Вы находитесь на странице: 1из 21

DISCOVERY LEARNING

ANATOMI KULIT

DISUSUN OLEH :

WAHYU INDAH SEKAR ARUM

G2A015021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2017

1
KULIT
I. Anatomi Kulit
Kulit adalah organ yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 2 m2 dengan berat kira-kira 16% berat badan.
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital vserta merupakan cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan
iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit mempunyai
berbagai fungsi seperti sebagai perlindung, pengantar haba, penyerap, indera perasa, dan
fungsi pergetahan.
Demikian pula kulit bervariasi mengenai lembut, tipis dan tebalnya; kulit yang
elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang
terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang
berambut kasar terdapat pada kepala.
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan
epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar
dan adanya sel dan jaringan lemak.
Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar adalah
sebagai berikut:
a. lapisan epidermis
b. lapisan dermis
c. jaringan subkutan

2
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan pelindung terluar yang tipis, kering, dan tangguh.
Epidermis membentuk penghalang untuk mencegah hilangnya air, elektrolit, dan
nutrisi dari dalam tubuh, serta membatasi masuknya zat-zat dari lingkungan ke
dalam tubuh. Kerusakan epidermis menyebabkan terjadinya difusi senyawa ke
dalam kulit sekitar 1000 kali lebih cepat. Lapisan epidermis tersusun dari lima
lapisan yaitu:
1) Lapisan tanduk (Stratum korneum)
Lapisan stratum korneum dari kulit adalah lapisan pelindung utama dan
terdiri dari delapan sampai enam belas lapisan sel yang pipih, berlapis-lapis, dan
berkeratin. Setiap sel memiliki panjang sekitar 34-44 µm, lebar 25-36 µm, dan
tebal 0,15-0,2 µm. Lapisan sel ini secara berkesinambungan digantikan dari
lapisan basal. Stratum korneum sering digambarkan sebagai susunan batu bata,
di mana bagian keratinosit sebagai zat hidrofilik membentuk batu bata dan lipid
interselular adalah celah-celah susunan, sehingga terdapat jalur hidrofobik yang
kontinu di dalam stratum korneum.
Untuk senyawa hidrofilik, stratum corneum memberikan tahanan difusi
1000 kali untuk penetrasi ke dalam. Tetapi untuk senyawa yang terlalu lipofilik
dengan koefisien partisi lebih dari 400 maka lapisan dermis yang hidrofilik
merupakan barier yang nyata untuk absorpsi sistemik.

3
2) Lapisan Lusidum (stratum lusidum).
Lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan sel transparan, terletak di atas
stratum granulosum. Biasanya terdapat pada tangan dan telapak kaki.
3) Lapisan granulosum (stratum granulosum)
Lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3 lapisan sel dan terletak di atas lapisan
spinosum. Dinamakan lapisan granulosum karena sel-sel lapisan ini
mengandung granul keratohyalin yang menyebabkan sel berbentuk granul.
4) Lapisan spinosum (stratum spinosum)
Lapisan ini memiliki banyak koneksi intraseluler yang dinamakan
desmosom. Sebagai akibatnya, muncul proyeksi seperti duri di permukaan
sel. Sel-sel pada lapisan ini dipisahkan oleh celah yang sangat sempit. Celah
ini merupakan tempat mengalirnya pembuluh limfe yang kaya nutrisi.
Lapisan spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dari epidermis.
5) Lapisan basal (stratum basale)
Lapisan ini terdiri dari satu lapis sel berbentuk kolumnar, berbatasan
dengan membran basal yang berkontak dengan dermis. Lapisan ini terus
membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak ke atas membentuk lapisan
spinosum. Pada lapisan epidermis terdapat:
 Keratinosit, yang berfungsi untuk membentuk lapisan yang tahan terhadap
zat kimia dan biologis.
 Melanosit, yang berfungsi memproduksi melanin. Sel ini tersebar di antara
sel basal di lapisan basal.
 Sel Langerhans dengan sistem imun yang berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan terhadap zat asing.
b. Dermis
Dermis (corium) merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan
rata-rata 3-5 mm. Komponen lapisan dermis, yaitu:
1) Kolagen Merupakan komponen serat utama dari kulit. Kolagen membentuk
berbagai jaringan pengikat yang hanya sedikit berbeda pada komposisi asam
aminonya. Kolagen hanya sedikit mengandung sistein, tapi sangat kaya akan
glisin, prolin, dan hidroksi-prolin.

