Вы находитесь на странице: 1из 2

Tomat (Tolong, Maaf, Terima Kasih)

Ini cerita seseorang yang dipaksa membuka mulut dengan suara tolong, menunduk malu
dengan maaf, lalu dengan senyum indah berbunyi terima kasih. Ia dipaksa, lalu melakukannya
dengan penuh dosa.

Ini bukan cerita tentang tomat yah. Tapi gak apa sih saya bicara tentang tomat dulu. Tomat
itu mengandung gizi yang banyak walaupun tidak pernah melahirkan. Tomat punya karbo 1%,
protein 2%, lemak kurang dari 1%, vitaminnya banyak banget, vitamin cinta juga ada, soalnya
dia bisa mempercantik kulitmu. Baik untuk mata, terutama mata cowok yang pengen nyari
cewek di remang-remang, atau untuk mencegah anemia saat ketemu calon mertua.
Selengkapnya di halosehat.com. Cari yah, liburan tetep berfaedah.

Lanjut ke topik. Saya dianjurkan (dipaksa terlalu kasar) untuk memakai tolong, maaf, terima
kasih. Waktu di kampus lebih gencar lagi. Tapi tiga kata itu bukan gaya saya. Bukannya saya
tidak sopan, tapi saya jarang mengatakan itu. Karena kadang kata itu hanya sebagai hiasan
saat seseorang bingung mencari kata.

Bahas satu satu ye.

Tolong
Kalo kita ingin meminta bantuan orang lain untuk menutup pintu misalnya, saya sih sering
bilang: “Pintu Pintu Pintu” dengan aksen Flores sedikit. Kalo orang yang belum atau baru
kenal, saya tidak bilang minta tolong, saya berdiri, saya tutup pintunya.

Kalo saya tidak bisa melakukan, saya tarik nafas, yang sabar aja, biarkan pintu itu terbuka.
Jarang saya pakai kata tolong.

Kadang juga, orang-orang pakai kata tolong secara sinis. Lebih jahat lagi yang ini. “Tolong yah,
jaga ketenangan”. Ya ampun, kata yang jelek banget. Bisa diganti “Boleh kecilin suara? Di
sebelah lagi belajar”. Selesai urusan. Atau begini “Tolong semua orang besok membawa bekal
masing-masing”. Itu jelas bukan permintaan tolong, itu perintah, tapi karena ada kata tolong,
dia kira menjadi halus, ternyata enggak, ya tetap perintah.

Tolong menjadi busuk sekarang.

Saya sih tidak suka menambah imbuhan supaya sopan. Saya tetap Subjek Predikat Objek,
tanpa tambahan keterangan yang membuat halus.

Maaf
Ini kata yang paling jarang saya ucapkan, dalam setahun mungkin aku ucapin dua kali
mungkin. Soalnya, maaf ini bukan soal membuka mulut, tapi soal membuka hati untuk
mengikhlaskan.
Saya sih jarang banget begitu, selain itu saya juga jarang sekali merasa tersinggung sehingga
orang tak perlu minta maaf, atau sebaliknya saya berusaha menjaga kelakuan supaya saya
tidak perlu mengucapkan maaf.

Klasik, you will be forgived but I never forget. Dendam itu ada saudara-saudara. Jangan buat
kesalahan. Jangan lagi mengatakan hal yang bukan dari hatimu, maaf salah satunya.

Terima Kasih
Saya merasa aneh kalo temenku berterima kasih ke saya. Memang saya sebagai teman,
sahabat, sudah seharusnya membantu dan berlaku untuk teman. Tidak perlu terima kasih, itu
sudah tugas saya.

Misal, saya bantu nge-print tugas teman, lalu dia bilang terima kasih. Ya gak usahlah. Pertama
saya tidak merasa disibukan, wong bukan saya yang mengerjakan tugasnya, kedua, tugas saya
sebagai teman untuk membantu. Bukan begitu?

Sebaliknya lagi, jika ada yang berlaku baik apda saya, saya tidak bilang terima kasih, saya akan
berusaha mencari kesempatan lain, untuk mengembalikan budi baiknya, walaupun nama dia
bukan budi. Saya akan balas.

Ada lagi yang begini “Besok tolong bawain air minum untuk kelompok yah. Terima kasih”.
Terima kasih nenekmu, saya bahkan belum melakukan apa-apa sudah kamu kasih terima
kasih. Akhirnya, saya harus ikuti kata dia, karena sudah terima kasih.

Terima kasih hanya untuk orang yang barusan kenal atau untuk orang yang ingin terlihat
sopan. Dan akhirnya, TOMAT AKAN MATI KARENA KEBUSUKAN HATIMU.

Tapi, tidak ada salahnya membuka mulut dengan kata itu, agar hidupmu lebih lancar (dengan
menjilat).

Sekian
LR Susilo

Вам также может понравиться