Вы находитесь на странице: 1из 10

JOURNAL READING PEDIATRI

ANEMIA DEFISIENSI BESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO


ASMA PADA ANAK

Pembimbing :

dr. Irene A, SpA

Disusun Oleh :

Catherine Wong – 00000003887

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT ANAK


RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE 12 FEBRUARI 2018 – 21 APRIL 2018
Anemia Defisiensi Besi Sebagai Faktor Risiko Asma Pada Anak

Sherif Ahmad Eissa, Ahmad Abd-Elsadek Mohammad, Soha Abd-Elhady Ibrahim, Eman
Ramadan Abd-Elgwad, Nivin Samir Abd Elmagid Soliman

Diberikan 21 April 2016; diterima 24 Mei 2016


Tersedia online 18 Juni 2016

Kata kunci: Anemia defisiensi besi; Asma pada anak; Tes fungsi paru

ABSTRAK

Tujuan kerja: Meneliti anemia defisiensi besi sebagai faktor risiko asma pada anak dan
pengaruhnya terhadap fungsi paru.
Pasien dan metode: Studi prospektif kohort dilakukan pada 100 anak usia 6-16 tahun
yang datang ke klinik pediatrik rawat jalan, Rumah Sakit Universitas Benha dengan infeksi
saluran pernafasan atas atau bawah, dari Mei 2011 sampai Mei 2012, setelah mendapat izin dari
orang tua mereka, anak-anak tersebut diklasifikasikan ke dalam: Kelompok I: 50 anak-anak
dengan anemia defisiensi besi, terbagi dalam dua kelompok: Kelompok Ia: anak penderita asma
dan Kelompok Ib: anak non-asma. Kelompok II: 50 anak tanpa besi anemia defisiensi, terbagi
menjadi kelompok IIa: anak penderita asma dan kelompok IIb: anak non-asma. Semua pasien
dilakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah lengkap, kadar feritin
serum, tes fungsi hati dan ginjal, foto polos dada dan tes fungsi paru.
Hasil: Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok mengenai
usia dan BMI, namun terdapat perbedaan yang signifikan antar jenis kelamin. Ada perbedaan
yang signifikan antara kedua kelompok tersebut berkenaan dengan jumlah penderita asma
dimana lebih banyak berada di kelompok I. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara
tingkat hemoglobin dan parameter fungsi paru (FEV1, FVC, FEV1 / FVC, PEF) dalam
(kelompok Ia). Terdapat korelasi positif yang signifikan antara tingkat feritin serum dan
parameter fungsi paru (FEV1, FVC, FEV1 / FVC, PEF) dalam kelompok Ia namun tidak ada
korelasi yang signifikan antara serum feritin dan perubahan FEV1 setelah diberikan
bronkodilator. Terdapat perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok anemia dan
kelompok non-anemia terhadap tes fungsi paru dimana tes fungsi paru lebih baik pada
kelompok non-anemia.
Kesimpulan: Anemia defisiensi besi dapat dianggap sebagai faktor risiko tidak langsung asma
pada anak. Anemia defisiensi besi mungkin memiliki dampak negatif pada spirometri anak-
anak penderita asma.

Pendahuluan

Asma adalah penyakit medis yang umum yang dihadapi oleh dokter yang berhubungan
dengan anak-anak. Kejadiannya meningkat secara substansial di seluruh dunia. Asma adalah
penyakit inflamasi (radang) kronis pada saluran nafas di mana banyak sel dan elemen seluler
berperan. Peradangan kronis menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang
menimbulkan gejala episode berulang berupa mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk
terutama di malam hari atau di pagi hari. Episode ini biasanya berhubungan dengan obstruksi
jalan nafas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel secara spontan atau dengan
pengobatan.
Eksaserbasi asma (serangan asma atau asma akut) adalah episode peningkatan sesak
napas, batuk, mengi, atau dada terasa berat, atau kombinasi antara keduanya secara progresif.
Ini merupakan kondisi inflamasi kronis pada saluran pernafasan paru sehingga menyebabkan
penyumbatan aliran udara yang bersifat episodik.
Anemia yang berkaitan dengan infeksi akut lebih sering terjadi pada anak-anak daripada
orang dewasa. Anemia menimbulkan dampak negatif pada respon imun dan mengubah
metabolisme dan pertumbuhan patogen. Telah dilaporkan bahwa hemoglobin yang rendah
mengganggu oksigenasi jaringan dan berperan sebagai faktor risiko independen untuk
mengembangkan infeksi saluran pernapasan bagian bawah pada anak-anak.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti anemia defisiensi besi sebagai faktor risiko
asma pada anak dan pengaruhnya terhadap fungsi paru.

