembus sistem dinding, langit-langit dan lantai, disamping
menjalar langsung melewati hubungan udara dari luar ruangan ke dalam
ruangan (lewat jendela, pintu, saluran AC, ventilasi, dsb). Konsep
pengendaliannya berkaitan dengan desain insulasi (sistem kedap suara). Pada

8
ruangan-ruangan yang critical fungsi akustiknya, biasanya secara struktur
ruangan dipisahkan dari ruangan disekelilingnya, atau biasa disebut box
within a box concept.

2.2.4. Persyaratan Akustik Perancangan Ruang Auditorium

Secara garis besar Auditorium harus memenuhi syarat : kekerasan


(loudness) yang cukup, bentuk ruang yang tepat, distribusi energi bunyi yang
merata dalam ruang, dan ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik.

2.2.4.1. Kekerasan (Loudness)

Kekerasan yang kurang terutama pada auditorium ukuran besar


disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena
jarak tempuh bunyi terlalu panjang, dan penyerapan suara oleh penonton dan
isi ruang (kursi yang empuk, karpet, tirai ).

2.2.4.2. Memperpendek Jarak Penonton dengan Sumber Bunyi

Mills mengemukakan pendapat mengenai persyaratan jarak


penonton dengan sumber bunyi untuk mendapatkan kepuasan dalam mendengar
dan melihat pertunjukan: .Jarak tempat duduk penonton tidak boleh lebih dari
20 meter dari panggung agar penyaji pertunjukan dapat terlihat dan terdengar
dengan jelas.

2.2.4.3. Penaikan Sumber Bunyi

Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin dapat


dilihat oleh penonton, sehingga menjamin gelombang bunyi langsung yang
bebas (gelombang yang merambat secara langsung tanpa pemantulan) ke setiap
pendengar.

2.2.4.4. Kemiringan Lantai

Lantai di area penonton harus dibuat miring karena bunyi lebih


mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring
(grazing incidence). Aturan gradien kemiringan lantai yang ditetapkan tidak

9
boleh lebih dari 1:8 atau 30° dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan.
Kemiringan lebih dari itu menjadikan lantai terlalu curam dan membahayakan.

Area tempat duduk penonton

30°

Gambar 2.2.4.4. Penaikan sumber bunyi dan pemiringan lantai


area penonton. Sumber: Doelle (1990)

Gambar di atas menjelaskan pemiringan lantai dan peninggian


sumber bunyi. Bila sumber bunyi ditinggikan dan area tempat penonton
dimiringkan 30° maka pendengar akan menerima lebih banyak bunyi langsung
yang menguntungkan kekerasan suara.

2.2.4.5. Sumber Bunyi Harus Dikelilingi Sumber Suara

Untuk mencegah berkurangnya energi suara, sumber bunyi harus


dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi seperti gypsum board,
plywood, flexyglass dan sebagainya dalam jumlah yang cukup banyak dan
besar untuk memberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian
daerah penonton, terutama pada tempat-tempat duduk yang jauh .Langit-
langit dan dinding samping auditorium merupakan permukaan yang tepat
untuk memantulkan bunyi.

10
Gambar 2.2.4.5. Penempatan langit-langit pemantul. Sumber: Doelle (1990).

2.2.4.6. Kesesuain Lantai Dengan Luas Ruang

Terkait dengan kapasitas tempat duduk, The Association of British


Theatre Technicians dalam Mills mengklasifikasikan AUDITORIUM dari
yang berukuran kecil hingga sangat besar yakni: ukuran sangat besar
berkapasitas 1500 atau lebih tempat duduk, ukuran besar 900-1500 tempat
duduk, ukuran sedang 500 – 900 tempat duduk dan ukuran kecil kurang dari
500 tempat duduk.

11
2.2.4.7. Menghindari Pamantulan Bunyi Pararel Yang Berhadapan

Bentuk plafond paralel secara horisontal seperti gambar di


bawah ini tidak dianjurkan.

pemantulan yang berguna

Arah bunyi
Area tempat duduk
penonton

Sumber bunyi

panggung 30˚

Gambar 2.2.4.7. Bentuk plafond paralel yang tidak dianjurkan. Sumber: Doelle
(1990)

2.2.5. Pemilihan Bentuk Ruang Yang Tepat

Doelle (1995:95) menyebutkan bahwa bentuk ruang juga


mempengaruhi kualitas bunyi. Ada beberapa bentuk ruang pertunjukan yang
lazim digunakan , yaitu: bentuk empat persegi (rectangular shape), bentuk kipas
(fan shape), bentuk tapal kuda (horse-shoe shape) dan bentuk hexagonal
(hexagonal shape).

2.2.5.1. Bentuk Ruang Empat Persegi

Keuntungan dari bentuk ini adalah tingkat tinggi keseragaman dan


dalam keseimbangan energi baik awal dan akhir. Besar kecilnya suara untuk
sejumlah besar suara lateral yang awal, ditingkatkan oleh kontribusi
tambahan dari beberapa refleksi antara dinding-dinding samping.

