Вы находитесь на странице: 1из 13

Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal.

51-63

Upaya Meningkatkan Keingintahuan Matematis


Siswa Menggunakan Guided Discovery Learning
Setting Kolaboratif
(Penelitian Tindakan Kelas Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3
Depok Sleman Yogyakarta)

Milah Nurkamilah
Dosen Program Studi Pendidikan Teknologi dan Informasi
FKIP, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
email milah.nurkamilah@umtas.ac.id

Abstrak—Tujuan penelitian untuk meningkatkan keingintahuan


(curiosity) matematis siswa kelas VIII-C tahun pelajaran 2014-2015 di
SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman Yogyakarta menggunakan
metode guided discovery learning dengan setting kolaboratif.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan 2
siklus pada materi teorema Pythagoras dengan subjek penelitian
siswa kelas VIII-C SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman tahun
pelajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa 32 orang. Instrumen yang
digunakan yaitu angket keingintahuan matematis siswa, tes prestasi
materi teorema pythagoras, dan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran guided discovery learning dengan setting kolaboratif.
Data dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan
bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode guided
discovery learning dengan setting kolaboratif dapat meningkatkan
keingintahuan (curiosity) matematis siswa kelas VIII-C di SMP
Muhammadiyah 3 Depok Sleman Yogyakarta tahun pelajaran 2014-
2015 dalam dua siklus setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dari
siklus I ke siklus II. Peningkatan keingintahuan matematis siswa
tercapai untuk kategori keingintahuan matematis siswa kategori
sedang dan tinggi melalui 2 siklus.

Kata kunci: Guided Discovery Learning, Keingintahuan Matematis, Setting


Kolaboratif.

51
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

1. PENDAHULUAN mengetahui akan sesuatu. Selain itu,


Matematika sebagai ratu sekaligus keingintahuan merupakan ketertarikan
pelayan ilmu pengetahuan memiliki yang akan mendorong individu untuk
makna bahwa perkembangan melakukan eksplorasi atau
pengetahuan dari ilmu-ilmu yang lain penyelidikan. Keingintahuan (Curiosity)
didasari atau bersumber dari dalam pembelajaran matematika
matematika, serta matematika merupakan keadaan kognitif pada diri
berkembang untuk dirinya sendiri seseorang untuk belajar yang didorong
sebagai suatu ilmu dan sekaligus ilmu berdasarkan keinginan untuk mencari
yang berfungsi untuk melayani tahu berdasarkan struktur kognitif
perkembangan pengetahuan dari ilmu- yang telah ada dengan informasi baru
ilmu lain (Suherman, 2003:25). Dengan (epistemic curiosity) dan keinginan
demikian, penguasaan terhadap untuk mencari pengetahuan baru
matematika menjadi sesuatu yang melalui interaksi dengan stimulus
penting dalam upaya meningkatkan berupa audio, visual dan stimulus lain
kualitas sumber daya manusia. (perceptual curiosity) sehingga
Berdasarkan lampiran III menuntun untuk tertarik untuk
permendikbud nomor 58 tahun 2014 mempelajari dengan melakukan
tentang kurikulum 2013 SMP, eksplorasi atau penyelidikan dalam
dinyatakan bahwa mata pelajaran pembelajaran matematika (Mc Elmeel,
matematika perlu diberikan kepada 2002: 51; Litman&Spielberg, 2003: 1;
semua peserta didik mulai dari sekolah Collins, Jordan & Charles, 2004;
dasar, untuk membekali peserta didik Salirawati, 2012:219).
dengan kemampuan berpikir logis, Killpatrick, Swafford dan Fidel
analitis, sistematis, kritis, inovatif dan (2001: 116) mengemukakan bahwa
kreatif, serta kemampuan bekerjasama. salah satu kecakapan matematis yang
Kompetensi tersebut diperlukan agar harus dimiliki oleh siswa yaitu
peserta didik dapat memiliki productive disposition, yaitu
kemampuan memperoleh, mengelola, kecenderungan siswa melihat
dan memanfaatkan informasi untuk matematika sebagai suatu yang
hidup lebih baik pada keadaan yang bermanfaat, berharga, disertai dengan
selalu berubah, tidak pasti, dan sangat keyakinan dalam kemampuannya
kompetitif. terhadap kemampuan dalam
Perkembangan dan penemuan mengerjakan matematika. Tentunya,
dalam matematika tidak lepas dari keyakinan yang tinggi akan kegunaan
penemuan yang dilakukan oleh para matematika dapat meningkatkan
ahli. Penemuan tersebut salah satunya keingintahuan (curiosity) dalam diri
didorong karena rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang
(Curiousity) yang tinggi mengenai disukainya. Dengan demikian,
suatu gejala atau fenomena. Hal ini keingintahuan merupakan salah satu
didukung oleh Mc Elmeel (2002:51) sikap yang tidak dapat lepas dalam
yang menyatakan “curiousity is a desire pembelajaran matematika. Sikap
to learn, investigate, or know. It is an keingintahuan penting, karena
interest leading to exploration or inquiry “. menuntun siswa untuk melakukan
Pendapat ini menyatakan bahwa inisiatif dalam proses belajar, karena
keingintahuan merupakan keinginan siswa dengan keingintahuan yang
individu untuk belajar, melakukan tinggi cenderung akan berusaha lebih
investigasi atau keinginan untuk keras dalam memahami materi dan
52
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

