Вы находитесь на странице: 1из 71

Perubahan Itu Perlu

Karya : Akhmad Daffa Ramadhan

Ryan merupakan anak dari keluarga yang sangat kaya, ayahnya adalah seorang
manager perusahaan terbesar di kotanya, ibunya adalah seorang sekretaris sebuah
perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan ayahnya. Ryan yang sekarang duduk
dibangku kelas 12 SMA sudah di fasilitasi oleh ayah dan ibunya barang - barang serta
kendaraan yang mahal, sehingga membuat Ryan menjadi seseorang yang keras kepala
dan sombong. Ryan bersekolah di SMA Teladan Jakarta yang merupakan sekolah sangat
terkenal di sana. Ryan memiliki banyak teman yang sifatnya tidak jauh berbeda dengan
Ryan yaitu suka membully anak-anak sekolahnya, keras kepala, sombong, dan sangat
sering mencari masalah. Dia memiliki kelompok yang beranggota 5 anak yaitu Ardi,
Fani, Fikar, Rizky, dan Ryan. Di sekolah mereka merasa sangat berkuasa, siapapun harus
menuruti permintaan mereka. Namun ada seorang anak perempuan yang tidak pernah
menuruti kata kata mereka walau sudah berkali-kali dikerjai oleh 5 anak tersebut. Indri
namanya seorang anak yang cantik, pintar, tapi dia dari keluarga yang kurang mampu
berbeda dengan Ryan.
Suatu saat Ryan merasa bosan berada di kelas, seperti biasa yang dilakukan Ryan jika
ia merasa bosan berada dikelas, ia membolos pelajaran bersama 4 sahabatnya itu. Mereka
berkumpul di Kantin untuk melepas rasa bosan itu. Ketika Ryan hendak berjalan
memesan makanan, ada seorang anak yang tidak sengaja menabrak Ryan dan
menumpahkan minuman yang dibawanya ke baju Ryan. Anak tersebut meminta maaf
kepada Ryan tapi Ryan tidak terima sehingga ia memukul anak tersebut. Seisi kantin
melihat ke arah Ryan dan berkumpul membuat lingkaran ingin melihat apa yang akan
terjadi selanjutnya. Anak SMA Teladan sudah tau jika ada yang membuat masalah dengan
Ryan pasti ia akan berkelahi dengan Ryan. "Tettttt" bel istirahat berbunyi sehingga
membuat suasana di kantin tersebut bertambah ramai. Paksi anak yang tidak sengaja
menumpahkan minumannya tadi tidak perduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ia sudah tau jika Ryan pasti akan memukulnya lagi, satu pukulan lagi jatuh keperut Paksi
yang membuat Paksi merasa sangat kesakitan. Ryan masih saja menantang Paksi dan
pada akhirnya Paksi mulai melawan Ryan. Para murid yang melihat sangat terkejut
karena satu pukulan Paksi membuat hidung Ryan berdarah. Suasana bertambah risuh dan
membuat guru mengetahui kejadian tersebut dan pada akhirnya Ryan dan teman -
temannya di panggil keruang BK. Ia mendapat hukuman dari BK. Kali ini, Ryan
mendapatkan hukuman dan surat peringatan dari sekolah dan surat panggilan untuk orang
tua Ryan.
Sampai di rumah, seperti biasanya Ryan sangat sopan dengan pembantunya yang
sudah lama bekerja di rumahnya. Sikap Ryan dirumah sangat berbeda dengan saat di
sekolah, begitu juga dengan orangtuanya. Ryan sangatlah dingin atau tidak peduli dengan
orang tuanya yang sangat sibuk. Mereka bertemu pada saat malam hari ketika Ryan akan
kembali tidur. Ryan bercerita dengan Bi Siti pembantunya itu jika ia mendapatkan SP dari
sekolah. Bi Siti sangatlah sedih dan mencoba membujuk Ryan untuk berubah. Ryan
hanya mengangguk dan berpikir bagaimana cara ia memberi tau surat panggilan tersebut
pada orang tuanya. Tidak lama kemudian pintu terbuka dan ternyata ayah Ryan pulang
lebih awal dari biasanya. Ryan langsung naik menuju kamarnya. Ayahnya tidak sempat
berbincang dengannya. Jam dinding Ryan sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ibu
Ryan akhirnya pulang. Kemudian, Bi Siti naik ke kamar Ryan memberi tau bahwa ini
saatnya ia berbicara baik-baik dengan orang tuanya. Ryan hanya tersenyum, kemudian
mengambil surat panggilan tersebut dan memeluk Bi Siti kemudian turun kebawah. Ryan
melihat orang tuanya sedang berada di ruang tamu sedang sibuk dengan urusan mereka
masing masing. Ryan memulai pembicaraan dengan orang tuanya, tetapi tidak satupun
ayah ataupun ibunya melihat kearah Ryan. Bi Siti yang melihat dari kejauhan merasa
sangat kasihan kepada Ryan. Tidak lama setelah Ryan menjelaskan bahwa ia
mendapatkan surat peringatan dan panggilan orangtua dari sekolah. Ayah Ryan menjawab
bahwa ia tidak bisa datang karena ada rapat, begitu juga dengan ibunya. Ayah Ryan
memberikan uang kepada Ryan untuk keperluan Ryan dan menyuruh Bi Siti untuk datang
ke sekolahnya, hati Ryan sangatlah terpukul ia beranjak pergi ke kamarnya.
Keesokan harinya, Ryan berangkat ke sekolah dengan pikiran kosong, sehingga
siapapun tidak ia pedulikan. Ketika teman sekelompok nya mengajak Ryan untuk
berkumpul Ryan menolaknya dan memilih duduk diam di kelas. Indri mendekati Ryan
dengan membawakan Ryan bekalnya, Ryan melihatnya dengan mata yang seakan ingin
menangis karena ia merasa baru kali ini ia mendapatkan seseorang yang peduli dengan
dia selain Bi Siti. Teman teman Ryan tidak sepenuhnya peduli dengan Ryan, mereka
berteman dengan Ryan karena hanya memanfaatkan ketenaran dan kekayaan Ryan tetapi
Ryan tidak peduli dengan itu. Ryan memikirkan kata kata Bi Siti apakah saatnya Ryan
berubah dan memulai berbicara dengan Indri menceritakan semua keluh kesah Ryan.
Indri terkejut dengan sikap Ryan begitu juga dengan teman temannya yang baru saja
masuk kelas. Ryan sejenak berhenti dan merasa tenang setelah bercerita kepada Indri dan
mendengarkan saran dari Indri. Seketika Ryan menjadi seorang yang taat peraturan dan
pendiam berbeda dengan Ryan yang dahulu. Teman teman Ryan merasa Indri merubah
dengan mempengaruhi Ryan, mereka berburuk sangka dengan Indri. Mereka mengerjai
Indri dengan merusak rem sepeda motor Indri, kali ini mereka tidak hanya mengerjai
Indri tetapi menghilangkan Indri dari kehidupan Ryan. Tetapi pada saat itu Indri di paksa
pulang bersama Ryan menaiki mobil Ryan. Dan Indri menantang Ryan untuk besok
berangkat sekolah menaiki angkutan umum dan pulang bersama Indri menaiki motor
Indri.
Ryan dan Indri semenjak itu menjadi teman dekat dan Ryan menjadi anak yang rendah
hati dan baik seperti yang ia lakukan di rumah ketika bersama Bi Siti. Ryan juga tidak
lupa dengan teman temannya kadang ia juga bermain dengan teman temannya itu. Saat
pulang sekolah telah tiba Ryan pulang dengan Indri menaiki sepeda motor Indri yang
sudah dirusak oleh teman temannya dan pada saat itu juga di perjalanan pulang Ryan dan
Indri mengalami kecelakaan karena tidak dapat mengerem ketika ada mobil yang
mengerem mendadak. Mereka dilarikan kerumah sakit, Ryan mengalami koma karena ia
terlempar keatas mobil serta Indri mengalami luka luka, teman teman Ryan sangatlah
merasa bersalah dan orang tua Ryan beserta Bu Siti datang kerumah sakit mereka cemas
dengan kondisi Ryan. Tetapi sayangnya Ryan tidak dapat melihat kecemasan kedua orang
tuanya itu. Orang tua Ryan menjenguk Indri kemudian Indri menceritakan semua
kejadian yang menimpa Ryan dan semua keluh kesah Ryan. Orang tua Ryan terkejut
mengetahui itu semua dan mereka sadar bahwa mereka terlalu sibuk dengan urusannya
masing masing. Ibu Ryan menangis dan memutuskan untuk berhenti bekerja dan merawat
Ryan.
Seminggu setelah Ryan mengalami koma, keluarga Ryan berubah menjadi keluarga
yang lebih harmonis dan teman teman Ryan menjadi seorang yang berbeda dan berteman
dengan Indri dan teman-teman yang lain. Esok adalah hari ulangtahun Ryan. Ayah, Ibu,
Bi Siti merencanakan sebuah pesta ulangtahun untuk Ryan dengan bantuan teman-teman
Ryan. Dan pada akhirnya semua itu berjalan dengan lancar, Ryan merasa sangat bahagia
dengan kehidupan barunya dan kondisi keluarga barunya, senyum Ryan, Ayah dan Ibu
serta Bi Siti memancarkan kebahagiaan.
Dengarlah Dari Dua Sisi
Karya : Dea Fariska A

Di awal masuk sekolah, dari semua orang yang kulihat, dia tidak pernah
bercengkrama atau pun berkenalan dengan orang lain. Dia hanya duduk dan menyendiri
di depan pojok sambil bermain hp. Aku pun juga tidak berniat untuk menyapanya.
Ketika semua orang sudah mulai berkenalan, hanya dia seorang yang menjadi penyendiri
di kelas tersebut. Bahkan aku pun tidak akan kuat menjadi sepertinya. Oke, sebelum lebih
lanjut bercerita tentang dia mari kita berkenalan dengan dia. Dia bernama Susi. Memang
dia cewek namun, dia tidak pernah menampilkan kelakuan ceweknya. Dia memiliki
kepribadian yang sangat pede hingga terkadang aku yang malu sendiri melihatnya.
Mungkin itulah yang menjadikan semua orang risih dan tidak mau berteman dengannya.
Setiap harinya kehidupannya selalu seperti itu, terkadang bahkan tidak ada yang mau
sekelompok dengannya. Entah kenapa, mukjizat dari tuhan atau memang sudah
takdirnya. Tiba-tiba dia bisa membaur dengan yang lain dan mendapat teman. Aku pun
juga bisa kenal dan mengerti sifatnya.
"Hoi" Sapaku.
"Iya? Ada apa?" Balasnya.
"Namamu siapa?" Tanyaku.
"Perkenalkan namaku Susi. Kalau namamu siapa?"

“Ah namaku Sri Lestari. Sedikit aneh kan hahaha.”

“Tidak juga, namaku bahkan hanya Susi.”

“Hahaha.” tawaku

Layaknya berkenalan seperti biasa mengawali dengan bertanya nama dan


mengakhirinya dengan bertanya hal yang sangat pribadi. Lama-lama aku menjadi kenal
dan lumayan dekat, mengerti sikapnya dan kelakuannya yang selama ini orang orang
lihat. Namun, dibalik itu semua, dia sangat berusaha dengan keras untuk bertahan hidup.
Dia bekerja part time setelah bersekolah untuk memenuhi hutang ayahnya yang
menumpuk. Dan perlu kalian tahu, ayahnya adalah seorang yang penuh hutang dan tidak
bertanggung jawab. Hingga saat ditinggal ayahnya pun, dia masih harus berusaha
membayar hutang ayahnya. Sejahat apapun ayahnya dia tidak akan pernah membencinya
dan tetap menghormatinya. Karena menurutnya, sejahat apapun ayahnya akan tetap
menjadi ayahnya yang dulu pernah merawatnya dan menyayanginya.
Keesokan harinya, saat istirahat aku dan Susi pergi ke kantin untuk membeli
jajan,. Namun, ketika aku ingin membeli jajan, saat akan membayarnya aku lupa jika
tidak membawa uang. Saat aku ingin kembali ke kelas untuk mengambil uang., tiba-tiba
Susi memanggilku.

“Sri” Panggil Susi.

”Iya, kenapa?” Jawabku.

“Mau kemana?” Tanyanya

“Aku mau ngambil uangku dulu. Aku lupa tidak membawanya ternyata.” Balasku

“Pakai uang ku dulu gampang nanti kamu bayarnya kapan-kapan.” Ucapnya.

“Beneran sus? Makasih ya sus.” Ucapku.

Tidak pernah aku sangka dibalik kehidupannya yang sangat sulit untuk sekedar
hidup dia mau membantuku meminjami uangnya yang mungkin bagi dia sangat berarti
dan banyak. Tidak hanya sekedar baik, dia juga tidak pelit. Terkadang kita yang
mempunyai lebih saja tidak mau meminjamkan. Itulah yang membuatku terkesan.
Banyak belajar aku darinya. Dia tidak pernah mengeluh akan beratnya hidup ini, selalu
berusaha melakukan yang terbaik karena hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha.

Saat aku sudah mulai kenal dan dekat dengan Susi, ada seorang temanku yang
bilang kepadaku jika Susi terkena penyakit HIV AIDS. Susi terkena penyakit HIV AIDS
akibat pekerjaannya yang selama ini ternyata sebagai pelacur. Langsung ku terkejut, dan
sempat ku tidak percaya. Aku tidak pernah percaya dengan apa yang dikatakan temanku,
karena aku tahu dengan baik bagaimana Susi. Namun, temanku itu tetap menghasutku
hingga akhirnya aku terkena juga. Sejak saat itu, aku mulai menjauhinya secara perlahan-
lahan. Memang aku tidak menjauhi dia dengan terlalu kelihatan karena aku pun juga
tidak ingin menyakiti hatinya. Berhari-hari ketika dia mulai mengajakku berbicara, aku
selalu mencari cara untuk menghindarinya. Hingga akhirnya karena tidak tahan dia
menarikku untuk berbicara.

“Sri, ada apa denganmu? Apakah ada yang salah dariku hingga kamu selalu
menghindariku? Tanyanya dengan panjang lebar.
“Tidak tidak kau tidak pernah punya salah denganku. Hanya saja aku bingung
untuk menjelaskannya.”
“Bila ini tentang berita aku terkena penyakit HIV AIDS itu bohong Sri. Kau harus
percaya padaku. Aku tidak akan pernah mau untuk mengerjakan pekerjaan yang tidak
halal seperti itu.”
“Maaf ya, sudah ya aku mau ke kantin dulu.” Jawabku dengan tergesa-gesa akan
pergi.

Aku pergi terburu-buru dengan alasan ke kantin untuk menghindarinya.


Sebenarnya aku juga tidak tega melakukan itu terhadapnya. Namun, karena ketakutan
dan hasutan temanku membuatku mau tidak mau menjauhinya. Ketika dia tahu aku mulai
menjauhinya dia tidak pernah marah dan tetap baik terhadapku meskipun dia tidak pernah
tahu alasan apa yang membuatku menjauhinya. Sifatnya yang seperti itu membuatku
malu dan sadar bahwa aku bukanlah teman yang baik buatnya, karena meninggalkan dia
disaat terkena masalah.

Hingga keesokan harinya, ada berita yang menyebar bahwa dia tidak punya
penyakit HIV AIDS dan berita itu hanya bohong. Berita tersebut disebarkan akibat
adanya orang yang tidak suka dengan Susi. Ketika mendengar tersebut, aku pun langsung
berlari menuju kelasku dan berusaha mencari Susi. Aku pun langsung memeluk susi dan
berusaha meminta maaf atas tindakanku selama ini.

"Sus, bagaimana aku harus mengatakannya? Aku sangat menyesal sekarang


karena tidak pernah mendengar penjelasanmu." Maafku.
"Tidak apa-apa kamu tidak pernah salah. Hanya penyebar beritanya saja yang
salah. Karena semua orang pasti akan berbuat seperti itu jika mendengarnya. " Balas
Susi.
"Maaf ya Sus maukah kamu memaafkanku dan kita berteman lagi? " Pintaku.
"Tentu aku mau. Sudah lupakan semuanya, aku sudah memaafkan dan mari kita
menjalin pertemanan yang baru. "

Akibat dari kesalahanku yang tidak mau mendengarkan penjelasannya dan


hanya berusaha menjauhinya sebisa mungkin. Aku tidak pernah tahu bagaimana cerita
yang sebenarnya dan hanya mendengarkan cerita dari orang lain tanpa bertanya kepada
orang yang bersangkutan. Dari kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kita harus
mendengarkan masalah dari sudut pandang orang lain bukan hanya dari satu orang.
BROKEN HOME
Karya: Mutia Maurly Shaliha

Perkenalkan namaku Mita. Aku bersekolah di salah satu sekolah swasta di Jakarta.
Aku adalah anak yang biasa – biasa saja. Di sekolah aku hanya mempunyai sedikit
teman, begitupun di rumah aku jarang keluar rumah. Ini bukan karena aku tidak mau
mengenal lingkungan sekitarku, tetapi aku sudah terlalu lelah setelah seharian berada di
sekolah. Hari libur pun aku gunakan untuk mengistirahatkan badanku atau hanya
menonton film seharian.
Orang tuaku sibuk bekerja. Ayah dan ibuku adalah pebisnis. Karena itulah mereka
sering pergi ke luar kota dalam waktu yang cukup lama. Jadi, ya bisa dibilang aku tidak
mendapatkan perhatian yang penuh dari kedua orang tuaku. Pagi hari mereka pergi
bekerja setelah aku berangkat ke sekolah. Malam hari mereka pulang saat aku sudah
tidur. Jadi, aku jarang bisa menghabiskan waktu dengan kedua orang tuaku. Hari liburpun
mereka gunakan untuk mengurus pekerjaan yang belum selesai.
Hari ini, hari libur. Aku tidak pergi ke sekolah begitu juga kedua orang tuaku.
Mereka tidak pergi bekerja.
“ Ayah, hari ini kan hari libur. Bagaimana kalau kita pergi ke luar?. Bosan di rumah
terus.” Pintaku.
“ Lain kali saja ya, Ayah sangat lelah. Masih banyak pekerjaan yang harus Ayah
selesaikan.” Jawabnya.
“ Iya, Mit. Betul kata Ayahmu, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”
Ibuku menambahkan.
“ Ya sudah kalau begitu.” Kataku sedikit tidak bersemangat.
Ya apa boleh buat. Mereka lebih mementingkan pekerjaan daripada waktu untuk
berkumpul dengan keluarga. Aku kembali ke kamarku, melakukan aktivitas seperti
biasanya yaitu menonton film. Jika sudah bosan aku mungkin akan tidur atau
membayangkan mengapa langit itu berwarna biru bukan merah atau merah muda.
Apapun akan kulakukan untuk menghilangkan bosanku.
Minggu depan adalah hari ulang tahunku yang ke 17 tahun. Aku berharap dan
berdoa kepada Tuhan supaya orang tuaku lebih mementingkan ulang tahunku daripada
pekerjaannya.
Hari yang ditunggu pun datang. Namun aku tidak terlalu bersemangat walaupun
doaku terkabul. Mereka ingat dengan hari ulang tahunku dan aku merayakannya dengan
makan bersama di luar. Ya, aku pergi ke luar dengan orang tuaku dapat dihitung dengan
hitungan jari. Itu menandakan betapa sibuknya mereka.
“ Selamat ulangtahun yang ke 17 tahun sayang. Semoga kau menjadi anak yang
berbakti kepada orang tua dan membanggakan kami berdua.” Kata ibuku.
“ Terimakasih.” Jawabku singkat.
“ Kau mau minta hadiah apa dari Ayah?.” Tanya Ayah.
“ Aku tidak minta apa – apa. Mendapat perhatian dan kasih sayang yang lebih dari
kalian itu sudah cukup.” Kataku tidak bersemangat.
Mereka kemudian bertatapan seolah mengetahui apa yang aku rasakan.
Aku hidup di dalam keluarga yang berkecukupan. Apapun yang aku inginkan selalu
dituruti. Apalagi aku anak satu – satunya di keluarga ini. Walaupun kedua orang tuaku
sibuk dan aku jarang menghabiskan waktu dengan mereka. keluargaku bisa dibilang
masih harmonis. Komunikasi kita terjaga dengan baik.
Sampai suatu hari, ada yang berbeda dari Ayahku. Dia seperti menyembunyikan
sesuatu dari aku dan ibuku. Ia sering marah – marah hanya karena perkara yang sepele.
Padahal, sebelumnya Ayahku adalah orang yang sangat sabar. Malam ini kita makan
bersama. Hal yang tidak biasa jika kami bisa makan malam bersama seperti ini. Biasanya
aku akan membeli makan di luar karena ibuku bekerja dan aku tidak terlalu pintar
memasak.
Hand phone Ayah berdering, memecah keheningan. Ayah mengangkat panggilan itu.
Namun Ayah meninggalkan meja makan untuk mengangkat panggilan itu. Ini bukan hal
yang biasa Ayah lakukan. Aku dan Ibu merasa curiga.
“ Dari siapa yah?.” Tanya ibu.
“ Bukan siapa – siapa. Hanya teman.” Jawabnya singkat.
Aku tidak mau berpikiran yang macam – macam. Mungkin saja itu memang teman
Ayah sedang membicarakan pekerjaan. Aku berpikir bahwa Ayah tidak mau Aku dan Ibu
terganggu, sehingga Ayah meninggalkan meja makan.
Malam ini aku tidak bisa tidur. Entah ada apa, tetapi seperti ada yang mengganjal di
hatiku. Aku sudah berusaha untuk memejamkan mataku berharap tertidur dan bangun di
pagi hari. Namun, sekeras mungkin aku mencoba tetap saja tidak bisa.
Tiba – tiba aku mendengar kegaduhan di ruang tamu. Terdengar seperti barang –
barang yang jatuh karena dilempar dengan kasar. Aku segera turun dari kamarku dan
melihat apa yang terjadi. Aku melihat kedua orang tuaku bertengkar. Mereka bertengkar
hebat. Entah apa penyebabnya.
Aku hanya bisa melihat dari atas. Aku sangat sedih. Apalagi aku mendengar bahwa
Ayah akan menceraikan Ibu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku tanpa
seorang Ayah. Ini semua terjadi begitu saja, hari – hari sebelumnya aku tidak pernah
mendengar Ayah dan Ibu bertengkar. Apa mungkin ini ada hubungan dengan telepon
Ayah kemarin?.
Malam ini aku benar – benar tidak bisa tidur. Aku terus memikirkan perkataan Ayah.
Serta bagaimana kehidupanku yang akan datang jika hal ini benar terjadi ?.
Pagi ini aku tidak berangkat sekolah karena tidak enak badan. Begitu juga Ibu, hari
ini tidak masuk kerja. Aku mengerti apa yang sedang dirasakan oleh Ibu. Seharian aku
hanya berada di kamar. Keluar hanya untuk makan dan mandi – itupun kalau aku mau.
Akhirnya, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Ibu tentang kejadian
semalam. Tangisan ibu pecah ketika aku bertanya. Ibu menjelaskan bahwa Ayah pergi
dengan wanita lain. Jika ditanya, Ayah akan menjawab itu adalah rekan kerjanya. Pada
awalnya, Ibu masih bisa menerimanya. Namun, lambat laun Ayah menunjukkan tingkah
yang aneh.
Hari ini kedua orang tuaku resmi bercerai. Hak asuhku jatuh di tangan Ibu. Aku tidak
bisa hidup hanya dengan Ibu. Aku butuh kasih sayang keduanya. Mengapa mereka
menikah, mengucap janji suci kalau akhirnya berpisah.
Aku benci dengan semuanya. Terutama pada Ayah. Mengapa ia tega melakukan ini
semua. Apa kurangnya Ibu di mata Ayah?. Ibu selalu sabar bahkan ketika ia tahu Ayah
sudah pergi dengan wanita lain. Ibu diam. Dia menyembunyikan ini semua dariku.
Ayah sudah meninggalkan rumah selama seminggu sejak bercerai dari Ibu. Rasanya
sangat aneh, seperti ada yang hilang. Namun, ibu menjadi lebih memperhatikan dan
memperdulikan aku. Mungkin ia takut aku akan pergi meninggalkan rumah juga. Ia tidak
mau kehilangan orang yang dicintainya untuk kedua kalinya.

Setelah Ayah dan Ibu bercerai hari – hari ku terasa berat. Aku masih belum bisa
menerima keadaan ini sepenuhnya. Aku juga masih benci kepada Ayah. Apalagi kalau di
sekolah aku merasa malu dengan teman – temanku. Hampir semua temanku sudah
mengetahui kalau aku menjadi anak broken home.
Tepat sebulan setelah Ayah dan Ibu berpisah. Lambat laun aku sudah bisa menerima
keadaan ini. Aku juga sudah memaafkan Ayah. Ya, semua orang pasti punya
kesalahannya masing – masing. Walau bagaimanapun ia tetap Ayahku, dia pernah
merawatku, memberiku kasih sayang saat aku masih kecil. Tidak sepantasnya aku
memperlakukannya seperti itu. Ibu juga sudah menerima semuanya dengan ikhlas. Aku
merasa lebih bahagia sekarang. Aku mendapat kasih sayang yang lebih, walaupun tidak
dari kedua orang tuaku.
Karenanya
Karya: Sheren Isnaina Shafa

Fauzan Reyhan Bhaskara, atau yang sering disebut Reyhan adalah siswa SMA N 98
Jakarta. Sudah sewajarnya anak SMU, jika matahari telah menyinari dunia mereka harus
bangun dari tidur nyenyaknya dan bergegas untuk bersekolah. Apa lagi jika di Jakarta,
hampir seluruh jalanan setiap pagi macet. Namun Reyhan tak juga bangun padahal jam
sudah menunjukkan pukul 6 pagi, Reyhan baru bangun dari nyenyaknya tidur pukul 6
lebih 30 menit. Bukan seperti siswa pada umumnya yang jika terlambat langsung bersiap
siap karna takut terlambat, namun Reyhan justru memainkan hpnya, lalu ia mengirim
pesan kepada dwiki, Satrio putra Dwiki, kakak kelas Reyhan sekaligus pentolan SMA N
98 Jakarta.
"Lu dimana, gausah masuk sekolah aja? Kita ke kafe depan taman aja, gua lagi
bangun ni. Sekalian lu ajak Bima sama Iqbal. Ntar disana gua yang bayar."
Setelah menunggu beberapa menit Dwiki mengiyakan permintaan Reyhan. Akhirnya
mereka ke kafe tempat mereka janjian.
Sorenya setelah Reyhan sampai di rumah ia bertemu dengan papanya
"Kemana saja kamu? Guru kamu tadi menelfon papa," tanya Bhaskara, papa reyhan.
"Main sama temen, kesiangan tadi," jawab Reyhan ketus.
"Kenapa kamu tidak masuk sekolah? Apa kalau telat berarti kamu tidak sekolah?"
"Peduli apa sih papa sama aku, udah lah urusin aja bisnis papa sama pacar papa itu."
jawab Reyhan lalu meninggalkan papa dan masuk ke kamarnya.
Kejadian itu membuat Reyhan teringat akan mamanya yang telah tiada sekitar setaun
yang lalu dan papanya kini telah mempunyai penganti mamanya dan Reyhan belum siap
akan hal itu membuat hubungannya dengan papanya menjadi renggang.
Pagi hari tiba, hari itu Reyhan tidak terlambat sampai di sekolah. Dikarenakan Reyhan
ketahuan membolos kemarin, istirahat pertama Reyhan, Dwiki, Iqbal dan Bima dipanggil
guru BKuntuk keruangan BK. Disana Reyhan dan teman temannya kena marah karna
tindakannya kemarin. Akhirnya dikarenakan Reyhan terlalu sering berbuat ulah, Reyhan
mendapatkan ancaman jika dia terus menerus seperti ini dan tidak mau berubah Reyhan
akan di kembalikan ke orang tua. Karena kejadian di sekolah akhirnya Reyhan, Bima,
Dwiki dan Iqbal memutuskan pulang sekolah akan mampir ke kafe biasa mereka
nongkrong. Namun pada saat ditengah jalan mereka bertemu beberapa anak SMU N 26
Jakarta yang merupakan musuh bebuyutan dari SMU N 98 Jakarta, mereka pun terlibat
tawuran. Namun, karena kalah massa mereka hampir kalah lalu mereka melarikan diri,
sayang, Dwiki tidak bisa melarikan diri akhirnya Bima, Iqbal, Reyhan harus kembali
untuk menyelamatkan Dwiki namun justru mereka hampir kalah. Disaat yang bersamaan
ada siswi SMA N 98 Jakarta yang sedang lewat dan melihat aksi tawuran lalu teriak
meminta tolong warga untuk memisah mereka. Akhirnya mereka di tangkap warga lalu
diserahkan ke kepolisian setempat lalu mereka masuk ke dalam sel. Pagi harinya Bima,
Dwiki, dan Iqbal sudah dijemput para orang tua mereka namun tidak dengan Reyhan,
Reyhan baru dijemput papanya siang hari.
"Ngapain pake jemput aku, gausah dijemput sekalian juga gapapa," kaya Reyhan.
"Maafin papa Rey, papa ada meeting pagi dengan klien papa dari luar negeri yang
tidak bisa ditunda. Lagian kamu itu kenaoa kerjaannya cuma bolos sekolah, tawuran,
mabuk pulang malem," papa reyhan.
"Yaudah sih, ngapain juga pake jemput aku Kalo emang sibuk sama urusan papa, aku
juga ga minta dijemput," jawab Reyhan dengan meninggalkan papanya. Peyhan lebih
memilih pulang sendiri dari pada harus mobil dengan papanya.
Seperti biasa Reyhan terlambat bangun, namun dikarenakan kejadian tempo hari mau
tidak mau Reyhan harus berangkat sekolah. Sesampainya di gerbang sekolah, gerbang
sekolah sudah tutup, Reyhan ternyata terlambat tidak sendiri ia ditemani cewek yang
kemarin membantu Reyhan dan teman teman lainnya selamat dari SMU N 26 Jakarta
walaupun mereka harus ditahan di balik sejuri besi selama semalam.
"Reyhan," kata Reyhan dengan menjulurkan tangannya setelah mengetahui bahwa
cewek yang berada disebelahnya adakah cewek yang membantunya kemarin.
"Naura," jawab bauran dengan sedikit ragu karna Naura adalah cewek terkenal kalem
di sekolah, berbeda dengan Reyhan yang terkenal super dupr nakal di sekolah.
"Telat juga lu?" Tanya Reyhan.
"Iya," jawab nauran singkat.
"Mau lewat pintu samping ga? Mumpung masih jam segini, biasanya guru guru masih
pada di ruang guru sekalian gua bales Budi atas jasa lu kemarin," tawar Reyhan karna ia
telah mengetahui seluk beluk sekolahan.
"Tidak, terimakasih," jawab Naura polos, karna dia memang takut.
"Yaudah, gua tinggal ya" ancam Reyhan
"Tunggu tunggu,'' Naura berubah pikiran dan mengejar Reyhan lalu ikut masuk pintu
samping bersama Reyhan.
Reyhan, Dwiki, Bima dan Iqbal disuruh ke ruang BK pada jam pelajaran ke 2
dikarenakan masalah tawuran lusa. Papa reyhan juga dipanggil ke sekolah karena Reyhan
akan dikembalikan kepada orang tuanya. Namun, dikarenakan papa Reyhan adalah
donatur terbesar di SMU N 98 Jakarta Reyhan tidak jadi di keluarkan dari sekolah dengan
bersyarat, syaratnya yaitu ini adalah peringatan terakhir untuk Reyhan, jika Reyhan
masih berulah maka sekolah akan bertindak tegas tanpa mempertimbangkan apapun.
Istirahat tiba, Reyhan pergi dikantin untuk makan, karna pagi tadi Reyhan terlambat
bangun lagi dan tidak sempat sarapan. Namun, dikantin pada saat Naura membawa
semangkok bakso, Naura tidak sengaja disenggol oleh Putra dan membuat baksonya
sedikit tumpah dan mengotori baju Reyhan. Awalnya Reyhan sudah emosi dan geram
kepada Putra karna tingkahnya yang membuat baju Reyhan kotor, namun Naura
menyarikan baju ganti dan anduk di ruang OSIS untuk Reyhan dan mengasihnya ke
Reyhan. Reyhan juga berpikir, jika dia berantem lagi dengan Putra dia bisa dikeluarkan
dari sekolah. Akhirnya Reyhan menahan amarahnya.
"Ni, baju ganti sama anduk buat kamu," kata Naura selagi mengasih baju seragam
putih dan anduk.
"Dapet dari mana lu,'' tanya Reyhan dengan sedikit marah.
"Tadi aku minta ke ruang osis. Kamu buruan ganti baju, keburu istirahat selesai, aku
mau masuk ke kelas dulu. Maafin aku tadi ya,'' jawab Naura selagi meninggalkan
Reyhan.
Reyhan merasa sangat diperhatikan karena setelah mamanya meninggalkan Reyhan
tidak pernah diperhatikan papanya. Setelah Reyhan menganti bajunya Reyhan masuk ke
kelas untuk mengikuti pelajaran.
Di parkiran setelah pulang Reyhan, Reyhan bertemu dengan Angga.
''Ngga, tunggu,'' panggil Reyhan ke Angga.
"Ada apa Rey?,'' jawab Angga.
"Lu anak XI Mia 2 kan? Kenal Naura kan?'' tanya Reyhan.
"Iya, kenal kenapa?"
"Gua minta nomer Naura dong," minta Reyhan.
"Ta.. tapi Rey," jawab Angga gugup, karena Angga tidak berani mengasih nomer Hp
Naura ke Reyhan namun Angga juga tidak berani menolak permintaan Reyhan karena
Angga takut kepada Reyhan.
"Tenang, ga gua apa apain. Gua cuma mau ngucapin makasih karena tadi dia cariin
baju buat gua waktu baju gua kotor.''
Akhirnya Angga mengasih nomer Naura ke Reyhan. Sampainya di rumah Reyhan
mengirim pesan ke Naura.
"Makasih ya buat tadi,'' Reyhan.
"Ini siapa?" tanya Naura.
"Gua reyhan," jawab Reyhan.
"Loh, kamu dapet nomer ku dari siapa?'' tanya Naura.
"Gua dapet nomer ku dari Angga. Oiya, ku besok malem Selo ga? Gua mau bales
budi sama lu," Reyhan.
"Gatau besok, kenapa?" tanya Naura.
"Gua mau bales budi, kalo lu selo gua mau ngajak lu makan. Gua bayarin, gua
jemput besok jam 5 dirumah lu."
"Loh, kamu tau rumahku?" Naura semakin bingung.
"Ga lah, ya kan ku bisa shareloc dasar cewe alim hahahah."
"Jangan lupa ntar sore ya," ucap Reyhan waktu pernapasan dengan Naura di sekolah
pada pagi harinya.
Naura hanya diam melihat tingkah Reyhan. Hari hari berlalu Naura dan Reyhan
semakin dekat, walaupun awalnya Naura malu malu namun hati Naura luluh juga karena
sikap Reyhan yang membuat Naura penasaran. Dan sikap Naura yang sangat polos
membuat Reyhan berubah sikap yang awalnya emosian, suka tawuran menjadi seseorang
yang lembut dan yang awalnya Reyhan belum bisa menerima kematian mamanya dan
penganti mamanya akhirnya setelah kenal dengan dengan Naura Reyhan bisa menerima
kematian mamanya dan menerima penganti mamanya.
PENTINGNYA RAMBU RAMBU LALU LINTAS
Karya: Wijaya Nur Farhantya
Ada sebuah kisah,ada orang yang bernama Putra ia memiliki keluarga,dia hidup
bahagia bersama keluarganya dan ia mempunyai teman bernama Rama, Putra bekerja
sebagai akuntan di suatu bank dan ia hidup bahagia bersama keluarganya,sedangkan
Rama adalah teman lamanya Putera yang bekerja sebagai polisi dia mempunyai istri dan
1 orang anak tetapi anaknya meninggal tertabrak akibat pengendara yang melanggar
rambu-rambu lintas, anaknya meninggal sewaktu umurnya 8 tahun dan Rama sangat
terpukul karena anak semata wayangnya ditabrak oleh pengendara mobil yang ugal-
ugalan.