4
2) Elastin Komponen yang membentuk serat elastik, sehingga bagian dermis dapat
meregang dengan mudah ketika diberi tekanan dan dapat kembali ke bentuk
awal ketika tekanan dihilangkan.
3) Zat dasar (ground substance) Merupakan zat berbentuk amorf sebagai tempat
melekatnya sel dan serat, mengandung berbagai jenis lipid, protein, dan
karbohidrat. Zat yang paling penting adalah mucopolisakarida, asam
hyaluronik, dan dermatan sulfat (chondroitin B).
4) Sel Fibroblast merupakan sel yang paling banyak menghuni lapisan dermis.
Selain itu, juga terdapat sel mast dan histiosit.
5) Pembuluh darah Berfungsi untuk menjaga suhu tubuh, menghantarkan nutrisi
ke kulit, menghilangkan produk sisa, menggerakkan system pertahanan, dan
berkontribusi terhadap warna kulit.
6) Ujung saraf yang berfungsi untuk memberikan rasa sakit, sentuhan, gatal, dan
suhu.
7) Kelenjar keringat ekrin, berfungsi mengontrol suhu. Pada suhu yang tinggi dan
olahraga, akan terjadi sekresi kelenjar ini.
8) Kelenjar keringat apokrin, berfungsi sebagai organ seks skunder.
9) Kelenjar sebum, berfungsi mengatur kehilangan air, melindungi tubuh dari
infeksi bakteri dan jamur.
c. Jaringan Subkutan
Lemak subkutan (hypoderm, subkutis) tersebar di seluruh tubuh sebagai
lapisan serat lemak (fibrofatty), kecuali pada kelopak mata dan bagian genital pria.
Ketebalan jaringan ini bergantung pada umur, jenis kelamin, endokrin, dan gizi dari
individu yang bersangkutan. Sel-sel pada jaringan ini membuat dan menyimpan lipid
dalam jumlah besar, dan serat kolagen terdapat diantara sel-sel lemak ini untuk
menyediakan fleksibilitas antara struktur di bawahnya dengan lapisan kulit di
atasnya. Lapisan ini juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh dan sebagai bantalan
mekanis.

II. Fisiologi dan Biokimia Kulit


1) Pernapasan Kulit
Sama halnya dengan jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga bernafas,
menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Bahan-bahan yang
mensitimulasi pernafasan kulit adalah ekstrak ragi, ekstrak placenta, asam panthotenat,

5
asam boraks, vitamin A & D, air mawar, hidrokortison, neomicyn. Sementara bahan
yang menekan atau mengurangi pernafasan kulit adalah bahan pengawet, bahan
antiseptik, asam lemak, fluorida, butil alkohol, asam benzoat, dan lain-lain.
2) Mantel Asam Kulit
Tingkat keasaman (pH) berbeda antara yang ditemukan oleh Marchionini dan
oleh peneliti lainnya, tetapi umumnya berkisar antara 4,5-6,5. Lapisan “mantel asam”
kulit terbetuk dari kombinasi asam karboksilat organik (asam laktat, asam pirolidin
karboksilat, asam urokanat) yang membentuk garam dengan ion natrium, kalium,
amonium, serta dari hasil ekskresi kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan asam amino.
3) Fugnsi “Mantel Asam” Kulit
Tiga fungsi pokok “mantel asam” kulit, yaitu:
a. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu
asam atau terlalu akalis.
b. Membunuh dengan sifat asamnya atau menekan pertumbuhan mikroorganisme
yang membahayakan kulit.
c. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit.
4) Mantel Lemak Kulit
Bahan utama dalam lemak kelenjar sebasea adalah squalene, sedangkan dalam
lemak epidermis adalah kolesterol. Susunan lemak permukaan kulit adalah sebagai
berikut :
Lipida 1.37%
Kolesterol 8.72%
Asam lemak bebas 20.89%
Trigliserida 34.65%
Wax dan ester kolesterol 19.02%
Squalene 10.92
Jenis-jenis parafin 3.14%
5) Sistem Pengaturan Air Kulit
Lapsian lemak di permukaan kulit dan bahan–bahan dalam stratum corneum
yang bersifat higrokopis, dapat menyerap air, dan berada dalam hubungan yang
fungsional, disebut Natural Moisturizing Factor (NMF). Hubungan antara pelembab
larut air dan lemak adalah pelarut lemak dari stratum corneum akan menyebabkan
hilangnya pelembab.

6
III. Fungsi kulit
Kulit mempunyai peranan sangat penting bagi manusia, selain fungsi utama yang
menjamin kelangsungan hidup juga mempunyai arti lain yaitu estetik, ras, indikator
sistemik dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain. Kulit
merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan luar organisme dan
membatasi lingkungan dalam tubuh dan dengan lingkungan luar.
Kulit berfungsi:
1. Proteksi
Serabut elastis yang terdapat pada dermis serta jaringan lemak subkutan
berfungsi mencegah trauma mekanik lanmgsung terhadap interior tubuh. Mantel asam
kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.
2. Thermoregulasi
Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstruksi
pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom.
Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokonstriksi, sedangkan pada saat
temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan
panas.
3. Persepsi Sensoris
Rangsanagn dari luar diterima oleh reseptor-reseptor tersebut dan diteruskan
ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterprestasi oleh korteks serebri.
4. Absorbsi
Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit masuk ke dalam tubuh melalui dua jalur
yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea.
5. Fungsi lain
Kulit dapat menggambarkan status emosional seseorang dengan memerah,
memucat maupun kontraksi otot penegak rambut.