Subjek dan Metode


Studi prospektif kohort ini dilakukan terhadap 100 anak di kelompok usia 6-16 tahun yang
datang ke klinik pediatrik rawat jalan di tersebut Rumah Sakit Universitas Benha dengan
infeksi saluran pernafasan atas atau bawah, 50 pasien dengan anemia defisiensi besi dan 50
anak tanpa anemia defisiensi besi dan mereka diperiksa untuk diagnosis asma bronkial pada
periode Mei 2011 sampai Mei 2012, setelah meminta izin orangtua mereka, anak-anak tersebut
diklasifikasikan ke dalam:

 Kelompok I: 50 anak dengan anemia defisiensi besi yang terbagi menjadi:


o Kelompok Ia: anak penderita asma
o Kelompok Ib: anak non-asma
 Kelompok II: 50 anak tanpa anemia defisiensi besi dibagi menjadi:
o Kelompok IIa: anak penderita asma
o Kelompok IIb: anak non-asma

Kriteria Inklusi

A. Kriteria diagnosis asma bronkial pada anak:


1. Riwayat gejala intermiten atau kronis yang khas asma.
2. Temuan wheezing pada pemeriksaan fisik (yang ditemukan bersamaan dengan
gejala dan tidak ditemukan saat gejala hilang).
3. Konfirmasi diagnosis asma didasarkan pada dua elemen tambahan utama
 Demonstrasi keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi dengan
spirometri (perubahan FEV1 ≥ 8 setelah diberikan bronkodilator)
 Mengeksklusi diagnosis alternatif.

B. Kriteria diagnosis anemia pada anak: Anak-anak dianggap anemia jika kadar feritin
serum <12 lg / dl. Rentang normal adalah (15-300 lg / dl).

Kriteria Eksklusi
 Anemia selain anemia defisiensi besi.
 Penyakit dada kronis selain asma bronkial.
 Penyakit jantung.
 Penyakit hati.
 Penyakit ginjal.
Pada semua pasien dilakukan:
I. Anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap: Dengan perhatian khusus pada serangan
intermiten, batuk dan ekspektorasi, sesak nafas, mengi, dada terasa berat, takipnea,
tanda-tanda hiperinflasi, fase ekspirasi berkepanjangan, ronki ekspirasi dan pucat.
II. Investigasi laboratorium:
 Hitung darah lengkap.
 Tingkat feritin serum.
 Tes fungsi ginjal.
 Tes fungsi hati
III. Foto polos dada proyeksi PA: Foto dada adalah dilakukan untuk menyingkirkan
penyebab lain dari mengi selain asma termasuk malformasi kongenital (misalnya right
aortic arch yang menandakan vascular ring); bukti air-space disease konsisten dengan
aspirasi atau cystic fibrosis; atau temuan yang mendukung asma, seperti hiperinflasi,
penebalan peribronkial, dan impaksi mukoid dengan atelektasis.
IV. Tes fungsi paru (spirometri) sebelum dan sesudah bronkodilatasi dengan menggunakan
seri Sensor-medics V max, 2130 spirometer, V6200 Autobox, 6200DL. Semua hasil
dihitung sebagai persentase kecuali untuk FEV1 / FVC.

Analisa Statistik
Data dianalisis dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Sciences) versi 15.
Data kualitatif disajikan sebagai nomor dan persen. Perbandingan antar kelompok dilakukan
dengan Uji Chi-Square. Data kuantitatif disajikan sebagai mean ± SD. Student t-test digunakan
untuk membandingkan antara dua kelompok. Pearson’s correlation coefficient digunakan
untuk menguji korelasi antar variabel. P <0,05 dianggap signifikan secara statistik.

