Вы находитесь на странице: 1из 7

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

Di susun guna memnuhi tugas mata kuliah Antropologi

PAPER

Dosen Pengampu:
Drs. Marjono, M.Hum

KELAS A

Oleh:
Kahfindo Arya Buana
NIM 160210302066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
SOAL UAS

1. Indonesia adalah negara yang bersifat multikultur. Kondisi keragaman


budaya sangat berpotensi untuk memecah belah dan timbulnya suatu
konflik. Bagaimana agar keragaman budaya itu bisa dijadikan sebagai
modal pembangunan atau integrasi nasional budaya. Jelaskan wawasan
anda dengan konsep integrasi!
2. Buatlah deskripsi tentang kerangka berpikir analisis rekonstruksi sejarah
dengan menggunakan salah satu konsep atau teori antropologi!
3. Ditempat asal budaya tentunya banyak upacara ritual dilaksanakan oleh
masyarakat yang didalamnya terdapat simbol-simbol yang diyakini sebagai
nilai tradisional faktual warisan leluhurnya. Coba deskripsikan mengenai
upacara perkawinan atau upacara ritual lainnya di tempat asal saudara!

JAWABAN

1. Definisi Integrasi Budaya


Menurut saya Integrasi kebudayaan adalah suatu proses adanya beberapa
jenis dan macam kebudayaan yang mengalami penyesuaian dan penyatuan dari
budaya-budaya tersebut sehingga tercipta suatu kesesuaian dan kesamaan atau
keharmonisan yang berfungsi dengan baik dalam kehidupan berbudaya sehari-hari.
Integrasi kebudayaan tersebut juga salah satu bentuk pergantian kebudayaan
dimana kelompok-kelompok yang berbeda mulai dapat beradaptasi di lingkungan
yang memiliki kebudayaan, perilaku, kepercayaan dan adat istiadat yang berbeda
tanpa menghilangkan karakteristik kebudayaan mereka sendiri.
Arti dari integrasi kebudayaan sangat jelas, tetapi untuk
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata sangat kompleks dan rumit.
Kebanyakan konflik yang telah kita ketahui sebelumnya dikarenakan adanya
pergesekan antara beberapa kebudayaan yang berbeda karakteristikya. Contoh pada
pernikahan, perceraian dapat terjadi karena dua individu yang memiliki nilai dan
norma yang berbeda karakteristikya. Konflik yang terjadi tersebut dikarenakan
kurangnya pemahaman mengenai integrasi kebudayaan. Menurut saya agar
terjadinya keharmonisan antara beberapa budaya yang berbeda adalah
menghormati budaya dari kelompokyang berbeda dengan latar belakang budaya
kita seperti sikap kita untuk tidak menyinggung SARA. Jika kita menghargai
kebudayaan orang lain yang berbeda tersebut, maka kita akan secara tidak langsung
menciptakan kehidupan damai karena sama-sama menghormati kebudayaan
masing-masing yang berbeda.
2.a.) Definisi Kearifan Lokal
Menurut Rahyono (2006) Kearifan lokal adalah kecerdasan manusia yang
dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman
masyarakat. Artinya adalah kearifan lokal itu sesuatu hasil dari kelompok
masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh
kelompok masyarakat lain.
b.) Tradisi Seni Tarawangsa di Kecamatan Cisompet Garut, Jawa Barat
Saya sebagai orang sunda, mengenal betul tradisi Jawa Barat yang hingga
saat ini masih lestari hingga saat ini, Jawa Barat adalah daerah yang kaya akan
khasanah kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan
sehari-hari masyarakatnya. Seni Tarawangsa merupakan salah satu kesenian