menggali informasi lebih dari apa yang bisa berupa pertanyaan atau stimulus
disampaikan di kelas. Oleh karena itu, lain dari guru sebagai fasilitator dalam
perlu diupayakan rancangan proses pembelajaran. Hal ini sejalan
pembelajaran matematika yang mampu dengan pendapat Piaget (Oakley,
membangkitkan, menumbuhkan, dan 2004:13) yang menyatakan bahwa anak
meningkatkan keingintahuan merupakan “ little scientist” yang
matematis siswa dalam pembelajaran terlibat secara aktif mengeksplorasi,
matematika. mencari pemahaman dan pengetahuan
Pada observasi pendahuluan, berdasarkan stimulus yang
diperoleh data hasil observasi diterimanya, melalui tiga prinsip yaitu
keingintahuan matematis siswa di kelas assimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
VIII-C SMP Muhammadiyah 3 Depok Langkah pembelajaran dengan guided
Sleman ditunjukkan secara lengkap discovery learning secara umum meliputi
pada Tabel 1 berikut ini. langkah mengidentifikasi topik atau
Tabel 1. Hasil Observasi Kondisi Awal masalah, membuat dugaan atau
Keingintahuan Matematis (Curiosity) mengembangkan beberapa solusi,
Siswa mengumpulkan data, melakukan
Variabel Interval Kriteria analisis dan interpretasi data, membuat
Sangat kesimpulan, setelah itu menguji
100<x≤125 kesimpulan yang diperoleh dengan
Tinggi
83,33<x≤100 Tinggi
menerapkan pada konsep baru
sehingga tidak menutup kemungkinan
keingintahuan 66,67<x≤83,33 Sedang
ada perbaikan atau revisi terhasap
(curiosity) 50<x≤66,67 Rendah kesimpulan (Moore, 2009: 180; Kauchak
Sangat & Eggen, 2012: 190, Westwood, 2008:
25<x≤50
Rendah
29), menjadikan pembelajaran ini
rata-rata 75,13 diasumsikan mampu meningkatkan
Data hasil observasi menunjukkan keingintahuan siswa dalam
bahwa keingintahuan matematis siswa pembelajaran matematika.
masih berada dalam kategori sedang Namun demikian, berdasarkan
dengan rata-rata skor 75,13. Selain itu, hasil observasi pendahuluan yaitu
pada observasi pendahuluan diperoleh wawancara dengan guru mata
informasi bahwa ketercapaian untuk pelajaran, aplikasi dari guided discovery
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) learning memiliki beberapa hambatan.
pada mata pelajaran matematika di Siswa akan merasa bingung jika tidak
kelas VIII-C masih rendah. Sebagian diberikan arahan sebelumnya, dan
besar siswa masih merasa kesulitan kemampuan siswa yang beragam
dalam mempelajari materi matematika. menjadi kendala tersendiri.
Salah satu metode pembelajaran Kemampuan awal yang dimiliki siswa,
matematika yang dapat berpengaruh terhadap seberapa cepat
mengembangkan keingintahuan dan tanggap siswa dalam menemukan
matematis siswa yaitu guided discovery konsep dan melaksanakan prosedur
learning. Pada pembelajaran ini tidak penemuan. Oleh karena itu,
diberikan langsung dalam bentuk akhir mengkombinasikan guided discovery
kepada siswa, akan tetapi dalam proses dengan pembelajaran kolaboratif dapat
belajarnya siswa dilibatkan secara aktif menjadi salah satu alternatif
dalam proses konstruksi pengetahuan. pembelajaran yang dapat digunakan.
Adapun bentuk guided yang diberikan Pada pembelajaran kolaboratif
53
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

