kesekolah. Jarak sekolahnya dengan rumah hanya 10 menit menggunakan bus. Pukul setengah 6 NK keluar dari rumahnya, matahari saja masih malu-malu menampakan dirinya. "Selamat pagi Vel" sapa NK kepada sahabatnya sejak TK. "Pagiii, bus nya lama ya." Kata Avel berbasa-basi. "Iya nih, padahal aku sudah ingin cepat sampai ke sekolah" jawab NK. "Hayooo mau ngapain?" Tanya Avel setengah menggoda. "Piket pikeett." Jawab NK sambil tersenyum. "Uh alasan" sanggah Avel setengah tertawa karena tentu saja dia tahu kebiasaan baru sahabatnya itu. Sesampainya di sekolah, nampak seorang pria yang di bajunya terpampang sebuah nama ND yang menanti NK di depan gerbang . "Selamat pagi kempot" sapanya. "Pagi" jawab NK sambil tersenyum. “Kamu senyum aku deg-deg an tau gak?” ucap ND. “apaan sih kak?” sanggah NK. “oh iya hari ini aku piket. Aku balik ke kelas dulu ya. Semangat sekolah” pamit NK. “siap pot” jawab ND. Dekat dengan kakak kelas membuat NK semakin lebih percaya diri dan membuatnya semangat belajar karena bisa dibilang ND tergolong anak unggulan. Teng-teng-teng... bel tanda pulang sekolah berbunyi. Nampak NK masih di dalam kelas bersama dengan teman-temannya sambil bercengkrama. “nin kamu dari tadi ngomong apa sih? Aku ga mudeng” ucap NK dengan tatapan polos. “uluh uluh dede polos banget sih” goda Nanda. “huh dasar lemot lemot lemot” teriak Nina sambil tertawa terbahak-bakah. “oh ya maaf” jawab NK lalu terdiam. Tak jarang NK mendengar kata-kata itu terlontarkan dari mulut mungil Nina. Hal itu terjadi sejak tahun ajaran kemarin saat mereka menampilkan sebuah drama yang dimana NK berperan sebagai anak yang bisa dibilang telat mikir. Hatinya sudah terbiasa. Namun kali ini entah mengapa matanya terasa panas. Wajahnya memerah, menahan segala rasa kecewa yang NK rasakan. Dia merasa seolah bahwa Nina tak sengaja membuat hatinya kecewa. Namun, jika memang begitu mengapa ia melakukannya setiap hari? Tanya NK dalam hati. Tak terasa air matanya mulai terjatuh dan membasahi pipinya. Hatinya sungguh terasa sakit seolah dia baru saja merasakan putus cinta, namun ini tentu saja lebih menyakitkan. Membuka ponselnya, NK menemukan banyak pesan dari sahabat-sahabatnya maupun dari ND. Tanpa berpikir panjang, NK menceritakan semua kejadian hari ini kepada ND dan satu sahabatnya yang paling dia percaya yaitu Nanda. ND hanya merespon biasa saja. Berbeda dengan Nanda yang menyarankan NK untuk jangan terlalu di ambil hati karena Nanda dan NK tentu saja sudah tahu akan sifat buruk Nina yang satu itu. Akan tetapi tak mudah bagi NK karena dia bukan anak yang dapat mengabaikan segala perkataan orang di sekitarnya apalagi salah satu orang yang terpenting di hidupnya yaitu sahabatnya. Keesokan paginya di sekolah, entah mengapa Nina menjauh dari NK. Tentu saja NK bingung karena dia hanya menceritakan hal tersebut dengan Nanda dan ND yang pasti tidak akan memarahi atau berkata kasar kepada Nina. Tak takut NK bertanya kepada Nina, “Nin kamu kenapa sih hari ini?” dengan wajah kesal Nina menjawab “Tanya aja sana sama kakak kesayanganmu itu.” Jawab Nina ketus dan langsung pergi ke kelasnya yang tentu saja sebelahan dengan kelas NK. “loh kenapa?” NK bertanya dengan air muka kebingungan sambil setengah berteriak, namun tentu saja tak digubris oleh sahabatnya itu. Sesampainya di rumah, NK langsung membuka ponselnya dan bertanya kepada ND karena tadi di sekolah dia tidak sempat menemuinya. “kak, kakak bilang ya sama Nina tentang masalahku?” kata NK penuh rasa tanda tanya. “iya lah, kasian kamu kalo kaya gitu.” Jawabnya enteng. ND memang memiliki karakter yang sangat dingin namun bisa jadi sangat perhatian. “ya lain kali jangan gitu ya kak, aku bisa selesaikan sendiri” pinta NK. “ya” jawab ND singkat karena merasa terabaikan rasa keperduliannya. “makasih kakak manis” jawab NK sedikit mencairkan suasana. Di sekolah saat jam istirahat pertama, NK sudah tidak tahan lagi akan sikap Nina. NK mencoba menemuinya sekali lagi, kali ini NK bersama dengan Nanda sebaga penengah. “Nin, jangan gini tolong. Maafin kak ND ya. Dia ga bermaksud bikin kamu sakit hati.” Kata NK dengan wajah memelas. “iya nin, lagian kalian itu sahabatan tapi kok yang satu tersinggungan yang satu ngomongnya gak liat perasaan sahabatnya.” Ucapan Nanda sungguh seperti sambal pedas yang enak didengar karena itu memang kenyataannya namun pedasnya cukup membangunkan NK dan Nina akan sifat kekanak-kanakan mereka berdua. “iya iya Nda.” Jawab NK dan Nina bersamaan. “NK, maafin aku ya. Aku gak bermaksud bikin kamu sakit hati. Kalau yang masalah kak ND jujur aku masih ga terima, tapi aku jadi tau rasanya jadi kamu.” Tutur Nina. “iya gapapa Nin, maafin aku juga yang udah terlalu bersifat kekanak-kanakan” ucap NK penuh sesal. “jadi kalian baikan nih? Yakin? Trus Nin, ngrestuin NK sama kak ND gak nih? Ntar mereka gak jadan-jadian loh” goda Nanda. “apasih Nda” sanggah NK dengan pipi memerah dan menunjuan lesung pipitnya. “nah loh senyum-senyum kan.” Tambah Nanda lagi. “hmmm restuin tidak yaaa?” Nina pun turut menggodanya. “aaaa ninaaaa” terikak NK sambil mencubit pipi Nina. Begitulah, persahabatan mereka. Penuh dengan masalah tapi penuh dengan canda dan tawa. Tak ada yang mereka tutup-tutupi karena mereka yakin bahwa sahabat adalah orang yang dapat menerima segala kelebihan dan kekurangan sahabatnya.