Hasil
Hasil pada penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1-7.

Diskusi
Asma mempengaruhi sekitar 300 juta orang di seluruh dunia. World Health
Organization (WHO) telah memperkirakan 250.000 kematian asma dilaporkan di seluruh
dunia. Anemia dan infeksi saluran pernafasan merupakan masalah umum di kalangan anak
sekolah dasar dengan status sosial ekonomi rendah, dan terdapat hubungan kompleks antara
status zat besi dan infeksi. Defisiensi besi dan anemia dikaitkan dengan gangguan respon imun
dan peningkatan morbiditas. Pada studi ini usia pada kelompok I berkisar antara 6 sampai 16
tahun dengan rata-rata adalah 10,2 ± 3,1 dan pada kelompok II usia anak berkisar antara 6
sampai 16 tahun dengan rata-rata adalah 10,9 ± 3,2. Studi ini tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok I dan kelompok II mengenai usia
(P> 0,05) (Tabel 1).

Dalam studi ini kelompok I terhitung 34 laki-laki dan 16 orang perempuan (68:32)%
dan kelompok II meliputi 29 laki-laki dan 21 orang perempuan (58:42)%. Studi tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok I dan
kelompok II dalam distribusi seks (p <0,05) dimana jenis kelamin laki-laki secara signifikan
lebih tinggi pada kelompok I (Tabel 2).

Dalam penelitian ini, BMI pada kelompok I berkisar antara 22 sampai 30 dengan rata-
rata adalah 25,6 ± 8,9 dan pada kelompok II, BMI berkisar dari 21 menjadi 29 dengan rata-rata
24,8 ± 7,3. Studi tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan statistik yang signifikan
antara kelompok yang diteliti dengan nilai P > 0,05 (Tabel 3).
Dalam penelitian ini terdapat 33 anak penderita asma (66%) di kelompok I dan 12 anak
asma (24%) pada kelompok II. Studi ini menunjukkan bahwa ada perbedaan statistik yang
signifikan antara kedua kelompok mengenai jumlah kejadian asma dimana asma lebih banyak
ditemukan pada kelompok I (Tabel 4).