partisipasi individu memiliki peran Research) dengan model ‘self-reflective


penting dalam proses belajar spiral’ (Kemmis, McTaggart & Nixon,
kelompok, selain itu pada pembelajaran 2014: 18), yaitu tediri dari beberapa
ini siswa diberi kesempatan untuk siklus dimana setiap siklus terdiri dari
memilih sendiri dan membagi tugas 4 tahap, yaitu 1) perencanaan
dengan anggota kelompoknya, guru (planning), 2) tindakan (act), 3)
tidak terlibat terlalu banyak dalam observasi (observing), dan 4) refleksi
proses belajar kelompok. Satu hal yang (reflection). Penelitian tindakan ini
menjadi ciri dari pembelajaran dilaksanakan dalam 2 siklus, adapun
kolaboratif, siswa membuat ilustrasi model penelitian tindakan
kesimpulan dan mengkomunikasikan yang akan dilaksanakan disajikan pada
hasil yang diperolehnya berdasarkan Gambar 1 berikut.
hasil interaksi kolaboratif dalam Siklus I
kelompok, tetapi tidak dalam rangka Siklus
mewakili kelompoknya (Pritchard & lanjutan Perencanaan
Woolard, 2010: 27; Robert, 2004: 205; (planning)
Widjajanti, 2010: 6, Watskin, Carnell &
refleksi Tindakan
Lodge, 2012: 88-93). Dengan demikian, (act)
(reflection)
pembelajaran kolaboratif merupakan
pembelajaran kelompok dimana siswa observasi
belajar bersama melalui diskusi, saling (observing)
tukar pendapat, dan saling bertanya Gambar 1. Tahapan dalam Siklus
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas
Namun kesimpulan bukan mewakili
kelompok namun berdasarkan hasil Pelaksanaan penelitian tindakan
inferensi siswa berdasarkan interaksi kelas ini dilakukan pada semester 1
dengan rekan belajarnya. Pada tahun pelajaran 2014/2015 di SMP
pembelajaran kolaboratif ini siswa Muhammadiyah 3 Depok Sleman
secara individu dituntut untuk Yogyakarta pada materi teorema
memberikan kontribusi dalam proses Pythagoras melalui 2 siklus. Guru
kolaborasi kolaborator yaitu guru mata pelajaran
Dengan demikian, guided discovery matematika Bapak Tuharno, S.Pd. dan
learning dengan setting kolaboratif observer yaitu rekan peneliti Nihayatus
dapat meningkatkan keingintahuan Sa’adah, S.Pd. Pengambilan data awal
siswa dalam menemukan konsep dilaksanakan terhadap dua kelas, yaitu
matematika, karena siswa dituntut kelas VIII-B dan kelas VIII-C. Namun
untuk belajar secara mendalam dan setelah dilakukan analisis data, hasil
memberikan kontribusi untuk analisis menunjukkan bahwa kelas
keberhasilan belajar rekannya sebaik VIII-C memiliki rata-rata yang paling
untuk dirinya. Proses penemuan dalam rendah untuk afektif keingintahuan
discovery learning juga lebih terakses atau rasa ingin tahu matematisnya.
dengan adanya interaksi kolaboratif Sehingga peneliti memutuskan subjek
(Okada & Simon, 1977; Van Jolingen & penelitian tindakan kelas ini yaitu kelas
Sabb, 2005). VIII-C SMP Muhammadiyah 3 Depok
Sleman Yogyakarta. Kelas VIII-C
2. METODE PENELITIAN memiliki karakteristik siswa yang
Penelitian ini adalah penelitian heterogen dan berasal dari latar
tindakan kelas (Classroom Action belakang keluarga yang berbeda

54
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

dengan jumlah siswa 32 orang terdiri soal nomor 1 mengenai menentukan


atas 20 siswa laki-laki dan 15 siswa formula teorema pythagoras dari
perempuan. Namun, dikarenakan segitiga siku-siku yang diketahui.
selama penelitian 3 orang siswa tidak Sedangkan penguasaan terendah yaitu
mengikuti pembelajaran secara penuh, pada indikator soal nomor 4 mengenai
maka data yang dianalisis yaitu 32 indentifikasi bilangan yang merupakan
orang. Berdasarkan hasil wawancara triple pythagoras.
dengan guru mata pelajaran Sedangkan hasil yang diperoleh
menyatakan bahwa kelas VIII-C pada akhir siklus I untuk aspek
memiliki kemampuan belajar ditunjukkan pada Tabel 3 berikut ini.
matematika yang masih rendah. Tabel 3. Hasil Penelitian
Teknik pengumpulan data dengan Keingintahuan Matematis Siswa
observasi menggunakan instrumen Kelas VIII-C Akhir Siklus I
lembar observasi keterlaksanaan Hasil akhir siklus I
pembelajaran yang disusun Kriteria Jum Target
%
berdasarkan langkah-langkah siswa
pembelajaran guided discovery learning Sangat
0 0% 20 %
dengan seting kolaboratif dalam RPP. tinggi
Teknik non tes digunakan untuk Tinggi 12 37,50 % 35 %
mengetahui peningkatan Sedang 17 53,13 % 45 %
keingintahuan (curiosity) matematis Rendah 3 9,38 % 0 %
siswa, instrumen yang digunakan yaitu Sangat
0 0% 0 %
Rendah
angket keingintahuan (curiosity)
Rata-
matematis siswa dengan jumlah 79,16
rata
pernyataan 25 butir menggunakan
Data menunjukkan bahwa
skala likert dengan lima pilihan
pembelajaran menggunakan guided
jawaban. Teknik tes digunakan untuk
discovery learning dengan setting
mendeskripsikan pencapain KKM
kolaboratif meningkatkan
siswa setelah proses pembelajaran,
keingintahuan kelas VIII-C SMP
dengan menggunakan instrumen tes
Muhammadiyah 3 Depok Sleman
prestasi belajar pada materi teorema
Yogyakarta. Namun demikian
Pythagoras
peningkatan tersebut seluruhnya masih
belum memenuhi target indikator
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
keberhasilan penelitian yang telah
Deskripsi Hasil penelitian siklus I
ditetapkan. Jumlah siswa yang
Hasil tes prestasi belajar pada akhir
memiliki kategori rasa ingin tahu
siklus I menunjukkan ketuntasan
rendah yang tadinya 4 orang berkurang
sebesar 43,8 % atau hanya 14 siswa
menjadi 3 orang. Setelah dilakukan
yang mencapai nilai lebih dari KKM
analisis data, 3 orang dengan kategori
dari 32 siswa. Rata-rata nilai yang
rendah merupakan orang yang berbeda
diperoleh kelas VIII-C pada siklus I
dengan kondisi awal. Sedangkan untuk
yaitu 62,5. Namun jika dibandingkan
12 orang dengan kategori tinggi 3
dengan pretes yang ketuntasannya 0 %
orang memang memiliki rasa ingin
dengan rata-rata 25,88, menunjukan
tahu tinggi sedangkan lainnya ada
terdapat peningkatan setelah
yang dari kategori rasa ingin tahu
pembelajaran dilaksanakan.
rendah dan sedang. Pada siklus I ini
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat
terlihat bahwa indikator keingintahuan
bahwa semua siswa mampu menjawab
siswa meningkat pada indikator
55
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