tradisional Jawa Barat yang hingga saat ini masih berkembang di beberapa daerah
di Jawa Barat diantaranya adalah di Rancakalong Sumedang, di Cibalong
Tasikmalaya, dan di Cisompet Garut. Dalam kehidupan masyarakat Jawa Barat
yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, seni tarawangsa erat
kaitannya dengan hal-hal yang menyangkut pertanian. Hal tersebut dapat terlihat
dari fungsi seni tarawangsa yang oleh masyarakat tani di Jawa Barat dijadikan
sebagai sarana upacara-upacara pertanian. Salah satu dari upacara tersebut
terdapat di kecamatan Cisompet Garut yang disebut dengan upacara Nyalikkeun.
Upacara nyalikkeun adalah suatu prosesi adat penyimpanan padi ke leuit
atau penyimpanan padi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat di Cisompet
secara turun temurun. Pelaksanaan upacara tersebut didukung oleh beberapa unsur
utama yaitu sesaji, pemimpin upacara, pendukung upacara dan sajian musik
tarawangsa. Sajian musik tarawangsa dalam upacara nyalikkeun merupakan
puncak dari keseluruhan pelaksanaan upacara. Berdasarkan fungsi dari musik
tarawangsa tersebut, maka masyarakat di Cisompet memandang seni tarawangsa
tidak hanya sebagai seni hiburan belaka atau hanya sebuah hasil "ciptaan",
melainkan lebih dipandang sebagai suatu simbol yang didalamnya mengandung
makna-makna tertentu yang dapat menunjang dalam kehidupan sehari-harinya.
c.) Kajian Teori
Disini saya menganalisis bahwa Tradisi diatas termasuk Teori
Interaksionalisme Simbolik dan Teori Tindakan Sosial. Teori Interaksionalisme
Simbolik (Mead) Individu dengan individu lain selalu melakukan interaksi dalam
kehidupannya. Individu tidak dapat hidup secara sendiri melainkan selalu
berdampingan dengan orang lain atau di dalam suatu masyarakat. Dalam suatu
masyarakat tersebut sering terjadi interaksi yang membuat mereka paham dengan
kehidupan masing-masing. Teori tindakan sosial menurut Emile Durkheim adalah
sebagai perilaku manusia yang diarahkan oleh norma-norma dan tipe solidaritas
kelompok tempat ia hidup.
d.) Kerangka Berpikir
Kebudayaan tidak lepas dari simbol-simbol. Simbol-simbol inilah yang
menjadi ciri khas atau yang memperkaya kehidupan masyarakat terutama di
masyarakat pedesaan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Cisompet masih
melestarikan kebudayaan dari generasi ke generasi. Kemudian adanya partisipasi
dari masyarakat sekitar, penonton dari warga sekitar yang menyaksikan tradisi ini.
Tradisi yang dilakukan masyarakat kecamatan Cisompet Garut, Jawa Barat
ini merupakan suatu kearifan lokal karena tradisi ini merupakan tradisi yang sudah
dilakukan dari generasi ke generasi sebagai upacara-upacara pertanian. Dilihat
dari seni musik Tarawangsa banyak sekali makna-makna atau simbol-simbol yang
terkandung didalam lagu dan musik yang digunakan untuk Upacara. Berikut ini
adalah kerangka berpikir dari analisis saya, yang dapat memberikan uraian tentang
analisis ini. Tradisi musik Tarawangsa dilakukan untuk sebagai pelengkap
upacara Nyalikkeun, musik yang mengandung makna ini dialunkan disaat puncak
upacara atau di akhir upacara. Dalam tradisi musik Tarawangsa ini dilaksanakan
dan ditonton oleh masyarakat sekitar yang melaksanakan upacara Nyalikkeun.
Tradisi Upacara
Nyalikkeun