IV. Rute Penetrasi Kosmetik Kulit


Banyak sediaan terutama pada kosmetik dan sediaan dermatologi yang
ditujukan untuk pemakaian melalui kulit karena berbagai alasan. Sediaan tersebut
misalnya lotio, salep, kirim, suspense, emulsi, dan lain-lain. Meskipun pada umumnya
dimaksudkan untuk pengobatan penyakit kulit dan kalaupun ditujukan agar obat
menembus permukaan kulit dihindari permeasi kie sirkulasisistemik tentu ada
beberapa pengecualian, akan tetapi jika obat telah berhasil menembus epidermis, akan

7
tetap ada kemungkinan obat tersebut menembus sirkulasi sistemik. Adanya obat yang
sampai ke sirkulasi sistemik dapat dibuktikan dengan pemeriksaan kadar obat dalam
darah atau dalam urin. Tetapi untungnya, biasanya kadar obat yang “tidak sengaja”
menembus sirkulasi sistemik berjumlah kecil sehingga efeknya tidak dirasakan oleh
pasien.
Proses masuknya suatu zat dari luar kulit melintasi lapisan-lapisan kulit
menuju posisi di bawah kulit hingga menembus pembuluh darah disebut absorbsi
perkutan. Absorbsi transdermal terjadi melalui proses difusi yang lambat yang
ditentukan oleh gradient konsentrasi obat darikonsentrasi tinggi (pada sediaan yang
diaplikasikan) menuju konsntrasi rendah di kulit. Obat dapat mempenetrasi kulit utuh
melalui dinding folikel rambut, kelenjar minyak, atau kelenjar lemak. Dapat pula
melalui celah antar sel dari epidermis dan inilah cara yang paling dominan untuk
penetrasi obat melalui kulit dibandingkan penetrasi melalui folikel rambut,
kelenjar minyak, maupun kelenjar lemak. Hal ini terkait perbandingan luas
permukaan diantara keempatnya.Sebenarnya, kulit yang rusak pun (robek, iritasi,
pecah-pecah, dll) dapat terpenetrasi oleh obat. Bahkan penetrasinya lebih banyak dari
pada kulit normal. Hal ini karena kulit rusak telah kehilangan sebagian lapisan
pelindungnya. Meski demikian, penetrasi melalui kulit yang rusak tidak dianjurkan
karena absorbs obat menjadi sulit untuk diprediksi.
 Mekanisme Kerja Sediaan Topikal

8
Saat sediaan topikal diaplikasikan pada kulit, terjadi 3 interaksi:
1. Solute vehicle interaction: interaksi bahan aktif terlarut dalam vehikulum.
Idealnya zat aktif terlarut dalam vehikulum tetap stabil dan mudah dilepaskan.
Interaksi ini telah ada dalam sediaan.
2. Vehicle skin interaction: merupakan interaksi vehikulum dengan kulit. Saat
awal aplikasi fungsi reservoir kulit terhadap vehikulum.
3. Solute Skin interaction: interaksi bahan aktif terlarut dengan kulit (lag phase,
rising phase, falling phase)
Secara umum, sediaan topikal bekerja melalui 3 jalur di atas. Beberapa
perbedaan mekanisme kerja disebabkan komponen sediaan yang larut dalam lemak
dan larut dalam air.
1. Cairan
Pada saat diaplikasikan di permukaan kulit, efek dominan cairan akan
berperan melunakkan karena difusi cairan tersebut ke masa asing yang terdapat
di atas permukaan kulit; sebagian kecil akan mengalami evaporasi.
Dibandingkan dengan solusio, penetrasi tingtura jauh lebih kuat. Namun sediaan
tingtura telah jarang dipakai karena efeknya mengiritasi kulit. Bentuk sediaan
yang pernah ada antara lain tingtura iodi dan tingtura spiritosa.

2. Bedak
Oxydum zincicum sebagai komponen bedak bekerja menyerap air, sehingga
memberi efek mendinginkan. Komponen talcum mempunyai daya lekat dan
daya slip yang cukup besar. Bedak tidak dapat berpenetrasi ke lapisan kulit
karena komposisinya yang terdiri dari partikel padat, sehingga digunakan
sebagai penutup permukaan kulit, mencegah dan mengurangi pergeseran pada
daerah intertriginosa.
3. Salep
Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas
permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Oleh karena itu salep berbahan
dasar hidrokarbon digunakan sebagai penutup. Salep berbahan dasar salep serap
(salep absorpsi) kerjanya terutama untuk mempercepat penetrasi karena
komponen airnya yang besar. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan

9
dasar salep larut dalam air mampu berpenetrasi jauh ke hipodermis sehingga
banyak dipakai pada kondisi yang memerlukan penetrasi yang dalam.