Pada siang haru yang terik putra dan keluarganya bertamasya ke keluar daerah
yang sangat jauh meembutuhkan waktu sekitar 3 jam,putra dan keluarganya memutuskan
untuk pergi ke pantai seebelum sampai di pantai Putra transit di hotel terlebih dahulu baru
ia lantas pergi bersama keluarganya ke pantai terdekat. Untung ada hotel yang dekat di
sekitar pantai itu sehingga lebih mudah untuk menginap di dekat pantai. Tepat jam 3 sore
Putra dan keluarganya pergi ke pantai dengan menempuh jarak 1 jam, anak-anak Putra
sangat senang bisa pergi bersama keluarganya pasalnya putra adalah orang tua yang sibuk
dan jarang pergi bersama keluarganya. Anaknya sangat menikmati perjalanan,dapat
melihat pohon pohonan di sekitar pantai. Setelah tiba di pantai putra dan keluarganya
turun dari mobil dengan membuka pintu lalu mereka menutupnya kembali,Putra tidak
lupa menutup kembali pintu tersebut menggunakan kuncinya lalu mereka pun pergi
membelu tiket untuk masuk ke Pantai Indrayanto, harga tiket tersebut lima ribu rupiah
setelah mereka membeli tiket tersebut mereka masuk ke dalam pantai tersebut, lalu
mereka ganti baju menggunakan baju pantai yang mereka beli di toko baju dekat pantai.

Anak-anak Putra sangat senang bermain di pantai, bermain istana pasir, air dll.
Setelah mereka bermain mereka kelelahan dan kelaparan lalu mereka mencari restaurant
terdekat, setelah sampai di restoran lalu mereka makan, mereka memilih memakan
seafood karena anak-anaknya menyukai makanan laut atau seafood mereka memesan
kepiting,udang,ikan dan makanan laut lainya. Setelah mereka selesai memakan itu lalu
mereka pulang dan pada saat itu jam menunjukan pukul enam sore lalu mereka
melanjutkan perjalanan untuk belanja pergi ke mall , mereka sampai di mall pada pukul
setengah enam,karena mall tersebut sangat dekat dengan pantai sehingga membutuhkan
sedikit waktu, setelah mereka sampai mall lalu mereka turun dan menutup pintu mobil
mereka dan putra mengunci mobil dengan kunci mobil Putra,lalu mereka masuk mall
melewati pintu otomatis yang menggunakan sensor.

Setelah mereka masuk lalu mereka mulai belanja bersama,putra belanja untuk
kebutuhan kerjanya istrinya membeli barang untuk kebutuhan dapur dan anak-anaknya
membeli mainan, setelah mereka selesai belanja mereka kembali makan,karena waktu
sudah menunjukan pukul setengah delapan malam lalu mereka membeli makanan di
Hoka Hoki Benti karena anaknya belom pernah mencoba makanan ala-ala jepang yang
harganya tidak begitu mahal dan terjangkau.Setelah mereka selesai makan lalu mereka
melanjutkan membeli barang karena Putra lupa membeli sesuatu untuk pekerjaanya,
setelah mereka selesai membeli barang-barang itu lalu mereka siap-siap untuk kembali ke
hotel.

Mereka kembali ke hotel pada pukul sembilan malam,anak-anak Putra tertidur di


dalam mobil karena sudah terlalu capek dan akhirnya mereka tidur di mobil hingga
kembali ke hotel, setelah sampai di hotel lalu mereka menidurkan anak anaknya. Pagi
harinya salah satu anaknya ulang tahun dan mereka merayakanya di suatu restaurant
mereka keluar dari hotel pukul 10 pagi dan sampai di restaurant mereka merayakan
dengan memakan menu yang ada di restaurant tersebut dengan memakan makanan cepat
saji,lalu mereka melanjutkan perjalanan untuk pergi ke suatu wahana,mereka pergi ke
wahana permainan itu pada pukul 12 siang,wahana tersebut bernama d
Difan dan anak anaknya sangat menikmati permainan wahana di Difan,mereka bermain
roller coster, niagara, komedi putar, dan masih banyak yang lain. Setelah mereka lelah
bermain mereka lalu pulang,pada saat itu waktu menunjukan pukul 5 sore,mereka
melakukan perjalanan pulang.

Saat dalam perjalanan pulang Putra sangat mengantuk dan mulai menepi untuk
membeli kopi supaya tidak ngantuk,setelah ia membeli kopi dan meminumnya Putra
melanjutkan perjalananya menuju ke rumahnya. Di tengah perjalanan Putra melanggar
rambu-rambu lalu lintas yang ada di jalan tersebut lalu ada polisi yang melihat bahwa ada
pengendara mobil yang melanggar rambu rambu lalu lintas,lalu polisi tersebut
membunyikan peluitnya,supaya pengendara yang melanggar rambu rambu lalu lintas
tersebut menepi lalu berhenti. Tetapi Putra tidak menggubris peluit yang berbunyi
tersebut lalu Putra tetap melanjutkan perjalanan,setelah sampai di suatu tempat putra
melihat ke arah spion melihat bahwa ia dikejar oleh seorang polisi. Melihat polisi tersebut
lalu Putra menepi dan memberhentikan kendaraaan Putra. Setelah berhenti putra merasa
tidak asing dengan wajah polisi tersebut ternyata polisi tersebut adalah kawan lamanya
yang bernama rama, lalu Putera menyapa Rama

“Loh Rama apa yang kamu lakukan disini ?”

“Aku hanya ingin menegur bahwa anda tadi melanggar rambu rambu lalu lintas”

“Heleh kan cuman rambu rambu, aku sedang buru-buru nih bro jadi gapapalah
langgar dikit”.

Lalu Rama memberikan sekuncup surat dan membiarkan Putra melanjutkan


perjalananya. Setelah sampai di rumah Putra membaca surat yang diberikan Rama,ia
terkejut melihat isi surat tersebut. Isi suratnya menjelaskan bahwa anak semata
wayangnya meninggal karena tertabrak mobil yang melanggar lalu lintas.

Setelah membaca surat tersebut Putra berkaca kaca dan merasa sangat bersalah
telah melanggar rambu rambu yang ada,setelah kejadian ini Putra berjanji tidak akan
melanggar rambu-rambu lalu lintas lagi,keesokan harinya putera ingin menemui rama
untuk meminta maaf kepada Rama, Putra menemui Rama tepat pada pukul 8 pagi agar
rama tidak keburu bekerja,setelah sampai di rumah Rama,Putera mengetuk pintu rumah
Rama

“Tok tok assalamuallaikum,apakah bapak Rama ada di rumah ?”

“Wallaikumsallam,ada. Anda siapa ya ?”

“Saya Putra teman sma nya dulu”

“Ohh iya bentar saya panggilkan suami saya dulu”

“Ohh Putra to, gimana kabar mu Put ?”

“Allhamdullilah baik Ram,maksud kedatanganku kemari hanya untuk meminta


maaf soal kejadian yang kemaren aku harap kamu dapat memaafkan kesalahanku
kemarin karena melanggar rambu-rambu lalu lintas sehingga membuat kamu
mengenang anakmu yang telah meninggal karena tertabrak mobil.”

“Gapapa kok Put aku juga tau kamu kemaren dalam keadaan tergesa dan kamu
terlihat sudah sangat lelah mengendarai mobil”
Setelah percakapan tersebut selesa,Putera lalu memeluk teman lamanya itu
dengan erat sambil meneteskan air mata karena merasa bersalah akibat masalahnya
kemaren melanggar rambu-rambu lalu lintas,dan akhirnya setelah putra meminta maaf
kepada Rama, Putera dapat kembali ke rumah dengan perasaan yang lega.
Merelakan yang Ku Sayang
Karya: Ailvista Pelangi Astura

