Вы находитесь на странице: 1из 18

Manifestasi Gangguan Somatisasi yang Menyebabkan Keluhan-Keluhan

Fisik

Abstrak

Gangguan somatisasi merupakan salah satu gangguan somatoform. Gangguan somatisasi


ditandai dengan banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan dengan adekuat
berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum
usia 30 tahun, bersifat kronis sehingga bisa berlanjut hingga bertahun-tahun. Diagnosis
gangguan somatisasi sesuai dengan kriteria menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders (DSM-IV-TR). Terapi untuk gangguan somatisasi dengan terapi
psikofarmakologi dan psikoterapeutik.

Kata kunci : gangguan somatisasi, gangguan somatoform, psikosomatik, stress

Pendahuluan

Gangguan somatisasi termasuk dalam gangguan somatoform. Gangguan somatoform adalah


kelompok penyakit yang luas dan memiliki tanda serta gejala yang berkaitan dengan tubuh
sebagai komponen utama. Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman Mesir kuno.
Nama awal gangguan somatisasi adalah histeria. Pada tahun 1859, Paul Briquet mengamati
keragaman gejala dan sistem organ yang terkena serta menguraikan perjalanan gangguan
yang biasanya kronis. Karena pengamatan klinis yang tajam, Gangguan ini disebut briquet
syndorme. Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-laki 5 hingga 20
kali. Gangguan somatisasi bisa disebabkan oleh faktor psikososial, faktor biologis dan
genetik. Diagnosis untuk menegakkan seseorang mengalami gangguan somatisasi adalah
sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) yaitu
harus memiliki keluhan sedikitnya, empat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala
seksual, dan satu gejala pesudoneurologis, yang seluruhnya tidak dapat dijelaskan dengan
pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Anamnesis

Anamnesis psikiatri adalah catatan mengenai kehidupan pasien; catatan ini


memungkinkan seorang psikiter memahami siapa diri pasien, dari mana ia berasal, dan ke
arah mana kecenderungan pasien di masa depan.

a. Data identitas
Data identitas memberikan rangkuman demografik mengenai pasien
berdasarkan nama, usia, status perkawinan, jenis kelamin, perkerjaan, bahasa bila
menggunakan selain bahasa Inggris, latar belakang etnik dan agama selama masih
berkaitan, serta situasi kehidupan terkini. Informasi ini juga dapat mencakup tempat
atau situasi seperti apa saat wawancara berlangsung, sumber informasi, tingkat
kepercayaan sumber informasi, dan apakah gangguan yang dialami saat ini
merupakan episode pertama bagi pasien. Data identitas pasien dimaksukan untuk
memberikan gambaran kasar mengenai karakteristik pasien yang secara potensial
penting yang daoat mempengaruhi diagnosis, prognosis, tatalaksana, dan kepatuhan.1