Skema rute sediaan topikal.


4. Krim
Penetrasi krim jenis W/O jauh lebih kuat dibandingkan dengan O/W karena
komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan
kulit dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim W/O kurang
disukai secara kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas
permukaan kulit. Krim O/W memiliki daya pendingin lebih baik dari krim W/O,
sementara daya emolien W/O lebih besar dari O/W.
5. Pasta
Sediaan berbentuk pasta berpenetrasi ke lapisan kulit. Bentuk sediaan ini
lebih dominan sebagai pelindung karena sifatnya yang tidak meleleh pada suhu
tubuh. Pasta berlemak saat diaplikasikan di atas lesi mampu menyerap lesi yang
basah seperti serum.
6. Bedak kocok

10
Mekanisme kerja bedak kocok ini lebih utama pada permukaan kulit.
Penambahan komponen cairan dan gliserin bertujuan agar komponen bedak
melekat lama di atas permukaan kulit dan efek zat aktif dapat maksimal.
7. Pasta pendingin
Sedikit berbeda dengan pasta, penambahan komponen cairan membuat
sediaan ini lebih mudah berpenetrasi ke dalam lapisan kulit, namun bentuknya
yang lengket menjadikan sediaan ini tidak nyaman digunakan dan telah jarang
dipakai.
8. Gel
Penetrasi gel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak
digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi seperti sediaan gel
analgetik. Rute difusi jalur transfolikuler gel juga baik, disebabkan kemampuan
gel membentuk lapisan absorpsi.
V. Jenis-jenis Kulit
Upaya untuk perawatan kulit secara benar dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu harus mengenal jenis-jenis kulit dan ciri atau sifat-sifatnya agar dapat
menentukan cara-cara perawatan yang tepat, memilih kosmetik yang sesuai,
menentukan warna untuk tata rias serta untuk menentukan tindakan koreksi baik dalam
perawatan maupun dalam tata rias. Kulit yang sehat memiliki ciri :
1. Kulit memiliki kelembaban cukup, sehingga terlihat basah atau berembun.
2. Kulit senantiasa kenyal dan kencang
3. Menampilkan kecerahan warna kulit yang sesungguhnya
4. Kulit terlihat mulus, lembut dan bersih dari noda, jerawat atau jamur
5. Kulit terlihat segar dan bercahaya
6. Memiliki sedikit kerutan sesuai usia.

Pada umumnya jenis kulit manusia dapat dikelompokkan menjadi :

1. Kulit Normal
Kulit normal cenderung mudah dirawat. Kelenjar minyak ( sebaceous gland)
pada kulit normal biasanya ‘tidak bandel’, karena minyak (sebum) yang
dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan ataupun kekurangan. Meski demikian, kulit
normal tetap harus dirawat agar senantiasa bersih, kencang, lembut dan segar. Jika
tidak segera dibersihkan, kotoran pada kulit normal dapat menjadi jerawat. Selain

11
itu kulit yang tidak terawat akan mudah mengalami penuaan dini seperti keriput dan
tampilannya pun tampak lelah.
Ciri-ciri kulit normal adalah kulit lembut, lembab berembun, segar dan
bercahaya, halus dan mulus, tanpa jerawat, elastis, serta tidak erlihat minyak yang
berlebihan juga tidak terlihat kering.
Meskipun jika dilihat sepintas tidak bermasalah, kulit normaltetap harus
dijaga dan dirawat dengan baik, karena jika tidakdirawat, kekenyalan dan
kelembaban kulit normal akan terganggu, terjadi penumpukan kulit mati dan
kotoran dapat menyebabkantimbulnya jerawat.
2. Kulit Berminyak
Kulit berminyak banyak dialami oleh wanita di daerah tropis. Karena
pengaruh hormonal, kulit berminyak biasa dijumpai pada remaja puteri usia sekitar
20 tahunan, meski ada juga pada wanita usia 30-40 tahun yang mengalaminya.
Penyebab kulit berminyak adalah karena kelenjar minyak (sebaceous gland) sangat
produktif, hingga tidak mampu mengontrol jumlah minyak (sebum) yang harus
dikeluarkan. Sebaceaous gland pada kulit berminyak yang biasanya terletak di
lapisan dermis, mudah terpicu untuk bekerja lebih aktif. Pemicunya dapat berupa
faktor internal atau faktor eksternal, yaitu :
a. Faktor internal meliputi:
 Faktor genetis : anak dari orang tua yang memiliki jenis kulit
berminyak, cenderung akan memiliki kulit berminyak pula.
 Faktor hormonal : hormon manusia sangat mempengaruhi produksi
keringat. Karena itulah pada wanita yang sedang menstruasi atau hamil
akan lebih sering berkeringat. Selain itu stres dan banyak gerak juga
dapat menjadi pemicu keringat berlebihan.
b. Faktor eksternal meliputi:
 Udara panas atau lembab.
 Makanan yang dapat merangsang keluarnya keringat seperti
makanan yang terlalu pedas baik karena cabai atau merica, makanan
yang terlalu asin, makanan yang berbumbu menyengat seperti bawang
putih, makanan yang terlalu berminyak serta makanan dan minuman
yang terlalu panas.