Disebuah universitas yang elite ada seorang gadis bernama Alice. Ia tinggal
sendiri di kos dekat kampusnya. Alice memiliki sahabat dekat yang bernama Siska. Siska
merupakan seorang gadis yang pintar dan juga rajin. Siska selalu membantu Alice untuk
mengerjakan tugas kampusnya. Mereka sudah sejak smp saling mengenal dan sampai
sekarang mereka masih sangat akrab.
Pagi itu, ponsel Alice berdering berkali-kali. Setelah diangkat ternyata yang
menelpon adalah sahabatnya. Siska menyuruh Alice untuk segera datang ke kampus.
Kriiiing... kriiiiing...
“Hhhh?? Siapa?? Pagi-pagi begini telpon.” Suara lemas Alice saat mengangkat
telponnya.
“Wooy Banguuun!! Udah jam 9, dosennya keburu dateng.” Teriak Siska di
seberang sana.
“Hah udah jam 9?? I-iya bentar, dah ya aku siap-siap dulu.” Tutup Alice dengan
tergesa-gesa.
Setibanya di kampus, Alice melihat papan pengumuman. Di sana tertulis bahwa
Dosen kelasnya tidak dapat mengajar. Ia lalu mencari sahabatnya yang sudah membuat
dirinya terburu-buru. Alice lari untuk mencari sahabatnya itu, tanpa disengaja ia
menabrak seorang laki-laki yang berjalan di depannya.
Brugghh!!!
“E-eh maaf tadi aku keburu-buru.” ucap Alice dengan nada menyesal.
“Oh iya nggak papa, lain kali hati-hati ya.” Jawab laik-laki itu dengan tersenyum.
“Lho Alice udah sampe?? Tadi aku nunggu di kantin. Oiya kalian udah saling
kenal??” Tanya Siska yang tiba-tiba datang.
“Enggak, tadi aku nggak sengaja nabrak dia.” Jawab Alice menyanggah
pertanyaan Siska.
“Eh iya nih kenalin ini James,keturunanan bule. Mamanya kenal deket sama
mamaku.” Ucap Siska yang memperkenalkan laki-laki itu.
“James, salam kenal ya” kata lelaki pirang itu, sambil menjulurkan tangannya.
“Alice, salam kenal juga.” Jawab Alice sambil membalas jabatan lelaki itu.
Di kantin, Alice melamun melihat lelaki pirang yang ia temui tadi sedang bersama
cewe-cewe yang sangat centil. Ia heran karena melihat tingkah laku lelaki itu karena tetap
tersenyum walaupun sudah banyak cewek yang menggodanya sampai ada yang mencubit
pipinya.
“Aliiice!!! Iihh dari tadi diajak bicara nggak nyaut lagi ngelamunin apa sih??”
Tanya Siska dengan suaranya yang keras membuat lamunan Alice buyar.
“Siskaa biasa aja dong nanyaknya bisa budeg nih telingaku.” Jawab Alice dengan
nada kesalnya.
“Habisnya kamu dari tadi aku ajak bicara nggak nyaut. Hayooo.. liatin James
yaaa?? Seriusan kamu naksir?? Udaah ngaku aja, emang sih ganteng keturunan bule
lagi.” Jawab Siska dengan nada memojokkan.
“Iiih apaan sih Ka.. orang cuma liat, bukan berati suka kan??” jawab Alice dengan
kesal.
Malam hari saat Alice main hp tiba-tiba ada undangan grup yang masuk. Di sana
sudah tertera nama Siska dan James. Dan akhirnya Alice bergabung dengan grup line
tersebut. Tak terasa mereka sudah banyak bercakap-cakap di grup tersebut, sampai Alice
pun tertidur.
Paginya, Alice Siska dan James sudah berada di kantin untuk sarapan sebelum
kelas di mulai. Walaupun James berbeda kelas dengan Alice dan Siska, mereka sering
berkumpul saat waktu senggang untuk sekedar ke mall bersama atau pun besendau gurau.
Dan sekarang sudah 1 semester Alice dan James bersama-sama. Hingga akhirnya
muncullah perasaan tersendiri dari James untuk Alice. Namun sampai saat ini James
belum siap mengutarakan perasaannya pada Alice karena mereka juga berstatus sebagai
sahabat. Tidak jarang James menghabiskan waktu bersama dengan Alice untuk menonton
film bersama, belanja barang-barang yang mungkin tidak sangat diperlukan. Dan juga
menemani Alice jika Siska tidak bisa menemaninya. Karena Alice hanya tinggal sendiri
dan sering kesepian. Orang tuanya sangat sibuk sampai tak sempat menjenguk Alice. Dan
kakaknya yang hanya 2 minggu sekali untuk menengok Alice dan menyiapkan
kebutuhan-kebutuhan Alice.
“Aliice! Udah lama ya nunggunya?? Tanya lelaki pirang yang sekarang sudah
menjadi sahabatnya.
“Ah enggak kok, yuk jadi kan nonton filmnya?? Jawab Alice seraya
menggandeng tangan James.
“E-eh iya.” Jawab James sambil melirik gandengan tangannya dengan Alice.
Saat di kampus, Siska bercerita bahwa ada anak baru yang akan satu kelas dengan
mereka. Kata Siska cowoknya ganteng, sebelas dua belas dengan James tapi versi lokal.
“Alice sumpah cowoknya ganteng trus orangnya keliatan nggak neko-neko, aku
jamin kamu bak..” ucap Siska yang lama-lama ngawur.
“Siska pliiss cukup, aku lagi nggak minat.” Jawab Alice yang sudah muak
mendengar cerita Siska tentang anak baru itu.
“Ah kamu nggak seru, belum ketemu aja udah bilang nggak minat.” Ucap Siska
dengan kesal.
“Dah yuk ke kantin, laper banget tadi belum sarapan” ajak Alice untuk
mengalihkan pembicaraan.
Setibanya di kantin, ternyata di sana sudah ada James dan satu lelaki yang
membelakangi Alice dan Siska. James yang melihat Alice dan Siska mengajak untuk ikut
bergabung di meja yang sama.
“Hey!! sini bareng aja.” Ajak James dengan melambaikan tangannya.
“Eh Alice kamu duluan aja, aku biar yang pesen makan.” Ucap Siska yang
kemudian menuju kios makanan.
“ Oh oke.” Jawab Alice dengan singkat.
Saat Alice menuju meja James, ia sambil berpikir siapa lelaki itu. Karena Alice
tak pernah melihatnya. Alice sempat berpikir bahwa itu adalah anak baru yang tadi
diceritakan oleh Siska.
“Alice, ini Arda anak baru di sini. Dan Arda, ini Alice, kelas studio perancangan.”
Ucap James yang memperkenalkan Alice dengan Arda.
“Lho studio perancangan, berarti aku satu kelas denganmu?” tanya lelaki itu pada
Alice
“I-iya aku kelas itu.” Jawab Alice dengan gugup.
Alice sangat gugup karena yang diceritakan Siska benar. Lelaki ini yang dari
parasnya terlihat menarik membuat Alice terpana seketika.
“Oh iya, boleh minta id line??” Tanya lelaki itu sambil tersenyum.
“Iya bo-boleh, buat apa ya??” tanya Alice dengan nada polosnya.
“Buat ngajak kencan.” Jawab lelaki itu sambil menatap Alice.
Alice terdiam, dia rasanya ingin berteriak karena tidak tahan ditatap seperti itu
oleh Arda. James yang mendengar jawaban Arda yang ingin mengajak Alice berkencan
hanya melirik Arda. Mengetahui James meliriknya, Arda menjelaskan bahwa itu hanya
untuk bercanda karena melihat tingkah gugupnya Alice. Mereka pun akhirnya tertawa
bersama.
Sejak mengenal Arda, entah mengapa Alice setiap harinya memikirkan Arda. Dia
bahkan tidak tahu jika sebenarnya yang mencitainya adalah James. Dan dia bahkan tidak
mengerti perhatian James melebihi dari perhatian kepada sahabat. Yang dia tahu hanya
James melakukan itu karena James menyayangi Alice sebatas rasa sayang kepada
sahabatnya. Lambat laun James bisa merasakan bahwa Alice menyukai Arda, dan itu
membuat James sedikit kecewa. Karena James yang lebih dulu menyukai Alice, tetapi
Alice malah menyukai Arda. Awalnya James membuang jauh perasaan itu, ia berpikir,
tidak mungkin Arda merebut Alice darinya. Karena Arda adalah sahabat dekatnya.
Saat mengantar Alice pulang, James ingin mewujudkan niatnya untuk
mengungkapkan perasaanya pada Alice.
“Alice..” panggil James dengan suara yang pelan.
“Iya?? James makasih ya udah selalu nganterin aku pulang, aku harap kita selalu
sama-sama. Dan satu lagi harapanku, aku pengen kamu selamanya menjadi sahabatku.
Karena aku sayang James. Tetap seperti ini ya, James jangan berubah, aku nggak mau
lagi kehilangan orang yang aku sayangi.” Ucap Alice dengan suara yang sudah parau.
James kaget mendengar ucapan Alice. Rencananya untuk mengungkapkan
perasaannya pada Alice seketika hilang entah kemana. Hatinya pun juga sudah sangat
tidak karuan. Orang yang dicintainya sejak lama ternyata hanya menganggapnya sebagai
sahabat. Perjuangan yang dulu ia lakukan untuk mendekati Alice tidak ada apa-apanya.
James pun memeluk Alice untuk menenangkannya. Padahal James yang saat ini paling
rapuh karena perjuangannya selama ini sia-sia.
Keesokan harinya saat Arda duduk di taman kampus, ia mendengar seseorang
meminta tolong. Tetapi Arda tidak melihat satu orang pun di sekitar taman itu. Hanya
dirinya yang sedang berada di taman. Arda pun mencari sumber suara tersebut, ternyata
suara tersebut berasal dari gudang kampus yang letaknya tidak jauh dari taman. Ia
mendekati pintu gudang tersebut dan mendengar teriakan suara yang ia kenali. Ya itu
Alice, tetapi Alice tidak sendiri. Ia berada di sana dengan anak-anak cewe lain.
“Heh dengerin ya, jadi cewe tu jangan kayak cabe!! Udah deket sama James
masih aja kegatelan sama Arda.” Kata salah satu cewe sambil menjambak rambut Alice
dengan kasar.
“Aku nggak kegatelan kok, mereka semua sahabatku.” Jawab Alice dengan
menahan rasa sakit.
“ALAAHH UDAH DEH JANGAN NGELES!!! RASAIN NIH!!” bentak salah
satu cewek sambil memukul Alice.
“Jadi cewek tu jangan sok jual mahal deh, James udah naksir sama lu. Tapi lu
nggak pernah nggubris, malah deket sama Arda!! DASAR SOK KECANTIKAN!!! Ucap
salah satu dari mereka.
“TOLOONGG... JANGAN SAKITI AKUU...” ucap Alice dengan nada
memohon.
Alice sudah tidak kuat lagi terkena pukulan dari teman-teman ceweknya tersebut.
Ia sampai mimisan dan lebam-lebam pada tangannya. Arda yang mendengar teriakan-
teriakan di gudang itu, langsung mendobrak pintu tersebut dan saat pintu terbuka ia
membentak cewe-cewek tersebut. Cewek-cewek yang masih memukulnya tiba-tiba kaget
dan terdiam. Arda sangat kaget melihat Alice yang sudah pingsan dan terdapat luka-luka
di bagian tubuh Alice. Ia langsung dengan sigap membawa Alice ke rumah sakit tanpa
mempedulikan cewek-cewek tersebut yang sudah kabur.
“Alicee.. apa yang terjadi?? Kenapa cewek-cewek tadi memukulmu??” Tanya
Arda dengan sangat khawatir.
“Arda, ku mohon jangan bilang kejadian ini pada James. Dan aku mohon kamu
jangan pergi dari sini. Aku takuut Da..” pinta Alice dengan suara yang lemah.
“Iya Alice.. aku nggak akan pergi. Tapi tolong jelasin apa yang terjadi.” Jawab
Arda yang masih menghawatirkan keadaan Alice.
Ternyata salah satu cewek-cewek yang memukuli Alice ada yang menyukai
James. Cewek tersebut tidak rela jika Alice menjadi pacar James. Padahal selama ini
James yang mendekati Alice. Dan Alice tidak merasa bahwa James sudah lama
menyukainya. Sejak saat itu Alice menjaga jarak dengan James, agar kejadian itu tidak
terulang kembali pada dirinya.
Luka yang dulu ia pernah rasakan saat kecil, kini terjadi lagi. Ia mengalami
kekerasan dari ayahnya sendiri. Karena ayahnya dulu mengira bahwa Alice adalah anak
haram dari hubungan ibunya dengan laki-laki lain saat ayahnya pergi ke luar kota. Ia
tidak dipedulikan oleh kedua orang tuanya, mereka sangat sibuk mengurus bisnis di luar
negeri. Dan sampai saat ini kebenaran pun belum terungkap. Itu yang membuat Alice
menutup diri dari orang-orang asing.
Dua bulan pun berlalu, kejadian yang dulu sempat terjadi pada Alice sudah ia
lupakan. Ia masih tetap bersama dengan sahabatnya. Dan James sudah megetahui apa
yang dulu pernah terjadi pada Alice. Awalnya ia mengira Alice akan membencinya,
karena kejadian tersebut. Namun Alice tetap bersikap baik pada James. James juga
meminta maaf atas kejadian yang telah menimpa Alice. Dan cewek-cewek yang terlibat
dalam kejadian itu juga sudah meminta maaf kepada Alice.
James berpikir bahwa Arda yang lebih cocok untuk melindungi Alice. Karena
bersama Arda, Alice bisa tertawa lepas tanpa menahan beban pikiran yang ia rasakan.
Pada akhirnya James merelakan Alice untuk jatuh kepelukan Arda, walaupun awalnya
dengan berat hati. Tetapi lama-kelamaan James bisa mengikhlaskan Alice dengan alasan
Alice bisa bahagia. Dan sampai sekarang pun mereka masih berteman dekat.
Sahabatku
Karya: Angel Happy V.A.F.D
Valerie Natasya adalah gadis yang sangat populer di sekolahnya, yang nggak
kenal dia pun sekali lihat langsung setuju kalau dia cantik. Bagaimana enggak? Matanya
yang besar, bibirnya mungil, badannya ramping, kakinya jenjang, rambutnya panjang
halus terawat. Sudah banyak laki-laki yang mencoba mendekati Valerie dan menyatakan
hatinya untuk Valerie, namun kebanyakan ditolak karena tidak cocok dengan
Valerie.Valerie juga gadis yang ramah, dulu ia memiliki banyak teman, namun semakin
lama banyak yang menjauhinya karena iri dengan kecantikannya. Namun Valerie tidak
sendiri, ia memiliki sahabat yang selalu bersamanya, Sharin.
Suatu sore saat pulang sekolah, Valerie bersama Sharin. Mereka memakan bakso
didekat rumah Valerie. Sharin pun bercerita ada seorang cowok yang ingin mendekati
Valerie. Valerie pun hanya mendiamkan sharin dan ia malas bila membahas tentang laki
laki.
"Valerie, kamu denger nggak sih?"
"Enggak nih Shar hehehe."
"Dih malah ketawa, kamu tau Darren nggak Val anak kelasku?"
"Yang kacamataan itu?"
"Bukan Val, yang OSIS ganteng, tinggi gitu. Darren minta ID Line kamu Val,
kasih nggak nih?"
"Nggak usah deh, aku juga habis putus masa udah mau deket sama cowo."
"Minta ID Line siapa tau dia nanyain tugas Val, coba dulu deh ganteng kok bisa
bikin mata seger."
"Nggak ah males ntar ga cocok, kamu tau kan Shar aku pernah sama anak Osis
waktu kelas 1 kemarin, bertolak belakang banget.kalo nasehatin suka lebih dari mamaku,
jangan boloslah,harus itu, harus ini."
"Iya sih Val.Tapi jangan buruk sangka dulu, siapa tau dia beda dari mantan kamu
Val. Yaudah yuk balik aja udah kenyang nih."
Mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang. Selama perjalanan mereka asik
mengobrol, dan tak terasa sudah sampai di rumah Valerie. Valerie mengajak Sharin untuk
menginap di rumahnya karena besok libur dan Valerie merasa kesepian. Di rumah ia
hanya sendiri, kedua orang tuanya berada di luar negri untuk bekerja dan mereka tidak
pernah mengunjungi Valerie. Hanya mengirimkan uang setiap bulan kepada Valerie. Yang
Valerie inginkan hanyalah seperti orang biasa, tidak kaya namun bersama keluarganya. Ia
kadang bersama seorang pembantu di rumahnya, namun hanya bekerja sampai sore saat
Valerie pulang sekolah. Sharin sebenarnya ingin menemani Valerie, namun Sharin sudah
berjanji akan pergi bersama Ayahnya nanti malam. Sharin pun menolak ajakan Valerie
untuk menginap dan memberi tahu alasannya. Valerie pun memasuki kamarnya dan
segera mandi. Valerie merasa sepi, ia memikirkan tentang apa yang Sharin katakan tadi
tentang Darren. Dia bisa menjadikan Darren sebagai teman dekatnya. Sebenarnya Valerie
tidak terlalu senang memiliki teman laki-laki, karena semua laki-laki yang mendekatinya
selalu ingin menjadi kekasihnya, tetapi selama ia memiliki kekasih ia tetap kesepian.
Keesokan harinya, Valerie bangun dan bersiap untuk jogging di sekitar rumah. Ia
pun segera bersiap siap dan berniat mengajak Sharin. Valerie memutuskan untuk berjalan
saja ke rumah Sharin karena Valerie tidak bisa menaiki kendaraan, ia selalu dibonceng
Sharin bila menaiki kendaraan. Dan rumah mereka pun dekat, hanya beda gang saja.
Valerie mengetuk pintu rumah Sharin berkali kali namun tidak ada jawaban, lalu ia
memutuskan untuk melanjutkan jogging sendirian dan mampir ke cafe biasa yang
didatangi Valerie. Kebetulan sang pemilik toko adalah teman orang tua valerie.
Setelah merasa cukup untuk olahraga pagi, ia pun ke Cafe Louis dan memesan oreo
milkshake kesukaanya.Tiba tiba ada seorang laki laki tampan duduk di depan Valerie.
"Valerie Angeline kan?"
"Iya, siapa ya?"
"Darren Val, masa gatau. Emang Sharin belom cerita ?"
"Sharin? udah cerita kok, minta ID Line kan?"
"Iya Val hehehe, kalo gamau ngasih ga apa-apa sih, sini aku kasih ID Line ku aja,
kalo kamu butuh temen tinggal Line aku aja ya."
Valerie tidak menjawab, ia hanya memandangi Darren. Darren pun mulai
bercerita banyak hal tentang dirinya dan Valerie hanya diam mendengarkan dan
terkadang ikut berbicara sedikit. Darren bisa membuat Valerie tertawa dengan cerita
ceritanya yang lucu. Tidak terasa sudah menjelang siang dan Valerie harus pulang karena
ia memiliki janji dengan Sharin untuk membeli baju dan berjalan jalan di mall. Ia
berpamitan pada Darren dan Darren mengantarkan Valerie ke depan Cafe Louis, saat
Darren sadar Valerie berjalan kaki saat pulang, Darren mengejar Valerie menggunakan
motornya dan menawari Valerie pulang bersama. Valerie pun tidak menolak tawaran
Darren dan segera menaiki motor Darren. Tiba-tiba ponsel Valerie berdering, ia
mengeluarkan ponselnya dari tas. Ternyata itu panggilan dari Sharin dan ia pun segera
mengangkatnya. Setelah panggilan tersebut selesai,
"Kenapa Val? dari Sharin ya?"
"Iya, aku nggak jadi pergi sama Sharin."
"kenapa nggak jadi?"
"Sharin pergi kerumah neneknya, soalnya neneknya sakit."
"Jadi hari ini kamu di rumah aja?"
"Iya, pengennya sih nggak di rumah, habis di rumah rasanya sepi. Orang tuaku di
luar negri jadi aku disini sendiri, mereka jarang pulang ke Indonesia."
"Yaudah, pergi sama aku aja, aku juga nggak lagi ada janjian Val. Bisa nemenin
kamu biar ga kesepian."
"Yaudah yuk, tapi mau kemana?"
"Ke pantai gimana? kamu suka pantai ?"
"Yauda yuk, suka kok."
Akhirnya mereka pun menghabiskan waktu di pantai dengan bermain air, berfoto,
dan bercanda ria. Tidak terasa Valerie mulai membuka diri dengan Darren, ia mulai
bercerita banyak hal kepada Darren.
Tak terasa sudah 1 bulan Valerie dekat dengan Darren dan Sharin pun
mendukungnya. Tetapi bila di sekolah Darren jarang bersama Valerie, hanya bertegur
sapa bila bertemu dan tidak banyak bercerita seperti saat jalan jalan berdua dengan
Valerie. Darren selalu bersama teman laki-lakinya bila di jam sekolah. Sharin
menemukan keanehan pada sifat Darren, dulu Darren bilang ia ingin menjadi kekasih
Valerie, maka dari itu ia meminta ID Line Valerie kepada Sharin. Tetapi kenapa bila di
sekolah mereka seakan tidak kenal dekat satu sama lain, padahal bila diluar jam sekolah
mereka sering janjian untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Mungkin Darren
tidak mau banyak yang tahu dulu bila ia dekat dengan Valerie karena Darren juga habis
putus dari Cathy pikir Sharin. Cathy adalah mantan Darren dan ia tidak menyukai Valerie
karena orang yang pernah disukai cathy malah mendekati Valerie saat SMP dulu.
Valerie selalu menceritakan apapun kepada Sharin, Valerie bercerita bahwa ia hari
ini usai berjalan jalan dengan Darren, Val habis diberi bunga dan Val bercerita bahwa
adik Darren ulang tahun dan ingin dibelikan sepatu. Lalu valerie melihatkan foto sepatu
yang ia berikan untuk adik Darren kepada Sharin. Sharin pun kaget, karena
sepengetahuannya, darren adalah anak tunggal. Namun Sharin akan memastikannya dulu
sebelum memberi tahu Valerie.Diam-diam Valerie mulai menyukai Darren.
Suatu sore saat Sharin akan mengumpulkan tugas ke ruang guru, ia melihat
Darren berduaan dengan cathy di tangga sekolah, Darren memberi Cathy bunga dan
Sharin pun kaget ternyata Darren dan Cathy masih berpacaran selama ini. Ternyata hari
ini adalah Anniversary mereka.
Artinya selama ini Valerie hanya dimanfaatkan untuk menjadi pelampiasan darren
dan mengambil harta Valerie. Karena selama ini Valerie sering membelikan barang yang
diminta Darren, karena menurut Valerie uang tidak berarti, yang penting ia tidak
kesepian.
Keesokannya Sharin memberi tahu Valerie, dan ia pun menangis. Ia marah kepada
Sharin, dulu siapa yang menyuruhnya bersama Darren dan ternyata Darren hanya
membohonginya. Valerie menuyuruh Sharin untuk menjauhinya karena Valerie kesal.
Valerie juga melihat sepatu yang diberikan kepada adik darren dipakai oleh Cathy,
ternyata Sharin benar. Setelah semua terungkap, darren pun tidak mencoba meminta
maaf, dan Sharin juga jarang terlihat di sekolah. Valerie pun sendirian tanpa sharin.
Sebulan lebih ia jauh dengan sharin, ia ingin meminta maaf kepada Sharin dan
kembali seperti dulu dan mengajak Sharin menginap saat Valerie ulang tahun yang ke 17.
Ponsel Valerie rusak, dan ia harus bertemu Sharin untuk meminta maaf.Namun saat di
sekolah ia tidak bertemu Sharin. Dan Valerie pun sendirian dirumah saat ulang tahunnya.
Ia sedih, kesal, marah, perasaannya bercampur aduk. Disaat ulang tahunnya pun ia
sendiri, hanya kiriman kado dari orang tuanya yang ia dapatkan. Tak lama kemudian bel
berbunyi, lalu Valerie membukakan pintu ia pun terkaget, karena disana ada Sharin dan
kedua orang tuanya. Valerie sangat senang, ia memeluk kedua orang tuanya sambil
menangis, dan meminta maaf kepada Sharin. Sharin pun juga meminta maaf kepada
Valerie. kemudian mereka berpelukan.
Hari demi hari hidup Valerie berlangsung seperti biasanya, ia kembali bersama
Sharin sahabat sejatinya, ia bersyukur memiliki sahabat seperti Sharin, bila tidak ada
Sharin ia akan terus dimanfaatkan Darren pada waktu itu. Dan Valerie berubah menjadi
lebih baik dari sebelumnya, tidak mengulangi kesalahannya di waktu lalu.
Persahabatan Masa SMA
Karya: Anggita Hashifah R
Pagi hari yang cerah, seorang gadis sedang berdandan di depan kaca. Ia mulai
bersiap untuk MOS di sekolahnya yang termasuk SMA favorit di daerah Bandung.
Selesai sarapan dan menyiapkan peralatan untuk MOS, gadis itu keluar dari pintu
rumahnya dan berangkat kesekolah bersama sang kakak yang juga satu sekolah
dengannya. Pagi itu akan menjadi awal dimana kisah seorang gadis SMA dimulai.
Keyra Anastasya adalah namaku. Orang-orang sering memanggilku Key atau
Keyra. Ini pertama kalinya aku ke Bandung karena ayahku ditugaskan oleh kantor dan
bekerja menetap di sini. Sebelumnya, abangku sejak SMA memilih menetap di Bandung
disaat ayah juga ada pekerjaan di Bandung sementara dan tinggal bersama nenek
sedangkan aku, Ayah, dan Bunda tinggal di Jakarta karena faktor pekerjaan Ayah. Selama
Bang Milo di rumah nenek, dia selalu ditransfer oleh ayah. Bahkan ayah tidak pernah ke
Bandung jika bukan urusan pekerjaan, katanya sih Ayah enggak ada waktu. Aku juga
jarang bertemu Ayah, karena aku tinggal di apartemen.
Saat ini aku sudah sampai sekolah. Sebenarnya aku lumayan canggung karena
aku tidak mengenal siapa-siapa di sini, sedangkan Bang Milo, abangku, langsung saja
meninggalkanku karena katanya dia belum ngerjain tugas, sangat menyebalkan rasanya.
Dari parkiran sekolah aku langsung berlari kearah lapangan yang sudah dipenuhi siswa-
siswi baru yang juga memakai atribut yang sama denganku. Saat aku melewati koridor
sekolah aku tidak sengaja menabrak seorang cewek hingga membuat aku terjatuh.
“ Aduh, maaf-maaf, aku enggak sengaja. Sini aku bantu.” Kata orang itu
Lalu key menerima uluran tangan itu dan langsung merapikan atribut serta barang
barang yang ikut terjatuh.
“ Maaf ya nggak sengaja. Oh ya, kenalin nama aku Vella aku baru sih di sini.”
Kata gadis itu yang sedang menyulurkan tangannya.
“ Iya nggak papa kok. Namaku Key aku juga baru di sini. Salam kenal ya. “ ucap
Key yang dibalas senyuman manis dari Vella.
Aku dan Vella pun bersama-sama menuju lapangan karena kita takut telat dan
dihukum nantinya. Sampai ditengah lapangan aku dan Vella mendengarkan dengan baik
arahan dan tugas dari OSIS. Setelah itu, mereka memasuki kelas masing-masing sesuai
dengan kelompoknya. Betapa senangnya aku saat tahu bahwa Vella juga satu kelompok
denganku. Di kelas, mereka mulai dengan perkenalan, tugas yang aneh-aneh, dan games.
Hingga bel pulang sekolah berbunyi.
Pukul 16.00 aku dan Bang Milo sampai ke rumah. Hari ini aku sangat kesal
dengan Bang Milo karena Bang Milo tadi langsung saja meninggalkanku di parkiran
sekolah padahal aku enggak kenal siapa-siapa. Trus, Bang Milo enggak kasih tahu kalau
dia adalah Ketua OSIS dan terkenal di sekolahnya, jadinya aku dari tadi dilihatin terus
dan jadi bahan omongan. Untung aja tadi OSISnya enggak berani ngerjain aku yang
aneh-aneh, ternyata di Ketua OSISnya.
Aku keluar dari mobil dan langsung masuk ke rumah dan mengucapkan salam
tanpa mempedulikan Bang Milo. Aku langsung berlari menuju kamar dan merebahkan
tubuhku ini ke kasur karena hari ini sangat melelahkan. Semakin lama mataku mulai
terpejam dan terlelap tidur.
Aku terbangun saat aku menyadari ada yang menggocang-goncangkan tubuhku
dan ternyata itu Bang Milo.
“ Heh bangun, mandi sana. Ditunggu makan malam di bawah sama Ayah Bunda,”
perintah Bang Milo.
“ Iya iya, ribet banget sih,” bantahku.
Aku bergegas mandi dan turun kebawah. Di ruang makan aku sudah melihat
Ayah, Bunda, dan pasti Bang Milo. Di meja makan kami saling menikmati makan malam
dan hanya terdengar suara dentingan sendok. Selesai makan aku membantu Bunda
membereskan meja makan dan aku kembali ke kamar untuk mempersipakan keperluan
MOS besok. Saat aku sedang merapikan barang-barang untuk besok, Bang Milo
mengahampiriku.
“ Dek, kenapa sih nyuekkin abang mulu. Emang abang ada salah apasih?” Tanya
abang dengan polosnya.
“ Ada lah, enggak mungkinkan aku ngambek tanpa alasan yang enggak jelas,”
jawabku dengan nada yang ketus.
“ Apaan sih emang, abangkan nggak ngapa-ngapain kamu,” kata Bang Milo yang
tidak mau kalah.
“ Nih ya, salah abang yang pertama adalah Bang Milo, langsung saja ninggalin
aku di parkiran sekolah padahal aku nggak kenal siapa siapa. Yang kedua, abang enggak
kasih tahu bahwa abang adalah Ketua OSIS dan terkenal pula, jadinya aku dari tadi
dilihatin terus dan jadi bahan omongan. Kan dikiranya aku sama abang ada apa-apa,”
Jelasku panjang lebar.
“ Iya deh, abang minta maaf. Tadi abang buru-buru soalnya abang belum ngerjain
tugas beneran, mana tugasnya dikumpulin pagi itu juga. Abang juga masih ngurusin MOS
kalian. Terus yang masalah terkenal, abang nggak ngerasa abang tu terkenal dek. Abang
tu sama kayak yang lainnya. Pokoknya nanti,kalau kamu digosipin yang aneh-aneh
bilang sama abang. Abang akan selalu jaga kamu, tanpa mereka tahu kalau kita kakak
adek.” Balas Bang Milo.
Penjelasan Bang Milo hanya dibalas anggukan dan senyuman dari Key. Bang
Milo langsung keluar dari kamar Key dan masuk kamarnya sendiri, sedangkan Key
melanjutkan tugasnya membuat surat cinta untuk kakak kelas dan mempersiapkan
barang barang yang diperlukan besok.
1 semester sudah ku jalani dimasa SMA tanpa adanya gangguan dan masalah.
Paginya, aku dan Bang Milo berangkat sekolah bersama-sama, tapi hari ini dan
kedepannya Bang Milo bakal nurunin aku di halte dekat sekolah. Meskipun awalnya
Bang Milo nolak, tapi aku tetap memaksa. Ini semua Bang Milo lakukan supaya aku
nantinya enggak kena bahan bullyan senior. Hari kedua MOS ini berjalan dengan lancar
dan tidak ada kegiatan yang aneh-aneh seperti kemaren. Teman-temanku serta Bang Milo
belum tahu kalau Bang Milo dan aku saudara kandung. Ini masih kita rahasiakan
termasuk dari teman dekatku sendiri yaitu Vella.
Aku sebenarnya tahu bahwa Vella sangat menyukai abangku ini, tapi aku belum
mau memberi tahu akan hal ini. Bang Milo penah bilang kalau dia nggak mau teman-
temannya tahu kalau aku adik kandungnya. Bukannya Bang Milo enggak mau ngakuin,
tapi Bang Milo takut hidupku mulai terusik karena Bang Milo yang sangat terkenal di
sekolahnya.
Hari ini cuaca sedang tidak mendukung, hujan deras sejak tadi malam. Bang Milo
tetap tidak mau menurunkanku di halte dekat sekolah. Akhirnya aku dan Bang Milo
sampai di parkiran sekolah. Saat melewati koridor, banyak orang-orang yang
membicarakanku. Akhir-akhir ini Bang Milo sering menjemput dan mengantarkanku ke
kelas karena sejak insiden dimana aku terkena bahan bullyan senior yang sedang melihat
aku turun dari mobil Bang Milo di halte.
Saat itu, mobil Bang Milo sudah pergi menuju sekolah, sedangkan aku jalan kaki.
Bella, kakak kelasku itu langsung saja mendorongku. Dia dan teman temannya sangat
terobsesi sama abangku satu satunya. Dia langsung saja memintaku untuk langsung lari
lapangan 20 kali. Memang sih di sekolahku terkenal dengan senioritas yang tinggi. Aku
langsung menuju lapangan dan berlari. Tiba-tiba dibelakangku sudah ada Vella. Lalu
disusul Arsen, Bang Milo, Vando dan Athala yang ikut berlari.
Saat aku memasuki kelas aku melihat Vella yang sedang menangis.
“ Hey Vel, kamu kenapa kok nangis sih pagi-pagi?” tanyaku keheranan.
“ Kamu yang kenapa. Katanya kamu anggap aku sahabat, tapi mana ada sahabat
yang nikung sahabat sendiri. Kamu tahukan aku suka sama Bang Milo sejak kapan. Tapi
malah kamu yang deket sama Bang Milo. Antar jemput ke kelas juga lagi sekarang. Mau
pamer kamu hah?” protes Vella.
“ Kalau kamu mau tau yang sebernarnya kamu bisa datang kerumah aku nanti
malem. Besok liburkan? Kamu bisa nginep di rumah aku. Ada yang mau omongin sama
tunjukkin ke kamu Vel,” jawabku dengan penuh penekanan.
Di satu sisi Bang Milo juga terkena masalah dengan sahabatnya
“Mil, kok kamu tega banget sih. Aku kira kamu itu sahabatku yang beda dari yang
lainnya,tapi ternyata sama aja. Aku udah incar Key dari dulu, tapi kenapa jadi kamu yang
deket sama dia, hah?” protes Arsen yang sudah menonjok wajah Milo.
Terjadilah perkelahian antara Milo dan Arsen. Milo semakin membabi buta
setelah Arsen berkali-kali memukulnya. Untung saja Athala dan Vando segera datang dan
melerai mereka berdua.
“ Kalian apa-apaan sih. Jangan kayak anak kecil dong, masalah kecil terus
berantem. Kita tu sahabat. Masa gara-gara cewek kita berantem sih,” kata Arsen
“ Apaan sih Sen, dengerin dulu dong penjelasan aku,” protes Milo.
“ Apalagi yang mau kamu jelasin Mil, semua udah jelas,” bantah Arsen.
“ Kalau kalian mau tau apa yang terjadi, dating kerumah gue nanti malem. Besok
libur, jadi kalian bisa tidur di rumah gue. Udah saatnya sahabat-sahabat gue tau,” papar
Milo yang tidak bisa dipahami oleh sahabat-sahabatnya..
Di waktu yang bersamaan Vella dan Milo keluar kelas dan menuju rooftop
sekolah. Mereka cukup terkejut satu sama lain. Vella duduk dan Bang Milo juga ikut
duduk di sebelah Key.
“ Jangan bolos terus. Anak baru udah berani bolos pelajaran. Gimana besok kalau
udah jadi kakak kelas,” nasehat Bang Milo.
Aku tetap tidak menjawab apa yang dikatakan Bang Milo, aku hanya diam sambil
menatap pemandangan dari atap sekolah. Tiba tiba saja Bang Milo mengeluarkan rokok
dari saku seragamnya.
“ Jangan ngerokok terus, enggak baik. Taati peraturan sekolah dong. Katanya
Ketua OSIS. Jangan dilanggar dong kalau gitu,” kata Key tanpa memandang abangnya
itu.
Malam harinya, Arsen, Vando, dan Athala sudah sampai di rumah Milo. Vella pun
sama halnya. Vella malah sudah sampai sejak sore hari. Saat terdengar ada yang
mengetuk, Vella membukakan pintu utama. Sebelumnya Vella sudah diberikan penjelasan
oleh Keyra dan Bang Milo. Lalu, Vella meminta maaf atas kejadian itu.
“ Lho, kamu Vellakan? Teman deketnya Key. Kok bisa di sini?” Tanya Arsen
keheranan.
“ Kata Key tadi, kalian disuruh masuk ke teras belakang. Udah ditungguin sama
Bang Milo.” Jawab Vella dengan senyuman, tanpa menjawab pertanyaan dari 3 orang
tadi.
“ Oh oke, makasih ya Vel,” Jawab Arsen.
Sesampainya di teras belakang Arsen, Milo, Vando dan Athala saling pandang.
Tidak ada yang berbicara satu sama lain. Mereka masih sibuk dengan pikirannya sendiri
–sendiri. Aku mau ngomongin sesuatu ke temen-temen, tapi kenapa susah banget ya. Tapi
mungkin ini momen yang tepat.
“ Aku mau ngomong dan nunjukkin sesuatu. Yang yang kalian harus tahu bahwa
aku sama Key adalah kakak adik kandung. Kalau kalian nggak percaya Aku ada bukti,”
kata Milo dengan penuh kepercayaan.
Aku langsung saja naik keatas membawa album foto serta mengajak Key dan
Vella ke teras belakang. Setelah ku jelaskan, akhirnya mereka mengerti dan sebelumnya
mereka cukup kaget. Tapi mereka langsung meminta maaf padaku atas perkelahian waktu
itu.
Sejak saat itu, aku dan Key saling tebuka satu sama lain kepada Vella, maupun
Arsen, Vando, dan Athala. Aku dan Bang Milo enggak berani mengambil resiko untuk
persahabatan kita pecah. Tentang aku dan Bang Milo yang kakak adik juga sudah
menyebar. Dulu waktu ada peristiwa aku dibully karena aku sangat dekatnya dengan
abang, akhirnya orang itu minta maaf dan menjelaskan semuanya. Bang Milo pernah
bilang kepadaku bahwa sekarang aku sudah besar, kalau ada masalah kamu bisa
nyelesaiin sendiri, abang hanya jaga kamu dari jauh aja.
Semenjak kejadian itu, aku malah menjadi semakin dekat dengan Arsen. Vella
juga semakin dekat dengan Bang Milo. Tapi kedekatan disaat kita berkumpul bersama
Vando dan Athala, kita semua sama, dekat satu sama lain kok.
Persahabatan itu di atas segalanya. Tanpa adanya sahabat, masa-masa kita enggak
akan indah. Meskipun nantinya di antara kita ada yang udah pacaran, tetap sama kok,
enggak bakal ada yang berubah dari persahabatan kita. Betapa senangnya aku bisa
nikmatin masa SMA aku dengan leluasa dan bahagia tanpa adanya rahasia. Yang awalnya
hitam putih akan menjadi berwarna.
Hidup Ini
Karya: Intania Puspa D

Di sebuah perkampungan kumuh sekitar DKI Jakarta, terdapat seorang anak


bernama Herman. Herman adalah anak dari tukang pencari barang bekas. Herman
tergolong anak yang baik tidak suka berkelahi. Herman juga mempunyai teman dekat
bernama Kiko dan Luki. Di kampungnya Luki memang terkenal sebagai anak yang
sering berkelahi atau mudah emosi, dan Koki adalah seorang yang memiliki sikap sangat
bergantung kepada yang lain atau istilahnya tidak mempunyai percaya diri sehingga ia
sering dimanfaatkan oleh teman temannya. Mereka bertiga sering bermain bersama-sama
di lapangan, seperti bermain sepak bola dan lainnya. Herman memang sangat jago
bermain sepakbola, skillnya pun tidak usah diragukan lagi. Bahkan Herman mendapat
julukan pemain terbaik di kampungnya.
Suatu hari, saat Herman dan teman-temannya bermain sepakbola di lapangan
sebuah mobil mewah pajero hitam pun melintas di depannya. Kemudian terlihat seorang
anak bernama Pieter melihat Herman dan teman-temannya yang sedang bermain
sepakbola di dalam mobilnya dan membuka kaca mobilnya. Akhirnya Pieter pun turun
dari mobilnya. Lalu Pieter pun menantang Herman dan teman-temannya untuk beradu
pinalti dengan dirinya. Saat itu Pieter di bantu dengan temannya bernama Julius. Luki
pun langsung menyanggupinya, padahal Herman belum mengatakan “iya” karena Luki
tersulut api emosi, sehingga Luki langsung mengiyakan ajakan Pieter. Dengan
sombongnya Pieter pun menendang si kulit bundar tersebut. Hampir semua tendangannya
dapat lolos dari tangkapan Kiko sebagai kipernya. Herman pun tidak ingin kalah, ia
langsung membalas tendangan tendangan tersebut, dan tendangan herman pun sulit untuk
ditangkap oleh Julius. Lalu keadaan pun seimbang, Pieter pun tetap menantang nantang
Herman dan teman-temannya. Luki yang sudah tersulut api emosi, ia pun menantang
Pieter untuk berkelahi di lapangan. Luki sudah tidak sabar akhirnya Luki menonjok muka
Pieter dengan keras. Herman pun berusaha melerainya, dan akhirnya berhasil merelai.
Dengan muka penuh darah, Pieter pun di tuntun oleh Julius untuk kembali ke mobil dan
mereka pun pulang. Herman lalu menasehati Luki untuk dapat menahan emosinya, Kiko
pun juga menasehati seperti Herman. Luki pun hanya terdiam saja.
Hari-hari telah berganti, pagi pun menjemput mentarinya Herman, Kiko, dan Luki
berangkat bersekolah bersama. Di tengah jalan mereka dihadang oleh beberapa anak dari
kampung sebelah yang diketuai oleh Heru. Heru pun mengetahui bahwa Herman adalah
seorang yang pintar bermain sepakbola, sehingga Heru dan gerombolannya ingin
berteman dengan Herman, Luki, dan Kiko untuk mengasah skill mereka dalam
memainkan bola. Lalu mereka akhirnya berteman dan berangkat kesekolah bersama.
Sesampainya sekolah, bel tanda masuk pun berbunyi dan mereka masuk ke kelas masing-
masing. Pelajaran pun berlangsung. Hingga bel pulang sekolah berbunyi mereka pun
pulang bersama-sama. Ditengah-tengah Perjalan menuju pintu gerbang, Herman, Luki,
dan Kiko dihadang oleh Kepala Sekolah. Kepala sekolah pun memanggil Luki untuk
menghadap di ruang kepala sekolah. Luki pun memenuhi panggilan tersebut dengan
muka yang takut. Herman dan Kiko menunggu Luki di depan ruang piket. Sejam
berjalan, akhirnya Luki keluar dengan muka sedih, Herman pun menanyainya. Lalu Luki
menjelaskan, bahwa ia dipanggil kepala sekolah karena nilainya semester 2 ini menurun
drastis akibat ia sering ketiduran di dalam kelas.. ia pun patah semangat dalam belajar, ia
seperti ingin keluar sekolah saja dan tidak ingin melanjutkan sekolahnya. Namun,
Herman dan Kiko pun menyemangati Luki agar ia lebih giat belajar, menasehati agar
Luki dapat berubah semakin baik dan menyuruh Luki untuk tidak sering begadang untuk
bermain game mobile legend yang sedang tren saat ini. Luki pun menyanggupi nasehat-
nasehat tersebut dan ingin menjalankan semua omongan Herman dan Kiko.
Sepulang sekolah, Herman pun ingat dengan janjinya bahwa jam 4 nanti ia
ditunggu di lapangan untuk mengajari Heru dan gerombolannya bermain sepak bola atau
mengasah skill mereka dalam bermain sepak bola. Jam empat sore pun tiba, Heru sudah
menunggu dilapangan Herman pun datang dengan Luki dan Kiko. Mereka pun bermain
sepak bola bersama. Tiba-tiba Kiko pun keluar dari lapangan dan menyendiri di bawah
pohon. Semua pun bingung, akhirnya Herman mendekati dan bertanya kepada Kiko,
mengapa Kiko seperti itu. Kiko pun menceritakan semuanya, bahwa ia tidak merasakan
kasih sayang dari kedua orang tuanya, orang tuanya pun sibuk bekerja dari pagi hingga
malam hari, sehingga Kiko sering merasa kesepian. Herman pun menawari jika Kiko
merasa kesepian, ia boleh main kerumah Herman. Orang tua Herman juga sudah kenal
baik dengan Kiko dan sudah menganggap Kiko seperti anaknya sendiri. Kiko pun sangat
senang mendengarkan hal tersebut. Lalu mereka melanjutkan bermain sepakbola.
Keesokan harinya, saat sore hari Herman, Kiko, Luki, Heru dan gerombolannya
bermaim sepakbola di lapangan lagi. Tiba-tiba mobil mewah pun datang dengan plat
nomor polisi B 12345 AB pun berhenti di tengah tengah lapangan, ternyata Pieter, Julius
dan segerombolannya turun dari mobil dengan muka sombong. Mereka melawan
Herman, Heru dan yang lain bermain sepakbola. Luki dengan muka emosi langsung
menyiapkan bola dan semua tim pun langsung berbaris membentuk formasi.
Pertandingan pun berlangsung dengan sengit. Setelah beberapa jam pertandingan dimulai
akhirnya waktu pertandingan telah usai. Pertandingan sepakbola ini pun di menangkan
oleh Tim Herman.Tim Heru pun tidak terima dengan kekalahan ini. Mereka pun langsung
mengajak berantem, kemudian mereka saling adu tonjok. Kemudian datanglah seorang
perempuan bernama Shifa. Shifa adalah seorang anak polisi, Shifa datang bersama
ayahnya. Shifa dan ayahnya melerai perkelahian itu. Perkelahian pun semakin tidak dapat
dipisahkan. Ayah shifa pun menelpon temannya yang sesama polisi, lalu datang dan
memisah perkelahian mereka. Tim Herman dan Tim Pieter pun di bawa ke kantor polisi.
Sesampainya di kantor polisi mereka menjelaskan semua permasalahannya. Pieter pun
menelpon papanya, lalu papanya membayar polisi dengan sejumlah uang yang banyak
agar Pieter dan temannya dapat keluar dari kantor polisi. Namun, polisi tidak ingin hal
seperti itu, polisi pun ingin bertindak dengan adil. Papa Pieter pun langsung pergi begitu
saja dengan muka malu, karena polisi tidak ingin dibayar dengan uang yang banyak.
Polisi pun akhirnya membebaskan mereka dan saling meminta maaf. Lalu mereka pulang
ke rumah masing masing.
Hari-hari pun berganti, Herman, Luki, Koki, Heru dan gerombolannya
berangkat ke sekolah bersama. Sesampainya di sekolah, mereka masuk ke kelas masing-
masing. Saat bel istirahat datang, Herman berjalan ke kantin. Ditengah perjalan Herman
bertemu dengan Shifa anak polisi kemarin ternyata mereka satu sekolah. Herman pun
malu-malu untuk berkenalan dengan Shifa, Shifa pun juga tersipu malu. Lalu mereka
berteman dan membentuk persahabatan dengan semunya. Saat pergantian tahun tiba,
mereka merayakannya dengan bersama-sama.
Malam Tanpa Bintang
Karya: Julius Caesar Yoma P
Aku berasal dari keluarga yang dapat dibilang hartanya tidak akan habis bila
dipakai hingga tujuh generasi selanjutnya.Bisa dikatakan ketika aku bayi,aku dimandikan
dengan air susu,di saat bayi-bayi lainnya mandi menggunakan air sumur.Semuanya serba
tercukupi,orang bilang hidupku ini sudah sangat sempurna,apapun yang aku minta pasti
akan aku dapatkan.Memang saat kecil aku kira itu menyenangkan apapun yang
kuinginkan bisa menjadi milikku,namun itu semua berubah 180◦.Aku mulai
kesepian,orang tuaku terlalu sibuk untuk bekerja dan mengincar jabatan yang lebih
tinggi,ditambah lagi aku ini anak tunggal.Sebenarnya aku mempunyai teman,namun
temanku itu dapat dikatakan membawa dampak negatif bagi diriku.Dia sering
mengajakku ke club malam untuk bersenang-senang,dan menghambur-hamburkan
uang.Ya hal itulah yang membuat prestasi akademikku menurun,yang semula aku berada
di kelas percontohan kini aku tidak lagi berada di kelas percontohan.Semula aku rajin dan
tepat waktu dalam mengumpulkan tugas kini aku sudah mulai tidak peduli pada tugas-
tugas bahkan sering aku tidak mengumpulkan tugas yang telah bapak/ibu guru
berikan.Semua hal itu terus berlanjut sampai waktu ujian kelulusan tiba.Sudah dapat
dilihat aku yang menghadapi ujian kelulusan tanpa persiapan,kesusahan dalam menjawab
soal-soal ujian.
Hari pengumuman kelulusan pun tiba.Setelah hasil ujian dibagi betapa terkejutnya
aku,karena aku mendapatkan nilai paling jelek di antara semua siswa lainnya.Aku berada
di peringkat 189 dari 190 siswa,itu membuatku terkejut karena aku belum pernah sama
sekali berada di peringkat paling bawah seumur hidupku.Hal ini membuatku berada di
titik terendah di dalam hidupku setiap hari aku jalani dengan perasaan putus asa,dan aku
mulai bertanya-tanya di dalam diriku apakah aku bisa menggapai cita-citaku ? Bila
semua ini telah terjadi,masihkah ada harapan ?.Di saat seperti itu datanglah teman-teman
lamaku yang berasal dari kelas percontohan.
Riska ,Sista,dan Nandi pun masuk ke dalam rumahku.
“ Permisi,Yogas apa kau ada didalam ?”kata Riska,Sista,Nandi
“Ada,masuk saja.”jawab Yogas
“Apa yang telah terjadi Yogas ?”tanya Riska
“ Iya apa yang telah terjadi?Coba kau ceritakan pada kami.Barangkali kami bisa
membantu.”sahut Sista
“Jadi begini kawan-kawan,semula aku mempunyai teman yang bernama Indi.Dia
adalah anak dari temannya bapakku.”jawab Yogas
“Kemudian kenapa kamu mulai tidak sering mengerjakan tugas dan
membolos,apa ada hubungannya dengan temanmu itu ?”tanya Nandi
“Indi sering mengajakku keluar malam,akibatnya aku tidak bisa mengerjakan
tugas dan pada pagi harinya aku bangun terlalu siang.”jawab Yogas
“Jadi begitu permasalahannya,tenanglah Yogas kami selalu akan
disampingmu.Membantumu bila ada masalah.”sambung Sista dan Riska
“Terimakasih kawan-kawan”jawab Yogas
“Kami pamit dulu ya gas”sambung Nandi
“ Hati-hati di jalan”kata Yogas