keingintahuan siswa untuk masalah yang disajikan yang pada


menghubungkan materi yang baru awalnya dilakukan tiap siswa secara
dipelajari dengan yang telah ada mandiri, dibantu secara klasikal
sebelumnya (yang telah dipelajari). melalui pemberian arahan dari guru
Peningkatan pada indikator tersebut melalui bantuan powerpoint. Slide yang
sebesar 6 %. Adapun persentase ditampilkan sebagai berikut:
keterlaksanaan pembelajaran pada
siklus I disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Persentase Keterlaksanaan
Pembelajaran Siklus I
Persentase
Pert ke Aktivitas Aktivita Keselur
guru s siswa uhan
1 71,8 % 43,75% 57,81 %
2 93,75 % 62,5 % 78, 125
%
3 93,55 % 90,32 % 91,94 %
Persenta
se rata-
86,37 % 65,52 % 75,96 %
rata
siklus I
Berdasarkan hasil observasi,
pelaksanaan pembelajaran matematika
menggunakan guided discovery learning
dengan setting kolaboratif ternyata
belum terlaksana secara optimal. Rata-
rata keterlaksanaan pembelajaran
keseluruhan yaitu 75,96 % belum
mencapai indikator keberhasilan untuk
rata-rata keseluruhan pembelajaran
terlaksana minimal 80 %.
Gambar 2. Identifikasi Masalah
Pertemuan ke-4
Deskripsi Hasil penelitian Siklus II
Walaupun proses identifikasi
Siklus II dilaksanakan selama 2 kali
dilakukan secara klasikal, tapi guru
pertemuan untuk pembelajaran, dan 1
hanya memberikan bimbingan berupa
pertemuan untuk tes akhir siklus II.
pertanyaan agar siswa menyusun
Perangkat pembelajaran serta media
dugaan yang diharapkan, dan beberapa
yang digunakan untuk siklus II
siswa merespon dengan jawaban.
diperbaiki dan ditambah, misalnya
Misalnya “ jika persegi ini ibu bagi
dengan menggunakan powerpoint,
menjadi dua bagian yang sama melalui
kemudian memperbaiki tampilan LKS
diagonalnya apa yang terjadi ?”
menjadi lebih sederhana agar lebih
kemudian ada siswa yang menjawab
memudahkan siswa. Hal ini dilakukan
“terbentuk dua segitiga siku-siku yang
sebagai hasil refleksi dari siklus I. Hasil
sama”. Kondisi pembelajaran terlihat
perbaikan kemudian didiskusikan
lebih tenang dan kondusif.
bersama dengan guru kolaborator.
Hasil tes prestasi siklus II
Perbaikan kegiatan pembelajaran
menunjukkan ketuntasan KKM sebesar
berdasarkan hasil refleksi siklus I
54,8 % atau 17 orang dari 31 siswa yang
tersebut misalnya, identifikasi dari
56
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

mengikuti tes akhir siklus II. 1 orang keingintahuan matematis siswa


siswa tidak dapat ikut mengikuti tes meningkat pada indikator
dikarenakan sakit sehingga jumlah keingintahuan siswa untuk
siswa yang mengikuti tes di akhir menghubungkan materi yang baru
penelitian siklus II yaitu 31 orang dipelajari dengan yang telah ada
siswa. Hasil ini menunjukan indikator sebelumnya sebesar 6 %. Pada siklus II,
keberhasilan penelitian tindakan kelas indikator tersebut tetap dengan
untuk pencapaian KKM minimal 60 % persentase skor 63 %. Peningkatan yang
dari jumlah siswa belum memenuhi terjadi pada indikator ini sejalan
target yang telah disusun. Indikator dengan apa yang dikemukakan oleh
soal yang paling banyak dijawab Schunk (2012), bahwa langkah dalam
dengan benar yaitu soal nomor 3 pembelajaran discovery learning
menggunakan teorema pythagoras mendorong siswa untuk melakukan
pada bangun datar. Sedangkan investigasi terutama terlihat dalam
penguasaan terendah yaitu pada langkah pengumpulan data. Siswa
indikator soal nomor 1 yaitu kemudian dituntut untuk
menentukan panjang sisi pada segitiga menginterpretasikan dan membuat
siku-siku khusus 45 0  45 0  90 0 . kesimpulan sehingga tentunya
Hasil pengambilan data angket membuka ruang bagi siswa untuk
keingintahuan matematis siswa pada menghubungkan materi yang baru
akhir siklus II menunjukkan siswa dipelajari dengan yang telah ada.
dengan keingintahuan (curiosity) Keterlaksanaan pembelajaran
matematis rendah berkurang. Hasil menggunakan guided discovery learning
yang diperoleh setelah siklus II dengan setting kolaboratif menunjukan
disajikan pada Tabel 5 berikut ini. perbaikan dari siklus I. keterlaksanaan
Tabel 5. Hasil Penelitian pembelajaran secara keseluruhan pada
Keingintahuan Matematis Siswa siklus II yaitu 93,55 % dan telah
melebihi indikator keberhasilan
Kelas Akhir Siklus II
Hasil Akhir Siklus II
pelaksanaan pembelajaran yaitu 80 %.
Kriteria Jumlah Target Namun dari hasil tersebut perlu
% dicermati, untuk pertemuan ke-5
siswa
Sangat aktivitas guru terjadi sebesar 100 %,
0 0,00% 20%
tinggi sedangkan siswa hanya 80,65 %.
Tinggi 11 35,48% 35% Setelah dilakukan analisis, ternyata
Sedang 19 61,29% 45% poin yang dicapai pada keterlaksanaan
Rendah 1 3,23% 0% pembelajaran siswa adalah 25 dari 31
Sangat poin yang diamati. Dan 6 poin yang
0 0,00% 0%
Rendah tidak terlaksana tersebut hampir
Rata- seluruhnya berkaitan dengan siswa
78,74 Sedang
rata
menyimak atau mendengarkan dengan
Namun demikian, pada siklus II ini
seksama akan penjelasan guru atau
malah terjadi penurunan rata-rata dari
rekannya ketika presentasi.
79,16 menjadi 78,74. Akan tetapi rata-
rata di siklus II ini masih lebih tinggi
dari kondisi awal. Artinya terdapat
Pembahasan
Hasil penelitian pada siklus I
peningkatan dari kondisi awal,
menunjukkan peningkatan pada
kemudian siklus I, dan siklus II. Pada
keingintahuan (curiosity) siswa dalam
siklus I ini indikator dimana
pembelajaran matematika. Hasil data
57
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