12
Kulit berminyak memerlukan perawatan khusus dibandingkan kulit normal.
Pada jenis kulit ini, minyak berlebihan yang dibiarkan akan menjadi media yang
baik bagi pertumbuhan bakteri yang pada saat selanjutnya akan menjadi jerawat,
radang atau infeksi.
Merawat kulit berminyak bukan berarti membuat kulit benar-benar bebas
minyak, karena minyak pada kulit tetap diperlukansebagai alat pelindung alami
dari sengatan sinar matahari, bahan-bahan kimia yang terkandung dalam kosmetika
maupun terhadap polusi. Yang perlu dilakukan adalah menjaga agar kadar sebum
tetapseimbang dan kulit tetap dalam keadaan bersih agar bakteri penyebabjerawat
dapat terhambat. Memiliki jenis kulit berminyak, memiliki kelebihan yaitu
membantu menjaga kelembaban lapisan dermis hingga memper-lambat timbulnya
keriput.
Ciri-ciri kulit berminyak yaitu : minyak di daerah T tampak berlebihan,
tekstur kulit tebal dengan pori-pori besar hingga mudah menyerap kotoran, mudah
berjerawat, tampilan wajah berkilat, riasan wajah seringkali tidak dapat melekat
dengan baik dan cepat luntur serta tidak mudah timbul kerutan.
3. Kulit Kering
Kulit kering memiliki karakteristik yang cukup merepotkan bagi pemiliknya,
karena pada umumnya kulit kering menimbulkan efek yang tidak segar pada kulit,
dan kulitpun cenderung terlihat berkeriput.
Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan
cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu
mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku
seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan krim
pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin,
perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar
pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit
kering.
Berbagai faktor yang menjadi penyebab kulit menjadi kering, diantaranya :
 Faktor genetik
Faktor genetik merupakan kondisi bawaan seseorang, termasukkondisi kulit
wajah yang kering.
 Kondisi struktur kulit

13
Kondisi kelenjar minyak yang tidak mampu memberi cukup lubrikasi untuk
kulit, menimbulkan dehidrasi pada kulit.
 Pola makan
Pola makan yang buruk, kekurangan nutrisi tertentu seperti vitamin A dan
vitamin B merupakan salah satu pemicu kulit menjadi kering.
 Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan seperti terpapar sinar matahari, angin, udara dingin,
radikal bebas atau paparan sabun yang berlebihan saat mandi atau mencuci
muka pun akan sangat berpengaruh pada pembentukan kulit kering.
 Penyakit kulit
Kondisi lainnya yang sangat berpeluang menjadi penyebab kulit kering adalah
karena kulit terserang penyakit tertentu seperti eksim, psoriasis dan
sebagainya.
Kulit kering merupakan bentuk lain dari tanda tidak aktifnya kelenjar
thyroid dan komplikasi pada penderita diabetes. Kulit kering terjadi jika
keseimbangan kadar minyak terganggu. Pada kulit berminyak terjadi kelebihan
minyak dan pada kulit kering justru kekurangan minyak. Kandungan lemak
pada kulit kering sangat sedikit, sehingga mudah terjadi penuaan dini yang
ditandai keriput dan kulit terlihat lelah serta terlihat kasar. Kulit kering
memerlukan perawatan yang bersifat pemberian nutrisi agar kadar minyak tetap
seimbang dan kulit dapat selalu terjaga kelembabannya. Salah satu keuntungan
kulit kering adalah riasan wajah dapat lebih awet, karena kadar sebum dalam
lapisan dermis tidak berlebihan hingga riasan tidak mudah luntur.
Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar,
mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan proses keratinisasi kulit
ari, tidak terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh
berkurangnya sekresi kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak.
Ciri lainnya yaitu mudah timbul kerutan yang disebabkan oleh menurunnya
elastisitas kulit dan berkurangnya daya kerut otot-otot, mudah timbul noda
hitam, mudah bersisik, riasan yang dikenakan tidak mudah luntur, reaktivitas
dan kepekaan dinding pembuluh darah terhadap rangsangan-rangsangan
berkurang sehingga peredaran darah tidak sempurna dan kulit akan tampak
pucat, suram dan lelah.