b. Keluhan utama
Keluhan utama dalam bahasa pasien sendiri, menyatakan mengapa ia datang
atau dibawa untuk memperoleh bantuan. Keluhan ini harus dicatat bahkan apabila
pasien tidak dapat berbicara dan deskripsi mengenai orang yang memberikan
informasi harus disertakan.1
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang memberikan gambaran komprehensif dan
kronologis mengenai kejadian yang mengarahkan ke peristiwa terkini dalam
kehidupan pasien. Bagian riwayat ini mungkin adalah yang paling membantu dalam
menegakkan diagnosis. Kapan awitan episode sekarang, dan apa kejadian pencetus
atau pemicu terdekat yang menimbulkannya? pemahaman mengenai riwayat penyakit
sekarang membantu menjawab pertanyaan, “mengapa sekarang?” Mengapa pasien
datang saat ini? Seperti apa situasi dalam kehidupan pasien saat terjadi awitan gejala
atau perubahan perilaku, dan bagaimana situasi tersebut mempengaruhi pasien
sehingga timbul manifestasi gangguan yang terjadi saat ini? Pemicu apa di masa lalu
yang menjadi bagian rantai peristiwa yang mengarahkan ke kejadian yang baru
terjadi? Bagaimana penyakit pasien mempengaruhi aktifitas kehidupannya?
Bagaimana sifat disfungsi (misalnya detail mengenai perubahan faktor seperti
kepribadian, memori atau cara berbicara)? Adakah gejala psikofisiologis? Bila ada,
harus dijelaskan lokasi, intensitas dan fluktuasinya. Deskripsi mengenai ansietas
pasien saat ini baik menyeluruh dan nonspesifik atau secara spesifik mengenai gejala
tertentu, akan sangat membantu.1
d. Riwayat penyakit dahulu
Bagian riwayat psikiatri riwayat penyakit dahulu merupakan peralihan antara
riwayat penyakit sekarang dan pribadi pasien. Idealnya, catatan mendetail mengenai
kelainan psikologis maupun biologis yang mendasari dan yang telah ada sebelumnya
dijelaskan pada poin ini, dan petunjuk penting dan bukti area fungsi yang rawan pada
pasien juga disertakan. Gejala pasien, derajat ketidak mampuan, jenis tatalaksana
yang diterima , nama tempat rumah sakit dirawat, durasi tiap kali sakit, efek
pengobatan sebelumnya, dan derajat kepatuhan, semuanya harus digali dan dicatat
secara kronologis. Perhatian khusus harus ditujukan kepada episode pertama yang
mengisyaratkan awitan penyakit, karena episode pertama sering memberikan data
yang sangat penting mengenai peristiwa pencetus, kemungkinan diagnosis, serta
kemampuan mengatasi masalah.
Dalam mencatat riwayat medis, seorang psikiater sebaiknya mencari ulasan
medis mengenai gejala dan mencatat semua penyakit medis atau bedah mayor, serta
trauma mayor terutama yang menyebabkan rawat inap. Episode trauma
kranioserebral, penyakit neurologis, tumor, dan gangguan epilepsi, terutama Human
Immunodeficiency Virus (HIV) atau mengidap Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS). Perlu diajukan pertanyaan spesifik mengenai adanya gangguan
kejang, episode kehilangan kesadaran, perubahan pola nyeri kepala, perubahan
penglihatan, kebingungan dan disorientasi. Riwayat penyakit sifilis yang relevan dan
penting.
Pernyataan spesifik mengenai gangguan psikosomatik harus ditanyakan dan
dicatat, termasuk dalam kategori ini adalah hay fever, atritis reumatoid, kolitis
ulseratifm asma, hipertiroid, gangguan gastrointestinal, pilek berulang, serta penyakit
kulit. Semua pasien harus ditantakan riwayat penggunaan alkohol dn zat lain,
mencakup detail mengenai kuantitas dan frekuensi penggunaan. 1
e. Riwayat keluarga
Pertanyaan mengenai adanya penyakit, rawat inap dan tatalaksana psikiatri
pada anggota keluarga dekat pasien harus dituliskan pada bagian ini. Adakah riwayat
penggunaan alkohol atau zat lain atau perilaku antisosial dalam keluarga. Selain itu
tingkat intelegensi berbagai orang yang tinggal serumah dengan pasien, sejak masa
kanak-kanak hingga saat ini. Mendefinisikan peran riap orang dalam pembentukan
karakter pasien serta hubungan orang tersebut dengan pasien saat ini. Apa saja etnis
keluarga, kebangsaan, dan tradisi keagamaan pasien?
Pertanyaan lain yang dapat memberikan informasi yang berguna adalah
bagaimana sikap pasien terhadap orang tua dan saudara kandungnya? Psikiter harus
meminta pasien untuk mendeskripsikan anggota keluarga. Siapa nama, pekerjaan
saudara kandung dan bandingkan dengan pekerjaan pasien sendiri, siapa yang paling
