Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan bertujuan untuk
mendukung distribusi lalu lintas barang maupun manusia dan membentuk struktur
ruang wilayah (Renstra Kementerian PU 2010-2014,2010), sehingga
pembangunan infrastruktur memiliki 2 (dua) sisi yaitu : tujuan pembangunan dan
dampak pembangunan. Setiap kegiatan pembangunan yang dilaksanakan pasti
menimbulkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak
negatif, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana melaksanakan pembangunan
untuk mendapatkan hasil dan manfaat yang maksimum dengan dampak negatif
terhadap lingkungan yang minimum.
Para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam kegiatan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, yang terdiri dari pemerintah
sebagai pemilik (owner) sekaligus pembuat kebijakan (policy maker),
pengusaha/kontraktor sebagai penyedia jasa dan lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang peduli terhadap infrastruktur jalan dan jembatan, haruslah bersama-
sama melaksanakan dan mengawasi kegiatan pembangunan sehingga infrastruktur
jalan dan jembatan yang dibangun tersebut tidak hanya berfungsi sebagaimana
mestinya tapi juga berwawasan lingkungan sehingga produk infrastruktur yang
dihasilkan ramah terhadap lingkungan.
Pemerintah telah banyak mengeluarkan peraturan dan pedoman yang
mengatur masalah pembangunan jalan dan jembatan yang berwawasan
lingkungan, Dalam implementasi di lapangan peraturan dan pedoman tersebut
telah dimasukkan dalam pasal syarat-syarat kontrak, sehingga kontraktor sebagai
penyedia jasa wajib melaksanakan pasal – pasal tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan yang berwawasan lingkungan?
 Bagaimana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan?
 Bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
yang berwawasan lingkungan di Indonesia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, artikel ini
bertujuan untuk membahas pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan.
Pembahasan akan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengoperasian
dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan serta bagaimana
pelaksanaannya di Indonesia.

1.4 Manfaat
Artikel ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para stakeholder
bagaimana pelaksanaan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan, sehingga kegiatan pembangunan tersebut tidak hanya
untuk pembangunan semata, tapi juga dalam rangka pelestarian lingkungan. Bagi
masyarakat luas, artikel ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman
bagaimana seharusnya pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan
dilaksanakan sehingga tidak merusak lingkungan, dan pada akhirnya dapat
tercipta apa yang disebut dengan pembangunan yang berkelanjutan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang
Berwawasan Lingkungan
Pembangunan merupakan proses perubahan yang direncanakan untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat, yang ditandai dengan adanya pertumbuhan
ekonomi, industrialisasi dan modernisasi. Namun dalam pelaksanaan khususnya
pada pembangunan yang bersifat fisik seringkali para pihak yang terlibat
mengabaikan masalah lingkungan, sehingga menyebabkan kerusakan lingkungan.
Demikian juga dengan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, masalah
lingkungan tidak terlalu diperhatikan, baik pada saat perencanaan maupun pada
saat pengoperasiannya, hal ini karena pihak- pihak yang terlibat dalam kegiatan
pembangunan tersebut lebih mengutamakan hasil atau produk dari pembangunan
itu sendiri, sementara dampaknya terhadap lingkungan masih diabaikan. Pada
dasarnya kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan pasti
mengakibatkan dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun dampak
negatif, sebagai contoh pembangunan jalan pada daerah yang tidak stabil dapat
mengakibatkan kejadian tanah longsor yang efeknya bahkan lebih besar daripada
penebangan hutan (Sumarwoto et.al,2001). Agar pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan yang dilaksanakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan atau
setidaknya meminimalisasi dampaknya terhadap lingkungan maka pembangunan
tersebut harus berwawasan lingkungan.
Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah pembangunan yang
baik dari sudut pandang ekologi atau lingkungan, dengan kata lain adanya
keharmonisan dengan alam (Mustika,2006). Untuk dapat mewujudkan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang berwawasan lingkungan,
maka dalam setiap tahapan pembangunan harus memperhitungkan dampaknya
terhadap lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dengan
sendirinya akan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development).
2.2 Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan dalam Pembangunan
Infrastruktur Jalan dan Jembatan
Kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No. 69/PRT/M/1995 tentang Pedoman Teknis AMDAL Proyek Bidang Pekerjaan
Umum, yang pada prinsipnya mengatur semua aspek lingkungan pada seluruh
siklus pembangunan proyek bidang pekerjaan umum, termasuk proyek
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan.
Siklus pembangunan proyek infrastruktur jalan dan jembatan terdiri dari 8
(delapan) kegiatan (Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan,DPU,2006) yaitu :
1. Perencanaan umum
2. Pra studi kelayakan
3. Studi kelayakan
4. Perencanaan teknis
5. Pra konstruksi
6. Konstruksi
7. Pasca konstruksi
8. Evaluasi pasca konstruksi
Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU
Gambar 2.1 Bagan Integrasi Pertimbangan Lingkungan dalam Siklus
Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan.

