Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB IV

PEMBAHASAN

Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang

merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat

dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik

yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran

serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim

kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi

serta memecahkan masalah tersebut (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/

kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder

dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan

perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong

semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan

nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal

(Elisabeth, 2007).

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi

keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga,

167
kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah keperawatan

yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi, 2009)

Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun

mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada

kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini

dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan

pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk

memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan

produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab

serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).

Praktik keperawatan komunitas yang dilakukan oleh kami mahasiswa

program profesi nurse angkatan ke IV (empat) STIKES Muhammadiyah

Samarinda sebagai tugas untuk memenuhi target perkuliahan Stase

Keperawatan Komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan pengetahuan individu, keluarga, dan komunitas yang

berada di RT 03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan Samarinda yang mana

telah di mulai pada tanggal 20 Maret – 15 April 2017 di Kelurahan

Sambutan Samarinda dengan bebagai macam kegiatan yang telah

dilakukan.

A. Pengkajian Komunitas

1. Tahap Orientasi

168
Dalam tahap orientasi mahasiswa melakukan pendekatan

terhadap Ketua RT 03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan untuk

mengetahui batas wilayah kerja daerah binaan. Dalam tahap ini

mahasiswa dibantu pula oleh kepala puskesmas Sambutan Baru dan

Presptor Klinik yang bersedia untuk memfasilitasi interaksi mahasiswa

dan masyarakat pada saat kegiatan praktek (intervensi dan

implementasi keperawatan) komunitas dimulai.

Tahap orientasi dilakukan satu hari setelah mahasiswa tiba di

lokasi daerah binaan. Orientasi tidak hanya meliputi batas wilayah

daerah binaan, namun dilakukan pula pengambilan data sekunder di

puskesmas Sambutan Baru terkait profil daerah binaan. Observasi ini

dilakukan sebagai upaya mencari informasi awal tentang kondisi

kesehatan masyarakat di daerah binaan.

Selama tahap orientasi berlangsung, mahasiswa banyak

mendapatkan bantuan dan informasi dari beberapa tokoh masyarakat

serta kader-kader kesehatan di lingkungan RT 03 dan RT 04

kelurahan Sambutan. Hal ini memudahkan mahasiswa nantinya untuk

bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat. Perhatian dan

dukungan dari berbagai pihak terutama dari lingkungan daerah binaan

merupakan modal utama dalam melakukan pengkajian komunitas

didaerah binaan.

169
Meadows (2009) dalam penelitiannya Community Health Nursing,

Great Challenges and Great Opportunity mengatakan “ perawat

kesehatan komunitas hendaknya dapat memperkirakan dan memiliki

kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya (daerah binaan)

dengan memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada dilingkungan

tersebut”. Oleh karenanya selama tahap orientasi berlangsung,

mahasiswa berusaha mendekati beberapa anggota masyarakat yang

dianggap memiliki pengaruh dalam tatanan masyarakat lingkungan RT

03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan. Tokoh-tokoh masyarakat seperti

kepala puskesmas Sambutan , ketua RT 03 dan RT 04, serta kader

kesehatan yang banyak membantu mahasiswa dalam rangka

mensosialisasikan keberadaan mahasiswa praktek komunitas di

lingkungan RT 03 dan RT 04 kelurahan Sambutan dan hasil akhir yang

didapat adalah masyarakat dengan senang hati dan terbuka menerima

kehadiran mahasiswa di lingkungan mereka serta memberikan

informasi akurat mengenai masalah-masalah kesehatan yang mereka

hadapi atau rasakan.