disukai diantara keluarga dan mengapa. 1
f. Riwayat pribadi
Anamnesis atau riwayat pribadi, biasanya dibagi menjadi periode
perkembangan utama, masa kanak-kanak akhir dan dewasa. Emosi dominan berkaitan
dengan berbagai periode kehidupan (contohnya yang menyakitkan, menyebabkan
stress, atau menimbulkan konflik). 1
1. Riwayat natal dan perinatal; harus mempertimbangkan sifat situasi rumah tempat
pasien dilahirkan serta apakah pasien direncanakan dan diinginkan. Adakah
masalah selama kehamilan ibu dan pelahiran? Bagaimana keadaan fisik dan
emosional ibu saat kelahiran pasien? Adakah masalah kesehatan pada ibu selama
kehamilan? Apakah ibu menggunakan alkohol atau zat lain selama kehamilan?
2. Masa kanak-kanak awal (lahir sampai usia 3 tahun); kualitas interaksi ibu-pasien
selama pemberian makan, latihan pembuangan air penting diketahui. Gangguan
dini pada pola tidur dan tanda kebutuhan yang tidak terpenuhi, seperti
membenturkan kepala atau mengoyangkan tubuh, memberi petunjuk mengenai
kemungkinan adanya deprivasi maternal atau gangguan perkembangan. Adakah
penyakit medis atau psikiatri yang mengganggu hubungan antara ibu dan anak ?
adakah orang selain ibu yang turut mengasuh pasien .
3. Masa kanak-kanak menengah (usia 3 sampai 11 tahun); psikiater kali ini
menanyakan subjek penting seperti identifikasi gender, hukuman yang diberikan
dirumah, dan orang yang menerapkan disiplin dan mempengaruhi pembentukan
awal hati nurani. Tanyakan pengalaman selama sekolah, mengenai persahabatan
dan hubungan pribadi pertama akan sangat berharga, apakah anak mampu
bekerjasama dengan rekan sebaya, bersikap adil serta mematuhi peraturan dan
menumbuhkan kesadaran awal dalam dirinya? Pola perilaku asertif, impulsif,
agresif, pasif, ansietas, atau asosial muncul dalam hubungan di sekolah. Riwayat
pasien dalam belajar, membaca dan perkembangan intelektual dan motorik
lainnya, riwayat gangguan belajar, fobia, mimpi buruk, masturbasi dini.
4. Masa kanak-kanak akhir (Pubertas hingga remaja); selama masa kanak-kanak
akhir,seseorang mulai mengembangkan kemandirian dari orangtua melalui
hubungan dengan teman sebaya dan aktifitas kelompok. Psikiter harus mencoba
mendefinisikan nilai yang dianut dalam kelompok sosial pasien dan menentukaan
siapa figur idola pasien sehingga dapat memberikan informasi mengenai citra diri
ideal pasien yang baru muncul. Riwayat sekolah, hubungan dengan guru serta
mata pelajaran favorit, dan minat. Tanyakan adakah masalah emosional atau fisik
yang mungkin pertama kali muncul pada fase ini. Misalnya bagaimana kesadaran
pasien mengenai identitas pribadinya? Seberapa jauh penggunaan alkohol dan zat
lain? Apakah pasien bersikap aktif dan terlibat di sekolah dan dengan teman
sebaya atau apakah ia terasing, menarik diri atau dianggap aneh oleh orang lain?
5. Masa Dewasa;
- Riwayat pekerjaan; pskiater harus mendeskripsikan pilihan pekerjaan pasien,
pelatihan awal, persiapan dan konflik terkait pekerjaan. Wawancara juga harus
menggali perasaan pasien mengenai pekerjaan saat ini dan hubungan di tempat
kerja.
- Riwayat pernikahan dan hubungan; riwayat pernikahan baik secara sah
maupun adat. Hubungan yang signifikan dengan orang yang tinggal bersama
pasien dalam waktu lama juga harus disertakan. Kisah pernikahan dan
hubungan jangka panjang.
- Riwayat pendidikan; informasi ini dapat memberi petunjuk mengenai latar
belakang sosial dan budaya pasien, intelegensi, motivasi dan adanya halangan
dalam pencapaian.
- Agama; latar belakang agama kedua orangtua pasien dan rincian perintah
agama pasien. Apakah sikap keluarga ketat dan permisif, adakah konflik
antara orangtua mengenai pendidikan agama pasien.
- Aktivitas sosial; tanyakan mengenai hubungan sosial pasien, sifat
persahabatan, dengan penekanan pada kedalaman, durasi dam kualitas
hubungan manusia.
- Situasi kehidupan terkini, meminta pasien untuk mendeskripsikan mengenai
tempat tinggal mengenai penghuni dan lingkungan.
- Riwayat hukum; apakah pasien pernah ditahan pihak berwajib, bila iya atas
tuduhan apa? Berapa kali, berapa lama?
g. Riwayat sexual
Tanyakan mengenai bagiamana pasien belajar mengenai sex, peranan orang
tua, riwayat masturbasi saat remaja, termasuk fantasi dan perasaan paien terhadap
fantasi. Sifat terhadap sex apakah pemalu, agresif, minder? 1