Puncak Upacara seni


Tarawangsa

Kearifan Lokal

Masyarakat Desa di
Kecamatan Cisompet Garut

Partisipasi Masyarakat
Desa
3. Tradisi Sawer Suku Sunda di Jawa Barat
Saya sebagai orang Cimahi, pastinya saya orang Sunda, saya paham tradisi
adat pernikahan suku Sunda dan adat ini terus dilestarikan oleh Suku Sunda karena
tradisi ini adalah ciri khas dan identitas suku sunda sendiri, yang merupakan hasil
ciptaan para leluhur suku Sunda.
Perkawinan adat suku sunda dibagi dalam dua kategori, yaitu upacara
sebelum perkawinan dan sesudah perkawinan. Upacara sebelum perkawinan
merupakan kegiatan pematangan untuk terjadinya suatu perkawinan dan upacara
sesudah perkawinan merupakan kegiatan untuk memantapkan suatu perkawinan.
Arti Nyawer berasal dari kata awer yang diibaratkan seember benda cair
yang bisa diuwar-awer (diciprat-cipratkan atau ditebar-tebar). Dari pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa tempat yang dimaksud untuk melangsungkan
nyawer adalah di halaman rumah. Sementara itu, cipatran air merupakan benda-
benda sawerannya.
Budaya nyawer atau saweran dalam adat pernikahan Sunda menjadi acara
yang menambah semarak dan kemeriahan prosesi pernikahan. Selain itu, nyawer
juga mampu menciptakan suasana hangat dan akrab di antara keluarga kedua
mempelai. Karena tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga ada yang masih
sangat bersemangat untuk mengambil benda-benda saweran. Sebagian percaya,
benda-benda saweran tersebut dapat membuat orang yang mendapatkannya enteng
jodoh dan murah rezeki. Nyawer atau saweran merupakan budaya menaburkan
berberapa benda-benda kecil yang dilakukan oleh orang tua kedua mempelai.
Dengan menaburkan benda-benda tersebut dapat memberikan petunjuk kepada
kedua calon mempelai agar dapat menjalankan kehidupan rumah tangga yang
bahagia dan tidak lupa untuk senantia bersedekah kepada orang yang
membutuhkan.
Prosesi Tradisi Sawer
Dalam prosesi pernikahan adat Sunda, nyawer atau saweran dilakukan
setelah upacara ijab kabul atau pemberkatan dan sungkeman. Jika biasanya acara
nyawer dilakukan di luar ruangan, kini demi kepraktisan, ada beberapa mempelai
yang melakukan prosesi ini di dalam gedung.
Makna Tersirat dari Benda-benda Saweran ada beberapa benda istimewa
yang kerap disebar dalam acara nyawer, antara lain kunyit, beras putih, berbagai
bunga rampai, sirih, permen, uang logam dan beras kuning yang sudah direndam
dalam air kunyit. Masing-masing bahan tersebut memiliki makna berupa doa-doa
untuk kedua mempelai. Warna kuning dari kunyit diibaratkan emas dan merupakan
simbol harapan agar kedua mempelai dapat hidup dengan kelimpahan rezeki. Beras
merupakan makanan pokok bagi masyarakat Sunda dan menjadi simbol
kesejahteraan dan kebahagiaan yang cukup. Selain itu, uang logam juga
melambangkan kekayaan. Sedangkan aroma wangi dari bunga-bunga menjadi
harapan agar nama kedua mempelai senantiasa harum dengan perilaku yang mulia.
Dari benda-benda tersebut, tak ketinggalan sirih sebagai bentuk doa agar
kedua mempelai selalu hidup rukun dan saling pengertian satu sama lain. Dan
permen dengan rasa manis menjadi pengharapan agar kehidupan mempelai selalu
berjalan harmonis.
Selanjutnya adalah Payung dalam Prosesi Nyawer, kedua mempelai akan
duduk di kursi dan dipayungi dengan payung yang telah dihias cantik. Berbeda
dengan payung pada umumnya, payung yang digunakan pada prosesi nyawer
memiliki gagang yang panjang dan dibawa oleh sanak saudara dari kedua
mempelai. Payung merupakan simbol kewaspadaan dan sebagai lambang
permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar kedua mempelai selalu berada di
dalam lindungan-Nya.
Prosesi nyawer semakin hikmat dengan adanya nyanyian kidung berisi
nasihat sebagai bekal dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Kenapa nasihat
yang diberikan berupa nyanyian? Hal tersebut berawal dari masa penjajahan
kolonial yang melarang adanya pidato pada acara pernikahan karena khawatir akan
adanya unsur-unsur politik dan membahayakan posisi penjajah di tanah air. Oleh
sebab itu, nasihat diberikan dalam bentuk nyanyian indah dan menawan.
Ki Juru Sawer dan Nyi Juru Sawer secara bergantian melantunkan pantun macapat
dalam tembang Asmaradana atau Kinanti. Tembang-tembang yang merdu dan sarat
makna mendalam ini juga kerap membuat para hadirin merasakan haru dan
meneteskan air mata.

Вам также может понравиться