Setelah kawannku pulang aku baru sadar bahwa aku mempunyai teman yang
sangat baik,dan peduli terhadap aku.Bodohnya aku yang tidak menyadari bahwa selama
ini disekelilingku masih ada orang-orang yang mengganggapku sebagai teman mereka
dan peduli terhadap aku.Di dalam hatiku muncul rasa semangat yang berapi-api untuk
bangkit dari keterpurukannku ini.Aku mulai bangun saat subuh untuk memulai
aktivitasku.Aku juga mulai mempersiapkan informasi-informasi yang kuperlukan untuk
masuk BINTARA.Itu memang cita-citaku dari kecil menjadi seorang polisi yang kelak
akan menjadi Jenderal yang terpandang di negeri ini,maka dari itu aku persiapkan semua
yang kubutuhkan.Aku mulai berlatih untuk berlari mengelilingi stadion lapangan sepak
bola,semula yang catatan waktuku hanya 20 menit.Setelah berlatih aku berhasil
mendapatkan waktu terbaik yaitu 12 menit,latihan fisik pun terus aku latih mulai dari sit
up,push up,dan skipping.Tidak lupa juga aku mempersiapkan diri untuk tes akademik,dan
wawancara.Sebisa mungkin aku mencari informasi,tips dan trick,dalam menghadapi tes
akademik dan wawancara.Karena pada tahap wawancara lah yang membuat banyak
orang gagal untuk masuk menjadi seorang Polisi.
Aku pun berharap pada faktor X yaitu keberuntungan.Tiap malam pada jam 12
aku berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,agar aku dibimbing dan diberkati dalam
ujiannku besok agar dimudahkan dalam menempuh segala jenis ujian dan kelak dapat
menjadi Jenderal besar yang terpandang di negeri ini.Segala cara aku tempuh agar kelak
dapat lolos dalam ujian tersebut,hingga aku terbesit dalam benakku untuk pergi untuk
menemui dukun yang kabarnnya bisa meloloskan calon anggota Polisi.Karena gugup
akhirnya aku pergi untuk mencari dukun itu,tetapi di tengah jalan aku berpapasan dengan
dengan Sista teman lamaku yang berasa dari kelas percontohan yang sekarang menjadi
foto model di sebuah majalah terkenal,hal ini dia lakukan untuk mengisi waktu luang
dalam perkuliahannya.
“Eh Yogas,mau pergi ke mana ?”tanya Sista
“Ee..mau pergi ke situ kok.”sahut Yogas
“ Pergi ke mana ? Jujur sama aku !’’jawab Sista dengan nada sedikit naik
“Aku mau pergi ke dukun agar aku lolos dalam seleksi Polisi kelak”jawab Yogas
“Apa?Yogas jangan sekali-kali kau lakukan itu,hal itu tidak baik.Lebih baik kau
lakukan dengan usahamu sendiri.”jawab Sista
”Terimakasih Sista atas perhatianmu kepadaku”sahut Yogas
“Any time.Temankan sudah harusnya seperti itu”jawab Sista
”Sini aku antar kamu pulang Sis.”sambung Yogas
“Terimakasih”sahut Sista
Setelah perbincangan tadi aku pun pergi untuk mengatar Sista pulang ke
rumahnya.Sesampainya di rumah Sista,aku dipersilahkan masuk oleh ibunya.Aku tidak
terlalu lama di sana karena masih ada hal yang harus aku selesaikan,aku pun pamit
kepada kedua orang tuanya sista dan pergi pulang menuju ke rumahku.Hari yang sudah
laruh memaksa aku untuk tidur,agar pada pagi harinya dapat mengikuti ujian akedemik
dengan lancar.
Pada pagi harinya aku pun pergi menuju tempat seleksi.Pada hari pertama aku
berhadapan dengan pemeriksaan administrasi awal,aku mengumpulkan syarat-syarat dan
berkas-berkas yang dibutuhkan.Aku merasa sangat yakin akan lolos pada tahap
pemeriksaan administrasi ini.Selang beberapa hari aku pun dipanggil untuk mengikuti tes
kesehatan tes ini pun aku berhasil ikuti dengan lancar,aku optimis bisa melalui ujian
seleksi ini.Seperti dugaanku aku dipanggil lagi untuk mengikuti test psikologi dan aku
pun bisa melewatinya dengan lancar.Seperti harapnku aku berhasil lolos semua tes dan
aku sekarang sudah menjadi polisi dengan pangkat BRIBDA.Hari-hari sebagai Polisi aku
jalani,hingga aku memutuskan untuk mengambil cuti untuk memulai kuliah.Aku
mengambil jurusan ekonomi di suatu Universitas yang bisa dikatakan terbaik di kota
tempat tinggal saya,selang beberapa waktu saya bertemu teman lama saya SIsta yang
ternyata kuliah di Universitas yang sama dengan saya.Namun berbeda jurusan dengan
saya,Ia mengambil jurusan Hukum sedangkan saya mengambil jurusan
Ekonomi.Ternyata seringnya kita bertemu,aku mulai merasakan suatu perasaan yang aneh
di dalam hatiku,aku belum pernah merasakan perasaan ini seumur hidupku.Ya ternyata
aku merasak yang namanya Cinta.Aku merasa tidak bisa menyatakan perasaan ini,namun
aku juga bisa hancur karenanya.
Iya aku seperti kapal kecil yang berada di tengah-tengah gelombang
samudera,yang dapat menenggelamkanku kapan saja,dan ketika itu terjadi aku hanya
dapat menunggu waktu untuk dapat muncul kembali ke permukaan.Namun gelombang
samudera itu juga dapat membawa aku menuju pelabuhan dimana disana terdapat banyak
kapal-kapal besar yang bersandar.Aku sepenuhnya hanya dapat berharap tidak dapat
melakukan lebih dari itu.Ya itulah gambaran perasaanku saat menempuh kuliah hingga
saat kelulusan tiba.Sista datang untuk memberikan selamat untukku.
“Selamat ya Yogas atas kelulusanmu dengan predikat Cumlaude”kata Sista
”Terimakasih Sista,Sista ada yang ingin ku sampaikan padamu”jawab Yogas
“Apa itu Yogas”sahut Sista
”Aaannuu…Aku cinta padamu Sis…Apakah kamu mau jadi pasangan hidupku
?kata Yogas
” Apa aku tidak salah dengar ?”sambung Sista
“Tidak Sista,aku bersungguh-sungguh”jawab Yogas
“Ya.Tentu saja Iya.Aku juga mempunyai perasaan yang sama terhadapmu.Tapi
aku malu untuk mengungkapkannya.”sambung sista
Setelah kejadian itu aku menjalani hubungan yang makin lama menuju keseriusan
yang lebih dalam.Sampai saat aku sudah mempunyai pangkat Komisaris Polisi
(KOMPOL),aku berani melamar dia kekasihku yang bernama Sista.Hal itu tidak
berlangsung begitu saja,aku mempersiapkan segala hal dengan matang.Hingga pada
malam tahun baru di sebuah resort yang terkenal di kotaku.
”Malam Ini merupakan malam tanpa bintang,adinda”kata Yogas
“Kenapa hal itu kau katakan? “jawab Sista
”Iya karena semua bintang telah berkumpul di hadapanku saat ini,dan malam aku
ingin mengatakan apakah kau mau menjadi pendamping hidupku hingga ajal
menjemput ?”tanya Yogas
“Tentu saja”jawab Sista
Setelah mendengar jawaban itu,tidak berselang begitu lama.Aku mempersiapkan
pesta pernikahan,tentu pernikahanku bukan pernikahan biasa karena terdapat suatu
prosesi yang istimewa yaitu Pedang Pora di mana pasangan berada di bawah naungan
pedang.Setelah pernikahan itu tidak selang lama kita diangugerahi 2 anak yang tumbuh
dan berkembang dengan baik.
Oranye Senja Untuk Bianca
Karya: Maria Agustha Nareshvari B
Langit sore kala itu yang temaram enggan bergumam. Seorang pria
berseragamkan putih abu-abu berjalan lunglai. Pelajaran hari ini sungguh melelahkan. ia
lalu menuju ke tepian kali Code. Ya, itulah tempat kesukaanya. Ia sering menghabiskan
waktunya di sana hanya untuk sekadar melihat matahari yang kembali keperaduanya atau
menggambar sesuatu yang dia inginkan. Namun setiap kali ia di sana, ia hanya bisa
bertanya dalam hatinya. Mengapa warna itu selalu muncul di sana? Mengapa pula hanya
saat sore? Ia bertanya pada dirinya sendiri. Pertanyaan yang tidak pernah ia temukan
jawabanya. Warna itu selalu muncul di atas sana. Membentang, yang membuatnya
merasa nyaman dan tenang. Tapi, ia tahu satu kata untuk menggambarkan itu. Indah.
Itulah warna oranye.
Oranye senja di tepi kali Code adalah warna yang sama semenjak dua tahun lalu.
Di saat remaja laki-laki bernama Gabriel sering ke sana untuk menggambar atau sekedar
menikmati indahnya langit senja. Ya, Gabriel. Pria berambut bergelombang yang ia
biarkan terlihat berantakan, bertubuh tegap, dan bermata teduh dan dilapisi oleh kacamata
yang terlihat manis di matanya itu memang suka menggambar. Menurutnya, warna
oranye di tepi kali Code itu memiliki makna tersendiri. Warna itu sungguh mewakili rasa
hatinya. Tak peduli ia sedang bersedih atau senang. Di saat ia membutuhkan kehangatan
dan inspirasi untuk lukisanya, ia selalu pergi kesana sembari membawa buku sketsa
kesayanganya.
Namun pada musim penghujan yang dingin di bulan Desember ini ada sesuatu
yang berbeda. Saat ia sampai di tepi sungai, di sana ada sosok perempuan bergaun hitam
yang sedang menatap terbenamnya matahari. Perempuan itu memiliki kulit agak
kecoklatan dan rambut yang bergelombang. Namun yang paling membuat Gabriel
terpesona adalah matanya. Wanita itu memiliki mata yang teduh dan berwarna coklat,
membuat Gabriel tidak bisa memalingkan pandanganya dari mata wanita itu.
Aku harus mengenalnya, pikir Gabriel. Ia mendekati gadis itu. Merasa ada yang
memperhatikanya terus-menerus, gadis itu berpaling dan mendapati Gabriel sedang
menuju ketempatnya. Ia menunduk sopan dan tersenyum.
“Hai, aku Gabriel,” ujar Gabriel sambil menjulurkan tangan.
Gadis itu hanya membalas dengan senyuman. Ia tidak menjawab dan hanya
kembali menatap matahari yang sebentar lagi akan kembali ke peraduanya, lalu beranjak
pergi.
“Tunggu. Siapa namamu?” tanya Gabriel.
“Bianca,” jawab gadis itu ramah.
Ia mulai melangkahkan kakinya. Angin sepoi-sepoi mengibarkan gaun hitamnya
seakan ingin menyelimuti hati Gabriel yang tak menentu. Ia merasa jantungnya berdegup
kencang, perasaanya tidak karuan. Bianca. Nama yang indah, pikirnya. Gabriel duduk di
tepi sungai dan mengeluarkan buku sketsanya dan mulai menggambar wajah gadis cantik
itu saat menatap matahari sore. Cantik. Hanya kata itulah yang bisa mengungkapkan
paras Bianca.
Esokan harinya, setelah Gabriel pulang sekolah, dengan buru-buru ia membawa
buku sketsanya dan berlari ke tepi kali Code tempat ia biasa menghabiskan waktu. Ia
berharap dapat menemukan sosok gadis cantik bernama Bianca itu.
Sebelum sampai ketepi sungai, sayup-sayup terdengar sauar lirih flute. Nadanya
sedih, menyayat hati orang yang mendengarnya. Melodi yang mengalun itu terkadang
melengking penuh emosi, namun juga kadang lembut mendinginkan hati. Gabriel merasa
bahwa suara itu berasal dari tepi sungai, maka dengan tergesa ia menuju ketempat suara
itu berasal. Ia mendapati seorang wanita bergaun ungu gelap. Gadis itu berdiri menantang
matahari sambil memainkan nada-nada memilukan yang membuat pendengarnya
tersentuh. Gadis itu adalah Bianca. Wajahnya memancarkan kesedihan. Gabriel
memperhatikanya. Tanpa sadar, kakinya mendekati Bianca dan berdiri di sampingnya.
“Wajahmu terlalu indah untuk memancarkan kesedihan lewat lagu itu” ujar
Gabriel. Bianca berbalik dan mendapati ada sosok Gabriel, ia lantas menundukan kepala
sopan.
“Bagiku, kesedihan adalah kegembiraan. Karena menurutku hanya manusia sejati
yang mampu untuk menangis saat tertawa dan tertawa saat menangis. Entah mengapa
hatiku merasa sangat bahagia jika berada di tempat ini, makanya aku memainkan nada
seperti itu,” katanya pelan sambil tersenyum.
Gabriel terdiam sejenak, meresapi semua perkataan Bianca. Lalu ia tersenyum dan
duduk.
“Kalau begitu, mainkanlah lagi. Aku ingin orang seperti dirimu selalu
tersenyum”, kata Gabriel.
Bianca berbalik dan kembali menatap sang surya yang akan beristirahat. Ia
memainkan sebuah lagu. Entah mengapa Gabriel bisa merasakan kesedihan dari melodi
yang dimainkan Bianca. Tenang, menyedihkan, dan menyayat hati, namun juga
menggelora seperti amarah yang terbuang sia-sia karena tidak bisa dilampiaskan. Entah
mengapa Gabriel merasakan ada sesuatu yang lain dari lagu tersebut. Sesuatu yang tidak
menyenangkan.
Tanpa mereka sadari, kedekatan mereka diawasi oleh sekelompok pemuda.
Mereka mengamati Bianca dan Gabriel dengan seksama, seakan tidak ingin terlewat
barang sepersekian detik. Pemuda-pemuda itu adalah suruhan seorang laki-laki yang tak
lain adalah kakak Bianca sendiri, Edgar. Kemarin, sewaktu ia hendak mencari adiknya, ia
menemukan seorang Gabriel yang terpaku menatap Bianca. Lalu ia merasa ada yang
tidak baik dengan Gabriel karena ia mendekati Bianca. Ia lalu menyuruh beberapa
pemuda untuk terus mengawasi mereka dan ia menyuruh mereka untuk menghabisi
Gabriel tetapi jangan sampai terlihat oleh Bianca.
Siluet Bianca seperti diterpa oleh warna oranye keemasan. Gabriel terpesona. Ia
meraih buku sketsanya dan menggambar tubuh Bianca yang sedang bermandikan warna
oranye senja. Sret, sret, sret. Tanganya lincah menorehkan pensil dia atas kertas. Bibirnya
sesekali tersenyum dan terus menikmati tiga macam keindahan, oranye senja, alunan
musik, dan sosok Bianca yang terasa begitu cantiknya.
Hari beranjak petang maka mereka memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
Saat Bianca pergi meninggalkan tepi kali Code, Gabriel tergerak untuk sejenak
menikmati kembali saat terakhir matahari menampakan diri pada hari itu. Tanpa disadari,
segerombolan pemuda berdiri di belakang Gabriel dengan tangan yang mengepal, siap
untuk menghabisi Gabriel. Merasa ada yang memperhatikan, Gabriel menengok ke
belakang. Kaget.
“Ada apa ini?” tanya Gabriel keheranan.
“ Kau mendekati adikku, maka kau harus berurusan denganku” ucap seorang pria.
“Adik?” Gabriel kebingungan.
“Bianca. Dia adikku.” Ucap pria itu
“Lalu, apa urusanmu denganku?”tanya Gabriel.
“Kau bodoh atau apa? Sudah ku bilang tadi jika kau mendekati adikku kau juga
harus berurusan denganku,” Bentak pria itu.
“Kau dekati adikku sama saja kau menggoreskan luka di hatinya. Awas saja
sampai kau kulihat melukai hati Bianca, akan ku bunuh kau” hardiknya.
Tak tahan dengan tingkah bodoh Gabriel, mereka menyerang Gabriel yang lemah
itu. Pemuda pemuda itu membawa pisau tajam yang siap menghunus tubuh Gabriel.
Pertengkaran hebat terjadi. Gabriel yang dulunya adalah berandal sekolah mencoba
melawan para pemuda itu dengan sekuat tenaganya. Namun, salah seorang pemuda
menusukan pisau keperutnya yang membuat Gabriel meringis kesakitan. Namun Gabriel
masih bangkit dan mencoba melawan. Namun sekali lagi hujaman pisau pada perut
Gabriel menandakan bahwa ia tidak akan bisa menang melawan para pemuda itu
tadi.Karena tenaga seorang Gabriel yang tidak sebanding dengan pemuda pemuda itu
maka kini yang tersisa hanyalah Gabriel yang bersimpuh darah tergeletak di pinggi kali
Code. Memar di sekujur tubuhnya dan darah segar terus mengalir dari lubang hidung dan
luka di pelipis kepalanya. Sekuat tenaga ia bangun dan hendak pulang ke rumahnya.
Tertatih-tatih ia menyusuri jalanan Jogja kala itu. Gerimis. Malam itu, langit yang
temaram enggan bergumam, seperti berduka akan apa yang telah menimpa seorang
Gabriel.
Maka setelah hari itu berlalu, ia kembali mengunjungi tepi kali Code itu. Ia tidak
ingin Bianca bertanya –tanya kemanakah dirinya seminggu ini. Memang seminggu ini ia
tidak mengunjungi tepi kali Code, karena ia masih merasa bahwa tubuhnya belum
mampu untuk diajak beraktivitas. Ia memang harus memulihkan tubuhya terlebih dahulu.
Ia hampir saja terbunuh oleh pemuda-pemuda itu. Tetapi ia harus lekas sembuh, mata nya
sedang kecanduan sosok Bianca. Ia hanya ingin bertemu dengan Bianca.
Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Bianca tidak ada disana. Tidak ada
gadis yang mengenakan gaun hitam panjang dan membawa flute. Tapi ada disana seorang
laki-laki yang sudah setengah baya berpakaian tuksedo hitam. Laki-laki itu berbalik dan
mendekati Gabriel.
“Apa kau teman nona Bianca?” tanya orang itu.
“Ya, Anda siapa?” tanya Gabriel keheranan.
“Saya pengasuhnya. Nona Bianca menyuruh saya untuk memberikan surat ini
kepada Anda,” kata orang itu sembari menyodorkan sebuah amplop. Gabriel
menerimanya. Setelah mengucapkan terima kasih, orang itu pergi dengan mobil hitam.
Membelah cahaya oranye petang dengan cat hitam berkilau yang menyilaukan.Entah
mengapa saat memegang amplop itu, hatinya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia
menyobek amplop putih dengan bau parfum Bianca yang menenangkan.
Dear Gabriel,
Aku ingin mengucapkan terima kasih kepadamu yang selalu menemaniku. Kamu adalah
sahabat pertama yang kupunya.
Aku ingin jujur kepadamu. Sebenarnya aku mempunyai penyakit sirosis. Dan dokter
bilang, bahwa penyakitku sudah parah. Kemungkinan hidupku mungkin hanya tinggal
sebentar. Sementara itu belum ada yang mau mencangkokan hati untuk diriku. Mungkin
ini sudah sampai saatnya aku harus berpisah denganmu.
Sebenarnya aku masih ingin terus bersamamu, setiap senja bertemu di tepi sungai dan
melihat matahari terbenam, tapi itu mungkin sudah tidak akan terjadi lagi. Tapi, ku beri
tahu satu hal, mengenalmu dengan waktu yang sesingkat ini sudah membuatku merasa
puas.
Mungkin jika memang aku tak tertolong lagi, aku ingin kau terus melanjutkan hidupmu
seperti biasa, menggambar dan terus menggambar, dan kelak mencari teman hidup yang
baik dan anggap saja aku tak pernah ada. Kelak, aku tak ingin menjadi beban di
hidupmu, jadi mungkin yang paling baik adalah dengan melupakanku.
Sebenanrnya aku sempat berpikir kenapa aku dipertemukan dengan orang sebaik dirimu,
jika pada akhirnya aku harus meninggalkanmu untuk selamanya. Maaf baru sekarang
aku bisa memberi tahu kabarku kepadamu.
Mungkin Tuhan hanya memperbolehkan kita bertemu cukup sampai di sini. Sekali lagi,
terima kasih atas segalanya. Tolong kau jangan tangisi kepergianku, karena di hatimu
ada aku dan di hatiku ada kamu.
Bianca

Gabriel duduk terjerembab, ia masih tidak percaya dengan apa yang dibacanya.
Bianca. Sirosis. Semua terdengar tidak masuk akal. Inikah akhir dari segalanya? Begitu
banyak pertanyaan yang meluncur dalam benak Gabriel. Tidak. Ini, bukan akhir dari
segalanya. Segera ia berlari ke rumah sakit terbesar di kota Jogja. Ia berlari dan terus
berlari, membawa buku sketsanya. Ia ingin melihat Bianca. Ia harus. Harus.
Dengan nafas terengah-engah, ia sampai di pintu rumah sakit dan bertanya kepada
resepsionis tentang Bianca. Ternyata benar, Bianca dirawat di sana. Gabriel berlari, ia
tidak peduli lagi dengan larangan agar tidak berlari di lorong rumah sakit, ia harus
bertemu Bianca, semoga saja belum terlambat.
Dengan mengetuk pintu pelan, Gabriel masuk. Setelah berbincang-bincang
dengan orangtua Bianca dan dokter, ia yakin. Ia akan memberikan hatinya sepenuhnya
untuk Bianca. Ia rela mati demi dia. Ia tidak akan memberikan hatinya yang telah
disinggahi Bianca, tetapi ia akan memberikan seluruh hatinya. Hatinya. Agar Bianca tetap
hidup.
“Apa kau benar-benar yakin? Apa orang tuamu sudah kau beri tahu?” tanya
dokter.
“Saya akan memberikan apa saja untuknya agar dia hidup, termasuk hati saya,”
ujar Gabriel yakin.
“Saya sudah tidak punya keluarga lagi. Satu-satunya yang saya punya dan saya
sayangi adalah buku sketsa saya dan Bianca. Maka dari itu tolong saya agar bisa
memberikan hati saya.”
“Baik kalau begitu,” kata dokter.
“Mari ikut saya.”
Gabriel mengikuti dokter menuju ruang pemeriksaan untuk diperiksa kesehatanya
untuk operasi pengambilan hati. Gabriel hanya tersenyum melihat keluarga Bianca yang
sangat berterima kasih. Namun wajah mereka juga menyiratkan perasaan bersalah dan
khawatir. Tetapi Gabriel memeluk mereka dan mengangguk meyakinkan.
Operasi pun berlangsung. Gabriel dan Bianca dimasukan kedalam ruang operasi
yang sama. Dokterpun mempersiapkan operasi pencangkokan hati Gabriel kapada
Bianca. Gabriel menatap Bianca dengan perasaan sedih. Ia ingin Bianca hidup. Maka, ia
meyakinkan dirinya sendiri untuk berani memberikan hatinya untuk Bianca.
Jarum bius telah disuntikan. Gabriel merasa sedikit mengantuk. Namun ia
berusaha sadar. Ia menggenggam kuat tangan Bianca, berbicara dengan hati ke hati.
“tenanglah, aku akan memberikan hidupku untukmu, agar kau bisa terus bermain flute,
bisa melanjutkan hidupmu, dan menyenangkan orang tuamu. Tak masalah apapun yang
terjadi dengan hidupku. Yang ingin aku sampaikan adalah bahwa hidupku adalah
hidupmu juga. Sampai jumpa lagi” kata Gabriel dalam hati.
Perlahan, kesadaranya berkurang. Ia menatap langit-langit dan memejamkan
matanya. Ia berharap Bianca selamat. Tidak masalah ia harus kehilangan hidupnya.
Operasi tersebut berlangsung selama 5 jam. Hati Gabriel sukses dicangkokan ke
tubuh Bianca. Tubuh Gabriel yang mendingin kini telah ditutupi kain putih. Bianca pun
telah keluar dari kamar operasi.
Beberapa hari kemudian.
“Ughh…” desah Bianca.
“Nak, kamu sudah sadar? Syukurlah,” kata orang tua Bianca.
“Aku dimana?” tanya Bianca lemah.
“Kamu di rumah sakit, nak. Ada orang yang rela mendonorkan hatinya,” kata ibu
Bianca.
Bianca tersenyum. Ia kembali tidur di ranjangngnya.
Beberapa bulan kemudian, Bianca telah sembuh total. Ia sudah mulai berbicara
lancar dan berjalan-jalan. Hanya hatinya masih bertanya, siapa orang yang rela
mendonorkan hatinya untuk dia?
Pada suatu senja, ia meminta diantarkan ke tepi kali Code, tempat dulu ia
menghabiskan waktu bersama Gabriel. Tetapi disana ia tidak menemukan siapa-siapa.
Matahari pun enggan untuk menampakan sinar oranyenya. Yang ada hanyalah awan
gelap yang menggantung di langit Jogja. Ia melangkah pelan. Gaun putihnya terhempas
angin. Ia duduk di sebuah batu di sana sembari menikmati angin sore. Sejenak
pandanganya berkeliling. Mencari Gabriel. Namun, tidak ada siapa-siapa.
Saat ia akan kembali ke mobilnya, ia melihat sebuah kotak di atas kursi dimana Gabriel
biasa duduk sambil menggambar matahari senja. Kotak itu berwarna hitam dengan pita
ungu yang telah kusam dan kotor terkena hujan dan debu.
Ia membukanya. Di dalamnya ada buku sketsa milik Gabriel dan sebuah surat. Gabriel,
pikirnya. Ia lantas membukanya.
Dear Bianca,
Sebelumnya aku minta maaf meninggalkan pesan dengan cara seperti ini. Mungkin saat
ini kamu bingung mencariku. Kau tidak usah lagi mencariku. Kamu tenang saja,
walaupun aku pergi jauh aku akan selalu ada di dalam hatimu yang juga hatiku.
Ya, aku yang mendonorkan hatiku untukmu. Aku ingin kau tetap hidup. Kau tidak akan
pernah tahu betapa hancurnya hatiku saat membaca suratmu. Aku pikir aku tidak akan
pernah bisa bertemu denganmu lagi.
Aku memang jauh darimu, aku tidak bisa lagi menggambar wajahmu, aku tidak bisa lagi
berbicara dengan mu, namun hatimu adalah hatiku.
Yang aku inginkan adalah hanya jangan kau bersedih, lanjutkanlah hidupmu dan tolong
jaga buku sketsaku ini.
Mungkin ini saat terakhirku. Tapi ingat, bahwa aku akan melindungimu. Aku memang
telah mati, tapi hatiku akan selalu bersamamu.ingat aku selalu di dalam hatimu, yang
juga hatiku.terima kasih telah membuatku merasa bahwa aku memilikimu.