h. Fantasi dan mimpi


Sigmund Freud menyatakan bahwa mimpi merupakan jalan utama ke alam
bawah sadar. Jika mimpi berulang , tanyakan apakah tema berulang? Apakah pasien
dapat mendeskripsikan makna mimpi tersebut.1

Keluhan Mental

Pemeriksaan status mental merupakan bagian dari pengkajian klinis yang


mendeskripsikan keseluruhan obeservasi yang dilakukan oleh pemeriksa dan kesan yang
didapatkan dari pasien psikiatri saat dilakukan wawancara. Pemeriksaan status mental adalah
gambaran penampilan pasien, cara bicara, tindakan dan pikiran selama wawancara.

a. Deskripsi umum
Penampilan, deskripsikan penampilan pasien dan kesan fisik keseluruhan yang
tercermin dari postur, pembawaan, pakaian dan kerapihannya. Tanda ansietas harus
diperhatikan tangan lembab, dahi berkeringat, postur tegang, mata melebar.
Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyata, aspek kualitatif dan kuantitatif dari
perilaku motorik pasien. Antara lain manerisme, tik, gerakan tubuh, kedutan, perilaku
stererortipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi, sikap melawan, fleksibilitas, rigiditas,
gaya berjalan dan kegesitan. Gelisah, meremas-remas tangan, berjalan, mondar-
mandir, dan manifestasi fisik lain harus dijelaskan.
Sikap terhadap pemeriksa, sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan
sebagai kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, blak-blakan, seduktif,
defensif, merendahkan, menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati, kebingunan,
apatis, bermusuhan, suka melucu.1
b. Mood dan afek
Mood didefinisikan sebagai emosi yang menetap dan telah meresao yang mewarnai
persepsi orang tersebut terhadap dunis. Sifat yang biasa digunakan untuk
mendeskrispikan mood adalah berupa depresof, putus asa, mudah tersinggung, cemas,
marah, meluap-luap, euforik, hampa, bersalah, terpesona, sia-sia, rendah diri, takut
atau bingung. Mood dapat labil, berfluktuasi, atau berganti dengan cepat antara dua
ekstrim.1
Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat dari
ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah kisaran perilaku ekspresif. Afek dapat
dideskripsikan sebagai kisaran normal, menyempit, tumpul, datar. Dalam kisaran afek
yang normal dapat variasi ekspresi wajah, nada suara, pergerakan tangan dan tubuh.
c. Karakterisitik dan gaya bicara
Laporan ini mendeskrisikan karakteristik fisik gaya bicara, gaya bicara dapat
dideskripsikan berdasarkan kuantitas, laju produksi, dan kualitasnya. Pasien dapat
dideskripsikan banyak bicara, cerewet, fasih, pendiam, tidak spontan atau terespon
normalterhadap pertunjuk dari wawancara. Gaya bicara dapat cepat, lambat, tertekan,
tertahan, emosional, dramatis, monoton, keras, berbisik, cadel, terputus-putus, atau
bergumam1
d. Persepsi
Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau lingkungannya,
dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang terlibat contohnya auditorik,
visual, olfaktorik atau taktil. Tanyakan apakah pasien pernah mendengar suara-suara
atau bunyi-bunyian lain yang tidak didengar orang lain, sensai yang tidak dirasakan
orang lain, pemandangan atau hal yang tidak dilihat orang lain.1
e. Isi pikir dan kecenderungan mental
Pikiran dapat dibagi menjadi dua yaitu isi dan poses. Proses menunjuk pada cara
seseorang menyatukan ide dan asosiasi, yaitu bentuk kerangka pikiran sesorang.
Proses pikir, pasien dapat memiliki ide yang banyak atau miskin ide, dapat terjadi
proses pikir yang cepat, bisa juga ekstrim, cara berpikir lambat, atau tertahan. Pikiran
dapat samar-samar atau kosong. Apakah pasien benar-benar memberikan jawaban
terhadap pertanyaan yang diajukan, dan apakah pasien mampu berpikir ke arah
tujuan, jawaban yang relevan atau tidak. Apakah pasien memiliki asosiasi longgar
(contohnya, apakah ide yang diungkapkan tampak tidak berhubungan atau
berhubungan secara idiosikratik)? Gangguan kontinuitas pikir meliputi pernyataan
yang bersifat tangensial, sirkumstansial, meracau, suka mengelak, atau perseveratif.
Blocking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum ide itu selesai
diungkapkan. Sirkumstansialitas mengisyaratkan hilangnya kemampuan berpikir yang
mengarah kertujuan, dalam mengemukakan suatu ide, pasien menyertakan banyak
detail yang tidak relevan dan komentar tambahan namun pada akhirnya kembali ke
ide semula. Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang
merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti pikiran tangesial
yang dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal dan internal yang tidak relevan dan
tidak pernah kembali ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word
salad (hubungan antarpemikiran yang tidak dapat dipahami atau inkoheren), classing
association (asosiasi berdasarkan rima), punning (assosiasi berdasarkan makna
ganda), neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien melalui kombinasi
atau pemadatan kata-kata lain).1
Isi pikir. Gangguan isi pikir meliputi waham (keyakinan yang tak sesuai dengan
realitas tak sejalan dengan intelegensi dan latar belakang budaya, dipertahankan terus
tak bisa dikoreksi), preokupasi (kecenderungan terhadap ide tertentu), obsesi(pikiran
yang menetap secara patologik dan tak tertahankan, disadari dan berkaitan dengan
ansietas), kompulsi (hal yang dikerjakan berulang-ulang, dalam suatu repetisi, dan
dengan urutan tertentu). Apakah pasien punya fobia, rencana, niat, ide berulang
mengenai bunuh diri, gejala hipokondriakal, dan antisosial.1
f. Sensorium dan Kognisi
Bagian ini berusaha mengkaji fungsi organik dan intelegensi pasien, kemampuan
berfikir abstrak. Serta derajat tilikan dan daya nilai.1
Kesadaran. Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan
organik pada otak. Kesadaran fungsional individu untuk mengadakan relasi dan
limitasi terhadap lingkungannya melalui pancaindera. Kesadaran sensorium
(neurologik) keadaan fungsi kognitif dan indera khusus. Kesadaran psikiatrik
(kwalitatif) persepsi yang dipengaruhi oleh emosi dan pikiran seseorang. Kesadaran
psikiatris tampak tak terganggu; tampak biasa, wajar, tenang, tidak ada sikap atau
perilaku aneh. Kesadaran pskitari tampak terganggu yaitu perilaku kacau, katatonik.
Orientasi dan Memori. Gangguan orientasi biasanya berdasarkan waktu, tempat dan
orang. Fungsi ingatan biasanya dibagi menjadi 4 area, yaitu ingatan jangka panjang,
menengah dan pendek serta retensi ingatan dan pengingatan segera. Jangka panjang
data masa kanak-kanak, peristiwa penting yang diketahui terjadi saat pasien berusia
muda dan bebas penyakit, masalah pribadi dan materi yang netral; Jangka menengah
beberapa bulan terakhir; Jangka pendek beberapa hari terakhir, apa yang dilakukan
kemarin, sehari sebelumnya; retensi memori dan pengingatan segera kemampuan
untuk mengulang enam angka yang ditekankan pemeriksa. Seringkali pada gangguan
kognitif, ingatan jangka pendek terganggu lebih dulu dan ingatan jangka panjang
terganggu belakangan
Konsentrasi dan perhatian. Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai
alasan. Gangguan kognitif, ansietas, depresi dan stimulus internal, seperti halusinasi
auditorik dan semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi.
Pikiran abstrak. Pikiran abstrak adalah kemampuan untuk menangani konsep-
konsep. Pasien mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani
ide.
Informasi dan intelegensi. Bila dicurigai adanya kemungkinan gangguan kognitif,
apakah pasien mengalami kesulitan dalam tugas mental, seperti menghitung
kembalian uang. Tingkat pendidikan pasien dan status ekonomi harus
diperhitungkan.1
g. Impulsivitas
Pengkajian mengenai impuls penting untuk memastikan kesadaran pasien akan
perilaku sosial yang pantas dan merupakan ukuran potensi bahaya pasien terhadap
dirinya sendiri dan orang lain. Pasien mungkin tidak mampu mengendalikan impuls
akibat suatu gangguan kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek
karakter yang kronik seperti yang dijumpai pada gangguan kepribadian.1
h. Daya Nilai dan Tilikan
Daya nilai. Mengkaji aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial.
Daya nilai sosial ; manifestasi nyata perilaku yang membahayakan pasien dan
bertentangan dengan perilaku yang diterima di masyarakat. Daya nilai dengan
pengujian ; prediksi pasien tentang apa yang akan dilakukannya pada situasi imajiner.
Tilikan. Tingkat kesadarandan pemahaman pasien akan penyakitnya. Tilikan
intelektual tampak ketika pasien mampu mengakui bahwa dirinya sakit dan menyadari
bahwa kegagalan mereka dalam beradaptasi sebagian disebabkan oleh perasaan
mereka sendiri yang tidak rasional tanpa mampu mengatasinya. True insight
pengertian akan realitas objektif dari suatu situasi disertai dengan motivasi dan
cetusan emosi untuk mengatasinya. Impaired Insight berkurangnya kemamouan untuk
1
mengerti realitas objektif dari suatu situasi.

Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik
Sifat keluhan pasien penting untuk menentukan dibutuhkan atau tidaknya suatu pemeriksaan
fisik lengkap.