Jadi bentuk ruang empat persegi panjang (rectangular shape)


memiliki tingkat keseragaman suara yang tinggi sehingga terjadi

12
keseimbangan antara suara awal dan suara akhir. Sisi lebar yang lebih kecil
dapat merespon bunyi lateral /bunyi samping, diperkuat dengan pantulan yang
berulang-ulang antar dinding samping menyebabkan bertambahnya
kepenuhan nada, suatu segi akustik ruang yang sangat diinginkan pada ruang
pertunjukan.

stage
Gambar 2.2.5.1. Bentuk lantai empat persegi (Rectangular shape)

Kelemahan dari bentuk ini adalah pada bagian sisi panjangnya, karena
menjadikan jarak antara penonton dengan panggung terlalu jauh.Solusi untuk
permasalahan ini adalah dengan mempersempit area panggung dan
memperlebar sisi depannya.

2.2.5.2. Lantai Bentuk Kipas

Jadi keuntungan ruang bentuk kipas, dapat menampung penonton


dalam jumlah banyak, disamping itu juga menyediakan sudut pandang yang
maksimum bagi penonton.

Dinding stage
belakang

Gambar 2.2.5.2. Denah auditorium dengan bentuk kipas

13
Akan tetapi disisi lain, banyak pula kekurangan dari bentuk ini
memiliki kekurangan yang membuat reputasi akustiknya kurang baik, karena
bentuk dinding samping yang melebar ke belakang menyebabkan pemantulan
yang terlalu cepat ke dinding belakang yang dilengkungkan sehingga
menciptakan gema dan pemusatan bunyi sehingga ruang ini cenderung
memiliki akustik yang tidak seragam, dengan kondisi area duduk penonton
bagian tengah yang kurang baik.

2.2.5.3. Ruang Bentuk Tapal Kuda

Merupakan bentuk yang memiliki keistimewaan karakteristik yakni


adanya kotak-kotak yang berhubungan (rings of boxes) yang satu di atas yang
lain.Walaupun tanpa lapisan permukaan penyerap bunyi pada interiornya,
kotak-kotak ini berperan secara efisien pada penyerapan bunyi dan
menyediakan waktu dengung yang pendek.Disamping itu bentuk dindingnya
membuat jarak penonton dengan pemain menjadi lebih dekat. (Doelle:1990).

Area penonton

Audience
stage Stage/panggung

Gambar 2.2.5.3. Ruang berbentuk Tapal Kuda (Horse-shoe Shape)

Akan tetapi disisi lain terdapat kekurangan yaitu permukaan dinding


bagian belakang yang cekung merupakan bentuk yang tidak dianjurkan
karena akan terjadi penyerapan suara yang terlalu tinggi di bagian
belakang.

14
2.2.6. Distribusi Bunyi Yang Merata

Energi bunyi dari sumber bunyi harus terdistribusi secara merata ke setiap
bagian ruang, baik yang dekat maupun yang jauh dari sumber bunyi. Untuk
mencapai keadaan tersebut menurut Doelle (1990:60) perlu diusahakan
pengolahan pada elemen pembentuk ruangnya, yakni unsur langit-langit, lantai
dan dinding, dengan cara membuat permukaan yang tidak teratur, penonjolan
elemen bangunan, langit-langit yang ditutup, kotak-kotak yang menonjol,
dekorasi pada permukaan dinding yang dipahat, bukaan jendela yang dalam dan
sebagainya.

Pengolahan bentuk permukaan elemen pembentuk ruang terutama


dibagian dinding dan langit-langit dengan susunan yang tidak teratur dan dalam
jumlah dan ukuran yang cukup akan banyak memperbaiki kondisi dengar,
terutama pada ruang dengan waktu dengung yang cukup panjang.

Cacat akustik merupakan kekurangan-kekurangan yang terdapat pada


pengolahan elemen pembentuk ruang auditorium yang menimbulkan
permasalahan akustik.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Auditorium harus mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga penonton dapat


sedekat mungkin dengan sumber suara. Setiap penonton selain menerima suara
refleksi juga harus menerima suara langsung. Khusus untuk pertunjukkan musik,
harus memiliki rasio bass yang cukup tinggi untuk memberi kesan kehangatan, serta
menghindari penggunaan panil-panil tipis misalnya papan kayu ¾' yang akan
meredam bunyi frekuensi rendah. Menghindari permukaan-permukaan yang
menyebabkan gema (echo), lecutan ( seperti lecutan akibat pantulan yang cepat),
rayapab ( bunyi yang merambat di permukaan kubah). Kepadatan tempat duduk 0,6-
0,8m2. Untuk ruangan berbentuk persegi panjang dengan panggung depan, volume
ruang per orang adalah 8 m2. Untuk penggung tengah volume ruang per orang adalah
13 m2. Permukaan pemantul bunyi di dekat panggung harus dapat memantulkan bunyi
kembali ke panggung sehingga pemain dapat merasakan respon ruangan yang
memadai. Permukaan dinding samping langit-langit, dinding balkon dan dinding
panggung harus dapat memantulkan bunyi secara baur , dan hindari bentuk-bentuk
rata.

16

Вам также может понравиться