2. Pendataan

Setelah orientasi dan observasi awal dilakukan, maka selanjutnya

dilakukan pendataan dengan sistem door to door. Untuk efisiensi dan

efektifitas waktu maka mahasiswa terbagi dalam tiga kelompok kecil

yang terdiri dari empat orang mahasiswa. Pembagian wilayah

170
pendataan didasarkan pada banyaknya rumah dan jauhnya jarak

perumahan penduduk dari lingkungn RT 03 dan RT 04 kelurahan

Sambutan. Pendataan dilakukan selama tiga hari, selain pada pagi

dan siang hari, pendataan dilakukan pula pada sore hari, hal ini

disebabkan tidak semua penduduk dapat ditemui pada pagi atau siang

hari dikarenakan kesibukan aktifitas hariannya dan selama pendataan

tidak ditemukan penolakan atau penerimaan negative dari masyarakat.

Masing-masing mahasiswa melakukan pendataan selama 15-20 menit

di tiap rumah, proses pendataan meliputi wawancara dan observasi

didalam rumah terutama untuk melihat kondisi jamban, sumber air dan

kebersihan rumah. Proses wawancara dilakukan dengan

menggunakan kuisioner yang telah disediakan. Pertanyaan langsung

diajukan kepada kepala keluarga atau anggota keluarga yang ada

dirumah. Setelah itu mahasiswa melakukan observasi langsung

kedalam rumah untuk melihat keadaan WC, tempat air minum, sumber

air minum yang digunakan serta jarak antara sumber air dan septic

tank. Hal ini dimaksudkan untuk melihat secara langsung kondisi yang

ada di lapangan dan melakukan penilaian kesehatan secara akurat.

3. Tabulasi data

Setelah proses pendataan selesai dilakukan, maka langkah

selanjutnya adalah mentabulasi data berdasarkan data yang terkumpul

dan mengelompokkan masalah kesehatan yang ditemukan di

171
komunitas. Proses tabulasi data memakan waktu selama empat hari

dan berhasil merumuskan masalah kesehatan yang paling dominan

ada di lingkungan RT 03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan. Hasil inilah

yang nantinya akan dikemukakan dalam Musyawarah Masyarakat

Desa 1.

Sebelum masalah kesehatan kamunitas ini dikemukakan atau

ditampilkan pada Musyawarah Masyarakat Desa 1 terlebih dahulu,

kelompok melakukan konsultasi hasil kepada beberapa unsur

masyarakat yang dianggap berkompeten dalam hal ini. Diantaranya

adalah:

a. Ketua RT 03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan

b. Perseptor dari Puskesmas Sambutan Ibu Ns. Siti Maidathul

Janah, S.Kep

c. Ns. Ramdhany Ismahmudi, S. Kep selaku dosen Klinik komunitas

dan keluarga

Konsultasi ini dirasakan wajib dilakukan untuk menyamakan

persepsi antara mahasiswa dan aparatur Puskesmas, serta

aparatur Lingkungan RT 03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan

tentang masalah yang akan dibahas dalam Musyawarah

Masyarakat Desa 1, sehingga tercipta satu kesamaan persepsi

dan pemikiran tentang masalah yang ada.

172
B. Diagnosa Keperawatan Komunitas

Diagnosa keperawatan yang diterapkan, diangkat berdasarkan

masalah kesehatan yang paling dominan yang ditemukan pada saat

pendataan. Dalam praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan di

lingkungan RT 03 dan RT 04 kelurahan Sambutan, ditegakkan empat

diagnosa keperawatan komunitas berdasarkan acuan dari NANDA NIC

NOC. Ketiga diagnosa tersebut mewakili masalah kesehatan utama yang

ada di lingkungan RT 03 dan RT 04 kelurahan Sambutan, yaitu di antara

lain :

1. Resiko tinggi peningkatan kejadian penyakit Demam Berdarah

Dengue (DBD) di wilayah berhubungan dengan lingkungan dan

perilaku masyarakat yang kurang sehat.

2. Ketidaktahuan warga mendapatkan jaminan kesehatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

3. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut

berhubungan dengan tidak adanya sarana kesehatan khusus untuk

lansia (Posyandu Lansia)

4. Resiko tinggi peningkatan ISPA (Infeksi saluran pernafasan atas)

berhubungan dengan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat

yang kurang sehat.