Pemeriksaan Fisik Umum


1. Suhu.
2. Tekanan darah
3. Nadi
4. Frekuensi napas
5. Kesadaran

Pemeriksaan Fisik Khusus

Mata, telinga, hidung dan tenggorok

Ketajaman visual, diplopia, gangguan pendengaran, tinitus, glositis, dan gangguan


pengecapan termasuk dalam wilayah ini. Pasien dalam pengobatan antipsikotik yang
melaporkan riwayat kedutan di sekitar mulut atau gerakan lidah yang mengganggu mungkin
berada pada tahap awal diskinesia tardif dan potensial reversibel. Penglihatan terganggu
dapat akibat tioridazin dosis tinggi. Adanya riwayat glaukoma merupakan kontraindikasi
pemberian obat-obatan yang memiliki efek antikolinergik. Afonia dapat bersifat histerikal.
Stadium akhir penyalahgunaan kokain dapat menyebabkan perforasi septum nasi dan sesak
napas. Episode dipoplia mungkin menandakan skelerosis multipel. Gangguan waham lebh
sering terjadi pada orang dengan gangguan pendengaran dibanding dengan orang normal.1

Sistem Kardiovascular

Takikardi, palpitasi dan aritmia jantung adalah tanda ansietas yang paling sering dikeluhkan
pasien. Feokromostioma biasanya menimbulkan gejala yang menyerupai gangguan ansietas,
seperti detak jantung yang cepat, tremor, dan pucat. Pasien dengan kecurigaan penyakit
jantung sebaiknya menjalani pemeriksaan elektrokardiogram sebelum diberikan obat-obatan
trisiklik dan lithium. Riwayat nyeri substernal harus diperiksa dan dokter harus senantiasa
ingat bahwa nyeri substernal harus diperiksa dan ingat bahwa stress psikologik dapat memicu
nyeri dada tipe angina pada arteri koroner yang normal.1

Sistem Gastrointestinal
Penjelasan bagian ini mencakup topik seperti nafsu makan, perasaan menderita sebelum dan
sesudah makan, pilihan makanan, diare, muntah, konstipasi, penggunaan pencahar, dan nyeri
abdomen. Riwayat penurunan berat badan sering dijumpai pada gangguan depresif, namun
depresif dapat menyertai penurunan berat badan yang disebabkan oleh kolitis ulseratif,
enteritis regional, dan kanker. Anoreksia nervosa disertai dengan penurunan berat badan yang
sangat banyak dengan selera makan yang normal. Penyalahgunaan pencahar dan muntah
yang diinduksi lazim ditemui pada bulimia nervosa. Konstipasi dapat disebabkan oleh
ketergantungan opioid serta obat psikotropika yang mempunyai efek samping antikolinergik.
Penyalahgunaan kokain atau amfetamin menyebabkan hilangnya nafsu makan dan
penurunan berat badan. Penambahan berat badan dapat terjadi dalam keadaan stress atau
dalam kaitannya dengan depresi atipikal. 1

Pemeriksaan Neurologis

Selama proses anamnesis , tingkat kesadaran dan atensi pasien terhadap detil pemeriksaan,
pemahaman, ekspresi wajah, cara bicara, postur dan cara berjalan perlu diperhatikan.
Pemeriksaan neurologis dilaksanakan dengan senantiasa mengingat dua tujuan untuk
memperoleh tanda yang mengarah adanya disfungsi serebri fokal yang berbatas tegas serta
untuk memperoleh tanda yang mengisyaratkan adanya penyakit serebri difus bilateral. Tujuan
pertama dicapai melalui pemeriksaan neurologis rutin, yang terutama dirancang untuk
mengungkapkan asimetri fungsi motorik, persepsi, dan reflex pada kedua sisi tubuh yang
disbebakan oleh penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk
memperoldeh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau penyakit
lobus frontal. Tanda ini meliputi reflek menghisap, mencucur, palmomental, dan refleks
gangguan genggam serta menetapnya repon terhadap ketukan di dahi.1 Pemeriksaan sensorik
permukaan ventral dilakukan seperti biasa; jika perlu untuk menetukan persepsi sensorik
dorsal, dan pada apasien dapat dicurigai mempunyai lesi medula spinalis, pasien dapat
diputar ke sisinya dengan bantuan asisten. 1

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, urin dan yang sesuai
dengan keluhan pasien. Pemeriksaan darah dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat
gangguan organik dan menilai komplikasi. Selain itu dapat juga dilakukan uji yang lain yaitu:

Uji Fungsi Tiroid


Tersedia beberapa uji fungsi tiroid tiroksin (T4) dan Tiroid Stimulating Hormon (TSH). Uji
fungsi tiroid digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan hipertiroid dan hipotiroid yang
dapat muncul dengan gejala depresi.1

Uji Fungsi Ginjal

Bersihan kreatinin mendeteksi kerusakan ginjal secara dini dapat dipantau secara serial untuk
mengikuti perjalanan penyakit ginjal.1

Uji Endokrin Lain

Banyak hormon lain yang memengaruhi perilaku. Pemberian hormon secara eksogen telah
terbukti memengaruhi perilaku dan penyakit endokrin yang telah dikenal menyebabkan
gangguan mental. Selain hormon tiroid, hormon tersebut meliputi hormon prolaktin hipofisis
anterior, hormon pertumbuhan, somatostatin, hormon pelepas gonadotropin, serta steroid
1
seks-luteinizing hormone, follicle-stimulating hormone, testosteron, estrogen.

Elektrokardiogram

Elektrokardiogram merupakan manifestasi gelombang depolarisasi dan repolarisasi jantung


pada permukaan tubuh. Gelombang P mencerminkan aktiviras atrium; komplek QRS
mencerminkan aktivitas ventrikel; dan gelombang T bertepatan dengan repolarisasi
ventrikel.3

Endoskopi

Endoskopi merupakan suatu alat yang digunakan untukmemeriksa organ di dalam tubuh
manusia. Pemeriksaan endoskopi untuk mendiagnsis kelainan-kelainan organ di dalam tubuh
antara lain saluran pencernaan, saluran perkemihan, rongga mulut, rongga abdomen, dan lain-
lain.4

Evaluasi Multiaksial

DSM IV-TR merupakan suatu sistem multiaksial yang mengevaluasi pasien menurut
sejumlah variabel dan mengandung lima aksis. Aksis I dan Aksis II meliputi seluruh
klasifikasi gangguan mental: 17 klasifikasi mayor dan lebih dari 300 gangguan spesifik dalam
banyak kasus, pasien mengalami gangguan pada kedua aksis tersebut.
Aksis I. Aksis I terdiri dari gangguan klinis dan kondisi lain yang menjadi fokus perhatian
klinis.1