Gabriel
Bianca terisak. Ia tidak menyangka Gabriel akan melakukan hal itu kepadanya. Ia
menoleh dan menatap terbenamnya sang surya. Oranye. Itu warnanya. Warna yang
mengingatkanya kepada mata Gabriel yang teduh, tubuh tegap, dan senyum hangat.
Itulah Gabriel.
Entah mengapa setiap Bianca melihat warna itu, ia selalu ingat kepada Gabriel.
Orang yang memberinya hidup. Dan setiap ia membuka lukisan dirinya, ia merasa
Gabriel akan selalu ada melindunginya. Setiap helaan nafasnya, Gabriel selalu ada. Dan
setiap ia menyentuh dadanya, ia tahu Gabriel akan terus ada disana.
Bunga itu
Karya: Nadadistya Foursya I.P
Matahari memunculkan sinarnya, aroma bunga terpancar menari indah di hidung
setiap insan yang menciumnya.
“Yuki! kau kena” suara seorang anak yang riang berlarian dengan temannya.
Ya, Kuro. Yuki dan Kuro memang sering menghabiskan waktu bersama di kebun bunga
itu yang biasa juga disebut “markas” bagi geng mereka.Ya, mereka mempunyai geng
yang bernama Super Peace Buster (Perdamaian super busters). Geng mereka terdiri dari
6 orang anak, Yuki yang ceria, Kuro yang dulunya sangat bandel sebelum bertemu
dengan Yuki yang kini telah berevolusi menjadi lelaki sejati, Anna yang sangat dingin,
Rikka yang lincah dan suka mengacaukan suasana ketika bertemu dengan Yuki, dan si
kembar Miyu dan Mayo yang pandai mencairkan suasana dengan kepolosannya.
Hari hari biasa mereka lalui bersama, mereka selalu bersama dalam suka maupun
duka.dan semua itu berakhir setelah masalah di waktu itu.
“Entah mengapa, ketika melihat bunga ini aku selalu teringat pada Rikka, ia sangat
menyukai bunga ini, ia sangat mengagumi setiap apa yag ada padanya, ia sangat ingin
menjadi sepertinya, indah baik warna maupun bentuknya,dan hei! Lihat ini, dia tak layu
meski banyak pengganggu disekitarnya”
Kata Yuki saat berkeliling di taman bunga bersama dengan gengnya.Anna hanya
tersenyum dingin melihat nya, Miyu dan Mayo terlihat riang berlarian kemari.
Flashback
Brukkk.. Argh
“Siapapun,tolong aku” teriakan seorang perempuan dari arah dimana matahari
menampakkan dirinya.
“Siapa disana?” teriak Kuro
“Hei! Disini!” teriak Anna
Yuki,Kuro,Mayo dan Miyu segera berlari kearah dimana suara tersebut berasal. Ternyata
teriakan itu berasal dari seorang gadis yang sedang dikejar oleh para musuh pribumi.
Tangannya luka luka, badannya lemas tak berdaya, merekapun segera membawanya ke
“markas” untuk memberikan pertolongan.
Sesampainya di markas, gadis itu tersadar dalam kondisi tangannya dibalut perban dan
dahi yang dikompres hangat.
“Terimakasih kalian, jika kalian tidak menolongku tadi mungkin aku sudah tewas
diberondong peluru oleh mereka. Aku sangat berhutang budi kepada kalian, jika aku
dapat membalasnya suatu hari nanti, apa yang bisa kuberikan untuk kalian?”kata gadis
itu.
“Tak perlu balasan, melihatmu bisa sembuh saja kami sudah lega. Kau hanya perlu
istirahat untuk beberapa hari disini dalam masa pemulihan. Tak apa,ya?” ujar Anna
“Jika aku diperbolehkan tentu saja aku mau, sekali lagi terimakasih banyak atas
bantuannya” kata gadis itu
“Tentu saja boleh, apalagi kau mau bersuka rela untuk bergabung menjadi anggota geng
kami” ujar Miyu dengan polosnya
“Geng?” kata gadis itu
“Perkenalkan, kami adalah Geng Perdamaian Super Buster! Miyu dan Mayo disini, yang
ini Anna, Yuki, dan satu satunya lelaki di geng ini, Kuro. Kami akan senang jika kau
maubergabung kedalam persatuan kami ini” ucap Mayo dengan ceria
“Beruntung sekali aku mendapat tawaran itu, ya aku mau” ucap gadis itu
“Oh iya, siapa namamu?”
“Namaku Rikka,16 tahun aku tinggal di kota Yoshaka yang kini sedang dijaga ketat oleh
musuh pribumi.Orang tua ku mati tertembak oleh mereka, aku dan adikku terpisah saat
berlari melarikan diri.” ucap Rikka,airmatanya meluncur bebas ke pipinya mengingat
insiden yang telah terjadi pada keluarganya.
“Tenang, ada kami disini. Kami akan membantumu mencari adikmu, kau tidak sendirian”
ucap Yuki sambil mengusap air mata Rikka.
------
Hari demi hari mereka lalui bersama, tak satupun anggota geng itu tau bahwa temannya
telah megidap penyakit mematikan.
“Kemana Rikka?tumben dia tidak membuat kericuhan bersamamu” sambil melirik
kearah Yuki.
“Ah Anna, Rikka sedang tidak enak badan, ia bilang kepadaku bahwa suhu badannya
naik semenjak tadi malam, tadi pun ia tidakpergi ke markas hari ini” ujar Yuki.
“Jadi kau tidak ada teman untuk berbuat ricuh ya” ujar Kuro iseng.
Yuki tersenyum kecut.
Keesokan harinya Rikka pun belum kelihatan batang hidungnya,geng buster pun
mencoba untuk mencari ke seluruh pelosok hutan.
“Oit Rikka Chan aku datang membawakan sup jagung hangat untukmu” teriak Yuki saat
tiba di markas bersama 4 anak lainnya, namun saat mereka tiba di markas mereka
menemukan Rikka dalam keadaan yang sangat lemah, terlihat bekas luka peluru
menancap di dadanya. Anna yang paham akan situasi inipun segera bertindak
mengkoordinir anak anak lainnya untuk memberikan bantuan kepada Rikka. Namun
sayang beribu sayang, Nyawa Rikka tak tertolong lagi, Rikka memberikan sepucuk surat
kepada Yuki sebelum nafas terakhirnya berhenti. Ya, Rikka telah tiada.
“Rikka, bagaimana hal ini bisa terjadi padamu” Yuki menangis kencang, ia tak
menyangka sahabat barunya akan mati seperti ini
“Dari hipotesa yang aku lihat, dia telah tertembak di bagian dada, ini artinya dia telah di
tembak secara sengaja.” Ujar Kuro
“Kau lihat, pintu markas terbuka sebelum kita sampai bukan? Apakah merreka mendapati
markas kita saat ikka sedang berjaga? Apakah mungkin dia telah melawan mereka
sendirian?”uca Anna sembari menetes air matanya.
“Its all is my fault. Gomenasai” ujar Yuki lemah.
“Aku, kamu, kita semua salah membiarkan Rikka sendirian menjaga markas. Nasi telah
menjadi bubur, siapapun dari kita yang mengaku bersalah tetap sama saja, Rikka telah
tiada”
“Ya Rikka elah tiada”
Hari itu, geng super buster berkabung.
Keesokan harinya, setelah pemakaman Rikka, Yuki ingat bahwa Rikka pernah
menenitipkan sepucuk surat padanya. Ia segera mengumpulkan teman temannya dan
membacakan isi surat itu.
Isi surat :
Teruntuk kalian, teman Super Peace Buster-ku yang tersayang.
Mungkin saat kalian menerima surat ini, aku sudah jauh disana. Aku memang sengaja
membuat surat ini saat aku merasa aku sudah diujung masaku.
Kalian akan membaca surat ini, seolah aku benar benar (masih) ada diantara kalian
bukan?
Aku berharap, aku selalu berharap aku bisa menghirup nafasku bersama kalian,
menghabiskan waktuku untuk lebih lama lagi berlarian di kebun bunga itu bersama
kalian, aku ingin menggodai Anna chan lagi denganmu, yuki chan. Aku ingin bercanda
tawa lagi bersama kalian sikembar Miyu dan Mayo.
Aku ingin selalu menjadi bunga di kala itu ; Tak layu meski banyak pengganggu di
sekitarnya. Aku selalu ingin. Namun ternyata aku salah, banyak spora spora disini yang
mengalahkan tekadku, mengalahkan semua asa yag telah kurajut hari demi hari,
mengalahkan cagak yang telah aku perkuat waktu demi waktu, mengalahkan semua
kekuatanku untuk bangkit lagi dan lagi. Aku kalah.
Geng Super Peace Buster ku, dimanapun kalian,tetaplah bela kebenaran. Tegakkan
perdamaian untuk dunia yang lebih baik lagi. Aku berharap, meskipun tak ada aku, kalian
masih bisa melakukannya walau tanpa aku bukan? Mungkin kali ini ragaku sudah tidak
bersama kalian lagi, namun jika kalian lihat ke langit dan ada satu bintang yang sinarnya
mengalahkan sinar bintang lainnya, aku disana selalu ada untuk kalian.
Ketahuilah, setelah bertemu kalian di hari itu; waktu yang sempat berhenti mulai berjalan
lagi. Aku menemukan duniaku saat kalian mulai menggandeng tanganku, saat tatapan
Miyu dan Mayo menyentuh hangat ke dalam diriku, saat kelembutan tangan Anna
membalut luka di sekujur tanganku, saat candaan Yuki dan tawa riangnya yang terus
mencoba menghangatkan suasana di malam itu, dan saat kedewasaan Kuro menyentuh
qalbuku.
Sayonara.Watashi wa anata o aishite iru.
Sahabat

Karya : Sukandri Abiyyu Hadiiq


Di suatu desa tinggal seorang anak bernama John. Dia tinggal bersama kedua
orang tuanya. Di desa tersebut keluarganya tidak miskin tidak juga kaya atau dapat juga
dikatakan sederhana. Di saat kecil John sangat senang bermain. Dia bermain tidak
mengenal waktu dari pagi hingga sore hari.
Suatu saat dia diajak orang tuanya untuk medaftarkan dirinya di sekolah dasar.
John merasa gugup dan takut. Dia berpikir bahwa sekolah bukan tempat yang
menyenangkan bagi dirinya. John melihat anak-anak yang bersekolah di sekolah tersebut.
Dia melihat seorang anak sedang merampas makanan milik adik kelasnya. Hal tersebut
membuat John semakin cemas, dia berkata kepada orang tuanya agar dia tidak bersekolah
di sekolah tersebut. Meskipun dia menangis sambil merengek-rengek orang tuanya tidak
menghiraukan hal tersebut. Akhirnya John tetap bersekolah di sekolah tersebut.
Hari awal masuk sekolah pun tiba, John merasa malas dan dia pun menangis agar
dia tidak bersekolah. Ayahnya kemudian membujuknya agar mau bersekolah. Dengan
berat hati akhirnya John bersedia berangkat ke sekolah. Tak lupa dia berdoa dan pamitan
kepada ibunya. John diantar oleh ayahnya. Sesampainya di sekolah John masuk ke dalam
kelasnya. Di kelas dia bertemu dengan James, mereka saling berbicara dan berkenalan.
Terkadang James tidak menjawab pertanyaan atau hal yang dibicarakan oleh John. Hal
tersebut membuat John sedikit kesal.
Hari awal masuk sekolah pun berlalu, di hari kedua dia mulai berkenalan lebih
dekat dengan anak-anak di kelas tersebut. Teman pertama John adalah James. Teman
John berikutnya adalah Boy. Boy adalah anak seorang pengusaha kaya di desa tersebut.
Mereka sering bermain dan belajar bersama hingga mereka kelas 5 SD. Pada
suatu hari ketika mereka sedang mengikuti tambahan pelajaran. Boy mengajak James,
John dan Jono (anak baru di kelas tersebut) untuk membolos tetapi James menolaknya.
James tidak mau nama baik dirinya sebagai rangking 1 di kelasnya ternodai dengan
membolos. Tanpa pikir panjang John dan Jono mau mengikuti Boy. Boy mengajak
mereka berdua bermain game di suatu warnet di desa tersebut. Sesampainya di warnet
itu. Mereka bermain dengan sangat senang. Selang beberapa saat kemudian Joe (kakak
kelas dari mereka) datang. Joe merebut salah satu stick dari mereka hal tersebut membuat
Boy, John dan Jono marah dan merebut stick tersebut. Joe berkata, “Kalian pelit sekali
rupanya.” Kemudian Joe mengambil uang Boy yang diletakkan di atas meja. Jono
berusaha merebut uang tersebut tetapi Joe menampar Jono dan berhasil kabur. Boy
terpaksa berhutang kepada penjaga warnet tersebut dengan memberikan hp nya sebagai
jaminan. Kemudian ia tebus beberapa saat kemufdian setelah dia pulang mengambil
uang.
Keesokan harinya kelas mereka sedang ada ulangan harian. John lupa jika pada
saat hari itu ada ulangan harian sehingga dia tidak belajar, sementara Boy seperti
biasanya dia tidak belajar. Pada saat ulangan harian seperti halnya kelas-kelas lainnya
suasana hening. Boy pada saat itu berusaha mencontek dengan bukunya di laci. John
yang belum belajar juga melakukan hal yang serupa. Kemudian James melihat Boy
sedang berusaha mencontek. James melaporkan Boy kepada gurunya. Mengetahui hal
tersebut John langsung menyembunyikan bukunya. Boy pun mendapat hukuman dari
tindakannya tersebut serta tidak mendapatkan nilai dari ulangan harian tersebut.
Hari- hari setelah kejadian tersebut membuat Boy marah kepada James. Dia
menanyakan hal tersebut kepada James, “Kenapa kau lakukan itu?”James menjawab,
“Kau pikir dapat melakukan hal itu? Enak saja.” Mereka berdua pun berkelahi dan salah
satu siswi melaporkan kepada guru. Dari kejadian tersebut Boy mendapat sanksi dan
ceramah dari kepala sekolah.
Di hari kemudian John berangkat sekolah seperti biasanya. Ketika mengikuti
pelajaran John melihat Boy dan James tidak saling bereaksi. John berpikir bahwa Boy
dan James sedang bermusuhan. Ketika pulang sekolah Boy dan John bertemu dengan Joe.
Joe menghina Boy dikarenakan Boy dihukum. Boy marah terhadap apa yang dilakukan
oleh Joe. Mereka berkelahi, John berusaha membantu tetapi justru tanpa sengaja malah
terkena pukulan dari Boy dan malah kesakitan. Selang beberapa saat kemudian ada
seorang guru yang lewat dan melihat kejadian tersebut. Joe pada saat itu berpura-pura
menangis dan menuduh Boy telah memukulinya. Boy kemudian dibawa ke kantor guru
dan pada saat itu orang tua wali dari Boy dipanggil. Akhirnya Boy mendapat hukuman
tidak diijinkan bersekolah selama 7 hari. John yang mengetahui hal tersebut datang untuk
menjenguk Boy bersama dengan James dan Jono. Di sana Boy terlihat kesal dan galau.
Kemudian mereka mengajak Boy untuk bermain bersama tetapi Boy tidak merasa tidak
senang dikarenakan ada James di sana. James memilih untuk pulang. Boy pun akhirnya
bermain dengan John dan Jono. Ketika bermain Boy membayangkan betapa
menyebalkannya perlakuan James terhadap dirinya. James dan Boy bermusuhan selama
berada di kelas 5 tersebut. Ketika ada tugas kelompok keduanya menolak untuk menjadi
satu kelompok. Jika mereka dalam satu kelompok dikarenakan terpaksa maka mereka
tidak saling bereaksi (saling diam)
Ketika mereka telah naik ke kelas 6 James menjadi sombong dikarenakan dia
telah menjadi ranking 1 di kelasnya tersebut. Mengetahui hal tersebut teman-temanya
merasa geram tetapi teman-temannya tetap bersikap seperti biasanya kepada James.
Suatu saat ketika Boy dan John berada di kantin sedang membeli minuman tiba-yiba
James datang dan tanpa sengaja menyenggol minuman milik Boy. Boy yang sebelumnya
marah terhadap James kini dia semakin marah. Boy meminta ganti terhadap James tetapi
James tidak mmau menggantinya. James beralasan bahwa minuman itu terlalu diletakkan
di pinggir meja oleh Boy. Boy mengancam James bahwa dia tidak akan bahagia di kelas.
James pun tidak peduli dengan ancaman tersebut. James lalu pergi meninggalkan kantin
dan menuju ke kelas tanpa rasa bersalah. Ketika Boy sampai di kelas dia berbicara
kepada John bahwa dia ingin melampaui James. John kemudian membantu Boy belajar.
Setiap sore mereka sering belajar bersama.
Suatu hari John merayakan ulang tahunnya. Semua teman-temannya datang
termasuk Boy dan James. Mereka bersenang-senang bersama. Ketika James pulang dia
bertemu seekor anjing dia pun dikejar dan dia berusaha lari sekuat tenaga. Sampai
akhirnya dia mendapat jalan buntu di desa tersebut . Tanpa sengaja Boy melihat hal
tersebut. Boy yang sebellumnya marah terhadap James kini dia memiliki rasa belas
kasihan kemudian dia membantu James dengan melempari banyak batu kepada anjing
tersebut dan kemudian John datang. John kemudian melerai kemarahan mereka agar
mereka tidak saling bermusuhan. Dan saat itu juga mereka tidak lagi bermusuhan hingga
mereka lulus dan sukses mereka tetap berteman dengan baik.
ANTARA DOE DAN CINTA SEJATI
Karya: Astri Nur Indahsari
Pagi itu kabut samar-samar mulai terlihat menyelimuti kota, bahkan sinar
matahari pagi yang setia membasuh dedaunan sesaat diguyur hujan. Nampak lelaki tua
dengan tongkat kayu sebagai penopang tubuhnya yang gontai, lelaki tua yang memakai
seragam loreng tentara kebanggaanya. Ia berjalan tanpa menggunakan alas kaki, lalu
melakukan perjalanan yang jauh. Tidak lain menepati janji yang pernah diucapkannya
sewaktu muda dulu.
Kisah ini berawal dari 75 tahun yang lalu saat sepasang kekasih mengucap janji
untuk bersama hingga akhir hayat. Sepulang sekolah cuaca mendung menyelimuti kota,
dengan sepedanya Hanif memboncengkan Anis, tiba-tiba hujan dengan derasnya
mengguyur kota. Mereka berdua berteduh disebuah gubuk tua
“Apakah kita akan berpisah setelah lulus nanti?”ucap Anis. Seketika Hnaif berlari
dan melangkah maju menuju lapangan. “Di kala hujan ini kuucapkan janji akan selalu
setia denganmu dalam keluh dan kesah, angina dan dedaunan yang ada akan menjadi
saksi bisu cinta kita berdua.”. Lalu Anis datang mendekat dan mereka saling berpelukan,
menikmati tetes demi tetes air yang membasahi tubuh mereka
Tiga tahun kemudian, Januari 1966. Mereka lulus sekolah, setelah lulus Anis
memilih untuk meneruskan pendidikannya di jurusan kedokteran, karena cita-citanya
ingin mengabdi pada bangsa untuk menjadi dokter. Sementara Hanif memutuskan
memilih untuk, masik akademi militer karena ingin meneruskan perjuangan sang ayah
yang juga tentara.
Dari sinilah benih-benih perpisahan itu bermula.“Nif, kenapa kamu tetap ngotot
ingin menjadi tentara?” kata Anis.“Kenapa gak bareng saya aja masuk kedokteran,
Bukankah kamu pernah berjani tidak akan meninggalkan saya?” sambung Anis. Hanif
menyakinkan kekasihnya sembari memegang kedua tangan Anis dan menatapnya dalam-
dalam,” Percayalah kepadaku Nis, aku tak akan pernah meninggalkan. Bukankah menjadi
tentara juga termasuk berbakti pada bangsa dan negara, dokter dan tentara adalah profesi
yang sama-sama mulia, Nis…”
“Tapi saya tidak ingin seperti ibumu yang kehilangan orang yang sangat
dicintainya karena berjuang membela negara…”Anis menangis lalu memeluk
Hanif
“Heeyy…jangan nangis sayang, sekarang ini kita sudah merdeka lebih dari 21
tahun, gak mungkin penjajahan itu datang lagi…jadi jangan berlebihan
ya…”Hanif menyakinkan Anis kegundahan hatinya pun mereda.
Dibalik penampilan garangnya, Hanif tetap mempunyai sisi wajah yang
meneduhkan, hingga setiap kali Anis menatap wajah Hanif kegundahan hatinya pun
mereda.
Waktu berjalan begitu cepat, 5 tahun kemudian setelah merekan lulus dan masuk
di profesi yang dicita-citakan, akhirnya mereka memutuskan menikah. Mereka telah
membuktikan, bahwa cinta mampu menyatukan mereka walau sisi pandang mereka jauh
berbeda.
Tepat 1 Januari 1962 mereka melangsungkan acara pernikahan dengan sederhana.
Tepat pada tahun 1963, pemerintah Republik Indonesia tengan melakukan operasi militer
yang diberi sandi operasi Seroja di Malaysia melawan tentara? yang menginginkan
penggabungan negara-negara bekas jajahan Inggris di Asia Tenggara yang terdiri atas
Persatuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah, dan Serawak. Dan Hanif ditugaskan di
daerah konflik tersebut, Malaysia
Setelah pasukan TNI mendarat di Kota?, Hanif ditugaskan ke lokasi dengan
medan yang berat, salah satu gunung tertinggi di daerah tersebut, Malaysia, untuk
membantu pasukan lain yang nyaris kalah ketika sepertiga dari jumlah pasukan Indonesia
tewas. Karena pasukan ?? yang sangat menguasai medan, dan jumlah yang lebih besar,
pasukan TNI mulai terkepung. Bahkan pasukan yang dipimpin Hanif yang berjumlah 30
personel hanya tinggal tersisa 5 personel saja.
Di suatu malam, saat Hanif dan rekan-rekan bersembunyi di tengan hutan, saat
hendak istirahat ternyata keberadaanya telah diketahui musuh, dan malam itu mereka
telah terkepung. Tiba-tiba suara tembekan memecah kesunyian malam. Puluhan peluru
keluar dari senpan musuh, tembakan demi tembakan mengarah padanya. Seakan tak
memberi kesempatan pada mereka untuk menyelamatkan diri”
Deeer…!!!Deeer…!!!Boommm….!!!” tembakan dan suara dentuman bom terus
bergantian menyerang mereka. Hanif dan kawan-kawan kocar-kacir tak karuan, suasana
kacau balau tak beraturan.
“Deeeeer…!!!” tak sangka satu peluru menembus lengan kanan Hanif. Ditengah
kepanikannya, tanpa berpikir panjang panjang Hanif sebagai komando kompi memberi
perintah kepada anggotnya,
“Diaz, kamu bersama Amin, Farid,dan Nuha cepat lari ke atas bukit, dibalik bukit
itu banyak tentara kita…biar aku sendiri menghalau mereka…!!!” perintah Hanif sembari
memegang lengan kirinya yang berlumuran darah.
“Tapi Nif..?? Saya tidak mungin meninggalkan kamu disini…sangat berbahaya…
medan disini terlalu berat ditempuh!! Kita harus tetap bersatu”jawab Diaz sembari panik.
Sementara suara tembakan ke arah mereka terus meledak tanpa henti. Peluru menghujani
mereka tanpa henti.
“Justru itu, kalo kita tetap bersama, kita semua akan mati ditangan
mereka…!!!Biar aku yang menghalau mereka, biar aku yang mengecoh mereka.
Sementara kalian ke atas bukit itu, aku akan mencoba lari ke lembah arah sungai di
bawah sana. Mereka akan mengejarkan, sementara kalian naik ke bukit itu jangan
menyalakan apapun dan jangan menembak sama sekali, biar jejak kalian tak
terlacak…!!!Hanif menjelakan taktiknya sembari membalas tembakan kearah musuh.
“Deeer..!!!Deee…r!!!Booomm…!!! Tembakan dan suara dentuman bom terus
bergantian menyerang mereka. “Ayo!!serang mereka..mereka yang menjajah tanah kita,
kita harus habisi mereka…!!teriak sang komandan pasukan ??? dengan bengis.
“Go..!!Go..!!Go..!!Lakukan perintah sesuai taktik kita… cepat Diaz cepat…!!”
Hanif terus berteriak.
“Tidak, lebih baik mati satu untuk menyelamatkan yang lain daripada semua mati
sia-sia disini…!!!”jelas Hanif di tengah kepanikan.
“Tapi ….!!!!???” Hanif memotong pembicaraan.
“Ini perintah..!!Saya komandan kalian … cepat ikuti perintah…!!!”gertak Hanif
“Lebih baik kami mati bersamamu Nif, aku bangga bisa mati bersamamu sebagai
prajuritmu…!!!”ucap Amin yang sedari fokus membalas tembakan lawan sambil
bersembunyi dibalik pohon besar.
Sesaat semua terasa hening, walaupun sebenanya musuh terus menembak dan
menyerang. Hanif terharu mendengar ucapan kawan-kawannya yang rela mati bersama.
Mereka saling memandang satu sma lain, seakan tak lagi menghiraukan tembakan
musuh. Semua seakan siap mati ditempat itu.
“Deeer…!!Deeer…!!!Deeer!!!tembakan dan suara dentuman bom terus
bergantian menyernag mereka. Namun merekan seakan tak memperdulikannya. “tidak
kawan, kalian tidak akan mati ditanah ini. Lihat darahku sedari tadi telah tertumpah
disini, ini penanda tanah yang aku pijak akan menjadi kuburanku dan seragamku ini
menjadi kafanku…kalian harus tetap selamat, sebagai tentara kau banggalah tiap saat.
Tidak ada alas an untuk malu…”ucap Hanif penuh semangat juang.
Mendengar itu, mereka seakan tak menghiraukan tembakan dan dentuman yang
menyerang mereka. Mereka seakan kagum pada sosok Hanif, seorang komnadan yang
rela mengorbankan jiwa demi keselamatan prajuritnya.
“Oiya Iaz, jika kamu pulang nanti, titip salam buat istriku, katakana kepadanya
aku selalu menyayanginya dalam keadaan apapun. Jaga mereka baik-baik…!!!ucap Hanif
dengan mata yang berkaca-kaca.
Sesaat Diaz terdiam, dia tak tahu apa yang sahabatnya ucapkan, dia hanya merasa
itu adalah permintaan terakhirnya, dan tanpa sadar air matanya menetes tak tega
meninggalkan sahabatnya harus mati di daratan tak bernama. Disaat kebekuan itu, tiba-
tiba”BOOOOM!!!!!” sebauh granat meledak tepat di dekat mereka.
“Ayoooo cepat kalian pergi….!!!!”teriak memberi intruksi.
“Tapi Nif”jawab Diaz
“Tidak ada tapi-tapian, aku komandanmu, lakukan ini perintah
cepat…!!!cepattt…!!!” perintah Hanif membentak. Lalu dia berdiri bergegas lari
menuruni lembah sembari menembaki musuh.
“Deeerrrr…derrr…deeerrr” Hanif membabi buta menberondong ke arah musuh.
Sementara Diaz dan rekan-rekannya terpaku membisu melihat aksi heroik dari
sang komandan hingga tak terasa mereka semua meneteskan air mata, lau mereka berlari
ke atas bukit tanpa melepaskan tembakan satupun. Mereka berlari menembus gelapnya
malam denga udara dingin yang menusuk tulang mereka, merelakan sang komandan yang
diberondong peluru oleh musuh.
Sementara pasukan musuh terus mengejar ke arah ke Hanif. Mereka mengira
musuhnya lari ke lembah. Dan akhirnya Diaz dan ketiga rekanya selamat dari kejaran
pasukan musuh. Ini membuktikan strategi Hanif berhasil. Sesampainya di atas bukit, Diaz
dan ketiga kawannya istirahat, menyaksikan pasukan musuh meyerbu komandanya
dengan berondong peluru dan dentuman granat. Mereka berempat menangis haru tak tega
membayangkan nasib komando sekaligus teman seperjuangannya.
"Selamat jalan kawan, kami bangga denganmu kau adalah perwira tertangguh
yang pernah kami kenal. Sungguh pengorbananmu tak akan pernah sia-sia"ucap Diaz
lirih sembari meneteskan air matanya. Lalu mereka melanjutkan perjalanan naik turun
bukit dengan siaga. Setelah perjalanan yang sulit, pasukan yang dipimpin Diaz berhasil
mencapai camp TNI.

Tahun 1966 setelah pertempuran berkecamuk, pasukan TNI kewalahan dan


terkepung oleh pasukan musuh, atas alasan keamanan camp-camp di daerah pedalaman
akhirnya ditarik mundur dan pasukan TNI hanya menguasai pusat-pusat kota, sementara
daerah-daerah pedalaman masih dalam kekuasaan musuh.
November 1966 beberapa prajurit ditarik mundur untuk dipulangkan, untuk
istirahat mengobati trauma setelah berbulan-bulan melakukan pertempuran sengit, dan
Diaz juga ikut dipulangkan dalam rombongan.
Setelah sampai di Jawa dan tiba di markas besar???, Diaz langsung bergegas
menyuapakan mobil untuk menggambarkan kematian Hanif yang gugur menyelamatkan
pasukan, kepada Anis . Mendengar kabar itu,seperti petir yang menyambar di siang
bolong. Anis langsung tersungkur tak kuasa menahan tangisnya. Ia tak mau menerima
surat dari Hanif, surat yang ditulis sebelum berangkat.
Inilah alasan kenapa saat lulus sekolah dulu Anis melarang kekasihnya menjadi
tentara, inilah alasan kenapa dia ingin kekasihnya menjadi dokter sepertinya, karena dia
benar-benar takut kehilangan Hanif orang yang ditunggunya setiap detik.
Berhari-hari Anis mengurung diri di kamarnya, banyak kerabat, teman dan
saudara yang datang menjenguknya, tapi guratan-guratan kesedihan masih menghiasi
wajah Anis. Kehilangan orang yang sangat disayangi sungguh-sungguh sangat menyiksa
batinnya. Terutama seminggu sebelum keberangkatan Hanif, Anis mendapat surat
undangan untuk meneruskan pendidikannya di Edinburg, Inggris untuk mendapat gelar
master.
Akan tetapi Hanif tidak menyetujuinya, sehingga mereka bertengkar hingga
beberapa hari. Anis merasa bersalah kenapa ia harus bertengkar sebelum keberangakatan
suaminya, Anis berterik meluapkan emosinya. Tak kuasa Anis menahan air mata, ia
tersungkur didepan sajadah, dan berkat” Oh, Tuhan kenapa kau lakukan ini, kenapa
bukan orang lain, setiap malam ku panjatkan doa tanpa lelah untuk keselamatannya, tapi
mengapa ini terjadi?”
Hari-hari berlalu, kebahagian mulai datang menyapa Anis. Ia menuruskan cita-
citanya untuk mengabdi kepada negara. Anis membuka klinik pengobatan gratis untuk
orang tidak mampu, tak lupa ia selalu menyisihkan uang untuk anak yatim piatu. Selain
itu, anis mendirikan sekolah untuk anak-anak yang terlantar, ia selalu mengucap syukur
kepada Tuhan walaupun ia harus kehilangan suaminya yang ia cintai. Selama 4 tahun ini,
waktu Anis hanya digunakan untuk mengabdi dengan masyarakat tanpa disadari Anis
dilubuk hatinya terdalam merasa sepi tanpa ada yang menemani
Disela-sela kebahagiaannya, suatu hari ada yang mengetuk pintu rumahnya. Anis
pun bergegas membuka pintu, alangkah terkejut bukan main dia saat melihat sosok yang
berdiri di depan pintu itu, sosok yang selama ini telah dianggapnya telah hilang. Kini
hadir kembali di hadapannya.
Yaa, dialah Hanif suami yang dulu sangat dicintainya kini kembali ada di
hadapannya.
Suami yang dianggapnya telah gugur di medan perang ternyata dia masih hidup dan kini
hadir di depannya. Menyapanya dan memberika senyumanya, walupun sedikit berubah.
Hanif yang tak kuasa menahan tangis melihat istrinya, ia sungguh tak percaya
kalau bisa berkumpul kembali dengan keluarganya. Anis pun bergegas memeluknya dan
mengajaknya masuk, dengan membawakan air panas untuk membasuh luka dikakinya.
Denag nada lirih” Mas, maafkan aku yang terlalu egois”
"Kamu tidak bersalah Nis, sama sekali tidak bersalah...Keadaanlah yang memaksa
kita begini..."Ucap Hanif menenangkan sembari memapah Anis masuk dan duduk disofa
depan.
Pelukan hangat yang tak pernah dirasakan Anis kini kembali datang menghampiri
dan pelukan itu tersa nyata. Hanif yang mencoba menceritakan apa yang terjadi
dengannya. Sesaat semua diam, seakan hening memberi jeda bagi mereka. Lalu Hanif
berusaha mengangkat wajahnya berusaha menceritakan kejadian demi kejadian yang
dialaminya.
“Begini ceritanya Nis..."Hanif mencoba menceritakan awal trgedi itu.
Waktu Hanif perintahkan pasukanku untuk melarikan diri ke atas bukit, aku sengaja
memberondong musuh agar musuh mengejarku. Saat itu rasanya Hanif memang tak
mungkin bisa selamat. Bagaimana tidak, puluhan bahkan ratusan tentara musuh mengejar
dan dikepung tentara musuh.
Saat itu hanya ada dua pilihan, yaitu membunuh atau dibunuh.
Karena itulah Hanif putuskan untuk berjuang sampai titik darah penghabisan, hingga
akhirnya Hanif terkepung dan terjebak di tepi air terjun, puluhan pasukan musuh
mengepung dan menodongkan senjatanya ke arahku.
Tanpa berpikir panajng aku menjatuhkan diri dimalam yang gelap dengan dingin
air menusuk rasa sakit ditubuh Hanif, puluhan peluru menghujani tetapi tak ada satu pun
yang mengenai tubuh Hanif karena derasnya air sungai yang berhasil selamat mencoba ke
tepian, dengan jalan yang tergopoh-gopoh menarik akar pohon agar arus sungai tak
menyeret tubuhnya.
Malam itu, dengan baju yang basah Hanif menggigil kedinginan, hingga nafasku
tersenggal-senggal sehingga Hanif tak sadarkan diri. Dalam ketidaksadaranku, aku
merasakan mereka terus menyerangku. Hanif mulai benar-benar sadarkan diri hingga
Hanif seperti kapas putih yang terbang dihembuskan angin hingga semesta. Hingga
sampailah Hanif di pintu besar dengan dua malaikat bersayap, suara istrinya pun
terdengar membangunkan hingga Hanif tersadar.
Saat tersadar aku sudah berada diranjang, tiba-tiba datanglah sosok perempuan
tua yamg membawa wadah berisikan air, tanggannya memeras handuk untuk dijadikan
kompres. Setelah beberapa hari dirawat oleh wanita itu, kondisiku mulai pulih.
Harapan mulai pupus saat Hanif mengetahui ia tidak dapat kembali, terpaksa
Hanif lewati hari-hariku di kampong tersebut. Hari berganti hari, bulan berganti bulan,
dan tahun berganti tahun. Akhirnya aku merasa nyaman tinggal di kampong yang jauh
meskipun keadaan ekonomi cukup parah akibat peperangan. Tapi inilah kenyataan, kami
semua merasa bahagia atas keterbatasan ini, petani dan warga sekitar hidup cukup.
Kini tak terasa hamper 4 tahun berlalu, Hanif medengar kabr bantuan kabar
pasukan TNI yang akan menarik mundur pasukannya, Hanif pun bergabung dengan
pasukan TNI yang menjemput pulang pasukan yag tersisa. Namun, wajah perempuan tua
yang merawatnya sedih dengan lambaian tangannya yang menyaksikan Hanif pergi.
Seperti janji Hanif, pagi itu kabut tipis samar-samar bahkan sinar mentari pun
belum mamu mengusir sang embun pagi yang setia membasuh dedaunan. Setelah
berjalan mendekati sebuah rumah yang penuh kehangatan, muculah sosok wanita yang
dicintainya.
“O, Nafasku, bukan berarti aku tak tahu jalan kembali”
JUMP
Karya: Cheria Annisa S
Matahari masih bersembunyi di balik singgah sananya, dengan malu-malu mulai
memancarkan cahaya putih. Burung-burung kecil berkicau merdu menambah keramaian
kota. Orang-orang berlalu lalang mencari kesibukan masing-masing demi sepercah
harapan hidup.
“Eumm paman, kau yakin ini jalan menuju sekolah baru kami?” tanya seorang
gadis berambut coklat almond di kursi belakang mobilnya.
Matanya menyusuri setiap jalan yang sedang mereka tempuh lewat jendela mobil
yang ia buka. Semilir angin membelai surai coklatnya membuat beberapa helai poni
rambutnya menutupi mata.
Sang sopir mengangguk, “Benar ini jalan menuju sekolah baru kalian, nona.”
Luna, gadis itu memekik kecil merasakan jalan yang sedang mereka lewati
bertambah buruk menyebabkan tubuhnya bergoyang-goyang bahkan tak sengaja
menubruk sepupunya yang duduk di sampingnya.
“O-oh! Maafkan aku, Emma.. jalanan ini buruk sekali.”
Gadis bermata bulat lucu disampingnya itu hanya mengangguk maklum, “Tidak
apa, Lu,” ucapnya dan kembali melakukan hal yang sama pada Luna, melihat-lihat
jalanan lewat jendela mobil.
Luna kembali berdecak tatkala melihat tembok-tembok di sekitar jalanan menuju
sekolah barunya yang penuh dengan coretan-coretan keluh kesah anak nakal maupun
kata-kata kasar dan graffiti-graffiti besar, yang menarik perhatiannya adalah graffiti
bertuliskan kata BOLD dengan warna hitam-merah, seolah-olah graffiti itu adalah inti
dari coretan lainnya.
Apa benar ini jalan menuju sekolah baruku yang Paman Kim bilang sangat bagus
dan menjadi sekolah idaman anak-anak lain? – pikir Luna heran. Pasalnya, jalan ini
sangat buruk dan sepi, hanya ada beberapa kedai kecil di sekitarnya. Dan juga tembok-
tembok pembatas yang sangat kotor, bahkan tak jarang Luna melihat beberapa gang
sempit yang menjadi tongkrongan beberapa pemuda yang ia yakini bukan anak baik-baik.
Tak lama, Paman Sam menghentikan mobilnya tepat didepan gerbang sekolah.
Kemudian turun dari mobil membukakan pintu mobil untuk Luna dan Emma.
“Selamat datang di sekolah baru kalian, nona,” Ujar lelaki berusia 50 tahunan itu
agak meringis ketika melihat wajah kedua anak itu seperti melihat hantu.