14
4. Kulit Sensitif
Diagnosis kulit sensitif didasarkan atas gejala-gejala penambahan warna, dan
reaksi cepat terhadap rangsangan. Kulit sensitif biasanya lebih tipis dari jenis kulit
lain sehingga sangat peka terhadap hal-hal yang bisa menimbulkan alergi
(allergen). Pembuluh darah kapiler dan ujung saraf pada kulit sensitif terletak
sangat dekat dengan permukaan kulit. Jika terkena allergen, reaksinya pun sangat
cepat.
Bentuk-bentuk reaksi pada kulit sensitif biasanya berupa bercak merah, gatal,
iritasi hingga luka yang jika tidak dirawat secara baik dan benar akan berdampak
serius. Warna kemerahan pada kulit sensitif disebabkan allergen memacu
pembuluh darah dan memperbanyak aliran darah ke permukaan kulit. Berdasarkan
sifatnya tadi, perawatan kulit sensitif ditujukan untuk melindungi kulit serta
mengurangi dan menanggulangi iritasi.
Kulit sensitif seringkali tidak dapat diamati secara langsung, diperlukan
bantuan dokter kulit atau dermatolog untuk memeriksanyadalam tes alergi-
imunologi. Dalam pemeriksaan alergi, biasanya pasien akan diberi beberapa
allergen untuk mengetahui kadar sensitivitas kulit.Kulit sensitif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut : mudah alergi, cepat bereaksi terhadap allergen, mudah iritasi dan
terluka, tekstur kulit tipis, pembuluh darah kapiler dan ujung saraf berada sangat
dekat dengan permukaan kulit sehingga kulit mudah terlihat kemerahan.
Faktor-faktor yang dapat menjadi allergen bagi kulit sensitif antara lain :
makanan yang pedas dan berbumbu tajam, kafein, nikotin dan minuman
beralkohol, niasin atau vitamin B3, kandungan parfum dan pewarna dalam
kosmetika, sinar ultraviolet dan gangguan stres. Kulit sensitif berbeda dengan kulit
reaktif. Meski timbul bercak kemerahan atau gatal-gatal akibat penggunaan
kosmetika tertentu, belum tentu menjadi gejala atau tanda kulit sensitif.
Kemungkinan bercak kemerahan tadi hanya menandakan iritasi ringan, yang akan
hilang sendiri. Kulit reaktif seperti ini dapat menjadi sensitif jika iritasi kemudian
meluas dan sukar sembuh. Untuk membedakannya perlu dilakukan tes alergi-
imunologi oleh dokter kulit.

5. Kulit Kombinasi atau Kulit Campuran


Faktor genetis menyebabkan kulit kombinasi banyak ditemukan di Asia.
Banyak wanita timur terutama di daerah tropis yang memiliki kulit kombinasi :

15
kering-berminyak atau normal-berminyak. Pada kondisi tertentu kadang dijumpai
kulit sensitif-berminyak. Kulit kombinasi terjadi jika kadar minyak di wajah tidak
merata. Pada bagian tertentu kelenjar keringat sangat aktif sedangkan daerah lain
tidak, karena itu perawatan kulit kombinasi memerlukan perhatian khusus. Area
kulit berminyak dirawat dengan perawatan untuk kulit berminyak dan di area kulit
kering atau normal dirawat sesuai dengan jenis kulit tersebut.
Kulit kombinasi atau kulit campuran memiliki ciri-ciri sebagai berikut : kulit
di daerah T berminyak sedangkan di daerah lain tergolong normal atau justru
kering atau juga sebaliknya. Di samping itu tekstur kulit sesuai jenisnya yakni di
area kulit berminyak akan terjadi penebalan dan di area normal atau kering akan
lebih tipis.

VI. Kosmetik untuk Perawatan Kulit


 Kemajuan di bidang kosmetik telah banyak menghasilkan berbagai produk kosmetik
untuk perawatan tubuh atau kulit, baik yang bersifat tradisional maupun modern.
Berbagai produk kosmetik untuk perawatan badan dan wajah baik secara modern
maupun tradisional antara lain :
1. Skin lotion untuk kulit normal hingga kering, dan untuk kulit normal hingga
berminyak gunakan milky lotion. Lotion ini merupakan moisturizer(pelembab
ringan) untuk menjaga kehalusan dan kelembutan kulit. Dapat digunakan
sepanjang hari dan sebagai fondation.
2. Face cream/Day cream/Face sun block cream (moisturizer) yaitu krim pelembab
yang berfungsi untuk menjaga kelembaban, kehalusan, kelenturan dan
kelembutan kulit wajah. Fleksibilitas lapisan kulit luar sangat tergantung pada
moisturizer. Krim ini dapat digunakan sepanjang hari sebagai fondation untuk
melindungi dan mencegah kulit kering dan berkerut karena sengatan matahari.
Krim ini juga dapat mencegah menguapnya air dari permukaan kulit.
3. Night cream/ight support/Nourishing cream, yaitu pelembab untuk perawatan
wajah pada malam hari. Krim ini kandungan lemaknya lebih banyak dan
berfungsi sebagai pelicin dan membantu menahan persediaan air.
4. Body lotion/ Soft body silkener/ Hand body lotion, yaitu lotion pelembab untuk
melembutkan dan menghaluskan kulit tubuh dan tangan.