kondisi awal yang menunjukan sebesar ditetapkan dalam meningkatkan


12,50 % dari jumlah siswa dengan rasa keingintahuan (curiosity) matematis
ingin tahu rendah mengalami siswa walaupun untuk kategori sangat
penurunan pada siklus I menjadi 9,38 tinggi dan rendah belum tercapai.
% atau dari 4 orang menjadi 3 orang, Hasil ini sesuai dengan apa yang
kemudian pada siklus II berkurang dikemukakan oleh McElmeel (2002: 51)
menjadi 1 orang atau sebesar 3,23 %. yang menyatakan bahwa
Walaupun belum mencapai target keingintahuan merupakan keinginan
keberhasilan 0 % untuk siswa dengan untuk belajar, untuk tahu, dan
keingintahuan matematis rendah hal melakukan inverstigasi. Pembelajaran
ini menunjukkan peningkatan yang dengan menggunakan guided discovery
positif. Keingintahuan matematis siswa learning dengan setting kolaboratif
yang berada pada kriteria sedang juga memberikan kesempatan kepada siswa
telah mencapai target keberhasilan baik untuk menginvestigasi dan
di siklus I maupun siklus II. mengumpulkan sendiri data untuk
Selanjutnya untuk siswa dengan memperoleh pengetahuan (Moore,
kategori tinggi telah mencapai 2009: 180). Ketika siswa diberi
indikator keberhasilan. Target jumlah kesempatan untuk menemukan sendiri
siswa dengan kategori keingintahuan dan mengkonstruksi sendiri tentunya
tinggi sebesar 35 % tercapai baik pada siswa harus mengerahkan segala
siklus I maupun siklus II. Pada siklus I, kemampuan yang dimiliki sebelumnya
sebesar 37,50 % siswa memiliki untuk digunakan dalam proses
keingintahuan tinggi sedangkan pada investigasi. Hal ini juga menunjukan
siklus II sebesar 35,48 % dari jumlah bahwa kegiatan pada pembelajaran ini
siswa yang mengikuti tes. Jika dapat meningkatkan aspek rasa ingin
diperhatikan, terjadi penurunan dari tahu pada diri siswa.
siklus I ke siklus II untuk kategori Hasil penelitian menunjukan
tinggi walaupun telah mencapai target, keingintahuan siswa untuk terlibat
setelah dilakukan analisis data, siswa lebih jauh menyelesaikan masalah
dengan kategori tinggi baik di siklus I matematik meningkat sebesar 4 %, dan
maupun siklus II beberapa orang yang siswa juga menunjukkan keinginan
sama, dan ada diantaranya yang untuk menyelidiki mengenai tugas atau
berbeda. Hal ini menunjukan bahwa materi matematika yang ditunjukan
faktor lingkungan mempengaruhi dengan peningkatan sebesar 4 % pada
keingintahuan siswa seperti apa yang siklus I. Peningkatan indikator rasa
dikemukakan oleh Salirawati (2012). ingin tahu terbesar yaitu keingintahuan
Rata-rata keingintahuan siswa siswa untuk menghubungkan materi
berada pada kategori sedang, dengan matematika yang baru dipelajari
peningkatan rata-rata skor secara dengan yang sudah ada sebesar 6 %
keseluruhan meningkat dari kondisi pada siklus I. Hal ini sesuai dengan apa
awal 75,18 menjadi 79,16 pada akhir yang dikemukakan oleh Schunk (2012:
siklus I kemudian 78,74 pada akhir 267) bahwa pembelajaran guided
siklus II. Meskipun demikian, discovery learning dapat mendorong
pembelajaran dengan meggunakan siswa untuk menggunakan intuisi
guided discovery learning dengan seting dalam memecahkan masalah.
kolaboratif yang dilaksanakan selama Settingan pembelajaran kolaboratif
dua siklus ini telah mencapai beberapa juga memberikan kontribusi terhadap
target indikator keberhasilan yang traksesnya langkah pembelajaran pada
58
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

