Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ca Mammae didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma ganas yang

berasal dari parenchyma. Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel payudara

yang tidak terkontrol karena perubahan abnormal dari gen yang bertanggung jawab

atas pengaturan pertumbuhan sel (Sitiatava Rizema Putra, 2015). Ca mammae adalah

karsinoma yang berasal dari epitel duktus atau labulus payudara, merupakan masalah

global dan isue kesehatan internasional yang penting (Suyatno & Pasaribu, 2014). Ca

mammae adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan

jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker bisa tumbuh di

dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada

payudara (Medicastore, 2011).

Ca mammae termasuk jenis penyakit ganas yang sangat ditakuti oleh kaum

perempuan karena ca mammae menempati urutan kedua setelah ca serviks. The

American Cancer Society (2008) memperkirakan sekitar 178.000 wanita dan 2.000

pria Amerika didiagnosis terkena kanker payudara setiap tahun. Ca mammae

merupakan penyebab utama kematian perempuan berusia 40-55 tahun (Sitiatava

Rizema Putra, 2015). Insiden kanker payudara terus meningkat, saat ini lebih dari

170.000 kasus ditemukan pertahun. Insidennya bervariasi ditiap negara, tertinggi di

Swedia dengan rata-rata insiden 129,5/100.000 wanita dan terendah di Jepang

37,0/100.000 wanita (International Opportunities in Cancer Management, SRI


Internasional, 2014). Di negara berkembang insiden lebih tinggi di Amerika Selatan,

Karibia, Asia Barat, dan Afrika Utara. Di Indonesia ca mammae merupakan kanker

dengan insiden tertinggi no.1 dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun

insidennya meningkat. Sebagian besar keganasan payudara datang pada stadium

lanjut. Jumlah ca mammae di Indonesia didapatkan kurang lebih 23.140 kasus baru

setiap tahun (200 juta populasi). Muchlis Ramli dkk pada penelitian di RSCM,

mendapatkan stadium IIIA dan IIIB sebanyak 43,4 %, stadium IV sebanyak 14,3 %,

berbeda dengan negara maju dimana ca mammae ditemukan lebih banyak dalam

stadium dini. Ini mungkin karena kurangnya informasi, letak geografis, pendidikan,

banyaknya iklan yang menerangkan tentang pengobatan alternatif, kurangnya alat

diagnostik seperti mamografi, USG dan kurangnya keterampilan tenaga medis dalam

mendiagnosis keganasan payudara (Suyatno & Pasaribu, 2014). Di Rumkital Dr.

Ramelan Surabaya di ruang G II dalam satu tahun mencapai 110 pasien yang terkena

ca mammae, dan pada bulan Maret-Mei 2017 mencapai 30 pasien yang terkena ca

mammae dari jumlah 773 pasien dalam setahun di ruang G II.

Penyebab ca mammae belum diketahui dengan pasti, namun secara garis

besar penyebabnya adalah, kelompok yang petama adalah kegemukan (obesitas),

perokok berat, pecandu alkohol, diet atau pola makanan tidak sehat, kurangnya

olahraga, dan lain-lainnya. Faktor ini dapat diubah, artinya risiko terkena ca

mammae dapat dikendalikan. Kelompok yang kedua adalah genetik atau keturunan

(riwayat keluarga, reproduksi, penyakit payudara sebelumnya, ras, serta etnis),

gender atau kelamin, usia, dan hormon. Faktor ini adalah faktor risiko yang tidak

dapat diubah. Namun, anda tidak perlu khawatir atau cemas karena kedua faktor
tersebut hanyalah faktor risiko yang bisa terjadi dan tidak terjadi. Hal yang paling

penting adalah merawat kesehatan payudara, sehingga terbebas dari serangan tumor

ganas ( Sitiatava Rizema Putra, 2015). Penderita ca mammae baru menyadari bahwa

dirinya terserang kanker payudara setelah timbul rasa nyeri, sakit, ataupun benjolan

tumbuh semakin besar pada jaringan payudaranya.penyebaran langsung terjadi

disepanjang sistem duktus pada tahap awal, sering sekali sebelum terjadi invasi.