16
5. Sun block lotion, yaitu lotion untuk mengatasi sengatan sinar matahari. Terlalu
lama terkena terik matahari, akan mengakibatkan warna kulit berubah suram
kecoklatan, kulit menjadi kering dan mempercepat penuaan kulit.
6. Hand cream yaitu krim pelembab khusus untuk tangan dan jari-jari tangan yang
berfungsi untuk melembabkan, melemaskan dan melindungi tangan terutama dari
bahan-bahan atau obat pencuci yang bisa menyebabkan tangan menjadi kasar.
7. Feet cream/Fancy feet action cream, yang berfungsi untuk melembutkan dan
menghaluskan bagian kaki yang kasar, seperti tumit, telapak kaki dan sela jari-
jari kaki.
8. Lip gloss/Lip sheener, yaitu pelembab yang berfungsi untuk menjaga kelembutan
bibir dan memberi kesan menyegarkan.
9. Lip balm yaitu pelembab yang berfungsi untuk mencegah pecah-pecah dan
terkelupasnya kulit bibir.
10. Minyak cendana mengandung minyak sulingan kulit cendana. Minyak ini
berkhasiat menghangatkan badan untuk merangsang peredaran darah, merawat
kulit dan membuat badan harum, lembut serta untuk mencegah kulit kering.
Minyak ini dapat juga digunakan dalam pemijatan badan, punggung, tangan dan
kaki.
11. Minyak zaitun dari buah zaitun yang berisi zat pelemas kulit. khasiatnya dapat
melemaskan kulit dan meremajakan kulit terutama kulit kering dan kasar. Dapat
juga digunakan untuk merawat kaki, tangan dan untuk pemijatan.
 Perawatan kulit yang berdasarkan pada tingkatan usia masing-masing.
1. Perawatan Kulit Bayi dan Anak
Sebelum melakukan perawatan kulit pada bayi dan anak-anak, harus
diketahui terlebih dahulu karakteristik kulit yang relatif masih tipis dengan
ketebalannya hanya sekitar 1 mm. Karena itu, kulit pada bayi dan anak-anak akan
mudah sekali mengalami iritasi oleh bahan-bahan kimia. Perawatan kulit pada
bayi dan anak-anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.
Ketika menggunakan pembersih, pilihlah sabun yang bersifat lunak dan
sedikit mengandung alkali serta menghindari penggunaan sabun yang
mengandung bahan-bahan aktif tertentu seperti mercury iodide, tribromo salicyl
anilida, dan lainnya. Juga harus menghindari bedak yang
mengandung antiseptic seperti asam borat, perubalsem, dan lainnya.

17
Penggunaan minyak bayi merupakan emolien yang cukup efektif namun
apabila pemakaiannya secara terus-menerus akan menimbulkan miliaria
terutama di daerah tropis.
2. Perawatan Kulit Remaja dan Dewasa Muda
Ketika anak telah memasuki usia remaja maka aktifitas pembentukan
hormon menjadi meningkat dan kelenjar sebasea menjadi besar dan aktif.
Begitu juga dengan adanya penambahan lapisan lemak kulit, rambut, dan
kulit muka menjadi berminyak, produksi keringat meningkat, dan kondisi kulit
terpengaruh oleh siklus menstrual.
Patut diketahui bahwa jenis kulit pada remaja mayoritas merupakan jenis
kulit berminyak, namun demikian terdapat pula jenis kulit normal dan kering.
Oleh karena itu perawatan pada kulit remaja dan dewasa muda sangat
berkaitan dengan jenis kulitnya masing-masing. Untuk kulit berminyak,
perawatan dan pembersihan kulitnya bisa dilakukan dengan:
 Menggunakan pembersih beberapa kali dalam sehari dengan air hangat dan
pembersih dengan bahan dasar air seperti cleansing milk, sabun, dan juga
cleansing lotion.
 Untuk kulit berminyak, hindari pemakaian kosmetika seperti pelembab,
foundation cream, dan lainnya. Kulit yang berminyak secara alami telah
banyak menghasilkan minyak.
 Melakukan penipisan dengan menggunakan scrub untuk menghilangkan
lapisan kotoran berlemak bersamaan dengan lapisan kulit mati yang sudah
terlepas di permukaan kulit.
Untuk kulit normal, jenis perawatan yang umum. Dalam arti tidak
memerlukan jenis perawatan dan pembersihan yang khusus seperti pada kulit
berminyak.
Pada kulit yang kering, pada prinsipnya perawatan bisa dilakukan dengan
mempertahankan kelembaban kulit serta dianjurkan untuk menggunakan
pembersih yang berbahan dasar minyak.
3. Perawatan Kulit pada Usia Lanjut
Gambaran kulit pada usia lanjut ialah kadar air sedikit, kolagen menjadi
kurang larut, kulit menjadi tipis, kering, dan juga terlihat keriput.