Aksis II. Aksis II terdiri dari gangguan kepribadian dan retardasi mental. Kebiasaan
penggunaan mekanisme defensi tertentu dapat ditayakan pada aksis II.1

Aksis III. Aksis III mencatat adanya gangguan fisik atau kondisi medis umum lain yang
muncul selain gangguan mental. Kondisi fisik tersebut dapat bersifat kausatif (contohnya
gangguan ginjal menyebabkan derilium), akibat dari suatu gangguan mental (misalnya
gastritis alkohol sekunder terhadap suatu ketergantungan alkohol), atau tidak berhubungan
dengan gangguan mental.1

Aksis IV. Aksis IV digunakan untuk mengkode masalah gangguan sosial dan lingkungan
yang secara signifikan berperan dalam timbulnya atau eksaserbasi gangguan saat ini. Evaluasi
stresor didasarkan pada pengkajian dokter terhadap stress akibat stressor psikososial yang
akan dialami oleh orang pada umumnya dengan norma sosiokultural dan situasi yang sama.
Penilaian ini didasarkan pada besarnya perubahan yang ditimbuljan oleh stressor dalam
kehidupan orang tersebut, derajat sampai sejauh mana kejadian tersebut masih diinginkan dan
berada di bawah kendali orang tersebut, serta jumlha stressor. Stressor dapat bersifat positif
(misalnya kenaikan jabatan) dan negatif (misalnya kehilangan orang yang dicintai). Informasi
mengenai stressor mungkin berperan penting dalam memformulasi rencana terapi yang
mencakup upaya untuk menghilangkan stressor psikosossial atau membantu pasien
mengatasinya.1

Aksis V. Aksis V berupa skala pengkajian fungsi secara umum yang digunakan dokter untuk
menilai tingkat kemampuan pasien untuk berfungsi secara keseluruhan selama waktu tertentu
(contohnya tingkat kemampuan pasien untuk berfungsi selama setidaknya beberapa bulan
dalam setahun terakhir). Kemampuan untuk berfungsi dianggap merupakan gabungan tiga
area mayor berfungsi secara sosial. Berfungsi secara okupasional dan berfungsi secara
psikologis. Skala Global Assessment of Functioning (GAF), berdasarkan kesinambungan
antar kesehatan mental dengan penyakit mental, merupakan skala dengan nilai dari 0-100,
100 menggambarkan tingkat tertinggi kemampuan berfungsi dalam semua area. Orang
dengan tingkat kemampuan berfungsi yang tinggi sebelum mengalami episode suatu
penyakit umumnya memiliki prognosis yang lebih baik dibanding mereka yang memiliki
tingkat kemampuan berfungsi rendah.1
Working Diagnosis

Gangguan somatisasi ditandai dengan banyak gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan
dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium. Ganguan ini biasanya pada
usia sebelum 30 tahun , dapat berlanjut hingga tahunan dan dikenali menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) sebagai”kombinasi gejala nyeri,
gastrointestinal, seksual, serta pseuodoneurologis”. Gangguan somatisasi berbeda dengan
gangguan somatoform lainnya karena banyaknya keluhan dan banyaknya sistem organ yang
terlibat (contohnya gastrointestinal dan neurologis). Gangguan ini bersifat kronis dan disertai
dengan penderitaan psikologis yang signifikan, hendaya fungsi sosial dan pekerjaan, serta
perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.1,5

Untuk diganosis gangguan somatisasi, DSM-IV-TR mengharuskan awitan gejala sebelum 30


tahun. Selama jalanan gangguan, pasien harus memiliki keluhan sedikitnya, empat gejala
nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu gejala pesudoneurologis, yag
seluruhnya tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium.1

Tabel 1. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Somatisasi1

A. Banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 taun yang terjadi selama sutau periode
beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau hendaya fngsi sosial, pekerjaa
atau area fungsi penting lain yang signifikan.
B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi dengan setiap gejala terjadi pada
waktu kapanpun dan selama perjalanan gangguan:
(1) Empat gejala nyeri: riwayat nyeri berkaitan dengan sedikitnya empat tempat dan
fungsi yang berbeda (contoh: kepala, abdomen, punggung, sendi, ekstreitas, dada,
rektum, selama mentruasi, selama hubungan seksual, atau selama berkemih
(2) Dua gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya dua gejala gastrointestinal selain
nyeri (contoh: mual, kembung, seksual muntah, selain selama hamil, diae atau
intoleransi terhadap beberapa makanan berbeda)
(3) Satu gejala seksual: riwayat sedikitnya satu gejala atau reproduksi selain nyeri
(contoh: ketidakpedulain terhadap seks, disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi
tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang hamil
(4) Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya satu gejala atau defisit yang
mengesankan keadaan neurologis tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti
gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, kesulitan
menelan atau benjolan di tonggorok, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi raba atau nyeri, penglihatan ganda, buta, tuli, kejang, gejala disasosiatif
seperti amnesia, atau hilangnya kesadara selain pingsan)
C. Baik (1) atau (2) :
(1) Setelah penelitian yang sesuai, setiap gejala kriteria B tidak dapat dijelaskan
secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau efek langsung suatu
zat (contoh: penyalahgunaan obat, pengobatan)
(2) Jika terdapat keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau
pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
malingering)
Gambaran klinis pasien dengan gangguan somatisasi memiliki banyak keluhan somatik dan
riwayat medis yang rumit dan panjang. Mual dan muntah, kesulitan menelan, nyeri di lengan
dan tungkai, napas pendek tidak berkaitan dengan olahraga, amnesia, dan komplikasi selama
kehamilan serta menstruasi adalah gejala yang paling lazik ditemui.1 Diagnosis gangguan
somatisais digunakan untuk individu-individu yang bbanyak mengalami keluhan somatik,
berulang-ulang dan berlangsung lama, yang jelas bukan karena sifat fisik yang aktual.
Individu-individu dengan gangguan ini menolak pandangan bahwa penyebab dari keluhan-
keluhan mereka adalah faktor psikologis dan mereka tetap mencari pengobatan medis.5
Gejala pseudoneurologis mengesankan, tetapi tidak patognomonik, untuk adanya gangguan
neurologis. Penderitaan osikologis dan masalah interpersonal menonjol pada gangguan ini:
ansietas dan depresi adalah keadaan psikiatri yang paling sering. Ancaman bunuh diri lazim
ada tetapi bunuh diri yang sesungguhnya jarang terjadi. Jika bunuh diri biasanya sering
terkait dengan penyalahgunaan zat. Pasien secara klasik, tapi tidak, selalu, menggambarkan
keluhan dengan cara yang dramatik, emosional, dan berlebihan dengan bahasa yang jelas dan
berwarna; mereka dapat bingung dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan secara
jelas gejala saat ini dan yang lalu. Pasien perempuan dengan gangguan somatisasi dapat
berpakaian dengan cara ekshibisionistik. Pasien dianggap sebagai seseorang yang tidak
mandiri, terpusat pada diri sendiri, haus pemujaan dan manipulatif. 1,5
Different Diagnosis