173
Keempat diagnosa keperawatan komunitas ini diangkat

berdasarkan data subjektif yang kami dapatkan melalui wawancara

dengan masyarakat lingkungan RT 03 dan RT 04 kelurahan

Sambutan. Data objektif yang didasarkan atas hasil observasi yang

kami amati di lingkungan RT 03 dan RT 04 Kelurahan Sambutan.

Selanjutnya keempat diagnosa ini dianalisis dan disusun berdasarkan

scoring masalah dengan menggunakan Format Mueke. Format Mueke

digunakan untuk penapisan masalah dikarenakan format ini yang kami

anggap paling relevan untuk memprioritaskan masalah kesehatan

yang ada di lingkungan RT 03 dan RT 04 kelurahan Sambutan. Dalam

Format Mueke digunakan 12 kriteria pemecahan masalah dengan skor

pembobotan antara 1-5 (Sangat rendah-rendah-cukup-tinggi- sangat

tinggi). Hasil dari perhitungan 12 kriteria itulah yang digunakan untuk

memprioritaskan masalah kesehatan dengan kemungkinan teratasi

cukup tinggi.

Hasil dari penapisan tersebut pada akhirnya memprioritaskan

Kertidakmampuan warga mendapatkan jaminan kesehatan

berhubungan dengan kurangnya informasi sebagai masalah dengan

kemungkinan tertinggi diatasi oleh mahasiswa dan masyarakat.

Selanjutnya masalah Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan

pada usia lanjut berhubungan dengan tidak adanya sarana kesehatan

174
khusus untuk lansia (Posyandu Lansia ), Masalah resiko tinggi

peningkatan ISPA (Infeksi saluran pernafasan atas) berhubungan

dengan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat

dan masalah Resiko tinggi peningkatan kejadian penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) berhubungan dengan lingkungan dan perilaku

masyarakat yang kurang sehat.

Dengan ditegakkannya keempat diagnosa keperawatan komunitas

tersebut dimasing-masing RT 03 dan RT 04, maka selanjutnya

direncanakanlah intervensi keperawatan komunitas yang dibuat dan

disusun bersama-sama warga masyarakat lingkungan RT 03 dan RT

04 kelurahan Sambutan.

Dengan ditegakkannya keempat diagnosa keperawatan komunitas

tersebut dimasing-masing RT 03 dan RT 04, maka selanjutnya

direncanakanlah intervensi keperawatan komunitas yang dibuat dan

disusun bersama-sama warga masyarakat lingkungan RT 03 dan RT

04 kelurahan Sambutan.

C. INTERVENSI KOMUNITAS

Dimulai sejak dilakukannya Musyawarah Masyarakat Desa 1 yang

dihadiri oleh Ketua RT 07 dan RT 09, kelurahan Sambutan, Ketua

LPM, Kasi Kesra, Ketua Forum, Tokoh Masyarakat, Kepala

Puskesmas, Preseptor Klinik, Promkes Puskesmas Sambutan,

175
KesLing Puskesmas Sambutan, Kader Kesehatan serta warga RT 03

dan RT 04 Kelurahan Sambutan.

Kruger et all (2010) dalam artikelnya yang berjudul Facilitating the

development of a county health coverage plan with data from a

community-based health survey mengatakan setiap perencanaan di

komunitas harus berpedoman pada masalah utama yang ditemukan

dan pelaksanaannya harus disesuaikan dengan kemampuan atau

kemauan masyarakat dengan melibatkan peran serta petugas

pelayananan kesehatan setempat. Intervensi yang dilakukan

hendaknya tidak mengganggu aktifitas atau kegiatan rutin masyarakat.

Optimalitas waktu pelaksanaan intervensi harus diukur seakurat

mungkin sehingga masyarakat mau melaksanakannya tanpa ada

keterpaksaan.