Namun, tidak semua siklus dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan


infrastruktur jalan dan jembatan, sebagai contoh dengan pertimbangan tertentu
suatu proyek pembangunan jalan dan jembatan setelah perencanaan umum
langsung studi kelayakan tanpa adanya pra studi kelayakan. Penerapan
pertimbangan lingkungan seperti yang tercantum pada gambar 2.1 di atas, dapat
dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan umum


Siklus proyek atau pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan diawali
dengan perencanaan umum yang berupa gagasan awal baik ide pembangunan
jalan atau jembatan baru maupun peningkatan jalan atau jembatan yang telah ada.
Walaupun masih berupa perencanaan umum dan belum adanya kegiatan fisik,
namun pihak pemrakarsa proyek sudah harus mengidentifikasi sedini mungkin
dampak yang akan ditimbulkan dengan adanya proyek atau pembangunan jalan
dan jembatan terhadap lingkungan, melalui proses penyaringan lingkungan.
Dengan adanya proses penyaringan tersebut akan didapat gambaran apakah suatu
proyek perlu adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau
cukup dengan RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana
Pemantauan Lingkungan) ataupun cukup dengan penerapan SOP (Standard
Operation Procedure). Adapun kriteria kegiatan pembangunan infrastruktur jalan
dan jembatan yang wajib AMDAL atau RKL dan RPL dapat dilihat pada tabel 2.1
di bawah.

Tabel 2.1 Kriteria Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang Wajib
dilengkapi dengan AMDAL atau RKL dan RPL.
( Berdasarkan skala / besaran rencana kegiatan )

Wajib dilengkapi Wajib dilengkapi


NO. Jenis Proyek AMDAL RKL dan RPL
(Skala/besaran)*) (Skala/besaran)**)
1. Jalan tol dan jalan layang
a. Pembangunan jalan tol a. Semua besaran -
b. Pembangunan jalan laying atau b. Panjang ≥ 2 km
b. Panjang < 2 km
-
subway c. Semua besaran
c. Peningkatan jalan tol dengan
-
pembebasan lahan untuk Damija
d. Panjang ≥ 5 km
d. Peningkatan jalan tol tanpa
pembebasan lahan untuk Damija

2. Jalan raya
a. Pembangunan/peningkatan jalan Panjang ≥ 5 km
Luas ≥ 5 Ha
dengan pelebaran di luar Damija
Panjang ≥ 10 km
Luas ≥ 10 Ha
 Di kota besar/metropolitan :
 Panjang, atau 1 km ≤ panjang < 5 km
Panjang ≥ 30 km
 Luas pembebasan tanah 2 Ha ≤ luas < 5 Ha
 Di kota sedang
 Panjang, atau
 Luas pembebasan tanah 3 km ≤ panjang < 10 km
 Pedesaan/antar kota -
 Panjang 5 Ha ≤ luas < 10 Ha

b. Peningkatan jalan dengan 5 km ≤ panjang < 30 km


-
pelebaran pada Damija yang ada
-

 Di kota besar/metropolitan
(Jalan arteri atau kolektor)
Panjang ≥ 10 km
Jembatan
a. Pembangunan jembatan di kota
besar / metropolitan
b. Pembangunan jembatan di kota
3. sedang / lebih kecil
Panjang ≥ 20 m

Panjang ≥ 60 m
*) : Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 Tahun 2001
**) : Berdasarkan Kepmen Kimpraswil No. 17/KPTS/2003

Catatan :
 Kota metropolitan : Jumlah penduduk > 1.000.000 jiwa
 Kota besar : Jumlah penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa
 Kota sedang : Jumlah penduduk 200.000 – 500.000 jiwa
 Kota kecil : Jumlah penduduk 20.000 – 200.000 jiwa
 Kota di pedesaan : Jumlah penduduk 3000 – 20.000 jiwa

b. Tahap pra studi kelayakan


Kegiatan proyek pada tahap ini adalah perumusan garis besar rencana
kegiatan yang meliputi penentuan beberapa alternatif koridor trase / alinyemen
jalan atau jembatan, dan setiap alternatif dikaji aspek teknis, ekomis dan juga
kelayakan lingkungan melalui proses kajian awal lingkungan.