Psikosomatik

Kedokteran psikosomatik menganggap faktor psikologis penting di dalam timbulnya semua


penyakit.; meskipun demikian peranannya di dalam predisposisi, mulainya, perkembangan
atau perburukan suatu penyakit. Pada sejumlah kasus, stress dapat mencetuskan atau
memperburuk gangguan. Hampir semua sistem organ tubuh dapat terkena dan gangguan yang
disebutkan bersifat representatif dan bukan definif. Pada gangguan psikosomatik tedapat
beberapa gangguan spesifik:1

1. Penyakit Gatroesofagus Reflux Disease (GERD)


GERD merupakan gangguan esofagus yang paling lazim ditemukan dan berperan
pada sebagian besar konsumsi antasid yang dijual bebas. Gejala yang dominan adalah
nyeri ulu hati yang dapat disertai dengan regurgitasi dan nyeri.
2. Penyakit ulkus lambung
Ulkus lambung dapat mengacu pada ulserasi mukosa yang meliputi lambug bagian
distal dan duodenum bagian proksimal. Gejala penyakit ulkus lambung mencakup
rasa nyeri atau perih epigastrium seperti terbakar yang terjadi 1 sampai 3 jam setelah
makan dan diredakan dengan makanan atau antasid. Gejala yang mnyertai dapat
mencakup mual, muntah, dispepsia, atau tanda perdarahan gastrointestinal seperti
hematemesis dan melena.
3. Penyakit Jantung Koroner
Gangguan psikiatrik sering terjadi sebagai komplikasi atau keadaan komorbid orang
dengan penyakit kardiovascular. Depresi, ansietas, delirium, dan gangguan kognitif
terutama sering terjadi. Karena pengaturan jantung otonom sangat sensitif terhadap
stres emosional akut sepertu kemarahan besar, rasa takut atau sedih, tidak megejutkan
jika emosi tiba-tiba, terutama ansietas memperngaruhi jantung.
Keadaan takut dan kemarahan akut menurunkan aliran darah melalui segmen koroner
aterosklerotik dan mncetuskan spasme koroner, sehingga menyebabkan gerakan
dinding ventrikel kiri yang abnormal serta bukti elektrokardiografik adanya iskemia
miokardium. Stress mental akut dapat menyebabkan angina saat adanya arteria
koronaria yang normal, sebagai akibat spasme arteria koronaria.
Stressor

1. Organobiologik.
Sejumlah studi mengemukakan bahwa pasien memiliki perhatian yang khas dan
hendaya kognitif yang menghasilkan persepsi dan penilaian input somatosensorik
yang salah. Sejumlah studi pencitraan otak melaporkan adanya penurunan
metabolisme lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Data genetik menunjukkan
bahwa gangguan somatisasi dapat memiliki komponen genetik. Penelitian sitokin,
suatu area baru studi ilmu neurologi dasar, dapat relevan dengan gangguan somatisasi
dan gangguan somatoform lain. Sitokin adalah molekul pembawa pesan yang
digunakan sistem imun berkomunikasi di dalam dirinya dan dengan sistem saraf,
termasuk otak. Contoh sitokin adalah interleukin, faktor necrosis tumor, dan
interferon. 1
2. Psikososial
Faktor psikosiosial melibatkan interpretasi gejala sebagai komunikasi sosial,
akibatnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau
menyimbolkan suatu perasaan atau keyakinan. Perspektif perilaku pada gangguan
somatisasi menekankan bahwa pengajaran orang tua, contoh dari orang tua, dan adat
istiadat dapat mengajari beberapa anak untuk lebih melakukan somatisasi daripada
oranglain. 1

Penatalaksanaan

Non-framakologik

Gangguan somatisasi paling baik diterapi ketika pasien memilki satu dokter utamanya. Ketika
lebih dari satu klinisi, pasien memiliki kesempatan lebih untuk mengekspresikan keluhan
somatiknya. Dokter harus mengatur jadwal pertemuan teratur dengan onterval satu bulan
sekali, dan harus memberikan respon pada keluhan somatiknya. Setelah diagnosis somatisasi
ditegakan maka dokter harus mendengar keluhan somatisasi pasien namun bukan sebagai
keluhan fisik melainkan sebagai ekspresi emosi. Meskipun penyakit sungguhan dapat benar
terjadi, oleh karena itu harus dinilai gejala mana yang harus diperiksa. Pelayanan primer
untuk gangguan somatisasi adalaah meningkatkan kesadaran pasien akan kemungkinan faktor
psikologis terlibat. Pada lingkungan psikoterapi, pasien dibantu beradaptasi dengan
gejalanya, mengekspresikan emosi yang mendasari dan membangun strategi alternatif untuk
mengekspresikan perannya.1
Farmakologi