Selanjutnya mahasiswa bersama masyarakat menyusun prioritas

masalah kesehatan yang dianggap paling penting untuk segera

dilaksanakan, penyusunan prioritas masalah ini menggunakan Format

Mueke karena dianggap paling relevan untuk menggambarkan situasi

lingkungan dan masalah kesehatan komunitas yang akan

diselesaikan.

Dari penapisan masalah dengan format Mueke ada empat prioritas

masalah yang menurut masyarakat harus ditangani sesegera mungkin.

176
Berdasarkan prioritas maka masalah yang harus ditangani tersebut

adalah:

1. Kertidaktahuan warga mendapatkan jaminan kesehatan

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Berdasarkan hasil pendataan di RT 03 dengan total 61 KK

terdapat 28 KK (45.90%) sumber pendanaan kesehatan

menggunakan BPJS mandiri, 36.07% (22 KK) sumber pendanaan

kesehatan menggunakan KIS, dan 18.03%(11 KK) tidak memiliki

sumber pendanaan kesehatan/ BPJS maupun KIS. Sedangkan di

RT 04 dengan total 326 orang terdapat 145 orang (44,57%)

sumber pendanaan kesehatan menggunakan BPJS mandiri,

terdapat 46 orang (14,13%) pendanaan kesehatan bersumber dari

tabungan, terdapat 20 orang (6,52%) bersumber dari KIS dan 113

orang (34,78%) tidak memiliki sumber pendanaan kesehatan/

BPJS maupun KIS.

Hal ini pun dipeparah dengan warga tidak pernah

mendapatkan sosilisasi tentang BPJS dan ada beberapa warga

yang sama sekali tidak mengatahui tentang bagaimana

mendapatkan jaminan kesehatan BPJS. Sehingga mereka

membutuhkan sosialisai prihal BPJS.

177
2. Resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan pada usia lanjut

berhubungan dengan tidak adanya sarana kesehatan khusus untuk

lansia (Posyandu Lansia)

Frekuensi kunjungan ke Posyandu Lansia tidak rutin

sebanyak 100%. Tidak ada Posyandu untuk Lansia serta tidak

memiliki KMS lansia sebanyak 100%.

Berdasarkan data warga RT.03 kategori lansia yang

memiliki jenis penyakit yaitu sebanyak 66,67% yang memiliki

penyakit rematik/anthritis sedangkan 33,33% memiliki penyakit

katarak. Sedangkan data warga RT.04 kategori lansia yang

memiliki jenis penyakit yaitu sebanyak dengan total 326 jiwa

terdapat 9 orang (69.23%) dengan Hipertensi, 3 orang (23,08%)

dengan Lain-lain, dan 1 orang (7,69%) dengan Asma.

Hal ini pun diperparah dengan mereka tidak ada kegiatan

yang terorganisir, dan dalam keluarga yang ada lansia kurang

aktif. Mereka membutuhkan pelayanan kesehatan lansia yaitu

berupa penyuluhan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara

berkala.

3. Resiko tinggi peningkatan ISPA (Infeksi saluran pernafasan atas)

berhubungan dengan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat

yang kurang sehat

178
Berdasarkan hasil data penyakit yang diderita 6 bulan

terakhir pada warga RT.03 sebanyak 102 orang (43,55%)

mengalami batuk pilek. Sedangkan penyakit yang diderita 6 bulan

terakhir pada warga RT.04 sebanyak sebayak 27 orang

(43,55%) menderita penyakit batuk pilek.

Hal ini dikarenakan beberapa warga ada yang jarang

membuka jendala dan disekitar lingkungan kurang bersih serta

ketidaktahuan secara jelas tentang penyakit ISPA. Sehingga perlu

diadakannya penkes tentang ISPA.

4. Masalah Resiko tinggi peningkatan kejadian penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) berhubungan dengan lingkungan dan

perilaku masyarakat yang kurang sehat.