Luna dan Emma terperangah melihat gedung berlantai 4 didepannya. Inikah yang
disebut-sebut sebagai sekolah idaman? Dua penjaga pos yang terlelap di dalam pos jaga
dengan pintu gerbang terbuka lebar-lebar, kaleng soda dimana-mana, dan terpampang
nama sekolah usang itu. Ansan Senior High School.
Emma membenarkan letak tas ranselnya yang sempat melorot. Gugup menguasai
keduanya. Bagaimana teman mereka nanti? Apakah gurunya menyeramkan? Apakah
mereka bisa beradaptasi di sekolah ini? Semua pertanyaan tentang sekolah baru mereka
terkumpul di dalam otak. Luna mencoba berpikir positif, mungkin saja tampilan luarnya
tidak sama dengan persepsi Luna. Sedangkan Emma terlihat penasaran.
Setelah Paman Sam berpamitan dan berjanji akan menjemput mereka, Paman
Sam pergi meninggalkan keduanya. Emma menarik tangan Luna memasuki sekolah
barunya dengan senyum merekah.
Karena terlalu asik mengamati bangunan sekolah itu, keduanya hampir saja oleng
akibat dua orang siswa dan seorang siswi yang berlari melewatinya dengan sengaja
menyenggol bahu mereka dengan kasar.
“Yak! Tiang! Kembalikan almamaterku!”
“Kau tidak akan bertambah tinggi dengan almamater, pendek! El! Tangkap ini!”
“Ahahaha ayo pendek! Kejar aku!”
“Yak! Kau tidak terlalu tinggi, bebek!”
Luna menggeram jengkel ketika anak-anak itu justru berlarian dan tidak meminta
maaf kepadanya dan Emma. Luna heran, bukankah sekarang masih jam pelajaran? Tetapi
mereka malah diluar.
“Hei kalian bertiga!” seru Luna dengan tangan mengepal erat. Emma yang
menyadari itu mencoba menenangkan sepupunya itu.
“Apa yang kau maksud itu kami?” tanya seorang siswa yang dipanggil tiang tadi.
“Tentu saja! Ada siapa lagi disini?” jawab Luna ketus
Ketiga orang itu melangkah mendekati Luna membuat Emma semakin
menenangkan Luna. Ia takut sesuatu yang tidak diharapkan terjadi. Lihatlah! Wajah
ketiga orang itu sepertinya tidak bisa diajak bicara baik-baik.
“Beraninya kau berbicara pada kami dengan nada menyebalkan seperti itu?!
Kalian anak baru ya?” tanya siswi cantik bermata sipit yang berpoleskan make up tebal.
“Ya, kami baru pindah. Dan kalian tadi menabrakku dan sepupuku lalu kalian
tidak berniat meminta maaf?” ujar Luna ketus.
“Apa? Meminta maaf?”
“Hei bung! Dia ingin kita meminta maaf hahaha.”
“Dengar, janganlah kau banyak bermimpi. Tidak ada kata maaf dalam kamus
hidup kami,” ujar siswa yang tadi dipanggil bebek. Ketiganya tertawa. Sedangkan Luna
menggeram kesal. Emma hanya bisa bungkam dan tak ingin menyauti perkataan
sepupunya, walaupun yang dikatakan sepupunya itu benar.
Luna kesal dan hanya menatap kepergian ketiga siswa itu dengan sinis. Emma
yang ada disebelahnya mengusap punggung Luna.
“Tenanglah Lu, biarkanlah mereka. Toh kita juga tidak terluka,” ujar Emma
menenangkan.
Luna menghembuskan nafas berat. Ia tidak boleh terbawa emosi hanya karena
ulah anak-anak tadi. Bibirnya menyunggingkan senyuman menghadap Emma. Kemudian
mengajak Emma untuk memasuki kelas barunya. Lagi-lagi ia menjumpai botol-botol
minuman keras disepanjang koridor dan juga coretan abstrak di tembok.
Terdengar suara seperti hantaman tubuh ke lantai yang sedari tadi mengganggu
perjalanan menuju kelas mereka. Sesekali ada teriakan makian di suatu sudut ruangan
yang tak tahu dimana. Luna dan Emma tidak berani mendekat karena mereka tidak mau
berurusan dengan hal berbau perkelahian di hari pertama sekolah.
Luna dan Emma berada di kelas yang sama. Sesuai dugaan mereka, kelas yang
berisik, murid yang urakan, dan segala bentuk pikiran negatif yang sedari tadi ada
dibenak keduanya menjadi kenyataan. Bahkan saat berkenalan pun tak ada siswa yang
terlihat antusias, kecuali beberapa siswa laki-laki di bangku belakang yang menatap
keduanya dengan pandangan yang sulit diartikan. Dan kedua gadis manis itu menyadari
bahwa laki-laki yang memperhatikan mereka itu adalah orang yang menabraknya tadi
pagi ditambah satu orang lagi yang terlihat tegas.
Saat guru pembimbing menerangkan materinya, hanya beberapa murid saja yang
memperhatikan. Luna dan Emma termasuk di dalamnya. Hingga bel istirahat pun
berbunyi. Semua murid dengan sangat antusias keluar dari kelas, ada yang ke kantin, ada
yang bermain basket, ada yang berbincang di koridor, dan Luna bersama Emma memilih
ke kantin untuk mengisi perut mereka yang mulai merengek.
Setelah memesan makanan dan minuman yang ada di kantin, Luna dan Emma
menikmati makanan yang bisa dibilang apa adanya. Emma menautkan alisnya merasakan
jus jeruk yang diminumnya agak asam. Tiba-tiba segerombolan siswa yang bernama
Dion, El, Jackson, dan Sissy menuju meja mereka dengan pandangan yang tidak bisa
diartikan. Emma yang menyadari kehadiran gerombolan itu memberi tahu Luna yang asik
memakan roti isinya.
“Hei kalian! Pergi dari meja ini!” ucap jackson tiba-tiba membuat Emma dan
Luna terkejut lalu menatap Jackson, teman sekelasnya itu dengan sinis.
“Kami yang datang duluan di meja ini. Kalian bisa mencari meja lainnya,” ujar
Luna masih dengan nada yang dibuat santai.
“Ini meja kami. Sebaiknya kalian cepat menyingkir dari sini atau kalian akan
bermandikan jus jeruk,” kata Sissy menggenggam gelas milik Emma yang berisi jus jeruk
dan bersiap mengguyurkan jus jerus itu ke kepala Luna. Namun hal itu dicegah oleh
Dion, teman sekelas mereka yang berwajah tegas.
“Kita pindah ke atap saja. Tiba-tiba moodku memburuk,” ujar Dion lalu
meninggalkan Luna dan Emma yang masih melongo dan saling menatap heran.
Setelah kejadian itu entah sengaja atau tidak disengaja Luna dan Dion kerap
bertemu dalam kondisi yang tidak baik. Bahkan saat itu Luna menghentikan pukulan
yang akan Dion layangkan untuk siswa cupu di sekolahnya. Dion merasa Luna telah ikut
campur dalam masalahnya. Bukan Luna mau sok jadi pahlawan atau bagaimana, tapi ia
tidak akan membiarkan orang lemah terus disiksa.
Beberapa minggu bersekolah di Ansan, Luna maupun Emma memahami bahwa
sekolah ini bukan sekolah yang buruk, melainkan sangat buruk! Pernah Emma meminta
ayahnya yaitu Paman Kim agar memindahkannya di sekolah yang lain. Tetapi ayah
Emma menyarankan agar Emma dan Luna untuk bisa beradaptasi lagi. Emma tipe anak
yang tidak mau merepotkan orang tuanya, jadi ia hanya bisa menuruti kata ayahnya.
Sedangkan Luna hanya dititipkan kepada Paman Kim karena orang tuanya telah tiada dan
dengan berat hati Luna menerima bahwa ia harus tetap bersekolah di sekolahnya
sekarang.
Bel tanda masuk setelah istirahat telah berbunyi satu jam yang lalu. Asap halus
mengepul dari mulut pemuda tampan yang merupakan ketua geng Bold, yaitu Dion.
Badannya menyender pada tembok atap sekolah. Botol-botol vodca dan whiskey
berceceran di sudut tembok. Jackson sedang melayang merasakan nikmatnya beberapa
pil ekstasi yang habis ditelannya. Sedangkan El tertidur setelah menghabiskan dua botol
bir.
Seorang laki-laki mendatangi mereka dengan napas tersengal seakan habis dikejar
singa lapar.
“Dion! Gawat! Hosh hosh hosh. Big Crown menahan Sissy hosh hosh hosh.
Katanya kita harus melawan mereka untuk menyelamatkan Sissy. Sekarang mereka akan
menuju kesini,” ucap pemuda yang baru datang itu. Dion yang mendengar laporan anak
buahnya itu mendesis kesal. Sissy satu-satunya sahabat perempuannya diculik oleh
rivalnya. Sontak semua orang di atap itu pergi meninggalkan tempat itu. Dion
menghubungi rekan-rekan segengnya untuk berkumpul di sekolahnya.
Luna berdiri sendirian di depan gerbang sekolah. Emma pergi bersama teman
sekelasnya untuk mengerjakan tugas kelompok biologi. Sayangnya mereka berbeda
kelompok, jadi Emma menyuruhnya untuk pulang duluan. Kakinya menghentak-hentak
kecil menunggu Paman Sam datang menjemputnya. Tiba-tiba ada beberapa pengendara
motor besar menuju ke arahnya. Luna sedikit memundurkan langkah takut kalau itu
adalah geng motor musuh geng di sekolahnya. Luna mencoba berpura-pura tidak peduli
dengan memainkan ponselnya yang sebenarnya mati karena kehabisan baterai, dan
dengan perlahan bersembunyi di balik pos satpam yang kosong.
Ternyata di arah berlawanan ada geng Bold yang membawa pasukan banyak
dengan alat-alat yang Luna pernah lihat di film action.
Oh tidak, jangan tawuran, jangan! – pekik Luna dalam hati.
“Dimana Sissy?” tanya Dion dengan santai, mencoba tidak tersulut emosi.
“Dia ada bersama kami,” jawab Key, ketua geng Big Crown yang membawa
motor tadi.
“Kembalikan Sissy atau aku tidak segan-segan akan menghabisimu,” tangan Dion
mengepal kuat.
“Bukankah aku melakukan hal yang sama dengan apa yang kau lakukan dulu?
Kau menculik dan membunuh Natali kekasihku,” ucap Key dengan penekanan disetiap
katanya.
“Kau masih belum percaya rupanya. Aku tidak menculik dan membunuh Natali.
Ia sendiri yang mendatangiku dan bunuh diri karena patah hati. Kau pikir aku melakukan
apa? Aku hanya tidak ingin menjalin hubungan dengannya, itu saja,” jawab Dion yang
beberapa langkah lebih maju.
“Omong kosong! Aku tak percaya! Jika kau ingin Sissy kembali, lawan kami
dulu,” ujar Key yang sudah tersulut emosi.
Setelah itu aksi saling tonjok antar kedua geng itu berlangsung sengit. Luna yang
bersembunyi di balik tembok terlihat pucat pasi. Ini baru pertama kali ia melihat tawuran
secara langsung. Sangat mengerikan. Suara-suara erangan kesakitan tak terelakkan. Luna
hanya berdoa dalam hati agar ia diberi keselamatan dan juga semoga ada polisi yang
datang.
Suara hantaman tubuh yang jatuh ke tanah dan suara teriakan para siswa itu
menjadi pengiring pertumpahan darah di depan sekolah. Guru tidak ada yang berani
melerai atau melapor ke polisi. Mereka sudah acuh tak acuh terhadap murid-muridnya.
Luna mengedarkan pandangan ke sekitar lokasi tawuran. Ia melihat mobil
terparkir di gang sempit. Ia berharap orang di dalam mobil itu bisa menyelamatkannya.
Namun, setelah ia lihat lebih cermat lagi, ada seorang gadis yang familiar di matanya.
Sissy! Itu Sissy teman sekelas Luna yang disekap di dalam mobil. Perlahan Luna
melangkah menuju mobil itu.
Luna memecah kaca jendela mobil itu dan membantu Sissy keluar dari sana. Luna
membawa Sissy ke sebelah kedai yang sudah tutup agar lebih aman. Sissy bersikeras
tidak mau pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang terlibat tawuran.
Keadaannya sudah sangat bahaya. Banyak siswa yang berjatuhan di tanah dengan darah
mengalir dari tubuh mereka. Dengan segera Luna menelpon polisi menggunakan ponsel
Sissy.
Tak beberapa lama terdengar sirine dari kejauhan. Polisi-polisi itu berdatangan
membuat semua siswa kalang kabut mencoba melarikan diri. Dion yang sudah bersimpah
darah beserta anggota geng Bold lainnya berhasil ditangkap polisi, sedangkan geng Big
Crown berhasil melarikan diri. Luna dan Sissy pun ikut tertangkap.
Mereka dipenjara untuk beberapa jam. Setelah orang tua mereka menjemput,
mereka diperbolehkan pulang, termasuk Sissy. Dion, El, Jackson, dan Luna berjalan
keluar kantor polisi tanpa orang tua. Ketiga lelaki itu seolah sudah biasa berurusan
dengan polisi sehingga terlihat santai saja.
Entah mengapa Paman Sam tidak kunjung menjemput Luna. Akhirnya Luna
mengikuti teman-temannya itu ke suatu tempat. Luna merasa sedikit takut saat
berdekatan dengan anggota geng Bold yang terkenal seram itu.
“Apa kalian tidak takut mati? Bagaimana jika orang tua kalian khawatir?” ujar
Luna ketika duduk di kursi kayu sebuah taman kota.
“Orang tua kami tidak akan peduli. Mereka hanya mengejar uang,” sahut El
sambil menyulut rokok di tangannya.
“Kami hanya diberi uang, bukan kasih sayang. Kami melampiaskan kekesalan
kami dengan tawuran. Kami tahu itu berbahaya, tapi itu dapat membuat kami puas,” kali
ini Jackson yang berbicara.
Luna berdecak miris. Hanya karena kurang kasih sayang dampaknya sebesar ini.
Ia beruntung tumbuh dan besar di keluarga Paman Kim yang baik.
“Ayo kuantar pulang. Dan yaa, aku ingin meminta maaf karena melibatkanmu
dalam hal ini,” ucap Dion kemudian berdiri bersiap mengantarkan Luna pulang.
“Kami juga meminta maaf menabrakmu saat pertama kali kau dan Emma masuk
sekolah,” El berkata dengan senyuman penuh harap kepada Luna.
“Aku memaafkan kalian. Maukah kalian berteman denganku dan Emma?” tanya
Luna dengan mata berbinar yang disambut anggukan mantab dari ketiga lelaki itu. Luna
berjingkrak senang. Ia mendapat teamn baru lagi.
Setelah Luna pulang semua orang di rumah mengkhawatirkannya. Ponelnya mati
dan Paman Sam tidak bisa menjemput karena tiba-tiba saja perutnya sakit. Emma yang
baru pulang mengira bahwa Luna sudah pulang lebih awal. Kemudian Luna menjelaskan
semuanya dengan jujur apa adanya.
Setelah kejadian itu Luna dan Emma mulai berteman akrab dengan geng Bold.
Luna dan Emma yang sangat tidak menyukai perkelahian selalu mengingatkan temannya
untuk tidak tersulut emosi dalam keadaan apapun. Emma juga rajin membuang pil-pil
dan minuman haram yang kerap diminum temannya. Mereka juga mulai bisa dekat
dengan orang tua masing-masing.
Perjalanan Hidupku
Karya: Dian Famela
“Eh Don, liat tuh siapa yang dateng. Kok kayaknya cewek-cewek pada heboh
banget.” rasa penasaran Sintya yang begitu besar.
“Tau tuh mana gue tau, peduli amat deh,” jawab Dona dengan gaya khasnya yang
sangat cuek sambil membaca buku.
“Ih, Don kesana yuk, gue penasaran banget nih,” Sintya sambil menarik tangan
Dona.
“Apaan sih, males gue,” gerutu Dona.
Terlihat dari kejauhan ada seorang pria yang datang dengan motor barunya. Motor
itu adalah motor keluaran terbaru yang disukai oleh para wanita hitz yang ada disekolah
tersebut. Tak disangka, orang itu ternyata Gio. Gio merupakan anak popular di
sekolahnya. Ia dikenal nakal dan kaya raya. Gio juga menjadi ketua geng disekolahnya.
“Minggir-minggir bos kita mau lewat!” teriak salah satu anak anggota geng nya.
Gio pun berjalan dengan dada yang membusung dan diikuti oleh anggota
kelompoknya. Dona pun hanya melihat Gio dengan sinis karena sikap Gio yang seperti
bos. Sintya yang sangat menggilai Gio pun sangat senang bisa melihat pangeran
impiannya berjalan sambil menebar senyuman.
Gio merupakan anak pejabat tinggi disuatu daerah. Ayahnya sangat sibuk dengan
kegiatannya dan ibunya sudah tiada. Gio merasa hanya tercukupi materi nya namun
sangat kurang akan kasih sayang. Gio sangat mendambakan kebersamaan dalam
keluarganya. Bagi Gio hal itu sangat langka ia dapatkan. Ia hanya tinggal bersama
pembantu nya di rumah yang mengurusnya sejak kecil.
Hingga pada suatu saat, Gio mendapat suatu masalah dan dibawa ke kantor polisi
untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Gio terlibat perkelahian antar pelajar.
Gio sebagai ketua geng bertanggungjawab atas semua kejadian ini. Gio dengan wajah
yang lebam dan kesakitan dia harus menyelesaikan masalah ini. Ia berusaha
menghubungi orang tua nya namun tidak diangkat. Selang 2 jam ayah Gio baru
menghubungi Gio.
“Halo, Gio ?”
“Halo yah, tolong Gio. Gio sekarang lagi dikantor polisi,” ujar Gio dengan nada
memohon.
“Kamu kenapa?! Buat masalah apalagi!” jawab ayah dengan nada meninggi.
“Buruan yah, Gio tunggu. Alamat nya nanti Gio sms,”
“Ayah sedang sibuk. Ganggu saja! Nanti biar Pak Suji saja yang mengurus,”
Setelah beberapa saat, Pak Suji ajudan pribadi dari ayah Gio pun datang. Ajudan
itu pun bernegosiasi dengan polisi .Tak lama, polisi pun membebaskan Gio dan teman-
temannya.
Ajudan Suji menyampaikan sebuah pesan.
“Mas,tadi saya dapat mandat dari bapak. Setelah masalah selesai, saya disuruh
mengantar mas Gio pulang.”
“Saya bukan anak kecil pak! Saya bisa pulang sendiri. Silakan bapak kembali ke
pekerjaan bapak.” Ujar dengan nada tinggi.
“Tidak mas, saya harus tetap mengantar mas Gio pulang.”
Dengan nada sedikit tinggi, Gio menjawab.
“Kalau saya bilang tidak, ya tidak! Saya tidak suka dipaksa.”
“Baiklah mas, jika begitu kehendaknya akan saya turuti.”
Ajudan Suji pun mengerti keadaan yang dialami Gio karena ajudan Suji telah
bekerja pada ayah Gio sejak Gio masih kecil. Ajudan Suji hanya membiarkan Gio pergi,
karena ajudan sudah tau kemana Gio akan pergi ketika ia mendapatkan masalah.
Saat separuh bumi gelap, langit menyisakan sedikit cahaya jingga. Senja seakan
mengetahui semua yang terjadi padaku. Membantu ku untuk menghilangkan beban dan
pergi seiring senja berganti malam. Ya, seperti biasa aku pergi ketempat yang bisa
membuat ku tenang dan mencurahkan semua masalah. Kau tau dimana tempat itu?! Yak
di pemakaman ibuku. Aku bisa mencurahkan segala masalah ku, karna ibuku yang dapat
mengertiku. Ayahku hanya sibuk dengan segala pekerjaannya dan wanita baru pengganti
ibuku. Aku sangat membenci ayahku karena penyebab kematian ibuku adalah ayahku
sendiri. Ibuku meninggal karena ibuku melihat ayahku berselingkuh disebuah restoran
dekat kantor ayahku. Kemudian terjadi percek-cok an dan menyebabkan penyakit
jamtung ibuku kumat lalu meninggal.
Aku lelah seperti ini melulu, tak ada yang membuat hariku lebih berarti. Aku
ingin mati saja! Jika aku mati mungkin ayahku akan lebih bahagia bersama wanita
barunya dan anak-anak tiri nya. Jika aku mati mungkin ayahku baru merasakan
bagaimana pentingnya aku bagi hidupnya. Jika aku mati mungkin keadaan akan berubah
semua. Namun, semua hanya angan-angan saja. Percobaan bunuh diriku selalu gagal.
Mentari kembali menunjukan dirinya, seperti membawa sebuah harapan baru
untuk hari ini. Hari-hariku masih seperti biasanya. Kelabu dan tak berwarna. Tak ada
yang spesial dihari-hariku. Kebiasaanku membolos sekolah sudah sangat biasa bagiku.
Sampai semua guru hafal namaku karena kebiasaan burukku seperti
membolos,menyontek,dan berkelahi. Terkadang perkelahianku membuat fasilitas sekolah
rusak.
Namun berbeda dengan hari ini, aku merasa ada yang berbeda. Tadi pagi aku
melihat seorang gadis yang manis tetapi sayang ia sangat jutek padaku membuatku
penasaran padanya. Aku berniat untuk mencari tahu tentangnya. Pada saat aku bertemu
dia di kantin, aku pun menyapanya dengan sedikit menggoda.
“Hai, Dona. Kamu kok cantik banget sih hari ini?”goda Gio.
“Siapa sih lo?! Sok kenal banget sih.”
“Nanti malem, gue jemput di rumah lo ya.”
“Loh, ngapain lo main jemput-jemput segala. Kenal aja enggak.”
“Udah diem aja lo, dandan yang cantik. Jam 7 malam gue jemput.”
“Ih, gak jelas banget sih.”
Dona pun merasa risih dan binggung karena sikap Gio yang aneh. Dona tau siapa
pria yang mengajaknya pergi. Namun Dona tidak pernah bercakap-cakap dengan nya.
Tak terasa jam bel pulang sekolah pun berbunyi dan anak-anak kembali kerumah masing-
masing. Gio kembali bertemu Dona di parkiran.
“Eh Dona, ketemu lagi. Jangan lupa ya nanti jam 8 gue kerumah lo.” ujar Gio
bersemangat.
Dona pun hanya melihat Gio, tanpa membalas ucapan Gio.
Gio pun memulai untuk mengenal Dona secara intensif. Hari demi hari berganti
Gio dan Dona semakin dekat. Dona berhasil membuat perubahan pada Gio secara
signifikan. Gio pun sekarang sedikit demi sedikit berubah. Mulai dari penampilan, sikap,
dan kebiasaan buruknya mulai hilang. Dari segi sikap sedang berusaha menjadi orang
biasa dan apa adanya. Dari segi penampilan ia mulai merubah cara berpakaian secara
sopan,baik dan menurut aturan dan dari segi kebiasaan ia mulai melepaskan diri dari
geng,membolos,mencontek dan berkelahi. Dona merasa senang bisa membantu merubah
Gio menjadi manusia lebih baik dan berguna bagi teman lainnya. Gio menjadi lebih
peduli pada teman yang membutuhkan bantuannya.
Tak hanya itu Gio yang dahulu sangat membenci ayahnya, kini ia mulai membuka
hati untuk menerima ayahnya kembali beserta ibu tiri dan adik-adik tirinya karena
dorongan dari Dona. Walaupun ini hal yang sangat sulit untuk Gio. Dona berharap
semoga Gio dapat mempertahankan perubahan ini.
Kebangkitan Burung Gagak
Karya: Fauzan Dary Muhammad
Seorang pelajar SMP bernama Surya, hidup berdua saja dengan saudaranya.
Mereka dapat mencukupi kehidupan mereka dengan kerja keras mereka sendiri. Surya
menyukai bola voli sejak ia menyaksikan sebuah pertandingan Kejuaraan Bola Voli
Nasional di televisi. Untuk dapat mengikuti kejuaraan tersebut, harus memenangkan
Kejuaraan Pertandingan Bola Voli Provinsi terlebih dahulu. Pada pertandingan tersebut,
terdapat seorang anak yang mencuri perhatiannya, yaitu anak yang dijuluki “Raksasa
Kecil”. Dia mampu melakukan pukulan spike dengan sangat baik, meskipun memiliki
tubuh yang sangat kecil. Dia juga memiliki lompatan yang sangat tinggi. Surya pun ingin
menjadi sepertinya, pemukul bola yang baik meskipun memiliki tubuh yang kecil. Ia
akhirmya memulai latihan bola voli dengan bantuan klub bola voli perempuan di
sekolahnya. Ia juga meminta bantuan temannya dari klub basket untuk melakukan latihan
pukulan spike. Surya melakukan latihan pukulan spike saat klub bola voli perempuan
beristirahat.
Surya berkeinginan untuk mengikuti olimpiade bola voli tingkat SMP. Ia pun
mengumpulkan siswa lain dan beberapa temannya untuk mengikuti olimpiade tersebut. Ia
dan teman-temannya melakukan latihan keras untuk mengikuti olimpiade tersebut,
terutama Surya yang berlatih untuk melakukan pukulan spike. Teman-temannya berusaha
membantunya untuk dapat melakukan pukulan tersebut. Setelah melakukan latihan
selama dua minggu penuh, ia akhirnya dapat melakukan pukulan tersebut.
Akhirnya mimpi surya menjadi kenyataan, ia dan teman-temannya mewakili SMP
nya di olimpiade bola voli. Akan tetapi Surya memiliki demam panggung. Sesaat
sebelum pertandingannya dimulai, ia merasakan perutnya sakit. Surya harus bolak-balik
ke toilet. Setelah keluar dari toilet untuk yang kesekian kalinya, ia bertemu dengan
seorang siswa dari SMP lain, yang dijuluki “Raja Lapangan”. Surya dan sang “Raja
Lapangan” tersebut terjadi adu mulut. Surya merasa direndahkan oleh “Raja Lapangan”
tersebut. Setelah selesai dengan urusannya, Surya kembali ke teman-temannya, dan
tidaklama kemudian pertandingan SMP Surya dimulai. Ternyata SMP Surya berhadapan
dengan SMP “Raja Lapangan” tadi.
SMP Surya tertinggal jauh, karena mereka masih terbilang amatiran, bahkan baru
pertama kali bermain bola voli. Mereka ingin bermain bola voli karena ingin
mewujudkan keinginan teman mereka, Surya. Surya merasa terharu dengan teman-
temannya dan menjadi semakin semangat untuk memenangkan pertandingan. Ternyata,
Surya tidak hanya dapat melakukan spike, ia juga memiliki kelincahan dan reflek yang
luar biasa. Ia dapat mengembalikan seluruh bola dari lawan pada saat lawan memiliki
match point. Padahal sebelumnya, ia tidak dapat mengembalikan satupun bola dari lawan.
Dan ia juga dapat melakukan penyelamatan saat bola keluar dari lapangan setelah spike
miliknya terkena block. Akan tetapi kecepatan Surya tidak dapat menyelamatkan timnya.
Bola yang ia pukul dari luar lapangan mengenai net dan poin untuk tim lawan.
3 tahun kemudian, Surya kemudian masuk ke SMA Korakia. SMA tersebut
memiliki julukan Burung Gagak, tetapi sudah lama tidak mengikuti Kejuaraan Bola Voli
Nasional semenjak kepensiunan pelatih mereka dikarenakan oleh minuman beralkohol.
Oleh karena itu mereka bertekad untuk kembali ke tingkat nasional. Surya bertekad ingin
menjadi seperti “Raksasa Kecil” yang juga bersekolah di SMA yang sama. Namun ia
sangat terkejud saat mengetahui bahwa mantan lawannya, “Raja Lapangan” juga berada
di SMA yang sama dengannya. Dia bernama Tama. Surya tidak akur dengannya karena
kejadian saat di SMP dahulu. Jika mereka tidak dapat akur, maka mereka tidak diizinkan
untuk masuk ke klub voli SMA itu. Surya dan Tama akhirnya dapat berteman dengan
baik setelah mereka menerima ujian dari senior mereka. Tama merupakan setter yang
egois, ia memberikan umpan terlalu cepat kepada seorang spiker. Terlebih lagi ia
menyalahkan rekannya karena tidak memiliki kecepatan yang baik untuk memukul bola
umpannya. Oleh sebab itu ia dijuluki ”Raja Lapangan” oleh temannya. Namun dengan
adanya Surya yang memiliki reflek, kelincahan, dan lompatan yang tinggi, mereka dapat
menjadi duo yang baik. Itulah yang menjadi penyebab senior mereka berusaha untuk
membuat mereka berdua kompak.
Mereka akhirnya sering melakukan latihan pukulan spike. Namun Surya harus
mendapatkan jam tambahan karena mendapat remedial pada saat Ulangan Akhir
Semester karena kadang membolos untuk melakukan latihan pukulan tersebut dan ia juga
merupakan salah satu siswa yang kurang cerdas. Tetapi Surya masih bersikeras untuk
dapat melakukan pukulan spike dari umpan Tama, dan ia membolos beberapa jam
tambahan dari sekolah. Karena ulahnya tersebut, ia akhirnya mendapatkan hukuman dari
seniornya. Surya tidak dapat menggunakan lapangan bola voli sampai ia menyelesaikan
seluruh jadwal jam tambahannya yang telah ditetapkan. SMA Korakia melakukan camp
pelatihan dengan beberapa SMA lainnya dari berbagai daerah. Disana mereka saling
membantu satu sama lain untuk menjadi pemain yang hebat, baik di lapangan maupun di
luar lapangan. Pendamping dari masing-masing sekolah berjanji akan mengadakan
sebuah makan malam barbeque jika camp pelatihan berjalan dengan lancar. Saat camp,
seluruh siswa mengikuti jam dengan baik dan saling membantu siswa yang lain,
meskipun mereka tau mereka akan menjadi lawan saat bertemu di kejuaraan nasional.
Setelah camp berjalan dengan lancar, para pendamping menepati janji mereka dengan
mengadakan barbeque.
SMA Korakia semakin semangat untuk menjuarai tingkat provinsi untuk kembali
mengikuti kejuaraan nasional. Namun saat di final mereka mendapat lawan yang sangat
berat, yaitu Akademi Olahraga Siratorizawa. Siswa disana memiliki kemampuan di atas
rata-rata, bahkan pemain terbaik timnas U-19 bola voli terdapat di akademi tersebut.
Akademi Entonale jelas diunggulkan. Pada final kejuaraan provinsi, pertandingan
tersebut ditayangkan oleh stasiun televisi. Hal tersebut membuat Surya menjadi mual-
mual dan akhirnya harus keluar masuk dari toilet. Namun yang saat ini Surya merasakan
mual yang luar biasa sehinggan ia harus dijemput temannya, Tama. Saat keluar dari
kamar mandi, Surya dan Tama bertemu dengan lawan tangguh mereka Agelades. Namun
tidak terjadi apa-apa diantara mereka bertiga. Pertandingan final akhirnya dimulai, SMA
Korakia mengalami kekalahan dengan skor 21-9 pada ronde pertama, dan dengan skor
21-15 pada ronde kedua. Mereka akhirnya dapat menang pada ronde ketiga dengan skor
23-21, dan 25-23 pada ronde keempat. Akhirnya mereka dapat memastikan diri lolos ke
Kejuaraan Bola Voli Nasional dengan memenangkan ronde kelima dengan skor 21-19.
Mereka dapat merayakan Tahun Baru dengan sangat bahagia.
Media dan penonton bersorak, mereka tidak menyangka dominasi Akademi
Entonale dapat dipatahkan oleh Burung Gagak yang telah jatuh. Ternyata Burung Gagak
tersebut dapat bangkit dan mengepakkan sayapnya kemudian terbang ke langit lagi. Duet
Tama Surya pun dikenal sebagai duet mematikan pada kejuaraan tersebut. Setelah dapat
membawa SMA Korakia melaju ke Kejuaraan Bola Voli Tingkat Nasional, Surya sudah
mewujudkan mimpinya, dengan ingin menjadi seperti “Raksasa Kecil”. Tama juga
mendapat undangan dari Timnas Bola Voli U-19 setelah pertandingan tersebut.
True Love
Karya: Muhammad Dimas Baihaqi
Ada seorang pemuda SMA yang merupakan pewaris grup Yakuza. Ia bernama
Ritsu. Ia sangat pandai dalam hal memasak. Di rumah ia memasak untuk anggota grup
Yakuza milik ayahnya. Di sekolah ia memliki seorang sahabat yang sangat dekat dan juga
menyukai seseorang bernama Misaki. Setiap hari dia selalu membawa gembok yang
dijadikannya liontin. Ia memiliki kenangan pada liontin tersebut saat masih kecil. Ritsu
diberikan gembok tersebut untuk kenangan oleh seorang perempuan dan berjanji akan
bertunangan 10 tahun kemudian setelah membuka gembok tersebut. Saat itu, perembuan
tersebut yang membawa kunci dan Ritsu yang membawa gemboknya. Tetapi, kenangan
tersebut terlihat samar – samar oleh Ritsu karena lupa dengan wajah dan nama
perempuan tersebut.
Suatu hari saat Ritsu sudah masuk ke dalam sekolah, karena sudah terlambat ada
seorang perumpuan yang tiba-tiba melompati pagar sampai menendang muka Ritsu. Saat
itu, perempuan itu hanya meminta maaf dan langsung berlari pergi. Setelah beberapa
menit, Ritsu baru sadar liontin yang dibawanya hilang karena kejadian tadi. Ia tidak
sempat mencari karena bel masuk sudah berbunyi. Saat masuk ke kelas, ternyata ada
murid baru. Murid baru itu ternyata perempuan yang menendangnya tadi, ia bernama
Kirisaki Ririna. Ritsu pun langsung marah dan langsung meminta bantuannya untuk
mencari liontin. Oleh karena itu, setiap pulang sekolah mereka langsung mencari liontin
itu di halaman belakang. Saat mencari liontin, Ritsu juga dibantu oleh Misaki dan
sahabatnya. Ritsu sangat malu karena selalu bertemu dengan Misaki. Misaki ikut mencari
karena ia terkejut setelah mendengar Ritsu memiliki liontin, ia terkejut karena Misaki
memiliki kunci untuk sebuah gembok dan juga memiliki kenangan bertemu laki – laki
saat masih kecil. Kunci itu berwarna biru. Misaki tidak ingin mengatakan memiliki kunci
pada Ritsu karena sangat malu dan ingin memastikan gembok tersebut. Setelah mencari
selama beberapa hari akhirnya Ririna menemukan liontin itu dan mengembalikannya.
Ritsu sangat senang telah menemukan liontinnya karena untuk mencari cinta sejatinya. Ia
pun bercerita tentang liontin tersebut pada Misaki. Saat mengetahui ceritanya, Misaki
terkejut karena ceritanya sangat mirip dengan kenangan miliknya.
Saat Ritsu di rumah, tiba – tiba di jodohkan oleh ayahnya dengan seorang
perempuan anak dari pemimpin mafia terbesar. Ayahnya menjodohkan Ritsu karena agar
anggota Yakuza dengan anggota Mafia tidak lagi berperang. Karena saat mereka bertemu
pasti ada keributan yang terjadi. Saat Ritsu di pertemukan, ia kaget karena ternyata
dijodohkan dengan Ririna. Ritsu menolak karena saat disekolah mereka selalu bertengkar
dan mengejek satu sama lain. Saat Ritsu menolak anggota mafia marah lalu mengajak
berperang dengan anggota Yakuza. Karena tidak ingin ada keributan Ritsu dan Ririna pun
berpura – pura saling menyukai dan berpacaran. Semenjak saat itu, mereka selalu diawasi
oleh anggota mafia karena masih tidak percaya.
Mereka tau kalau sedang diawasi. Oleh karena itu, Ritsu pun mengajak berpura –
pura kencan di taman agar lebih mendapat kepercayaan. Saat di taman dan sedang pura –
pura kencan, Ritsu terkejut ada Misaki perempuan yang disukainya menyapa Ritsu dan
Ririna. Ritsu seperti salah tingkah, bingung mau ngapain, karena jika ia jujur pada Misaki
akan kekacauan yang akan terjadi. Ritsu pun hanya mengatakan “ Ini rahasia, tolong
jangan beritahu yang lain.” Saat itu Misaki hanya tersenyum dan langsung meninggalkan
mereka.
Esoknya di kelas, mereka dikejutkan dan diucapkan selamat oleh teman
sekelasnya. Teman di kelasnya tau mereka berpacaran dari sahabatnya Ritsu. Sahabatya
Ritsu bisa tau karena saat itu ia ingin mengembalikan kaset game pada Ritsu, tetapi Ritsu
alah pergi dengan Ririna ke taman. Dengan terpaksa Ritsu dan Ririna pun berbohong
pada teman sekelasnya mereka berpacaran karena walaupun sudah di dalam kelas,
mereka tetap di awasi oleh anggota mafia. Misaki sebenarnya menyukai Ritsu sejak
sebelum mengetahui Ritsu memiliki liontin dan juga tau kalau Ritsu sedang berpura –
pura berpacaran.
Saat bel masuk telah berbunyi, ada seorang murid baru lagi. Ia seorang
perempuan Marika Tachibana. Saat Marika melihat Ritsu, ia tiba – tiba berlari dan
langsung memeluk Ritsu dan mengatakan bahwa Ritsu adalah tunangannya. Saat itu
seluruh kelas langsung terkejut dan terdiam sejenak. Setelah itu, Ritsu mengajak Marika
ke halaman belakang sekolah dan ingin mendengar penjelasannya. Saat Marika
menjelaskan, tiba – tiba ia di sodorkan sebuah kunci. Ritsu pun langsung terkejut dan saat
akan mebuktikannya Misaki dan Ririna tiba – tiba muncul dari belakang, yang ternyata
sudah mengikuti sejak awal. Karuna terkejut tadi kunci itu patah dan patahan tersebut ada
di dalam gembok. Karena panik ia langsung meminta bantuan sahabatnya untuk
memperbaiki liontin. Karena liontin itu sudah sangat kuno, sahabatnya harus meminta
bantuan kenalannya yang baik dalam hal memperbaiki liontin. Liontin itu harus di
perbaiki beberapa bulan karena sangat sulit untuk memperbaikinya tanpa menimbulkan
kerusakan lain.
Suatu hari saat mengajak makan sahabatnya sebagai ucapan terimakasih. Saat
sedang memesan makanan mereka kaget karena melihat Marika yang merupakan anak
dari pemimpin kepolisian dan sangat kaya bekerja sebagai pelayan disana. Walaupun ia
sangat ceroboh dalam bekerja, ia tetap tersenyum dan ceria saat bekerja. Mereka di layani
dengan sangat baik disana. Disana pun ternyata melihat ada anggota yakuza dan anggota
mafia yang seperti akan mebuat kerusuhan. Saat akan membuat kerusuhan ternyata ada
banyak anggota polisi yang akan makan ketempat anak pimpinanya bekerja. Saat melihat
sekolompok mafia dan yakuza ada disana meraka pun langsung menangkapnya karena
memang sudah menjadi buronan sejak lama.
Seminggu sebelum Natal Ritsu, Marika, Misaki, dan sahabatnya di undang ke
pesta untuk menyambut ibunya Ririna. Ibunya Ririna merupakan kepala sebuah
perusahaan yang sangat berpengaruh pada perusahaan di dunia. Karena kesibukannya,
ibunya sangat tidak memperhatikan Ririna. Saat natal nanti pun tidak memiliki waktu
untuk bermalam natal dengan anaknya. Ritsu pun langsung mengambil tindakan dan
menawarkan dirinya sebagai sekretaris ibunya Ririna agar pekerjaanya cepat selesai dan
dapat merayakan Natal dengan Ririna. Walaupun Ritsu sudah membantunya dengan
sekuat tenaga tetapi tetap saja ibunya Ririna tidak memiliki waktu dengan anaknya. Saat
ibunya telah di bandara, Ritsu langsung mengajak Ririna menyusul ibunya dengan
sepeda. Saat di perjalanan Ririna bercerita kenangan saat kecil dengan ibunya, ia pun
bercerita ternyata memiliki kunci gembok. Setelah sampai di bandara Ritsu
menyemangati Ririna untuk mengejar ibunya. Saat itu, ibunya Ririna pun menangis
karena mengingat masa bersama Ririna. Ia pun langsung membatalkan jadwal pada
pekerjaannya dan lalu merayakan Natal dengan Ririna.
Beberapa hari kemudian, saat liontin milik Ritsu selesai diperbaiki sahabatnya
Ritsu menitipkan liontin tersebut pada Misaki. Saat menerima liontin tersebut, Misaki
penasaran karena hanya ada satu kunci yang dapat membuka gembok tersebut. Saat ia
mencoba dengan menggunakan kunci yang dimilikinya ternyata gembok tersebut dapat
terbuka dan isinya terdapat foto saat kecil bersama Ritsu.