Memberikan obat psikotropik ketika gangguan somatoform timbul bersamaan dengan


gangguan mood atau gangguan ansietas selalu memiliki resiko, tetapi juga diindikasikan
terapi psikofarmakologi dan terapi psikoterapeutik pada gangguan yang timbul bersamaan.
Obat harus diawasi karena cenderung pasien dengan somatisasi menggunakan obatnya
dengan tidak teratur dan tidak dapat dipercaya.1

Kesimpulan

Hipotesis diterima bahwa pasien dengan kelihan utama yang bermacam-macam tapi
pemeriksaan fisik normal mengalami gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi adalah
gangguan yang bersidat kronis dan sering membuat tak berdaya. Gejala harus mulai sebelum
usia 30 tahun dan sudah beberapa tahun dan sesuai dengan DSM-TR-IV. Penatalaksanaan
bersifat psikoterpeutik dan psikofarmakologi.

Daftar Pustaka

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan dan Sadock; buku ajar psikiatri klinis. Ed 2. Jakarta:
EGC. 2010. h.
2. Willms JL, Schneiderman H, Algranati PS. Diagnosis fisik: evaluasi diagnosis dan
fungsi di bangsal. Jakarta : EGC. 2005. H.572-3 .
3. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Kumpulan kuliah farmakologi. Jakarta:
EGC. 2009. H. 393
4. Priyanto A, Lestari S. Endoskopi gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika. 2009.h.
13
5. Semiun Y. Kesehatan Menta. Yogyakarta: Canisius. 2006. H. 378-80

Вам также может понравиться

  • Otot
    Otot
    Документ3 страницы
    Otot
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Otot
    Anatomi Otot
    Документ11 страниц
    Anatomi Otot
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Karvas
    Anatomi Karvas
    Документ22 страницы
    Anatomi Karvas
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Makalah Referat Epilepsi
    Makalah Referat Epilepsi
    Документ28 страниц
    Makalah Referat Epilepsi
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Traktus Uvealis dan Jalur Penglihatan (40
    Traktus Uvealis dan Jalur Penglihatan (40
    Документ13 страниц
    Traktus Uvealis dan Jalur Penglihatan (40
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Pernapasan
    Anatomi Pernapasan
    Документ20 страниц
    Anatomi Pernapasan
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Saraf
    Anatomi Saraf
    Документ11 страниц
    Anatomi Saraf
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Referat Epilepsi
    Referat Epilepsi
    Документ40 страниц
    Referat Epilepsi
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Otot
    Anatomi Otot
    Документ11 страниц
    Anatomi Otot
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anamnesis: Pendahuluan
    Anamnesis: Pendahuluan
    Документ15 страниц
    Anamnesis: Pendahuluan
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Документ54 страницы
    Laporan Kasus
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Mata
    Anatomi Mata
    Документ14 страниц
    Anatomi Mata
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Referat Asam Sulfat
    Referat Asam Sulfat
    Документ12 страниц
    Referat Asam Sulfat
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • DETEKSI KERUHAN LENSA
    DETEKSI KERUHAN LENSA
    Документ10 страниц
    DETEKSI KERUHAN LENSA
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Mata
    Anatomi Mata
    Документ13 страниц
    Anatomi Mata
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Ptiriasis Vesikolor
    Ptiriasis Vesikolor
    Документ19 страниц
    Ptiriasis Vesikolor
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Mata
    Anatomi Mata
    Документ13 страниц
    Anatomi Mata
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Traktus Uvealis dan Jalur Penglihatan (40
    Traktus Uvealis dan Jalur Penglihatan (40
    Документ13 страниц
    Traktus Uvealis dan Jalur Penglihatan (40
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus KPD
    Laporan Kasus KPD
    Документ46 страниц
    Laporan Kasus KPD
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Keracunan Asam Sulfat
    Keracunan Asam Sulfat
    Документ19 страниц
    Keracunan Asam Sulfat
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Referat Asam Sulfat
    Referat Asam Sulfat
    Документ12 страниц
    Referat Asam Sulfat
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Anatomi Mata
    Anatomi Mata
    Документ14 страниц
    Anatomi Mata
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Referat Dini
    Referat Dini
    Документ26 страниц
    Referat Dini
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Referat Pitiriasis Versikolor
    Referat Pitiriasis Versikolor
    Документ17 страниц
    Referat Pitiriasis Versikolor
    Mega Dwi Yuanita
    Оценок пока нет
  • Referat HNP Cervical
    Referat HNP Cervical
    Документ21 страница
    Referat HNP Cervical
    Milka Milka
    Оценок пока нет
  • Clavus
    Clavus
    Документ23 страницы
    Clavus
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Hiperemesis Gravidarum
    Laporan Kasus Hiperemesis Gravidarum
    Документ30 страниц
    Laporan Kasus Hiperemesis Gravidarum
    GabrielEnricoPangarian
    Оценок пока нет
  • 1680 2374 1 PB PDF
    1680 2374 1 PB PDF
    Документ7 страниц
    1680 2374 1 PB PDF
    Wulandari Umar
    Оценок пока нет
  • Jurnal Tari
    Jurnal Tari
    Документ19 страниц
    Jurnal Tari
    Haya Harareed
    Оценок пока нет
  • Jurnal Distosia Bahu
    Jurnal Distosia Bahu
    Документ5 страниц
    Jurnal Distosia Bahu
    rhoanyufa
    Оценок пока нет