Penyebaran intraepitel semacam itu dapat menyebabkan terkenanya banyak duktus

dan lobulus (karsinoma Lobulus). Perluasan ke puting melalui cara ini menyebabkan

penyakit Paget. Invasi lokal dapat pula terjadi kedalam stroma payudara dan

kemudian kedalam kulit diatasnya serta otot pektoralis mayor dibawahnya

(Chandrasoma Taylor, 2012).

Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan paling efektif bagi

kejadian penyakit tidak menular yaitu promosi kesehatan dan deteksi dini. Begitu

pula pada ca mammae, pencegahan yang dilakukan antara lain, pencegahan primer

pada ca mammae termasuk salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan

pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri dari berbagai faktor risiko

dan melaksanakan pola hidup sehat. pencegahan primer ini juga biasa berupa

pemeriksaan SADARI (pemerikasaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin

sehingga bisa memperkecil faktor resiko terkena ca mammae. Pencegahan sekunder.

Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko terkena

kanker payudara. Setiap wanita normal memiliki siklus haid normal merupakan

populasi at risk ca mammae. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan

deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan yaitu,
Screening melalui mamografi. Adapun beberapa cara pencegahan ca mammae yaitu,

kesadaran akan payudara itu sendiri. Perhatikan setiap perubahan pada payudara

menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita, berikan Asi pada bayi.

Beberapa penelitian menunjukan ada hubungan antara pemberian ASI dan

menurunnya risiko perkembangan kanker payudara. Cari tahu riwayat kanker

payudara pada keluarga, menghindari mengkonsumsi alkohol, perhatikan berat badan

(obesitas), olahraga secara teratur, diet sehat, berhenti merokok, hindari stress berat

(Sitiatava Rizema Putra, 2015). Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu

yang telah positif menderita ca mammae. Penanganan yang tepat penderita ca

mammae sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan

memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk

meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan

meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak

berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh

bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium

tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simtomatik dan dianjurkan untuk

mencari pengobatan alternatif.

1.2 Rumusan masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis akan

melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan ca mammae

dengan membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan

keperawatan pada pasien kanker di ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya”.


1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis ca

mammae Post Op MRM hari ke-0 di ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji pasien dengan ca mammae Post Op MRM hari ke-0 di ruangan G

II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan ca mammae Post Op

MRM hari ke-0 di ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

3. Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca mammae Post Op

MRM hari ke-0 di ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

4. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca mammae Post Op

MRM hari ke-0 di ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

5. Mengevaluasi pasien dengan ca mammae Post Op MRM hari ke-0 di

ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan ca mammae Post Op

MRM hari ke-0 di ruangan G II Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4 Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1 Akademis,

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu penegetahuan

khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada pasien Ny. A ca mammae

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi:

1. Bagi pelayanan keperawatan dirumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan

dirumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pasien ca

mammae dengan baik

2. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus pada asuhan

keperawatan pada pasien ca mammae

3. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan pada pasien

ca mammae

1.5 Metode Penulisan


1.5.1 Metode

Metode Diskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau

gejala yang terjadi waktu sekarang yang meliputi studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, perancanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data yang diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien,

keluarga maupun tim medis kesehatan lain.

2. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan,

reaksi, sikap, dan perilaku pasien yang diamati.

3. Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboraturium yang dapat menunjang

menegakkan diagnosa selanjutnya

1.5.3 Sumber Data

1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh dari pasien

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat dengan pasien,

catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan


Yaitu mempelajari buku sumber yang berhubungan dengan judul karya tulis

dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi

kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, abstrak penelitihan, persetujuan komisi

pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi,

daftar gambar dan lampiran.

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub-sub

berikut ini :

BAB 1: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan, manfaat penelitihan dan sistematika

penulisan.

BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut

medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa ca mammae.

BAB 3 : Tinjauan kasus, berisi tentang deskripsi data hasil pengkajian,

diagnosa perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB 4 : Pembahasan, yang berisi perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang ada dilapangan.

BAB 5 : Kesimpulan dan saran, bagian akhir yang terdiri dari daftar

pustaka dan lampiran.

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Вам также может понравиться