18
Pada kulit kalangan lansia, produksi kelenjar sebaseanya menurun, lemak
kulitnya berkurang, lebih mudah mengalami dehidrasi dan juga pengeluaran
keringatnya berkurang drastis.
Makanya perlu dibedakan cara perawatan dan pembersihan pada kulit
lansia dibandingkan dengan usia muda. Perawatan dengan menggunakan
kosmetika pada usia lanjut dimaksudkan terutama untuk mengatasi kekeringan.
Sebaliknya, perawatan kuratif secara medis lebih banyak dianjurkan untuk
mengatasi rasa gatal, mengurangi keriput kulit, dan juga mengurangi gangguan
sirkulasi yang menurun.
Sementara untuk mengatasi kekeringan kulit pada lansia hampir sama
seperti pada jenis kulit usia lainnya yakni dengan menggunakan pelembab,
menggunakan emolien, serta menghindar dari faktor-faktor yang menambah
kekeringan kulit seperti menggunakan bahan pembersih yang mengandung
sabun, alkohol, detergen, dan lainnya.

VII. Gejala Dan Jenis Gangguan Kulit


Gangguan pada kulit sering terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain
yaitu iklim, lingkungan tempat tinggal, kebiasaan hidup yang kurang sehat, alergi, dan lain
- lain.
Adapun gejala gangguan kulit antara lain :
 Gatal - gatal ( saat pagi, siang, malam, ataupun sepanjang hari )
 Muncul bintik - bintik merah (kemerahan), kehitaman, bercak keputihan, bentol -
bentol, berair dan bengkak.
 Timbul ruam - ruam, bersisik. Kadang disertai demam.
Beberapa jenis gangguan kulit antara lain yaitu :

 Gatal
Gatal adalah sejenis sensasi, yang sebenarnya merupakan sejenis rasa nyeri
yang sangat ringan. Gatal dapat ditimbulkan oleh macam – macam sebab dan tidak
selalu menunjukkan kelainan kulit.
 Eksim

19
Merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan kulit kemerah - merahan,
bersisik, pecah - pecah, terasa gatal terutama pada malam hari (eksim kering), timbul
gelembung - gelembung kecil yang mengandung air atau nanah, bengkak, melepuh,
tampak merah, sangat gatal dan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit
(eksim basah). Bagian tubuh yang sering diserang eksim yaitu tangan, kaki, lipatan
paha, dan telinga. Eksim disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia
tertentu seperti yang terdapat dalam detergen, sabun, obat - obatan dan kosmetik,
kepekaan terhadap jenis makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam,
alkohol, vetsin (MSG), dan lain - lain. Eksim juga dapat disebabkan karena alergi
serbuk sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim lebih
sering menyerang pada orang - orang yang berbakat alergi. Penyakit ini sering terjadi
berulang - ulang atau kambuh
 Kudis
Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit/tungau yang gatal yaitu
Sarcoptes scabiei var hominis. Kudis lebih sering terjadi di daerah yang higienisnya
buruk dan menyerang orang yang kurang menjaga kebersihan tubuhnya. Gejala yang
timbul antara lain : timbul gatal yang hebat pada malam hari, gatal yang terjadi terutama
di bagian sela - sela jari tangan, di bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling
siku, aerola (area sekeliling puting susu), dan permukaan depan pergelangan.
 Kurap
Merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Gejalanya antara lain
yaitu : kulit menjadi tebal dan timbul lingkaran - lingkaran, bersisik, lembab, berair,
dan terasa gatal, kemudian timbul bercak keputih - putihan. Kurap biasanya timbul
karena kurang menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap
yaitu tengkuk, leher, dan kulit kepala

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Tranggono, Dr. Retno I., Dra. Fatma L., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
2. Yanhendri, Satya W.Y., 2012, Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi,
CDK-194, 39(6).
3. Baranoski A, Ayello EA, 2004. Skin: An essential organ. In (Baranoski S, Ayello EA,
eds). Wound Care Essentials Practise Principles. Philadelphia : Lippincott William &
Wilkins, pp.47-60.
4. Dealey C, 2005. The Care of Wound. A Guide for Nurses. Oxford : Blackwell Science
Ltd, pp.1-12.
5. Moreau D, ed, 2003. Wound care made incredible easy. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin, pp.71,126.
6. Diegelmann RF, 2001. Introduction to Wound Healing. One Day Educational Course.
Wound Healing in the New Milleniium : The basics of care. Albuquerque, New
Mexico.

21

Вам также может понравиться