c. Tahap studi kelayakan


Kegiatan utama proyek pada tahap ini adalah analisis kelayakan teknis,
ekonomi, finansial dan lingkungan secara lebih mendalam terhadap alternatif trase
jalan atau jembatan berdasarkan data yang didapat dari hasil survey. Analisis
kelayakan lingkungan dilakukan melalui studi AMDAL atau RKL dan RPL.
Rencana trase atau lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut, harus
dapat diterima oleh lingkungan di sekitarnya, baik pada waktu pembangunan,
pengoperasian maupun pemeliharaannnya (Studi Kelayakan Proyek Jalan dan
Jembatan,DPU,2005), misalnya :
1. Alternatif rute tidak melalui daerah konservasi
2. Alternatif rute tidak menimbulkan dampak yang besar terhadap lingkungan
sekitarnya
3. Dampak sosial dan pengadaan tanah perlu diantisipasi
4. Identifikasi keperluan penyusunan AMDAL atau RKL dan RPL, serta
menyiapkan kerangka acuan kerja
5. Mendukung tata ruang dari wilayah studi
Kesimpulan dan rekomendasi dari studi kelayakan lingkungan disajikan dalam
bentuk dokumen RKL dan RPL yang merupakan pedoman untuk pengelolaan
lingkungan pada tahap perencanaan teknis (detail design), pra konstruksi,
konstruksi dan pasca konstruksi.

d. Tahap perencanaan teknis


Lingkup pekerjaan pada tahap perencanaan teknis antara lain :
 Penetapan trase/rute jalan secara definitif berdasarkan pengukuran
lapangan yang akurat
 Perhitungan struktur, pembuatan gambar rencana rencana teknis detail
jalan, jembatan dan bangunan pelengkapannya serta penetapan syarat-
syarat dan spesifikasi teknis yang digunakan pada tahap konstruksi
 Perhitungan biaya konstruksi
 Penyusunan dokumen lelang dan dokumen kontrak pekerjaan konstruksi
Integrasi pertimbangan lingkungan yang diperlukan pada tahap ini adalah
penjabaran RKL dalam bentuk gambar-gambar dan syarat-syarat serta spesifikasi
dalam pengelolaan lingkungan. Untuk keperluan tersebut, konsultan perencana
teknis harus memahami dokumen RKL yang telah ditetapkan, karena itu tim
konsultan perencana seyogyanya dilengkapi dengan tenaga ahli lingkungan.
Dalam kegiatan
Dalam perhitungan biaya konstruksi jalan dan jembatan sudah harus
mencakup biaya pengelolaan lingkungan, baik pada tahap konsruksi maupun pada
tahap pasca konsruksi. Jika diperlukan pengadaan tanah, maka pada tahap ini
perlu dilakukan studi pengadaan tanah dan pemukiman kembali termasuk semua
dampak yang akan timbul, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam
dokumen RKL.

e. Tahap pra konstruksi


Kegiatan pada tahap ini adalah pengadaan tanah dan pemukiman kembali
penduduk yang terkena proyek (bila perlu) yang dilaksanakan oleh pemrakarsa
proyek atau instansi terkait. Pengelolaan lingkungan pada tahap ini adalah
pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL untuk penanganan dampak sosial
yang mungkin terjadi.

f. Tahap konstruksi
Kegiatan pada tahap konstruksi terutama pekerjaan teknik sipil, meliputi
pekerjaan tanah, struktur jalan atau jembatan, bangunan pelengkap dan
perlengkapannya. Penerapan pertimbangan lingkungan pada tahap ini adalah
pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap konstruksi, untuk menangani
semua dampak yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan konstruksi, seperti erosi,
pencemaran udara, kebisingan, gangguan pada prasarana umum dan utilitas di
areal proyek dan sebagainya.

Tabel 2.2 Potensi Dampak Kegiatan Pembangunan Jalan dan Jembatan dan
Alternatif Pengelolaannya.
Kegiatan yang Prakiraan Dampak Alternatif Pengelolaan
Menimbulkan Yang Timbul Lingkungan
Dampak
Persiapan Pekerjaan
a. Kecemburuan sosial a.1. Tenaga kerja lokal
Konstruksi
1. Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan
a.2. Sosialisasi pada penduduk
lokal
b.1. Pemberian informasi
b. Peningkatan kesempatan
tentang tenaga kerja yang
kerja (dampak positif)
diperlukan
b.2. Pelatihan tenaga kerja local

a. Kerusakan prasarana jalan a.1. Perbaikan jalan yang rusak


a.2. Membatasi tonase
2. Mobilisasi peralatan
berat
a. Penyiraman jalan secara
a. Pencemaran udara
berkala