Misaki merasa senang dan juga sedih karena tau siapa cinta sejati sebenarnya
tetapi Ritsu ternyata lebih memilih menyukai Ririna. Ritsu mulai menyukai Ririna karena
kenangan yang di buatnya selama berpura – pura pacaran dan juga merasa Ririna
merupakan cinta sejatinya.
Saat merayakan tahun baru, Ritsu menyatakan perasaanya pada Ririna dan
mereka pun memulai lagi dari awal. Misaki yang merasa kecewa pun ternyata disukai
oleh sahabatnya Ritsu secara diam – diam.
KIDS JAMAN NOW
Karya: M. Naufal Farras
Sering akhir-akhir ini terdengar maraknya tawuran antar geng di sekolah. Yang
terakhir adalah aksi tawuran antara SMA N Ambyar melawan SMA N Rakaruan yang
menyebabkan kematian 1 orang anak yang bernama Eddy kelas XII berumur 17 tahun,
karena ditebas samurai oleh salah seoang anak SMA N Rakaruan yang bernama Deny.
Hal ini sungguh tragis, maka dari itu setiap siswa hendaknya tidak mengikuti geng-geng
sekolah supaya tidak terjadi hal seperti Eddy. Eddy adalah ketua gengster
disekolahnya,geng tersebut bernama “geng devil” yang artinya setan. Disekolahnya Eddy
sangat tidak memikirkan pelajaran, Dia hanya memikirkan tentang gengnya yaitu geng
Devil.Anggotanya ada 45 orang, jadi semuanya ada 46 orang termasuk dengan Eddy.
Awal mula berdirinya geng ini adalah karena Eddy dicegat dan dipalak di jalan
pada saat Eddy pulang sekolah, Dia dipalak oleh geng sekolah lain. Dia mengerti bahwa
geng tersebut geng sekolah lain karena orang-orang yang memalaknya menggunakan
seragam sekolah. Lalu Eddy pun melarikan diri sekuat tenaga, geng sekolah tersebut pun
mengejar Eddy. Geng sekolah itu berpencar dan akhirnya Eddy sampai di jalan yang
buntu, terpaksa Eddy harus melawan geng sekolah tersebut. Akhirnya Eddy kalah dan
babak belur, serta terpaksa harus memberikan uangnya kepada geng sekolah tersebut.
Dari hal itulah yang membuat Eddy semangat untuk membuat geng di sekolahnya (di
SMA N Ambyar). Eddy ingin membalas dendam dengan geng sekolah yang sudah
menghajarnya hingga babak belur dan telah memalaknya. Lalu keesokan harinya, Eddy
berkumpul dengan teman laki-laki sengkatannya dan menceritakan hal yang terjadi
kepadanya. Lalu beberapa temannya ada yang membela dan senang jika akan dibuat geng
di sekolah, dan ada yang tidak setuju apabila dibuat geng di sekolah. Singkat cerita terjadi
adu mulut antara yang pro dan kontra tentang adanya geng di sekolah, akhirnya yang pro
menang, lalu pemutusan ketua geng. Akhirnya yang menjadi ketua geng adalah Eddy.
Kemudian setelah pulang sekolah mereka (seluruh anggota geng Devil) berkumpul dan
membuat base camp, akhirnya base camp mereka bertempat di warung sebelah gang
sekolah. Geng tersebut pun diberi nama oleh Eddy adalah geng Devil.Seluruh anggota
geng pun setuju dengan dengan nama geng yang dibuat oleh Eddy yaitu geng devil.
Seminggu setelah ada geng di sekolah (geng devil), ada geng dari sekolah lain
yang mengedrop SMA N Ambyar. Lalu satpam sekolah mengamankan sekolah dari aksi
drop geng sekolah lain.Akhirnya geng sekolah lain tersebut pun pergi.Salah seorang geng
devil kebetulan membolos dan nongkrong di base camp, Dia melihat aksi drop tersebut
dan mengetahui sekolah dari geng tersebut.Lalu setelah pulang sekolah geng devil
berkumpul di base camp yang membicarakan masalah pengedropan terhadap sekolah
mereka.Salah seorang geng tersebut yang melihat dan mengetahui sekolah geng yang
mengedrop sekolahnya, Ia memberitahukan kepada Eddy dan seluruh anggota geng
Devil.Ternyata sekolah dari geng tersebut adalah SMA N Rakaruan.Lalu setelah semua
mendengar dan mengerti geng devil merencanakan penyerbuan kepada geng SMA N
Rakaruan.Mereka merencanakan bahwa esok harinya mereka akan mencegat dan
berkelahi melawan geng dari SMA N Rakaruan.Kemudian esok hari setelah pulang
sekolah geng devil berkumpul di base camp dan bersama-sama mencegat geng SMA N
Rakaruan.Setelah tiba di tempat yang mereka rencanakan,akhirnya geng dari SMA N
Rakaruan datang.Lalu terjadilah perkelahian.Datanglah sekumpulan warga yang ingin
melerai,tetapi mereka takut jika terkena senjata tajam.Akhirnya salah seorang warga
tersebut menghubungi polisi agar datang untuk melerai.Tak lama kemudian datanglah
polisi dengan menyalakan sirine,kemudian seluruh anggota geng SMA N Rakaruan dan
geng devil lari tunggang langgang.Untungnya tidak ada anggota geng devil atau geng
SMA N Rakaruan yang tertangkap polisi.Seluruh geng devil pun berkumpul di base
campnya, yaitu di gang sebelah sekolah(SMA N Ambyar).
Eddy pun mengatakan kepada seluruh anggota gengnya”Ternyata geng SMA N
Rakaruan adalah geng yang dulu memalak dan menghajar Aku”.
Lalu salah seorang anggota geng Toni(teman sekelas Eddy) menjawab”Kalau
begitu ayo kita bubarkan geng SMA N Rakaruan tersebut,agar dendammu terbalaskan
Edd..”.
Eddy pun menjawab”Ayo kita lawan geng SMA N Rakaruan, kita bubarkan
mereka…kita pasti menang!!”.
Seluruh anggota geng devil pun menjawab”Siap bos!”.
Eddy pun memberitahukan kepada seluruh anggota geng Devil”Mulai detik ini
kita perang melawan geng SMA N Rakaruan”.
Seluruh anggota geng devil pun menjawab”Siap bos..”.
Lalu mereka semua pun melanjutkan hal yang biasa mereka lakukan yaitu mabuk-
mabukan.
Setibanya di rumah Eddy teler setelah meminum satu botol minuman keras.
Kemudian kedua orang tua Eddy bertanya”Dari mana saja kamu nak?,kenapa
malam hari begini baru pulang”.
Eddy pun menjawab”Dari main pah,mah…Biasa main sama temen-temen”.
Kedua orang tua Eddy pun bertanya lagi”kamu main apaa nak..kok sampai larut
malam begini?”.
Eddy pun menjawab “dari main bola”.
Papahnya Eddy pun mendekati Eddy,lalu melihat wajahnya..”Kamu habis minum-
minuman keras lagi!!” Pertanyaan papahnya Eddy yang bertanya kepada Eddy dengan
membentak Eddy.
Eddy pun menjawab”Engga paa..suerr.”
Papahnya Eddy pun mendekati Eddy dan memarahinya.Setelah dimarahi Eddy
pun kembali ke kamar dan tidur.Keesokan harinya Eddy berangkat sekolah dan belajar
kegiatan belajar mengajar seperti biasa.Setelah pelajaran kemudian istirahat pertama,pada
istirahat pertama geng Devil berkumpul di kantin sekolah.Kemudian Eddy menceritakan
kepada anggota gengnya bahwa dia dimarahi seperti biasa oleh orang tuanya.Teman-
temannya juga dimarahi seperti dia,mereka sudah acuh dengan kemarahan kedua orang
tuanya. Lalu bel istarahat pun berbunyi. Kemudian seluruh anggota geng devil kembali
ke kelas masing-masing.Setelah beberapa lama,kemudian jam pelajaran berakhir. Bunyi
bel untuk pulang pun terdengar.

Setelah pulang sekolah mereka semua (seluruh anggota geng devil)berkumpul di


base camp, kecuali Toni dan Eddy. Mereka berdua masih di kelas dan membahas
bagaimana ke depannya geng Devil. Seluruh anggota geng devil yang berkumpul di base
camp,mereka bercanda dan bercerita seperti biasa. Ada salah seorang anggota geng devil
yang ingin keluar namanya Dana, karena ia takut jika orang tuanya mengetahui bahwa
masuk geng di sekolah(geng devil). Dana pun bercerita kepada Eddy, lalu Eddy tidak
menghiraukan perkataannya. Eddy dan Toni pun selesai berbincang-bincang, mereka pun
langsung ke base camp dan membicarakan keluarnya Dana dari geng devil.
Ada seseorang yang bertanya”Ayo kita hajar saja si Dana,dia tidak punya
solidaritas kepada kita.”
Kemudian Eddy pun menjawab”Tidak..jangan!!Walau bagaimana pun dia tetap
teman kita. Dia pernah membantu kita pada saat kita menghadang dan melawan geng
SMA N Rakaruan.”
Kemudian setelah selesai membahas hal tersebut, mereka semua pergi menuju
base camp geng SMA N Rakaruan dengan dipimpin oleh Eddy dengan menggunakan
mogenya.Mereka pun konvoi di jalanan.Setibanya di base camp geng SMA N
Rakaruan,ternyata seluruh anggota geng SMA N Rakaruan tidak ada di base
campnya.Lalu mereka semua(geng Devil)menuju sekolah SMA N Rakaruan untuk
mencari geng SMA N Rakaruan untuk berkelahi.Seluruh anggota geng devil tidak
membawa senjata tajam maupun senjata lainnya.

