Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit(sel darah merah) dan kadar HB dalam
setiap mm kubik darah. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah disertai
dengan anemia yg ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama ekstremitas.
(Susilaningrum Rekawati, dkk.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak).
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratoris, anemia di jabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit di bawah normal.
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Dari Anemia.?
2. Apa Penyebab Anemia ?
3.
4. Apa Rencana Keperawatan Yang Akan Dilakukan Pada Anemia ?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul
pada pasien anemia.
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit(sel darah merah) dan kadar HB
dalam setiap mm kubik darah. Hampir semua gangguan pada sistem peredaran darah
disertai dengan anemia yg ditandai warna kepucatan pada tubuh, terutama ekstremitas.
(Susilaningrum Rekawati, dkk.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak).
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan/atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh.
Secara laboratoris, anemia di jabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta hitung
eritrosit dan hematokrit di bawah normal.
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red
cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Tetapi
harus di ingat pada keadaan tertentu di mana ketiga parameter tersebut tidak sejalan
dengan massa eritrosit, seperti pada dehidrasi, perdarahan akut, dan kehamilan. (Kusuma
Hardi & Nurarif.A.H, 2015. NANDA).
B. Etiologi
Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri(disease entity), tetapi
merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlying diseasa). Pada
dasarnya anemia di sebabkan oleh karena: 1). Gangguan pembentukan eritrosit
oleh sumsung tulang; 2). Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan); 3). Proses
penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis). Gambaran lebih
rinci tentang etiologi anemia sebagai berikut:
Klasifikasi anemia menurut Etiopatogenesis
1. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
Kekurangan bahan esensial pebentukan eritrosit
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi vitamin B12
Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik
Kerusakan sumsum tulang
Anemia aplastik
Anemia mielopstik
Anemia pada keganasan hematologi
Anemia diseritropoietik
Anemia pada sindrom mielodisplastik
Anemia akibat kekurangan eritroprotein: anemia pada gagal ginjal kronik
2. Anemia akibat hemoragi
Anemia pasca perdarahan akut
Anemia akibat perdarahan kronik
3. Anemia akibat hemoragi
Anemia hemolitik intrakorpuskular
Gangguan membran eritrosit (membranopati)
Gangguan enzim eritrosit (enzimipati)
Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
C. . Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang
tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui pendarahan atau hemolisis. Lisis sel
darah merah terjadi dalam sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotelial, terutama
dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang
terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami
penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi
dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin.
PATHWAY
D. Tanda dan gejala
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau anemic syndrome.
Yaitu gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang
sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena
anoreksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala terebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena.
1. Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak nafas
saat beraktifitas, anginan pektoris dan gagal jantung.
2. Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendeging, mata berkunang,
kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta perasaan dingin pada
ekstremitas.
3. Sistem urogenital: gangguan haid, libido menurun.
4. Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun,
serta rambut tipis dan halus.
E. Komplikasi
Parasestia
Kejang
Gagal jantung kongestif
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tes penyaring, tes ini di kerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia.
Dengan periksaan ini, dapat di pastikan adanya anemia dan bentuk morfologi
anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-
komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MMC, MCV,
Dan MCHC), apusan darah tepi.
Pemeriksaan darah seri anemia : hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan hitung retikulosit.
Pemeriksaan sumsum tulang : pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.
2. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
3. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.
4. Pemeriksaan sitogenetik
5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR=Polymerase Chain Raction,
FISH=Fluorescence In situ Hybridization).
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia di tujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang.Penatalaksanaananemia berdasarkan
penyebabnya,yaitu:
1. ANEMIA APLASTIK
Dengan transplantasi sumsum tulang terapi immunosupresif dengan
ontithimocyte globulin(ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral
selama 7-10 hari.Prognosis buruk jika trasplantasi sumsum tulang
tidak berhasil. Bila di perlukan dapat diberikan transfusi RBC
rendah leukosit dan platelet.
2. ANEMIA pada penyakit GINJAL
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam
folat. Kalau tersedia,dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3. ANEMIA pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang
mendasarinya,maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4. ANEMIA pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi
diberikan sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila
kadar Hb kurang dari 5 gr%.
5. ANEMIA MEGALOBLASTIK
a.Defisiensi vitamin B12ditangani dengan pemberian vitamin B12 , bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tdak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia,terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malasorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
c. pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.
d. Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan
absorbs,penanganannya dengan diet dan penambahan asa folat
1mg/hari secara IM.
6. ANEMIA pasca pendarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia
7 . ANEMIA HEMOLITIK
Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
A. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan ferpusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yg di perlukan
untuk pengiriman O2 atau nutrien ke sel.
2. Perubahan nutrisi b.d k gagalan untuk mencerna makananatau absorpsi nutrien
yg di perlukan untuk pembentukan SDM normal.
3. Kontstipasi atau diare b.d penurunan masukan diet atau perubahan proses
pencernaan efek samping terapi obat.
4. Kurang pengetahuuan b.d tdk mengenal sumber informasi atau salah intervensi.
5. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat.
B. Intervensi dan Rasionalisasi
Kolaborasi: awasi pemeriksaan laboratorium misal nya Hb/Ht dan jumlah SDM,
SDA.
3. Konstipasi b.d penurunan masukan diet atau perubahan proses pencernaan efek
samping terapi obat
- tujuan : masukan diet dan proses pencernaan efek samping terapi obat
kembali
rasional : untuk mengetahui bunyi usus secara umum, meningkat pada diare
dan menurun pada konstipasi
3. Kolaborasi