Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I
STATUS PASIEN
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : normocephal, simetris
2. Mata
Exopthalmus/enophtal: (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
3. Telinga : Sekret (-), serumen (-/-)
4. Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-)
5. Mulut
Bibir : lembab
Gigi geligi : lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
4
8. Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hati dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Status lokalisata :
inspeksi : tampak massa padat sebesar
biji jagung pada arah jam 10, warna
menyerupai kulit, tanda peradangan (-).
Palpasi : padat, nyeri tekan (+),
melekat pada kulit sekitar.
5
1.14 Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pengertian, faktor resiko, cara
pengelolaan penyakit hemorroid.
b. Mengkonsumsi makanan tinggi serat dan konsumsi air ±8 gelas
perhari agar mempermudah BAB dan menghindari kebiasaan pasien
untuk mengedan.
c. Memperbaiki kondisi lingkungan pasien dengan meningkatkan
kebersihan jamban dan kebiasaan menggunakan sabun dan tissu
setelah BAK maupun BAB.
2. Preventif :
a. Hindari makan makanan yang mengandung serat rendah, makanan
asam dan pedas.
b. Hindari kebiasaan mengedan saat BAB.
c. Jangan membiarkan anus dalam keadaan basah atau lembab setelah
BAB.
3. Kuratif :
Non Farmakologi
1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-
buahan, sayur-mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses
menyerap air di kolon. Hal ini membuat feses lebih lembek dan besar,
sehingga mengurangi proses mengedan dan tekanan pada vena anus.
2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat
merasa akan buang air besar, jangan ditahan karena akan
memperkeras feses. Hindari mengedan.
Farmakologi
Anti hemorroid supp 1x 1 hari
1. Suppositoria disimpan dalam lemari pendingin. (bukan
freezer)
7
Pengobatan Tradisional
Daun Wungu
Graptophyllum pictum (L) Griff.
Dosis: 1 x 7 lembar daun/hari
Cara pembuatan/penggunaan: bahan
direbus dengan 2 gelas air sampai
menjadi setengahnya, dinginkan, saring
dan diminum sekaligus.
8
Tanggal: Tanggal:
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
Tanggal: Tanggal:
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
9
4. Rehabilitatif
Menggunakan obat secara teratur dengan aturan dan cara pakai yang
telah dijelaskan dokter, kontol ulang jika obat habis dan keluhan
belum berkurang atau semakin parah.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1.
Anatomi anal canal yang memperlihatkan pleksus hemoroid internal dan
eksternal2
12
dinding pembuluh darah pada hemoroid melemah, akan terjadi ekstravasasi sel
darah merah dan perdarahan. Sel mast juga melepaskan platelet-activating factor
sehingga terjadi agregasi dan trombosis yang merupakan komplikasi akut
hemoroid.4
Pada tahap selanjutnya hemoroid yang mengalami trombosis akan
mengalami rekanalisasi dan resolusi. Proses ini dipengaruhi oleh kandungan
granul sel mast. Termasuk diantaranya tryptase dan chymase untuk degradasi
jaringan stroma, heparin untuk migrasi sel endotel dan sitokin sebagai TNF-α
serta interleukin 4 untuk pertumbuhan fibroblas dan proliferasi. Selanjutnya
pembentukan jaringan parut akan dibantu oleh basic fibroblast growth factor dari
sel mast.4
Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal
meski dimasukkan secara manual.
atau dapat ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat
ulserasi dan trombosis
2. proktitis
e. Nyeri, massa, dan perdarahan
Hematom perianal ulseratif
f. Massa dan perdarahan
Karsinoma anal
g. Perdarahan
1. Polips kolorektal
2. Karsinoma kolorektal
3. Karsinoma anal
Pembedahan
Acheson dan Scholfield menyatakan apabila hemoroid internal derajat I
yang tidak membaik dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan
tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroid internal derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
BAB III
ANALISIS KASUS
3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Faktor resiko hemmoroid yang diduga paling berpengaruh pada pasien ini
adalah kebiasaan BAB yang salah yaitu berlama-lama ketika BAB, serta
konsumsi sayur dan air yang kurang pada pasien yang menyebakan pasien
mengedan saat BAB.
Salah satu faktor resiko terjadinya hemmoroid pada pasien ini adalah usia
dan riwayat persalinan. Faktor resiko tersebut tidak dapat diubah, faktor
resiko lain penyebab hemmoroid pada pasien adalah kebiasaan BAB yang
salah makan pada pasien ini yang harus dilakukan adalah mengubah
kebiasaan BAB yang salah, yaitu untuk tidak berlama-lama saat BAB, serta
edukasi pada asien untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat serta konsumsi
air ±2L perhari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, John Stuart, 1995, “Buku Ajar dan Atlas Bedah Minor”, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.184-189.
2. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1994,“Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah”, Binarupa Aksara, Jakarta, hal.
266-271.
3. Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
1999, “Kumpulan Kuliah Patologi”, Jakarta, hal.263-279.
4. Dudley, Hugh A.F, 1992, “Ilmu Bedah Gawat Darurat”, Edisi 11,
GadjahMada University Press, Yogyakarta, hal.506-508.
5. David C, Sabiston, 1994, “Buku Ajar Bedah”, Bagian 2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal.56-59.
6. Gotera, W, 2006, “Ambeien yang Bandel”, www. balipost. co. id.
7. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper, 2000, “Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam”, Volume 4, Edisi 13, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.159-165.
8. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper 1999, “Harrison
Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam”, Volume 1, Edisi 13, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.255-256.
9. Kumar, Robbins, 1995, “Buku Ajar Patologi II”, Edisi 4, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal.274-275.
10. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong, 1998, “ Buku Ajar Ilmu Badah”,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.910-915.
11. Underwood, J.C.E, 1999, “Patologi Umum dan Sistemik”, Volume 2,
Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 468, 492.
24
LAMPIRAN