Hasil ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Ramakrishnan dan Ashwin Borade
yang mempelajari anemia sebagai faktor risiko asma pada anak, penelitian mereka melibatkan
200 anak di kelompok umur 2-18 tahun dengan infeksi saluran pernafasan atas atau bawah, 100
anak dengan anemia diambil sebagai kelompok studi dan 100 anak lainnya, tanpa anemia
dengan umur dan jenis kelamin yang dicocokkan diambil sebagai kontrol. Tes fungsi paru
dilakukan pada anak-anak di atas usia 6 tahun yang menunjukkan tanda asma dan studi tersebut
menunjukkan bahwa anak yang menderita anemia 5.75 kali lebih rentan terhadap serangan
asma bila dibandingkan dengan non anemia. Penelitian tersebut menyatakan bahwa
peningkatan kejadian serangan asma pada anak-anak yang menderita anemia mungkin
disebabkan oleh hal berikut: Hb memfasilitasi transportasi oksigen dan karbon dioksida. Hb
membawa dan menonaktifkan nitric oxide (NO) dan memainkan perannya sebagai buffer.
Hemoglobin dalam darah terutama bertanggung jawab untuk menstabilkan tekanan oksigen di
jaringan. Pengurangan Hb secara kualitatif dan/atau kuantitatif dapat mempengaruhi fungsi
normal.
Studi lain oleh Elizabeth dkk yang mempelajari hubungan anemia ibu dengan
peningkatan mengi dan asma pada anak-anak. Studi mereka meliputi 597 keluarga yang
sebelumnya sudah pernah mengikuti Studi Asma dalam Kehamilan, penelitian tersebut
menunjukkan bahwa wanita dengan anemia maternal lebih cenderung memiliki bayi dengan
mengi berulang di tahun pertama kehidupan dibandingkan dengan ibu
tanpa anemia (OR = 2,52, 95% CI 1,50, 4,23); demikian pula, kemungkinan terjadinya mengi
sebelum usia 3 tahun pada anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami anemia secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dari ibu yang tidak mengalami anemia (OR = 2,44, 95%
CI 1,48, 4,04).
Anemia ibu juga berhubungan dengan asma pada anak; ibu yang mengalami anemia
selama kehamilan lebih mungkin memiliki anak yang pernah didiagnosis dengan asma (OR =
2,37, 95% CI 1,39, 4,03), dan memiliki anak yang menderita asma di usia 6 tahun (OR = 2,64,
95% CI 1,54, 4,53) dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia. Dan juga penelitian
tersebut menunjukkan bahwa di antara anak-anak ibu yang mengalami anemia pada saat hamil,
22% mengalami rekurensi mengi di tahun pertama kehidupan dan 17% menderita asma aktif
umur 6 tahun.
Juga hasil ini sesuai dengan studi oleh Sleem dkk. yang mempelajari efek terapi
antileukotriene dan teofilin dosis ringan sebagai terapi pengendali yang ditambahkan ke
ICS dosis rendah dibandingkan dengan ICS dosis sedang pada penderita asma
pasien yang kurang terkontrol pada ICS dosis rendah. Studi tersebut melibatkan 45 anak-anak
mesir dengan asma persisten ringan sampai sedang dan dilakukan follow up setelah 3 bulan
pengobatan di Rumah Sakit di Benha. Terdapat 28 anak laki-laki dan 17 anak perempuan. Usia
mereka berkisar antara 5 sampai 15 tahun dengan rata-rata usia 7,5 ± 3,1 tahun. Setelah 3 bulan
pengobatan, penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin ditemukan rendah pada
kebanyakan anak penderita asma.
Dalam studi ini didapatkan korelasi positif yang signifikan antara tingkat Hb dan tes
fungsi paru pada kelompok anemia dengan asma Ia (Tabel 5). Dalam penelitian ini juga
ditemukan korelasi positif yang signifikan antara kadar serum ferritin dan FVC, FEV, FEV1
EVC & PEF dan korelasi positif yang non-statistikal antara kadar serum feritin dan perubahan
pada FEV1 setelah pemberian bronkodilator pada penderita asma dengan anemia (kelompok
Ia) (Tabel 6).
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan statistik yang signifikan antara kelompok Ia
dan kelompok IIa dalam parameter fungsi paru (P> 0,05) yang secara signifikan lebih tinggi
pada kelompok IIa (Tabel 7).
Tes fungsi paru memberikan informasi berharga tentang status sistem pernapasan dan
kapasitas kerja seorang individu. Berbagai penelitian telah menunjukkan efek buruk anemia
pada berbagai sistem tubuh seperti keterlibatan sistem saraf yang menyebabkan insomnia,
iritasi mental, rasa pusing, fungsi kognitif terganggu dan lain lain. Hal ini juga mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh dan mengurangi kekebalan tubuh. Penurunan kekuatan otot pernafasan
termasuk diafragma mengurangi fungsi paru fungsi. Volume tidal menurun sementara volume
cadangan meningkat atau tidak berubah pada orang-orang yang menderita anemia. Namun,
kapasitas paru total menurun dengan sangat nyata pada subjek yang menderita anemia.
Kelemahan otot respirasi aksesoris juga meningkatkan penurunan peak expiratory flow rate,
forced expiratory volume dalam satu detik (FEV1). Ventilasi volunter maksimum juga sangat
berkurang akibat penurunan kedalaman respirasi. Anemia menyebabkan penurunan fungsi paru
yang selanjutnya menghambat oksigenasi jaringan dan dapat memperburuk kemampuan fisik
dan mental.

Kesimpulan
o Anemia defisiensi besi dapat dianggap sebagai faktor risiko tidak langsung
perkembangan serangan asma pada anak.
o Anemia defisiensi besi mungkin memiliki efek negatif pada spirometri pada anak-anak
penderita asma yang dapat menyebabkan peningkatan derajat keparahan serangan asma.

Conflict of Interest
Tidak ada pada penelitian ini.

Вам также может понравиться