3. Pembuatan jalan masuk

Pelaksanaan Pekerjaan
a. Penghijauan
Konstruksi a. Gangguan pada flora dan
b. Penyiraman
a. Di lokasi proyek fauna c. Pembuatan tanggul atau
1. Pembersihan dan b. Pencemaran udara
drainase sementara untuk
c. Pencemaran air permukaan
penyiapan lahan
pengendalian air larian
d. Pemindahan dan perbaikan
utilitas
d. Gangguan pada utilitas
a. Penyiraman secara berkala
b. Pembuatan tanggul atau
drainase sementara untuk
a. Pencemaran udara (debu) pengendalian air larian
b. Pencemaran air c. Pembuatan sistem drainase
2. Pekerjaan tanah (galian /
timbunan)
d.1. Perkuatan tebing
d.2. Pengendalian air tanah
c. Gangguan pada aliran air
e. Penataan lansekap
tanah dan air permukaan
d. Gangguan stabilitas

a. Penyiraman secara berkala


e. Perubahan bentang alam /
b.1. Pengaturan lalu lintas
lansekap b.2. Pemasangan rambu lalu
lintas
a. Pencemaran udara (debu)
b. Gangguan lalu lintas
a.1. Pengaturan lalu lintas
3. Pekerjaan badan jalan / a.2. Pemasangan rambu lalu
lapis perkerasan lintas
a. Gangguan lalu lintas
a. Pemberitahuan kepada
4. Pembuatan sistem masyarakat sekitar dan
drainase a. Kebisingan pengaturan jadwal kerja
b. Penggunaan bor

c.1. Pengaturan lalu lintas


5. Pemancangan tiang b. Getaran (kerusakan
c.2. Pemasangan rambu lalu
pancang bangunan sekitar)
lintas
c. Gangguan lalu lintas

a.1. Pengaturan lalu lintas


a.2. Pemasangan rambu lalu
a. Gangguan lalu lintas
lintas

a. Penanaman pohon dan


a. Peningkatan estetika
6. Pekerjaan bangunan tanaman hias
lingkungan (dampak
bawah dan bangunan
positif)
atas jembatan atau jalan
laying
a. Penyiraman berkala dan bak
7. Pembangunan bangunan truk ditutup terpal
b. Perawatan kendaraan
pelengkap jalan a. Pencemaran udara (debu)
c. Pemeliharaan/perbaikan
jalan
b. Di lokasi quarry dan b. Kebisingan d.1. Pengaturan lalu lintas
c. Kerusakan badan jalan d.2. Pemasangan rambu lalu
jalur transportasi
d. Gangguan lalu lintas
lintas
material
1. Pengambilan tanah dan
material bangunan di a. Pemilihan lokasi quarry
a. Degradasi dasar sungai
quarry dan borrow area yang tepat
b. Pengendalian bahan
di darat
b. Pencemaran air sungai buangan
c. Gangguan terhadap biota c. Pengendalian bahan
air buangan
d. Longsor tebing sungai d.1. Perkuatan tebing
d.2. Penggalian bertahap

2. Pengambilan material di
a. Penyiraman secara berkala
quarry sungai a. Pencemaran udara (debu)
b. Perawatan kendaraan
b. Kebisingan
c. Pemeliharaan/perbaikan
c. Kerusakan badan jalan
d. Gangguan lalu lintas jalan
d. Pengaturan lalu lintas

3. Pengangkutan tanah dan a. Kecemburuan social


a. Pendekatan kepada
bahan bangunan
masyarakat
b. Pencemaran udara
b. Perawatan peralatan
c. Kebisingan
c. Perawatan peralatan
d. Pencemaran air permukaan
d. Pengendalian limbah cair
e. Kecelakaan lalu lintas
e. Pengaturan lalu lintas
c. Di lokasi base camp dan
AMP
1.3Pengoperasian base
camp (barak pekerja,
kantor, stone*) crusher
dan AMP**))
Sumber : Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang Jalan, DPU
Keterangan : *) Stone crusher : alat pemecah batu
**) AMP (Asphalt Mixing Plant) : Unit pencampur aspal panas

f. Tahap pasca konstruksi


Kegiatan proyek pada tahap pasca konstruksi adalah pengoperasian
(pemanfaatan) jalan atau jembatan dan sekaligus pemeliharaannya agar dapat
dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan. Untuk menangani dampak
terhadap lingkungan akibat pengoperasian dan pemeliharaan ruas jalan atau
jembatan tersebut, diperlukan pelaksanaan dan pemantapan RKL dan RPL tahap
pasca konstruksi, antara lain meliputi pengaturan lalu lintas, pencemaran udara
dan kebisingan serta pengendalian penggunaan lahan di kiri-kanan jalan.