guided discovery learning. Dimana siswa memperhatikan aturan atau aktivitas


dituntut untuk saling memberikan pembelajaran seperti apa yang akan
masukan dan temuan masing-masing dilaksanakan sehingga mereka tidak
untuk dibuat kesimpulan bersama, paham langkah seperti apa yang harus
memberikan motivasi bagi siswa untuk dilakukan.
mencari tahu lebih jauh seperti yang Kurangnya perhatian siswa
dikemukakan oleh Watkins, disebabkan oleh banyak faktor, salah
Cornell&Lodge (2007) dan hasil satunya faktor guru. Terlihat jelas
penelitian Widjajanti (2010). Namun perbedaan kondisi kelas antara
walaupun demikian, pada siklus II pertemuan pertama dimana peneliti
peningkatan pada indikator sebagai pengajar dengan pertemuan
keingintahuan matematis siswa tidak ketiga ketika guru mata pelajaran yang
begitu besar. Berdasarkan hasil mengajar. Pada awal pertemuan siswa
observasi dan catatan lapangan, salah terlihat belajar tidak serius.
satu faktor yang menyebabkan yaitu Ketidakpahaman siswa akan langkah
ketika siswa mengisi angket, dihari pembelajaran juga menjadi faktor lain
yang sama mereka akan menghadapi tidak tercapainya keterlaksanaan
remedial untuk ujian tengah semester, pembelajaran.
diduga siswa tidak konsentrasi Keberhasilan siswa dalam
ditambah lagi dengan kondisi kelas mencapai minimal KKM juga masih
yang agak ramai saat dilakukan belum memenuhi target pada siklus I.
pengambilan data. Selain itu, materi Siswa yang tuntas hanya 14 orang dari
pada siklus II merupakan aplikasi dan 32 orang siswa yang mengikuti tes,
siswa mulai terlibat dengan atau sebesar 43,8% dari target 60 %
perhitungan yang agak komplek seperti mencapai KKM. Salah satu faktor
bentuk akar, hal ini juga turut karena beberapa langkah pembelajaran
berpengaruh pada kondisi psikologis tidak dapat diikuti siswa dengan baik,
siswa, karena siswa belum menguasai terlihat dari hasil keterlaksanaan
secara lancar mengenai materi pembelajaran siklus I rata-rata 75,96 %
prasyarat tersebut. yang belum mencapai minimal 80 %
Aktivitas siswa menggunakan terlaksana. Namun pada siklus II,
pembelajaran guided discovery learning pelaksanaan pembelajaran menunjukan
dengan setitng kolaboratif pada siklus perubahan yang lebih baik. Siswa
I ini juga menunjukkan peningkatan terlihat lebih aktif dalam proses
dari pertemuan kesatu sampai dengan pembelajaran, siswa terlihat antusias
pertemuan ketiga. Dengan dan penuh semangat dalam
keterlaksanaan pembelajaran yang melaksanakan kegiatan pembelajaran.
hanya mencapai 75,96 % belum Bahkan beberapa siswa menunjukan
memenuhi indikator keberhasilan keaktifan dengan bertanya dan
minimal pembelajaran terlaksana 80 %. berinisiatif untuk maju
Salah satu alasan kenapa pembelajaran mempresentasikan hasil pekerjaannya.
keterlaksanaan belum mencapai target Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata
adalah karena siswa tidak terbiasa keterlaksanaan pembelajaran di siklus
dengan pembelajaran ini. Selama ini II yang mencapai rata-rata 93,55 %
siswa bergantung terhadap penjelasan kegiatan pembelajaran terlaksana.
guru, sehingga mereka kesulitan ketika Hasil ini sesuai dengan hasil
memulai untuk melakukan inverstigasi penelitian yang dilakukan oleh
sendiri. Selain itu, siswa kurang Prahastiwi, Subani & Haryoto (2014)
59
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