Berdasarkan data penyakit warga RT 03 selama 6 bulan

terakhir sebanyak 26 orang (11,29%) dari total warga RT.03 (234

orang) pernah mengalami penyakit demam berdarah. Di dalam

penampungan air warga RT.03 di temukan jentik nyamuk

sebanyak 14 KK (22,95%). Sedangkan di RT 04 selama 6 bulan

terakhir sebanyak 7 orang (11,29%) dari total warga RT 04 (326

orang) pernah mengalami demam berdarah. Di dalam

penampungan air warga RT.04 di temukan jentik nyamuk

sebanyak 14 KK (15,22%)

179
Hal ini pun di perparah dengan kurang nya pemahaman

masyarakat sekitar mengenai masalah demam berdarah serta cara

mencegahnya, warga pun hanya melakukan PSN dari RT yang

biasanya dilakukan sebulan sekali.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Tahapan ini dilakukan mulai dari minggu ketiga pelaksanaan

praktek keperawatan komunitas sampai dengan minggu ke empat.

Implementasi yang dilakukan berdasarkan pada rencana atau

program kerja yang telah disusun sebelumnya.

Implementasi dilakukan dengan cara tidak memaksakan

kehendak atau kemauan mahasiswa melainkan disesuaikan

dengan kemampuan dan kesediaan masyarakat lingkungan RT 03

dan RT 04 kelurahan Sambutan ataupun situasi dan kondisi

masyarakat saat akan dilaksanakannya implementasi tersebut.

Sekitar 100% rencana kegiatan berhasil dilakukan oleh mahasiswa

dan warga masyarakat lingkungan RT 03 dan RT 04 Kelurahan

Sambutan, seperti :

1. Masalah Jaminan Kesehatan

- Sosialisasi Tentang Jaminan Kesehatan BPJS

Tabel 4.1 Analisis SWOT Masalah jaminan Kesehatan

180
Strength Weakness

1. Kekuatan dari implementasi adalah 1. Status sosial ekonomi

persiapan yang matang sehingga masyarakat yang di atas rata-

kegiatan yang telah direncanakan rata, dan kurangnya informasi

dapat terlaksana dengan baik. masyarakat tentang jaminan

2. Kerjasama yang baik anatara teman kesehatan BPJS

kelompok dan Pokjakes, dengan job 2. Hambatan dalam

description yang jelas, serta setiap mengumpulkan masyarakat

kegiatan yang akan dilakukan ditunjuk untuk penyuluhan karena

penanggung jawab dari masing- kesibukan masyarakat.

masing kegiatan

3. Setiap kegiatan terdapat penanggung

jawab dari pihak mahasiswa

4. Kemauan/motivasi dari masyarakat

untuk berperan aktif dalam kegiatan

yang dilaksanakan.

5. Banyaknya partisipasi masyarakat

yang aktif dalam setiap kegiatan

6. Pembuatan Pre planning yang dibuat

sebelum pelaksanaan kegiatan

181
Opportunity Treath

1. Kurangnya motivasi

masyarakat untuk mencari


1. Adanya dukungan positif dari pihak
informasi terkait BPJS
pemerintah setempat, dan kader
2. Keterbatasan sumber daya
kesehatan
manusia dengan tingkat
2. Setiap rencana yang akan dilakukan
pendidikan rata-rata
selalu mendapat dukungan dari
penduduk yang rendah
pemerintah dan tokoh-tokoh
sehingga bersikap masa
masayarakat
bodoh dengan informasi.

