Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dalam menunjukan baktinya kepada pencipta sosok Tjokorda Gede Agung Sukawati
merupakan tokoh yang sangat spiritualis. Diberbagai pura yang monumental dan memiliki
ikatan historis dengan Bali selalu ada jejak perjuangannya didalamnya, sebut saja pura
Pedharman Dalem Sukawati, Pura Semeru Agung, ………….
Dan berbagai pura lain seluruh Bali. Semasa hidupnya Tjokorda Gede Agung Sukawati
memang dikenal suka berkelana keberbagai daerah di Bali bahkan luar Bali membangun dan
memugar pura-pura, dialah inisiator dan tokoh sentral yang mampu menggerakkan berbagai
eleman masyakat memberikan kesadaran spiritual pentingnya kepedulian terhadap rumah-
rumah ibadah. Tak jarang Tjokorda Agung Sukawati harus menginap berbulan-bulan
menunggu hingga pura selesai dibangun.
____________________________
Setelah perjalanan ke Singaraja untuk sembahyang. Itulah pertama kalinya Tjokorda Agung
Sukawati melihat pembangunan pura dengan dihiasi patung sebagai dekorasinya, dari
Singaraja kemudian melanjutkan perjalanan menuju pura Pulaki. Dalam perjalanan menuju
pulaki Tjokorda menggunakan mobil dari anak Angkatnya.
Cara bicara Cok Gede memang sangat sederhana, tapi begitu menarik saat orang-orang
mendengar apa yang ia katakan, dalam pembicaraannya yang lebih banyak berbicara soal
kebudayaan.
Cok Gede Sukawati sangat dekat dengan beberapa pelukis saat itu, salah satunya bernama
Bonet, begitu akrab seperti saudara, mereka saling mengunjungi tempat tinggal masing-
masing. Walaupun berteman dengan warga asing, tapi Cok Gede Sukawati sangat menentang
penjajahan. Karena seorang budayawan, itulah mengapa ada beberapa warga asing tertarik
untuk berteman.
Selain beberapa pelukis, Cok Gede pun akrab dan memiliki hubungan baik dengan Soekarno,
seperti cara Soekarno memanggil Cok Gede dengan sebutan “anak muda”. Suatu saat Cok
Gede diundang makan ke istana Tampaksiring, ia melihat lukisan dengan posisi yang miring,
langsung saja lukisan tersebut dibetulkan oleh Cok Gede sambil marah-marah, ia berkata
“Siapa petugas di sini? malu saya melihat lukisan yang dilihat banyak orang, posisinya miring
seperti ini”. Cok Gede juga melihat rayap di istana tampaksiring “rayap bisa merusak koleksi
lukisan disini”
Dengan pakaian dekil, dan tidak mandi Cok Gede datang atas undangan menteri-menteri di
istana Bogor, tapi sejak Soekarno menegurnya, ia mulai lebih memperhatikan
penampilannya, dengan membeli seragam dan mengenakannya. Pada saat itu, di Istana
Bogor, sedang diadakan pertemuan dengan para menteri, saat Cok Gede menginjakan
kakinya, ia langsung mencuri perhatian dan menghentikan pertemuan para menteri tersebut.
Cok Gede yang sebelumnya membangun jembatan bambu datang ke isrtana tersebut untuk
menagih uang kepada presiden Soekarno untuk membangun jembatan dari batu padas.
Pernah suatu ketika Cok Gede bermalam di istana raya Bogor dengan langit bangunan yang
terlalu banyak terdapat permata, membuat ia tidak bisa tidur.
Di setiap ada tamu besar baik lokal hingga tamu Amerika, John F, Kennedy dibuatkan upacara
besar dengan iringan gamelan yang besar tiap bulan.
Mendidik anak-anak, disiplin dan cinta dalam perbuatan
Dalam mendidik putra-putrinya, Cok Gede Sukawati tidak membedakan anak laki-laki dan
perempuan. Ketiga anaknya yang lain yaitu Cok Putra, Cok Ace dan Cok Ade lahir pada saat
ayahnya sudah tua, ayahnya pun menginginkan agar anaknya cepat memiliki pikiran yang
dewasa
pendidikan hingga ke luar negeri, Cok Gede Sukawati begitu melihat anak-anaknya
memegang pendidikan formal, ayahnya lebih bangga bila anak-anaknya lebih menanamkan
nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan, terbuka dengan dunia luar dalam artian “belajar di
negara lain dan melihat Bali lebih objektif dari negara yang kamu tinggali dan mempelajari
siapa kamu sebenarnya”