bahwa penerapan pembelajaran dan siklus II sejalan dengan hasil


saintifik mendorong siswa untuk lebih penelitian dari Kurniawati(2010).
aktif. Hasil penelitian ini menunjukkan Namun hasil penelitian ini tidak
hasil yang serupa dengan penelitian sejalan dengan hasil penelitian
tindakan kelas yang dilakukan Utami Nurcahyo (2011) mengenai prestasi.
(2010) dan Kurniawati (2010) , dimana Ketercapaian ketuntasan masih belum
penggunaan guided discovery learning mencapai target 60 % siswa mencapai
meningkatkan aktifitas siswa untuk KKM. Hasil akhir siklus II menunjukan
mencari atau mendalami materi yang baru sebesar 54,8 % siswa yang
dipelajari lebih jauh sehingga mencapai KKM. Tentunya berkaitan
meningkatkan aktivitas belajar siswa. dengan penggunaan guided discovery
Mathew berpendapat bahwa learning dengan setting kolaboratif,
pembelajaran kolaboratif menuntut ditemukan bahwa beberapa siswa
siswa untuk mencari pengetahun demi kesulitan dalam menyelesaikan soal
keberhasilan bersama (Barkley, Cross & terkait kemampuan prasyarat yang
Major, 2012: 8), dengan demikian belum dikuasai. Hal ini sejalan dengan
aktifitas ini menambah kegiatan apa yang dikemukakan oleh Westwood
penemuan semakin memberikan ruang (2008) bahwa metode discovery
bagi siswa untuk ingin tahu dalam membutuhkan siswa untuk memiliki
menemukan hal-hal baru dalam proses sumber lingkungan belajar yang kaya,
pembelajaran. Indikator keingintahuan dan siswa hanya akan memperoleh
matematis lain yang menunjukan sedikit penemuan jika tidak memiliki
peningkatan yaitu siswa tertarik untuk pengetahuan prasayarat yang cukup.
mengerjakan soal matematika yang Meskipun demikian, terjadi
lebih kompleks meningkat sebesar 1 %, peningkatan rata-rata prestasi baik di
hal ini sesuai dengan konsep ZPD dari siklus I maupun siklus II. Terlihat hasil
Vygotsky. Apabila dibandingkan siklus I pretes menunjukan 0 % siswa
dengan kondisi awal, tiap indikator mencapai KKM, dan akhir siklus I
dari rasa ingin tahu siswa ini sebesar 43,8 % siswa mencapai KKM.
mengalami peningkatan walaupun Sedangkan pada siklus II, hasil pretes
peningkatannya kecil. menunjukan 0 % siswa mencapai KKM
Untuk keterlaksanaan dan pada akhir siklus II sebesar 54,8 %
pembelajaran, diketahui bahwa pada siswa mencapai KKM yang hampir
siklus I belum terpenuhi. Namun pada mendakati kriteria 60 % siswa
siklus II ini rata-rata keterlaksanaan mencapai KKM. Berdasarkan hasil
pembelajaran menunjukan sebesar 93,5 observasi selama siklus II ini terlihat
% dengan aktifitas guru tercapai 98,39 bahwa pembelajaran dengan
% dan aktifitas siswa 88,71 % yang menggunakan guided dsicovery learning
melebihi kriteria indikator keberhasilan dengan setting kolaboratif menunjukan
sebesar 80%. Berdasarkan hasil dari perbaikan. Kegiatan identifikasi
siklus I dan siklus II baik aktifitas siswa direspon cukup baik oleh siswa, hal ini
maupun aktifitas guru meningkat. terlihat dari siswa yang mau
Peningkatan terlihat jelas pada aktifitas memperhatikan dan ikut aktif dalam
siswa dari 65,52 % meningkat menjadi mengidentifikasi masalah berkaitan
88,71 %. Hal ini menunjukan bahwa dengan topik yang akan dipelajari.
pembelajaran dengan menggunakan Proses selanjutnya tahap pengumpulan
guided discovery learning dengan setting data juga berjalan lancar, walaupun
kolaboratif meningkat selama siklus I diantaranya beberapa siswa harus
60
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

benar-benar dibimbing untuk keingintahuan matematis siswa dapat


mengerjakan LKS. disimpulkan sebagai berikut :
Aktifitas dalam kelompok 1. Terdapat peningkatan persentase
kolaboratif sebagian besar sudah jumlah siswa yang memiliki rasa
berlangsung baik. Perubahan anggota ingin tahu tinggi dari kondisi awal
kelompok menjadi 2 orang pada siklus 12,50 % menjadi 37,50 % setelah
II ternyata lebih efektif daripada 4 siklus I, dan menjadi 35, 48 %
orang. Hal ini terjadi karena siswa bisa setelah siklus II, walaupun terjadi
fokus dalam mengerjakan, sekaligus penurunan dari siklus I ke siklus II
juga ia mampu menolong rekannya jika namun terjadi peningkatan dari
menemui kesulitan (Watkins, Carnell & kondisi awal dan target
Lodge, 2007: 93). Selain itu, social loafing peningkatan untuk rasa ingin tahu
atau bentuk mengandalkan teman sebesar 35 % dengan kategori
kelompok seperti yang dikemukakan tinggi tercapai.
oleh Watkins, Carnell & Lodge (2007: 2. Target peningkatan untuk
93) juga dapat dihindari dengan persentase jumlah siswa dengan
anggota 2 orang per kelompok. Namun kategori sedang sebesar 45 % juga
demikian, masih terdapat beberapa tercapai, pada akhir siklus I
kendala dalam pelaksanaan persentase jumlah siswa dengan
pembelajaran di siklus II ini, rasa ingin tahu sedang sebesar
berdasarkan hasil observasi terlihat 79,16 % dan pada akhir siklus II
bahwa poin keterlaksanaan sebesar 61,29 %.
pembelajaran dari aktivitas siswa 3. Walaupun belum mencapai target
hampir berkaitan dengan proses siswa sebesar 0 % untuk persentase siswa
menyimak penjelasan dari guru. Dan dengan rasa ingin tahu rendah,
beberapa siswa masih sangat terjadi penurunan persentase
bergantung kepada guru. Oleh jumlah siswa dengan kategori rasa
karenanya, sebagai refleksi untuk siklus ingin tahu rendah dari 12,50 %
lanjutan yang akan dilaksanakan oleh pada siklus I menjadi 3,23 % pada
guru, maka salah satu yang perlu akhir siklus II.
dipikirkan adalah bagaimana cara Dengan demikian dapat
untuk mengkondisikan siswa agar disimpulkan bahwa pembelajaran
perhatiannya terpusat selama proses matematika menggunakan metode
pembelajaran. Hal lain yang perlu guided discovery learning dengan setting
diperbaiki adalah LKS yang dibuat kolaboratif dapat meningkatkan rasa
haruslah menarik dan langkahnya jelas ingin tahu (curiosity) siswa kelas VIII-C
sehingga siswa mudah untuk di SMP Muhammadiyah 3 Depok
memahaminya. Namun secara Sleman Yogyakarta tahun pelajaran
keseluruhan, yang lebih utama adalah 2014-2015 dalam dua siklus dengan
membiasakan siswa dengan melakukan beberapa perbaikan.
pembelajaran guided discovery learning
dengan setting kolaboratif.
5. REFERENSI
4. KESIMPULAN Barkley,E.E., Patricia C. & Claire
Setelah menggunakan pembelajaran H.M.(2005).Collaborative learning
dengan metode guided discovery technique. San Fransisco : Jossey-
learning dengan setting kolaboratif Bass.
peningkatan yang terjadi pada
61
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