2. Masalah Kesehatan Lansia

- Musyawarah pada RT untuk membuat posyandu lansia

- Penyusunan struktur organisasi Lansia

- Pembentukan Kader lansia

Tabel 4.2 Analisis SWOT Masalah pembentukan posyandu lansia

Strength Weakness

1. Kekuatan dari implementasi adalah 1. Status sosial ekonomi


persiapan yang matang sehingga kegiatan masyarakat yang di atas rata-rata,
yang telah direncanakan dapat terlaksana dan kurangnya kesadaran

182
dengan baik. masyarakat untuk memeriksakan
2. Kerjasama yang baik anatara teman kesehatannya terutama mereka
kelompok dan Pokjakes, dengan job yang pre lansia dan lansia.
description yang jelas, serta setiap 2. Kurangnya kesadaran
kegiatan yang akan dilakukan ditunjuk masyarakat untuk berperilaku
penanggung jawab dari masing-masing hidup sehat dan perilaku yang
kegiatan tidak mendukung yang telah
3. Setiap kegiatan terdapat penanggung menjadi kebiasaan lama yang sulit
jawab dari pihak mahasiswa untuk diubah
4. Kemauan/motivasi dari masyarakat 3. Hambatan dalam
untuk berperan aktif dalam kegiatan yang mengumpulkan masyarakat
dilaksanakan. untuk penyuluhan karena
5. Banyaknya partisipasi masyarakat yang kesibukan masyarakat.
aktif dalam setiap kegiatan
6 Pembuatan Pre planning yang dibuat
sebelum pelaksanaan kegiatan
Opportunity Treath

1. Kurangnya motivasi
masyarakat untuk memeriksakan
1. Adanya dukungan positif dari pihak kesehatan ke posyandu lansia.
pemerintah setempat, dan kader 2. Keterbatasan sumber daya
kesehatan manusia dengan tingkat
2. Setiap rencana yang akan dilakukan pendidikan rata-rata penduduk
selalu mendapat dukungan dari yang rendah sehingga bersikap
pemerintah dan tokoh-tokoh masayarakat masa bodoh dengan
kesehatannya.

3. Masalah Peningkatan penyakit ISPA

- Memberikan penyuluhan tentang Penyakit ISpa

Tabel 4.3 Analisis SWOT Peningkatan ISPA

183
Strength Weakness

1. Kekuatan dari implementasi 1. Kunjungan rumah oleh

adalah persiapan yang petugas kesehatan yang

matang sehingga kegiatan kurang

yang telah direncanakan 2. Status sosial ekonomi

dapat terlaksana masyarakat yang di atas rata-

2. Pembuatan Pre planning rata, dan kurangnya

yang dibuat sebelum kesadaran masyarakat untuk

pelaksanaan kegiatan memeriksakan kesehatan

3. Kerjasama yang baik antara 3. Kurangnya kesadaran

teman kelompok dan masyarakat untuk berperilaku

Pokjakes, dan komunikasi hidup sehat dan perilaku yang

yang baik dengan pihak RT tidak mendukung yang telah

setempat dan kader, serta menjadi kebiasaan lama yang

setiap kegiatan yang akan sulit untuk diubah

dilakukan ditunjuk

penanggung jawab dari

masing-masing kegiatan

4. Setiap kegiatan terdapat

penanggung jawab dari pihak

mahasiswa

184
Opportunity Treath

1. Adanya dukungan positif dari 1. Kurangnya motivasi keluarga/

pihak pemerintah setempat, dan ibu untuk ber PHBS.

kader kesehatan 2. Keterbatasan sumber daya

2. Setiap rencana yang akan manusia dengan tingkat

dilakukan selalu mendapat pendidikan rata-rata penduduk

dukungan dari pemerintah dan yang rendah sehingga

tokoh-tokoh masayarakat. bersikap masa bodoh dengan

kesehatannya.

4. Masalah PNS pencegahan DBD

- Memberikan penyuluhan tentang DBD dan bahanya

Fogging.