g. Tahap evaluasi pasca proyek


Evaluasi pasca proyek bertujuan untuk menilai penggunaan atau
pengoperasionalan ruas jalan atau jembatan yang telah dibangun / ditingkatkan
sampai dengan tercapainya umur rencana desain. Pertimbangan lingkungan pada
tahap ini adalah evaluasi pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
pada tahap sebelumnya agar dapat dijadikan masukan dalam kegiatan perencanaan
pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan selanjutnya.
Kegiatan pengelolaan lingkungan yang terdapat dalam setiap siklus
kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang telah dijelaskan di
atas harus dipantau pelaksanaannya agar dapat diketahui kualitas lingkungan
sebelum dan setelah pelaksanaan pembangunan jalan dan jembatan. Selain itu
dengan pemantauan pengelolaan lingkungan dapat diketahui keberhasilan
pengelolaan lingkungan pada kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan.

2.3 Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Jalan dan Jembatan yang


Berwawasan Lingkungan di Indonesia
Pemerintah sebagai penentu kebijakan dalam kegiatan pembangunan
infrastruktur jalan dan jembatan, dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum
telah banyak mengeluarkan keputusan, peraturan dan NSPM (Norma, Standar,
Pedoman dan Manual) pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan yang
berwawasan lingkungan. Aturan-aturan tersebut telah dijadikan bagian dari
dokumen kontrak seperti dituangkan dalam syarat-syarat kontrak dan dalam
spesifikasi teknis, sehingga aturan tersebut mengikat para pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan kontrak pembangunan jalan dan jembatan baik pihak proyek
maupun penyedia jasa (kontraktor).
Akhir-akhir ini pemerintah tengah menggalakkan program “green
construction” yaitu kegiatan pembangunan atau konstruksi yang ramah
lingkungan. Dalam kegiatn pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan,
pemerintah tengah menggalakkan program penggunaan material daur ulang, yaitu
penggunaan kembali bahan agregat dari konstruksi jalan yang telah rusak dengan
menggunakan teknik dan campuran tertentu sedemikian rupa agregat tersebut
dapat digunakan kembali untuk pembangunan jalan baru sehingga dapat
menghemat penggunaan sumberdaya alam batuan dan pasir. Dalam hal konstruksi
penahan longsor badan jalan tengah dikembangkan penggunaan rumput vetifer,
selain murah, kuat dan ramah lingkungan juga menambah nilai estetika.

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan :
1. Kegiatan pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan berpotensi
menyebabkan kerusakan lingkungan, sehingga setiap siklus kegiatan perlu
adanya pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan.
2. Perlu adanya kesadaran pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
kontrak konstruksi, baik pihak proyek (owner) maupun penyedia jasa
(kontraktor) dalam pengelolaan lingkungan pada pelaksanaan konstruksi jalan
dan jembatan.
3. Pengelolaan lingkungan di bidang jalan dan jembatan perlu ditunjang
penguatan kapasitas institusional dan sumberdaya manusia

DAFTAR PUSTAKA
____________ 2001. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun
2001, tentang Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi
dengan AMDAL. Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
____________ 2003. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 17/KPTS/M/2003,
tentang Penetapan Jenis Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman
dan Prasarana Wilayah yang Wajib dilengkapi dengan UKL dan UPL.
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
____________ 2011. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011,
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan
Jasa Konsultasi. Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta.
____________ 2010. Spesifikasi Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga,
Kementerian Pekerjaan Umum. Jakarta.
Sumarwoto, O. 2001. Atur Diri Sendiri Paradigma Baru Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Bandung.
Manik, K.E.S, 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandar Lampung.
Michell, B., Setiawan, B. dan Rahmi, D.H. 2000. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Yogyakarta.
____________ 2006, Pedoman Umum Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang
Jalan No. 08/BM/05. Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah,
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
____________ 2009, Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan No. 010/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
____________ 2009. Pedoman Pemantauan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Bidang Jalan No. 011/BM/2009. Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
____________ 2005. Pedoman Studi Kelayakan Proyek Jalan dan Jembatan No.
Pd T-19-2005-B. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Suratmo, F. Gunawan. 2009. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta
Mustika, S. 2006. Pembangunan Berwawasan Lingkungan dalam Usaha Menjaga
Kelestarian Lingkungan Hidup. Bulletin BPKSDM, Badan Pembinaan
Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, Departemen Pekerjaan Umum
Edisi III 2006. Jakarta.
____________ 2001. Environmental Awarenes for Civil Construction Projects.
Transport South Australia. Walkerville SA.

Вам также может понравиться