Collins, R.P., Jordan A.L.& Charles matematika di kelas X SMAN 1


D.S.(2004).The measurement of Cangkringan. Skripsi UNY :tidak
perceptual curiosity. Journal diterbitkan.
Personality and Invidual Differences Oakley, L.(2004).Cognitive development.
36 (2004), p.1127-1141. Laurence Canada : Routledge.
Erlbaum, Inc:Proquest. Okada, T. & Herbert, A.
Kauchak, D. & Paul E. Strategi dan S.(1997).Collaborative discovery
Model Pembelajaran (terjemahan in scientific domain. Cognitive
Satrio Wahono tahun 2012). Science Vol 2. 1997,pp 109-146.
Boston MA : Pearson Education, ISSN 0364-0213.
Inc (buku asli diterbitkan tahun Prahastiwi, Subani&Dwi H. (2014).
2012). Penerapan Pendekatan Saintifik
Kemdikbud. (2014). Peraturan Menteri untuk meningkatkan karakter
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor rasa ingin tahu dan prestasi
58 Tahun 2014, tentang Kurikulum belajar siswa kelas X MIA 3
2013 SMP/Mts. SMAN 6 Malang. Jurnal-
Kemmis, S. Robin M.&Rhonda online.um.ac.id, vol.3, No.1(2014).
N.(2014). The action reasearch Diakses tanggal 20 September
planner. London: Springer. 2014 dari Jurnal-online.um.ac.id.
Kilpatrick, J.J., Swafford & Bradford Pritchard, A. & Woollard, J. (2010).
F.(2001). Adding it up helping Psychology for the classroom:
childern learn constructivism and social learning.
mathematics.Washington DC: Madison Avenue, NY: Routledge.
National Academy Press. Roberts, T.S. (2004). Online collaborative
Kurniawati, D.(2010).Implementasi learning:theory and practice.
Metode Guided Discovery dalam Heshey: Information Science
pembelajaran matematika untuk Publishing
meningkatkan aktivitas dan hasil Salirawati, D.(2012). Percaya diri,
belajar siswa kelas IXB SMPN 1 keingintahuan, dan berjiwa
Punung Kabupaten Pacitan. wirausaha: tiga karakter penting
Skripsi UNY : Tidak diterbitkan. bagi peserta didik. Jurnal karakter,
Litman, J.A. dan Charles D. tahun II, nomor 2, Juni 2012.
S.(2003).Measuring Epistemic Diakses tanggal 20 September
Curiosity and Its Diversive and 2014 dari jurnal uny.ac.id.
Spesific Component. Journal of Suherman, E.,dkk.(2003).Strategi
Personality Assessment,80(1),75-86., pembelajaran matematika
Laurence Erlbaum, Inc :Proquest. kontemporer. Bandung : JICA.
McElmeel, S.L. (2002). Character Schunk, D.H. (2012). Learning theories.
education : a book guide for teachers, Boston, MA: Pearson Education,
librarians, and parents. Colorado: Inc.
Greenwood Publishing Group, Utami, E.Y.(2010). Penerapan metode
Inc. discovery learning pada
Moore, K.D.(2009).Effective instructional pembelajaran matematika dalam
strategies. California: SAGE usaha peningkatan motivasi
Publications. belajar matematika siswa kelas
Nurcahyo, W. (2011).Penggunaan VIII SMPN 2 Pengasih Kabupaten
Metode Penemuan terbimbing untuk Kulon Progo. Skripsi UNY :Tidak
meningkatkan prestasi belajar diterbitkan.

62
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321
Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics) Vol. 1 No. 2, Januari 2017 hal. 51-63

Von Joolingen, W.R. dan Nadira


S.(2005).Communicating in
collaborative discovery learnin.
British Journal of Educational
Psychology.
Watkins, C., Eileen C.dan Caroline
L.(2007). Effective learning in
classrooms. London : Paul
Chapman Publishing.
Westwood, P.(2008).What teacher need to
know about teaching
methods.Victoria : ACER Press.
Widjajanti, D.B.(2010). Mengembangkan
kemampuan komunikasi matematis
mahasiswa calon guru matematika
melalui strategi perkuliahan
kolaboratif berbasis masalah.
Makalah KNM.

63
Copyright ©2017, Jurnal THEOREMS (The Original Research of Mathematics)
p-ISSN: 2528-102X e-ISSN: 2541-4321

Вам также может понравиться