- Menyampaikan informasi mengenai pentingnya

melakukan PSN setiap minggu sebagai pencegahan

DBD

Tabel 4.4 Analisis SWOT PHBS dalam Pencegahan

DBD

185
Strength Weakness

1. Kekuatan dari implementasi 1. Kunjungan rumah oleh petugas

adalah persiapan yang kesehatan yang kurang

matang sehingga kegiatan

yang telah direncanakan

dapat terlaksana

2. Pembuatan Pre planning

yang dibuat sebelum

pelaksanaan kegiatan

3. Kerjasama yang baik antara

teman kelompok dan

Pokjakes, dan komunikasi

yang baik dengan pihak RT

setempat dan kader, serta

setiap kegiatan yang akan

dilakukan ditunjuk

penanggung jawab dari

masing-masing kegiatan

4. Setiap kegiatan terdapat

penanggung jawab dari pihak

mahasiswa

186
Opportunity Treath

1. Sejalan dengan kegiatan 1. Kurangnya motivasi keluarga/

Puskesmas. ibu untuk melaksanakan PSN

2. Adanya keinginan dari ibu-ibu 2. Tidak adanya dukungan dari

RT 07 dan RT 09 Kelurahan petugas kesehatan setempat

Sambutan untuk melakukan untuk memberikan penyuluhan

PSN bersama. bahaya DBD sebagai umpan

untuk masyarakat melakukan

PSN secara rutin.

3. Pola hidup masyarakat yang

sulit diubah karena merupakan

kebiasaan.

A. Evaluasi Keperawatan komunitas

Evaluasi dilakukan pada minggu ke empat praktek

keperawatan komunitas dan ditampilkan pada Musyawarah

masyarakat Desa II yang dilaksanakan pada tanggal April 2017

bertempat di LAnggar At-Tooyibah Rt 03.

187
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang

digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan dari pemecahan

masalah keperawatan komunitas yang ada. Evaluasi yang dilakukan

dapat diketahui masalah kesehatan komunitas bisa terpecahkan

seluruh, sebagian, atau tidak terpecahkan tetapi menimbulkan

masalah baru. Kegiatan evaluasi adalah mengukur keberhasilan

dengan mengumpulkan data dan menganalisisnya, kegiatan ini

dilakukan bersama masyarakat.

1. Evaluasi struktur

Evaluasi struktur merupakan evaluasi terhadap persiapan-

persiapan yang diperlukan selama pelaksanakan kegiatan,

meliputi : pre planning, kontrak waktu, dan media yang

digunakan. Dari keseluruhan kegiatan yang telah dilaksanakan,

telah mempersiapkan preplanning, kontrak waktu dengan

warga, dan media yang digunakan disiapkan dengan baik.

Dengan adanya evaluasi terhadap struktur kegiatan, akan

memberi arah pada kemantapan persiapan yang harus

dilakukan sehingga perencanaan kegiatan akan lebih matang,

dapat memilih waktu yang tepat serta media sesuai dengan

jumlah dan karakteristik sasaran.

2. Evaluasi Proses

188
Pentingnya melakukan evaluasi proses kerja adalah untuk

mengetahui suatu kegiatan yang dilakukan dari seberapa besar

partisipasi audience atau sasaran dalam mengikuti suatu

kegiatan, hal ini sangat berhubungan dengan topik yang

tertuang, kebutuhan masyarakat, serta media yang dibutuhkan.

Pada setiap kegiatan yang telah dilaksanakan sebagian besar

telah ditentukan topiknya dengan mempertimbangkan

kebutuhan masyarakat, serta pengkajian yang dilakukan secara

sistematis berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan,

sedangkan penggunaan media telah disesuaikan dengan

jumlah audience dan tingkat pendidikan serta usia rata-rata

audience atau sasaran. dengan topik yang tertuang, kebutuhan

masyarakat, serta media yang dibutuhkan. Pada setiap kegiatan

yang telah dilaksanakan sebagian besar telah ditentukan

topiknya dengan mempertimbangkan kebutuhan masyarakat,

serta pengkajian yang dilakukan secara sistematis berdasarkan

prioritas masalah yang ditemukan, sedangkan penggunaan

media telah disesuaikan dengan jumlah audience dan tingkat

pendidikan serta usia rata-rata audience atau sasaran. Akan

tetapi, evaluasi proses yang dilakukan menonjolkan kualitasnya

saja, karena batasan evaluasi lebih condong pada ada tidaknya

kriteria yang ditentukan saat sebelum pelaksanaan kegiatan,

189
namun evaluasi ini akan lebih sempurna apabila diukur juga

secara kualitasnya dengan cara mengobservasi lebih lanjut

terhadap setiap item yang terdapat pada evaluasi proses.

3. Evaluasi Hasil

Dari hasil post test evaluasi melalui pertanyaan langsung

yang dilakukan pada akhir kegiatan dapat dinyatakan bahwa

hampir rata-rata mencapai 80% setelah terjadi peningkatan

pengetahuan. Pada kader sebagai sasaran utama kegiatan, hal

ini ditunjang oleh motivasi yang tinggi dari kader serta adanya

tuntutan kebutuhan yang digambarkan oleh Kurt Lewin (1991),

yang menjelaskan bahwa salah satu tahapan dari perubahan

yaitu pencairan atau unfreezing, yaitu motivasi yang kuat untuk

beranjak dari keadaan semula dan berubahnya keseimbangan

yang ada, merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk

berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah atau

melakukan perubahan.

Hal ini terjadi menurut Maslow (1954), adanya tuntutan

setelah terjadi peningkatan pengetahuan. Pada kader sebagai

sasaran utama kegiatan, hal ini ditunjang oleh motivasi yang

tinggi dari kader serta adanya tuntutan kebutuhan yang

digambarkan oleh Kurt Lewin (1991), yang menjelaskan bahwa

salah satu tahapan dari perubahan yaitu pencairan atau

190
unfreezing, yaitu motivasi yang kuat untuk beranjak dari

keadaan semula dan berubahnya keseimbangan yang ada,

merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah,

menyiapkan diri dan siap untuk berubah atau melakukan

perubahan.

Hal ini terjadi menurut Maslow (1954), adanya tuntutan

akan kebutuhan yang semakin meningkat atau kebutuhan yang

belum terpenuhi sehingga akan memotivasi perilaku untuk

berubah. Perubahan pada tingkat pengetahuan masyarakat RT

03 dan RT 04 mendorong masyarakat untuk bergerak atau

berubah yang dapat ditunjukkan dari aktifnya dalam mengikuti

kegiatan mulai dari pelatihan, keterlibatan dalam membantu

pelaksanaan kegiatan yang telah diprogramkan atau

direncanakan sebelumnya.

Kurt Lewin (1951) menyatakan bahwa tahapan

berikutnya pada perubahan yatu dimana seseorang atau

sekelompok orang bergerak pada keadaan yang baru atau

tingkat perkembangan baru karena telah memiliki cukup

informasi, sikap dan kemampuan untuk berubah, memahami

masalah yang dihadapi, dan mengetahui langkah-langkah yang

nyata untuk berubah dalam mencapai tingkat atau tahapan yang

baru. Pendapat ini dapat mengukur adanya perubahan terhadap

191
kebutuhan interpersonal menurut Maslow (1954), menjelaskan

bahwa yang melandasi kebutuhan perubahan sebagian besar

perilaku seseorang yaitu kebutuhan untuk melakukan sesuatru

secara bersama-sama, kebutuhan untuk menerima bantuan dan

perasaan atau kedekatan emosional.

Pada setiap item kegiatan yang telah dilaksanakan

masih ada sebagian belum dapat mencapai hasil yang

maksimal, hal ini mungkin karena ada beberapa faktor

penghambat sebagaimana yang dijelaskan pada evaluasi hasil

kegiatan, sehingga dalam kegiatan ini masih memerlukan

adanya tindak lanjut agar tidak mengalami kemunduran atau

kembalinya pada keadaan seperti sebelum dilakukan tindakan.

192

Вам также может понравиться