Setibanya di SMA N Rakaruan ternyata geng SMA N Rakaruan juga tidak ada di
sekolahnya.Lalu geng devil muter ke jalanan untuk mencari geng SMA N Rakaruan.Tak
Lama kemudian berpapasanlah geng devil dengan geng SMA N Rakaruan,lalu Eddy maju
melawan ketua Geng SMA N Rakaruan.Anggota geng keduanya pun hanya melihat
perkelahian antara kedua geng tersebut.Singkat cerita ketua geng SMA N Rakaruan
terdesak saat melawan Eddy,kebetulan si ketua geng SMA N Rakaruan membawa senjata
tajam.Lalu Deny (ketua geng SMA N Rakaruan) mengeluarkan senjata tajam,kemudian
Deny menebas tangan kanan Eddy.Kemudian Eddy dibawa ke rumah sakit dengan teman-
temannya dan dia tidak dapat diselamatkan.Setelah meninggalnya Eddy,geng devil pun
bubar.
Lima Kurang Satu Sama Dengan Empat
Karya: Ikhsan Aditya N. Q.
Pagi itu terlihat cerah, lima sahabat bersama- sama berjalan menuju ke sekolah.
Mereka adalah Dimas, Shendy, Toni, Dafa, Rio. Mereka selalu bersama dan saling peduli
satu sama lainnya. Di antara mereka berlima Toni dan Rio mengikuti genk di sekolah
mereka sejak saat itu Toni dan Rio juga sering ikut tawuran. Dari mereka berdua yang
masih dekat dengan Dimas, Shendy ,dan Dafa adalah Rio. Rio tidak seperti Toni yang
sudah sangat rusak. Rio juga selalu ingat kepada sahabat- sahabatnya. Ia juga tidak lupa
kalau beribadah. Sedangkan Toni selalu pulang malam bahkan tidak pulang ke rumah,
mabuk, merokok, dan minum bir.
Suatu hari Toni marah marah kepada Shendy karena menyuruhnya keluar dari genk.
" Kenapa kamu mengaturku, kita hanya sebatas teman, " kata Toni. " Aku tidak
mengaturmu aku hanya ingin kamu kembali seperti dahulu, "kata Shendy. " Ah, sudahlah,
"kata Toni sambil pergi meninggalkan Shendy.
Sejak saat itu, Toni semakin jauh dengan sahabatnya dan selalu bersama dengan
anggota genk. Toni menjadi sering berantem, tawuran dan dugem. Belum lama anak-
anak yang ikut genk dikejar- kejar warga dan polisi karena tawuran dengan sekolah lain.
" Rio, mengapa Toni menjauh dari kita? Apa bedanya kita dengan mereka ? "tanya
Shendy. " Betul, apa ada yang salah dengan kita? " sahut Dimas. " Mungkin dia sudah
melupakan kita, " kata Dafa. " Setelah dekat dengan Andre dia selalu diberi rokok dan bir,
mungkin itu yang membuat dia mulai jauh dari kalian, " kata Rio.
Suatu saat, Dimas dan Shendy lewat rumah Toni. Di sana Dimas dan Shendy melihat
Toni sedang merokok di depan rumah. Mereka berdua menghampiri Toni.
" Ton ayo sholat ke masjid, " ajak Shendy. " Ah, kalian saja sana aku mau
menghabiskan rokokku dulu." kata Toni. " Ya sudah kalau begitu, " sahut Dimas
Setelah itu Shendy dan Dimas pergi meninggalkan Toni untuk menuju masjid. Dalam
perjalanan Dimas terheran- heran dan bertanya kepada Shendy.
" Shen kenapa perubahan Toni sangat jauh sekali dari yang dulu ya ? " tanya Dimas ke
Shendy. " Aku tidak tahu, mungkin karena sering bersama Andre, " jawab Shendy.
Setelah selesai sholat di masjid, Shendy dan Dimas ke angkringan dekat rumah
mereka. Di sana ada Dafa dan Rio yang sudah menunggu. Mereka ngobrol dan bercerita
banyak apa yang mereka lakukan hari itu. Mereka juga saling bercanda gurau. Memang
kebiasaan yang mereka lakukan saat malam minggu yang juga bertepatan tahun baru.
Hari Senin sepulang sekolah Shendy, Dafa, dan Dimas melihat Toni yang tadi tidak
berada di sekolah sedang berbicara dengan anak sekolah lain di warung. Mereka ingin
menghampiri Toni tetapi ragu. Akhirnya mereka memutuskan melanjutkan jalan untuk
pulang.
Malam hari Shendy menemui Toni untuk menanyakan apa yang dibicarakan Toni di
warung tadi siang. Tetapi Toni tidak berada dirumah. Shendy kepikiran tentang Toni.
Keesokan hari Shendy, Dimas, Dafa mencari Toni di rumahnya lagi. Tapi kata ibunya
Toni belum pulang sejak kemarin. Kemudian mereka bertanya kepada Rio.
" Rio apa kamu mengetahui keberadaan Toni ? " tanya Shendy. " Toni menginap
dirumah Andre dari kemarin, memang kenapa ? " sahut Rio. " Aku hanya ingin
menanyakan apa yang ia bicarakan waktu di warung kemarin, " jawab Shendy " Oh soal
itu, mereka minta bantuan sama sekolah kita untuk membantu sekolah mereka tawuran
melawan sekolah yang berada dekat pelabuhan, " sambung Rio. " Apa kamu juga ikut ? "
sahut Dimas. " Tidak aku sudah keluar dari genk sekolah, tetapi aku masih sering
nongkrong jadi aku tahu, " jawab Rio. " Terus siapa saja yang ikut ? " tanya Shendy.
" Sepertinya hanya Toni dan Andre, " jawab Rio.
Shendy pun berencana mengawasi Toni agar tidak terjadi apa- apa pada dia. Tetapi
Shendy tidak memberitahu kepada Dimas, Dafa dan Rio. Di sisi lain Rio juga berencana
datang ke pelabuhan.
Malam hari Shendy menemui Toni agar tidak jadi tawuran.
" Ton, sebaiknya kamu pikirkan lagi untuk tawuran besok, " saran Shendy. " Ah
sudahlah aku tidak akan apa- apa," kata Toni.
Kemudian Shendy datang menemui Andre agar membujuk Toni agar membatalkan
rencananya.
" Ndre, tolong bujuk Toni agar tidak mengikuti tawuran," mohon Shendy kepada
Andre. " Kamu tenang saja Toni tidak akan ada apa- apa. " jawab Andre.
Keesokan harinya pada sore hari tawuran dimulai. Dari sekolah yang di pelabuhan ada
banyak sekali massa sedangkan dari sekolah yang dibantu Toni dan Andre hanya sedikit.
Mereka semua membawa senjata tajam. Pertarungan berjalan dengan sengit. Masa
sekolah di dekat pelabuhan sempat mundur. Toni juga berhasil menyabetkan pedang yang
ia bawa mengenai salah satu dari mereka. Shendy terus mengawasi Toni. Ketika masa
sekolah dari pelabuhan itu menyerang balik Toni terkena di bagian tangan. Shendy
langsung datang melindungi Toni.
"Aku akan melindungimu, " kata Shendy.
Rio kaget ada Shendy di sana. Toni hanya bisa terdiam kaget karena sahabat yang
telah ia jauhi melindunginya. Shendy mendapat luka di kepala untung saat itu polisi
datang. Rio langsung membawa Shendy dan Toni ke rumah sakit menggunakan
mobilnya. Kondisi Shendy kritis. Toni menyesali apa yang telah ia lakukan kepada
Shendy. Dimas dan Dafa datang ke rumah sakit. Mereka berdua marah kepada Toni. Toni
hanya bisa menagis dan hanya diam seribu bahasa.
" Kenapa kau membiarkan Shendy seperti ini ?! " kata Dafa sambil marah. Toni tidak
menjawab dan terus menangis.
Keesokan harinya kondisi Shendy terus menurun. Mereka terus berada dirumah sakit
untuk menunggu Shendy. Sampai pada akhirnya Shendy meninggal. Mereka semua
sangat kaget mendengar kabar itu.
" Dia sebenarnya sangat peduli kepadamu tetapi kamu mengacuhkannya," kata Rio ke
Toni. " Kamu harusnya juga harus peduli ke padanya," sahut Dimas " Sekarang apa yang
akan kamu lakukan? " tanya Dafa.
Toni hanya bisa terdiam tanpa sepatah kata dan terus menyesali yang telah ia lakukan.
Di pemakaman Shendy, Toni berjanji kepada Shendy akan kembali ke jalan yang benar
dan bertaubat.
" Shen, aku berjanji akan kembali menjadi seperti dahulu dan bertaubat tidak akan
mengulangi semua perbuatanku," ucap Toni sambil menangis di pusara kuburan Shendy
Kemudian mereka kembali bersama walau tanpa Shendy. Dafa dan Dimas sudah
memaafkan Toni. Enam bulan kemudian mereka telah lulus dari sekolah. Dan berpisah
karena ada yang melanjutkan kuliah di luar kota. Hanya Toni dan Dafa yang tidak ke luar
kota. Mereka berempat sebulan sekali ketemuan untuk berziarah ke makam Shendy.
Kemah SMA 10 Yogyakarta
Karya: Shendy Wijaya
Suatu hari, saya mendapat pemberitahuan kalau hari Jumat sampai Minggu akan
diadakan kemah besar dari pihak sekolah. Saya mengumpulkan teman-teman seregu,
yang bernama Rendy,Rafli,Refli,Affan,Ari,Fadhien,dan Ikhsan. Karena saya yang
menjadi ketua regu, saya langsung membagi tugas kepada teman-teman seregu untuk
membawa peralatan-peralatan yang diperlukan dalam kegiatan kemah. Setelah selesai
pembagian tugas, kami langsung membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.
Malam sebelum kemah, kami berkumpul di rumah Rendy untuk mengusung barang-
barang yang akan dibawa untuk kemah ke dalam mobil pick up-nya Rendy.
Keesokan harinya, kami seregu berbicara melalui grup LINE yang saya buat,
yang bernama “Grup Anak Buah Tegar”, kemudian kami berkumpul di sekolah untuk
melaksanakan apel pagi di halaman sekolah dalam rangka pembukaan kegiatan kemah
oleh Kepala Sekolah. Setelah apel selesai, kami langsung naik bus untuk berangkat
menuju Bumi Perkemahan Gondang II. Dalam perjalanan, saya tertidur pulas di
pangkuan Rendy. Tidak terasa, kami sudah sampai di Bumi Perkemahan Gondang II.
Sampai di tempat kemah, kami langsung melaksanakan apel lagi. Setelah apel selesai,
semua ketua regu disuruh mengantri oleh pembina pramuka untuk mendapatkan undian
tempat pendirian tenda. Setelah mengambil undian, saya dan teman-teman seregu
langsung mendirikan dua tenda. Tenda yang pertama untuk tempat tidur, sementara tenda
yang kedua untuk tempat barang-barang yang dibawa.
Di hari pertama, kami diberi waktu istirahat oleh para pembina. Saat waktu
istirahat selesai, diadakan lomba tali-temali, menyanyi, dan kerajinan. Ketika saya dan
Affan selesai mengikuti lomba tali-temali, tiba-tiba langit menjadi mendung dan sangat
gelap. Hujan pun turun dengan deras disertai angin yang kencang. Akibatnya, tenda kami
diterpa air hujan yang sangat deras. Sehingga kami bekerja sama untuk memindahkan
barang-barang agar tidak basah. Saya sangat bersyukur kepada Allah karena sudah
melimpahkan rahmat-Nya dengan menurunkan hujan di tempat kemah kami. Kami
menikmati turunnya hujan dengan bermain sepakbola bersama teman-teman regu lain di
lapangan. Pada malam hari, kami semua berkumpul dan bergoyang bersama di lapangan.
Setelah itu, kami melaksanakan apel malam dalam rangka kegiatan jelajah malam.
Setelah menunggu lama, kami mendapat giliran untuk masuk menyusuri hutan. Saya
memimpin regu dengan mengawali perjalanan di barisan depan dan membawa senter
untuk menerangi jalan yang akan dilewati. Tiba-tiba salah satu teman saya ketakutan
berjalan di barisan belakang, kemudian saya memutuskan untuk bertukar posisi dengan
teman saya. Nyatanya, saya juga merasakan suasana merinding, karena belakang saya
tidak ada orang sama sekali. Saya terus menengok ke belakang dan menyoroti dengan
senter, tetapi tidak ada orang sama sekali. Karena saya paling belakang, saya menyuruh
teman saya di depan untuk berjalan lebih cepat. Saya merasa lega ketika regu kami sudah
tiba di pos terakhir. Selesai jelajah malam, kami langsung tidur di tenda.
Di hari kedua, kami membuat makanan untuk sarapan pagi agar tidak lelah ketika
mengikuti kegiatan selanjutnya. Setelah sarapan, kami berkumpul di pinggir lapangan
dengan menggelar tikar dan tiduran di bawah pohon yang rindang. Pada siang hari, kami
semua berkumpul melaksanakan apel dalam rangka jelajah siang. Kegiatan jelajah siang
lebih melelahkan daripada jelajah malam. Kami harus berjalan menyusuri hutan, sawah,
sungai, perkampungan, dan jalan raya. Dalam perjalanan, saya kebanyakan minum air,
sehingga saya selalu buang air kecil. Kami harus terus berjalan dan melihat arah petunjuk
yang sudah diberikan oleh pembina untuk mengerjakan tugas di masing-masing pos
tertentu. Selesai mengerjakan tugas yang diberikan pembina di masing-masing pos, kami
diberi waktu untuk istirahat,sholat, dan makan atau (ishoma).Setelah itu, saya mandi di
kamar mandi yang berada di pojok perkemahan kami. Setelah mandi, saya mengajak
teman-teman seregu saya untuk pergi mencari makanan di sekitar perkemahan kami. Tiba
di warung, kami membeli nasi kucing dan es teh. Saya meminta kepada teman-teman
untuk menghemat uang sakunya. Setelah makan, kami kembali ke tenda lagi untuk
istirahat.Setelah istirahat, kami menyiapkan peralatan-peralatan yang akan dibawa untuk
mengikuti lomba yang akan diadakan pada waktu sore hari. Pada sore hari kami
mengikuti lomba-lomba yang diadakan oleh pembina pramuka. Pada saat lomba, saya
sempat melihat dan mengamati seseorang, ketika dia mendekatiku dan melihat saya
berlomba seakan-akan badan saya kaku, tetapi entah kenapa saya merasa nyaman ketika
dia berada di dekatku. Sayangnya saya masih ingin fokus pendidikan dan tidak
memikirkan hal-hal yang seperti itu. Setelah selesai mengikuti lomba, kami istirahat dan
makan di tenda. Pada malam hari, kami melaksanakan apel malam dalam rangka kegiatan
api unggun dan pentas drama setiap kelas. Pada waktu itu, saya hanya mengikuti kegiatan
api unggun saja, tetapi pada saat pementasan drama, saya memutuskan untuk tidur di
tenda dengan teman seregu saya karena kelas kami tidak ikut berpartisipasi dalam
pementasan drama. Saat saya tertidur lelap, tiba-tiba saya bangun dari tidur karena tidak
kuasa menahan air kecil. Awalnya saya merasa ketakutan untuk pergi ke toilet sendirian,
kemudian saya membangunkan teman saya, tetapi dia tertidur lagi dan kesulitan bangun.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk pergi ke toilet sendirian. Sesudah sampai di
dalam toilet saya merasa lega, sementara saat keluar toilet, saya membuka pintu dan
langsung lari menuju tenda, kemudian tidur lagi.
Di hari ketiga, saya bangun pagi karena akan diadakan lomba senam antar kelas.
Sebelum senam mulai, saya dan teman-teman seregu makan burger bersama yang sudah
dibawakan oleh ibunya Rendy. Setelah makan, kami berkumpul satu kelas untuk
menyiapkan diri dalam lomba senam antar kelas. Setelah senam selesai, kemudian
dilanjutkan lomba-lomba yang diikuti setiap regu. Setelah semua kegiatan kemah selesai,
setiap ketua regu dipanggil oleh pembina untuk menerima hadiah dari lomba yang sudah
dimenangkan. Setelah pembagian hadiah, kami semua berkumpul di lapangan untuk
melaksanakan apel dalam rangka penutupan kegiatan kemah. Di sela-sela kegiatan apel,
pembina pramuka mengumumkan regu yang mendapat juara I,juara II,dan juara III. Saya
dan teman-teman seregu merasa tidak yakin untuk meraih juara. Setelah pengumuman
dibacakan oleh pembina pramuka, kami merasa sedih dan tidak percaya. Sebagai ketua
regu, saya mengingatkan teman-teman saya untuk terus semangat dan tidak boleh putus
asa. Setelah kegiatan apel berakhir, saya dan teman-teman seregu berkemas-kemas dan
membawa barang-barang ke dalam mobil pick up-nya Rendy. Sebelum saya naik bus,
saya sempat terlibat perselisihan dengan salah satu anggota dari regu lain. Setelah itu,
saya memutuskan untuk mencoba memaafkan dan kami semua naik bus untuk pulang
kembali ke sekolah. Sesampainya di sekolah, saya mengambil barang-barang saya yang
ada di mobil pick up-nya Rendy dan berpamitan dengan teman-teman seregu saya untuk
pulang ke rumah.
Penyesalan
Karya: Tissa Farikha
Brakk!
Ku banting pintu utama dengan keras. Aku tak peduli jika pintu itu rusak atau
apapun. Aku tak peduli. Amarah menguasai diriku. Aku sudah tak tahan lagi, selalu saja
begini. Ketika semua rencana sudah kususun dengan rapi, selalu saja mereka
menghancurkannya. Aku sudah bersusah payah bertahan hingga titik ini, tapi mereka
tetap saja sama. Lebih mementingkan pekerjaan mereka daripada diriku.
Kulihat Bi Iyem datang dengan tergopoh-gopoh dari arah dapur. Ia bingung,
terlihat dari wajahnya yang menyimpan banyak tanda tanya.
“Ada apa non? Kok datang-datang membanting pintu?.” Tanya Bi Iyem agak
ragu.
“Aku kesel Bi, kenapa ayah ibu selalu aja mentingin pekerjaan mereka daripada
aku!.” Balasku penuh emosi. “Mereka tuh egois, nggak pernah bisa ngertiin aku.”
Lanjutku masih dengan kekesalan.
“Oh, jadi itu masalahnya. Kalo gitu mah Non Dita harusnya juga ngerti. Ayah ibu-
kan sibuk, kerjaan mereka banyak. Lagian mereka kerja itu juga buat Non Dita-kan?.”
Ku anggukkan kepalaku tanda setuju dan Bi Iyem pun memelukku. Untuk urusan
seperti ini Bi Inem memang paling bisa menenangkan diriku saat aku mulai kehilangan
kontrol emosiku. Yah, untung saja ada Bi Inem. Setidaknya aku tidak harus
menghancurkan se-isi rumah untuk melampiaskan amarahku.
Hhh..hampir saja aku lupa. Perkenalkan namaku Ardita Maharani, kalian bisa
memangilku Dita. Aku adalah anak tunggal dari sebuah keluarga konglomerat. Usiaku 16
tahun. Aku besar dan tumbuh dengan uang. Tak ada kasih sayang ataupun perhatian lagi
setelah mereka sibuk dengan pekerjaan mereka. Aku merasa terabaikan. Bagi mereka
uang bias membeli segalanya dan mereka salah! Uang takkan pernah bisa membeli kasih
saying sepeser pun.
Aku adalah seorang introvert. Introvert, seseorang yang menarik diri dari dunia
luar bahkan lingkungan sekitarnya. Seingatku aku hanya memiliki seorang sahabat dan
tak ada teman lain yang kukenal. Aku lebih suka diam daripada banyak bicara. Divine
namanya. Terkadang anak-anak dikelasku menganggapku aneh dan tidak mau berteman
denganku, tapi Divine tidak. Dan itu yang membuatku bertahan, meski dengan orang-
orang yang memuakkan.
Aku pendiam, mencintai buku lebih dari apapun dan tidak tertarik dengan
olahraga kecuali lari. Ya, lari dari kenyataan. Hidup ini sulit jika harus dipikirkan, hanya
jalani apa yang sudah terjadi. Dulu saat aku masih kecil aku termasuk anak baik yang
ceria dan punya banyak teman, orang tuaku terkadang masih mempunyai waktu
bersamaku. Tapi hidup ini keras. Di dunia ini hanya ada hidup, persaingan dan mati.
Siapa yang kuat dia yang bertahan dan yang lemah akan menghilang.
Orang tuaku berusaha keras untuk mempertahankan kehidupan kami. Namun cara
mereka salah. Aku mendapat banyak asset, tapi aku harus merelakan waktu untuk
bersama keluarga. Karena mereka aku jadi seperti ini. Baiklah, lupakan tentang ini.
Sekarang meski aku sudah merasa lebih baik, tapi masih ada sedikit penyesalan
yang tertinggal. Harusnya aku tidak berharap mereka datang. Aku duduk di sofa ruang
tamu, Bi Inem memberiku segelas es coklat dan aku meminumnya sedikit.
“Yaudah biarkan aku istirahat dulu, aku capek.” Ucapku pada Bi Iyem kemudian
aku naik kekamarku yang berada dilantai 2. Kurebahkan tubuhku diatas kasur. Kulihat
jam weker dimeja menunjukkan angka 19:56, sudah malam dan aku lelah. Ingin rasanya
aku membersihkan tubuh ini terlebih dahulu, tapi rasa kantuk yang menyerangku tak
dapat kutahan lagi. Kupejamkan mata dan tak beberapa lama kemudian aku sudah berada
di alam mimpi.
Aku tak tahu kenapa, tiba-tiba saja kamarku berubah menjadi lorong rumah sakit.
Tak pernah aku dating kesini, kecuali saat nenek masih ada dan dirawat di rumah sakit.
Samar kudengar seseorang menangis. Kulewati ruang demi ruang yang ada disisi lorong
hingga aku berdiri tak jauh dari sebuah ruangan bertuliskan “ICU”. Didepan ruangan itu
kulihat ayah mondar-mandir kebingungan dan ibu duduk sambil menangis di ruang
tunggu. Siapa yang sakit?,batinku dalam hati. Dan tak lama kemudian kulihat seorang
dokter keluar dari ruangan itu.
“KeluargaNy. Ardita?.” Tanya dokter itu. Seketika ayah dan ibu mendekati sang
dokter, berharap-harap cemas dengan kabar yang akan disampaikan. Aku lebih cemas
karena aku taktahu apa yang terjadi dan yang lebih parah, orang yang berada di ICU itu
adalah aku.
“Bagaimana keadaan anak kami dokter?.” Tanya ayah dengan penuh
kekhawatiran. Dokter itu menundukkan kepala sejenak lalu menatap wajah ayah dan ibu.
“Maafkan kami, kami sudah berusaha sebisa kami tapi kanker yang ada di otak
pasien sudah menyebar ke syaraf-syaraf motoriknya.”
“Berarti anak saya sudah lumpuh dok? Tapi bagaimana bisa? Selama ini anak
kami baik-baik saja. Bagaimana bias tiba-tiba anak saya terkena kanker otak dok?.” Ayah
sedikit tidak terima dengan apa yang terjadi dan ibu jatuh terkulai dilantai. Aku terkejut,
bagaimana bias ini terjadi? Aku menahan tangisan disudut mataku. Kubekapmulutku
dengan tangan agar tak ada seorangpun yang tahu bahwa aku ada disana, meski mungkin
memang tak ada yang tahu aku ada disini.
“Maafkan kami, tapi penyakit yang diderita anak anda adalah salah satu kanker
ganas yang sangat langka. Penyakit ini tidak memperlihatkan tanda-tanda
keberadaannya dan penyebarannya juga sangat cepat.”
Aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena akus angat terkejut dan tiba-tiba
saja aku merasa semuanya gelap. Dan ketika aku membuka mata, ayah dan ibu ada di
samping ranjangku. Kulihat sekeliling ruangan dan benarsaja, aku ada di rumahsakit.
Apakah aku bermimpi atau ini memang kenyataan. Kucoba meraih tangan ibu, tapi
tanganku tak bias bergerak. Tangank seperti mati rasa. Aku menangis, apakah ini
sungguhan? Apa ini sungguh-sungguh terjadi?.Sepertinya tangisanku terlalu keras hingga
membangunkan kedua orang tuaku dari tidurnya.
“Apa yang harus aku lakukan Bu,Pak…? Aku merasa jadi anak yang paling
malang se-dunia. Kenapa nasibku sejelek ini sih, Ya Allah…! Aku benci kamu Ayah!
Akubenci kamu Ibu! Kenapa justru di saat aku udah kayak gini kalian baru datang?
Kenapa baru saat ini kalian perhatian padaku? Kanapa? Kenapa dulu kalian menomer
satukan pekerjaan dan monomer duakan aku? Telat kalo sekarang kalian datang. Keluar
sana! Yang penting bagi kalian kan uang tho!Aku nggak butuh kehadiran kalian di sini!”
(Ya Allah maafkanlah aku yang tega membentak-bentak orang tua sendiri. Aku
nggak kuat ya Allah.) Mendengar ucapan kasarku itu mereka terkejut wajah merekapun
berubah. Tapi merekapun akhirnya keluar. Setelah mereka keluar tangisku semakin
pecah, aku benar-benarmerasabersalah. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menja
dibubur. Setelah itu Bi Iyem masuk.
”Jangang itu Nduk. Mungkin memng benar mereka lebih mementingkan
pekerjaannya daripada kamu. Tapi ketahuilah, mereka itu sangat sayang padamu. Mereka
sebenarnya pun tidak ingin seperti itu. Tapi keadaan memaksa mereka bekerja siang-
malam. Meskipun begitu, sesibuk apapun mereka ,mereka selalu menanyakan keadaanmu
ketika Non Dita sudah tidur. Dan secapek apapun mereka, ketika pulng mereka selalu
menyempatkan diri untuk sekedar melihat anak kesayangan mereka. Mereka selalu
mencium keningmu ketika kamu tidur. Merekapun selalu minta pada Bibi untuk
menjagamu. Jadi, hilangkan kebenciaanmu itu Nduk. Maafkan mereka.”
Mendengar perkatan Bi Iyem tangisku semakin keras.
“IyaBi,Aku mau memaafkan mereka. Dan aku berharap mereka mau
memaafkanku.”
Awal perjalananku
Karya: Zukhrufa Puspita Wisaksani

Kehidupanku sekarang berubah , kini aku telah berkeluarga dan memiliki dua
anak, perempuan dan laki-laki. Anak-anakku sekarang sudah masuk di masa remaja,
sama seperti aku dulu, sekarang mereka mencoba hal yang baru. Ya masa remaja, masa
dimana mereka mencari jati dirinya. Namun bedanya, mereka ku awasi dari dekat, aku
menemani mereka selayaknya teman sendiri.
Akan kuceritakan mulai dari aku SMA. Semenjak aku duduk di bangku SMA, aku
sering ditinggal kedua orangtuaku pergi ke luar kota untuk mengurusi perusahaan Papa di
berbagai kota. Terkadang harus terbang ke luar negeri untuk melakukan kerjasama
dengan perusahaan luar negeri. Papa dan Mama sering membujukku ikut mereka terbang
ke luar kota atau ke luar negeridengan alasan agar aku belajar meneruskan bisnis Papa
atau sekedar liburan sekolah. Ajakan Papa dan Mama sesekali aku turuti, tetapi setalah
beberapa kali ikut, aku bosan dengan dunia bisnis. Aku memilih tinggal di rumah dan
bermain bersama teman – teman. Aku lebih senang bermain daripada harus mengikuti
Papa dan Mama, tetapi tidak menutup kenyataan bermain di luar negeri memang lebih
menarik.
Seiring berjalannya waktu, Papa dan Mama yang khawatir dengan keadaanku
akhirnya membawaku bersamanya. Mereka menyelesaikan perusahaan yang baru
dibangun selama dua tahun di Paris. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Aku mendapat kamar tidur baru, peralatan sekolah baru, sekolah baru dan tentunya aku
harus berkenalan dengan teman baru. Lingkungan yang sekarang ini berbeda dengan
kampung halamanku yaitu Indonesia. Aku harus beradaptasi dengan budayanya.
Belum ada dua minggu, kejadian di Indonesia kembali terulang di Paris. Sekarang
aku lebih sering ditinggal mereka mengelola perusahaan meskipun lebih dekat
dibandingkan di Indonesia. Saat aku selesai bersiap dan turun untuk sarapan dengan
mereka, mereka sudah siap dengan baju kemeja yang rapi kemudian hanya memberiku
kunci mobil serta beberapa lembar kertas yang dinilai cukup untuk memenuhi
kebutuhanku selama sebulan.
Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah baru. Dengan bahasa dan budaya
yang baru, aku berharap hari – hari-ku lebih menyenangkan. Setelah memarkirkan
mobilku, aku segera menuju ke ruang guru. Sebelum sampai gerbang sekolah, aku
dihadang anak laki-laki sekitar lima orang. Tanpa berkata sepatah kata, salah satu dari
mereka langsung menonjokku tepat di pipi. Karena aku merasa tak bersalah, aku balas
menonjoknya di pipi. Kemudian empat orang yang lain bergantian menonjokku sampai
aku hampir tak sadarkan diri. Mukaku penuh dengan luka dan darah yang keluar dari
mulut dan hidung. Perlahan aku membuka mataku, ternyata dari tadi banyak orang yang
melihatku termasuk seorang guru di lorong. Setelah keadaan mereda, mereka yang
melihat kami berkelahi segera meninggalkan tempat tadi. Aku segera bangun dibantu
seorang guru yang tadi berada di lorong dan seseorang yang tidak asing saat aku melihat
kalung yang ia pakai. Aku tak habis pikir, apa yang salah dengan diriku saat ini?. Belum
memperkenalkan diri, aku sudah tak sanggup melanjutkan sekolah dengan musuh
pertamaku di sekolah ini. Akhirnya aku dan salah satu dari mereka (yang pertama
menonjokku) di hadapkan dengan kepala sekolah.
“ Lucky, apa yang sudah lakukan sekarang terhadap anak baru ini?” tanya kepala
sekolah ke seseorang yang tadi menonjokku, yang kini kuketahui bernama Lucky.
“ Apa yang salah Mr. Lin ? Aku hanya menonjoknya karena dia memakai tempat
parkirku tanpa seizinku” jawab Lucky.
“ Bukannya parkir luas tidak hanya untukmu Lucky?”
“ Lalu kenapa kau tidak parkir di tempat lain selain disana?” sambil mengangkat
kerahku
“ Apa aku salah jika parkir di situ?”
“ Jelas kau salah, disitulah tempatku memamerkan mobil baruku. Bukan kau yang
malah memamerkan mobil”
“ Stop. Sudah sepantasnya kau dikeluarkan dari sekolah ini. Geng yang kau
dirikan terlalu berbahaya untuk murid yang lain termasuk anak baru ini” jelas Mr. Lin
Setelah berbicara panjang lebar akhirnya aku keluar dari ruang guru. Di depan
ruang guru aku bertemu dengan seseorang yang tadi menolongku dan ternyata dia adalah
temanku sewaktu aku kecil. Dulu aku pernah tinggal di Paris selama dua bulan lalu
kembali lagi ke Indonesia. Dialah teman satu – satunya yang juga berasal dari Indonesia.
Selama perjalananku ke ruang kelas, aku banyak diceritakan tentang sekolah ini termasuk
geng yang ada di sini.
Tiga bulan sudah aku tinggal di Paris, tanpa adanya pengawasan kedua orang
tuaku aku mencoba hal yang baru, hal yang tidak pernah aku lakukan saat di Indonesia,
ini karena bujukan teman-temanku. Aku masuk ke dalam salah satu geng sekolah. Tiga
bulan aku hanya disibukkan dengan sekolah lalu bermain dengan teman-temanku.
Keseharianku jarang dirumah, aku lebih sering bermain di club untuk minum-minum,
merokok atau sekarang aku juga mempunyai pacar. Tak jarang aku juga berkelahi dengan
sesama geng sekolah.
Suatu waktu, salah satu dari temanku memutuskan untuk tidak berhubungan lagi
dengan geng kami karena suatu alasan. Kami juga tak pernah saling menyapa. Sampai
beberapa bulan, kami disuruh untuk datang ke lapangan sekolah pada tengah malam.
Tanpa berfikir panjang, pulang sekolah kami berkumpul di markas. Saat tengah malam
kami sudah berkumpul di lapangan sekolah. Setelah ku ketahui jika DK teman kami di
geng yang sama diberlakukan seperti hewan di hadapan kami.
“ Mark, kau tahu apa yang DK lakukan sampai akhirnya seperti ini?” tanya Lucky
“ Aku tak perlu tahu, kembalikan saja temanku”
“ Semudah itu....” belum selesai Lucky menjelaskan, aku segera menonjoknya
tepat di tulang pipinya, sampai akhirnya kami berkelahi.
"Terimakasih Mark, sudah membantuku. Ku harap kau mau memafkanku. Tidak,
kau tak harus memaafkanku, tetapi ku mohon terimalah aku menjadi temanmu lagi. Aku
tau aku salah dengan keputusan yang lalu. Aku tak seharusnya ikut dengannya hanya
karena uang" Jelas DK dengan muka berkaca-kaca.
"Tidak, kami tidak marah dengan mu. Kami masih temanmu seperti yang dulu"
jawab Mark
Sekarang kami sudah Lulus SMA. Aku mengahadiri perayaan kelulusan tanpa
kedua orangtuaku. Teman – temanku sibuk dengan urusannya dengan kedua orangtuanya
termasuk pacarku. Aku hanya duduk menikmati acara yang disajikan oleh sekolah.
Setelah acara selesai aku dan teman – temanku langsung pergi ke club untuk
merayakannya.
Aku sendiri sekarang memilih jurusan kedokteran di salah satu Universitas yang
terkenal di Paris. Kedua orang tuaku sudah kembali ke Indonesia untuk meneruskan
perusahaan. Walaupun kami sibuk dengan kuliah masing – masing kami tetap berkumpul
di club pada malam hari jika tidak ada jadwal kuliah. Tanpa kita sadari, kami sudah tidak
pernah berkelahi.
Sampai saat ini aku 68ias bergelar Master lalu menikah di Paris. Istri ku adalah
seorang dosen di Universitas Harvard dan dia adalah ibu yang sangat perhatian bagi
kedua putra putriku. Aku masih berkumpul dengan temen – temanku dengan membawa
serta keluarganya.
Viva La Pasatu
Karya: Wulan Ayu Arfiani
Berawal dari bangku SMA, aku dan teman sekelasku mulai akrab dengan satu sama
lain. Selang waktu satu minggu kami sudah merasa seperti keluarga, keluarga baru dalam
hidup kami, keluarga yang saling peduli satu sama lain, saling respect satu sama lain
tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Kami adalah kelas yang kompak, apapun
yang terjadi kami akan terus bersama. Untuk menjaga kekompakkan kelas kami, kami
menamai kelas dengan nama 'Viva La Pasatu' yang artinya 'Kelas dengan Seribu Mimpi'.
Kelas kami memang memiliki banyak sekali mimpi yang ingin kami wujudkan bersama.
Salah satunya nanti kita harus lulus bersama.
Sudah sangat banyak kenangan yang kami lakukan bersama selama kurang lebih
setengah tahun hingga tak terasa kalau Ujian Akhir Tahun datang, kami berusaha
semaksimal mungkin untuk bisa mendapatkan nilai yang memuaskan agar kami semua
bisa keterima di perguruan tinggi yang kami harapkan masing-masing. Setelah kurang
lebih satu minggu kami melaksanakan Ujian Akhir Tahun, mengatakanlah mengatakan
bahwa ada kegiatan classmeeting yang diadakan oleh OSIS. Untuk memeriahkan acara,
terdapat beberapa perlombaan yang wajib diikuti tiap kelas dengan mengirimkan
perwakilannya untuk mengikuti perlombaan yang ada. Perlombaan tersebut diantaranya
lomba sepak bola sambil memakai sarung dan sandal jepit, lomba tarik tambang, dan
lomba handball khusus siswi putri.
Untuk lomba sepak bola sambil memakai sarung dan sandal jepit dari kelas kami
diwakilkan oleh Krisna, Willy, Roshansyah, Fabian, Fatikh dan Alif. Mereka bermain
dengan sangat kompak tetapi ternyata kelas kami harus kalah. Kita tidak menyerah begitu
saja, pada perlombaan selanjutnya yaitu lomba tarik tambang kelas kami diwakilkan oleh
tiga orang siswa putri yaitu, Sheza, Rika, dan Viera. Mereka bertiga sangat bersemangat
menarik tali tersebut dan pada akhirnya kelas kami yang menjadi juaranya. Kelas kami
begitu bahagia mengetahui bahwa kelas kami adalah pemenangnya. Dan inilah
perlombaan yang terakhir, yaitu lomba handball putri, kelas kami diwakilkan oleh Ashley,
Ayu, Cia, Atalya, Cinta dan Ludia. Semua teman kami menyemangati dari pinggir
lapangan untuk mendukung tim kelas kami.
Pada saat lomba dimulai, suasana masih terlihat santai. Semua berjalan lancar. Akan
tetapi, tak lama kemudian tim lawan melakukan kecurangan, mereka menyakiti anggota
tim kami dengan melempar bola mengenai kepala. Kami sekelas pun tidak terima dengan
aksi tersebut dan meminta wasit untuk memberi sanksi tetapi wasit membantah karena
saat itu wasit tidak melihat kejadian yang terjadi. Namun ketua kelas kami mengatakan,
"Biarkan saja mereka bermain curang, yang penting kita bermain secara sportif". Lalu
kami sekelas pun kembali menyemangati tim kelas kami yang ketinggalan beberapa poin
dengan tim lawan. Akhirnya tim kelas kami berhasil memenangkan dan masuk ke babak
semifinal.
Pada saat semua tim sedang break, teman seelas dari tim lawan menatap kami semua
dengan tatapan yang sinis karena kejadian tadi di lapangan. Namun kami semua
menanggapi dengan santai tanpa memperpanjang masalah yang tadi. Setelah 30 menit
break, kelas kami kembali melanjutkan perlombaan untuk menentukan siapa yang
menjadi pemenang juara 3. Seperti yang sebelumnya, awal perlombaan masih terlihat
biasa saja, akan tetapi tak lama kemudian tim lawan kelas kami lagi-lagi melakukan
kecurangan. Kali ini mereka melempar bola ke arah mata sehingga mata penjaga gawang
kami merasa perih di matanya dan tidak bisa melanjutkan perlombaan tersebut dan
digantikan oleh teman kami yang lain. Kali ini kami tidak tinggal diam, kami meminta
agar wasit memberi sanksi kepada tim lawan dan akhirnya wasit memberikan kartu
kuning kepada tim lawan dan mengancam mendiskualifikasi tim lawan jika mereka
bermain seperti itu lagi. Perlombaan kembali berjalan, dan ketika waktunya habis tim
kelas kami ketinggalan 2 poin dengan tim lawan sehingga kelas kami kalah. Tetapi tak
mengapa, karena kalah atau menang adalah hal yang biasa, yang terpenting kami sudah
berusaha semaksimal mungkin dan telah ikut berpartisipasi dalam lomba tersebut.
Tak hanya itu saja, kebersamaan kami juga terlihat saat kami pergi bermain bersama
ke suatu tempat seperti pantai, wisata air terjun, dan wisata alam lainnya. Pada suatu
ketika, kami ber 8 orang pergi bersama ke sebuah wisata bukit yang berada di lereng
gunung Arjuno yaitu biasa disebut Paralayang, wisata tersebut memiliki keindahan
panorama yang sangat indah bila dilihat dari atas, apalagi saat malam hari, semakin indah
pemandangan kota dari atas bukit tersebut. Di Paralayang juga terdapat wisata Omah
Kayu yang isinya ada beberapa rumah kayu kecil yang berada di atas pohon sehingga
wisatawan dapat menikmati keindahan di bawahnya dan bisa melihat orang-orang yang
sedang terbang menggunakan paralayang. Saat kami sudah tiba di Paralayang, ada 2
orang teman kami yang ternyata tidak bisa naik sampai ke Paralayang karena motornya
tidak kuat untuk menanjak ke atas. Akhirnya kami yang sudah berada di atas terpaksa
harus turun lagi dan membantu teman kami yang motornya mogok tadi. Sehingga kami
memutar akal untuk mencari tempat wisata lain, tetapi kami memutuskan untuk sejenak
istirahat di Alun-Alun sambil makan ataupun sholat. Setelah beberapa jam kemudian,
kami melanjutkan perjalanan dan memiliki ide untuk ke pantai. Tetapi kali ini tidak lagi
ber 8 orang melainkan hanya 5 orang saja. Dan kami berlima langsung saja berangkat ke
pantai yang memakan waktu sekitar 2 jam an dari kota. Dan di tengah jalan motor teman
kami yang tadi kembali mogok karena tidak kuat akhirnya temanku yang tadi
membonceng sama temanku yang motornya rusak digonceng oleh temanku yang satunya,
dan kami pun mencoba perlahan-lahan untuk melanjutkan perjalanan agar sampai di
pantai sebelum keadaan semakin sore. Akhirnya kami sampai di tempat tujuan kami, di
sana kami langsung saja menikmati keindahan pantai yang biru dengan pasir yang putih
dan terdapat ayunan. Kita bermain ayunan bersama sambil berfoto untuk mengabadikan
moment tersebut. Kami juga sempat bermain air atau sekedar merendam kaki saja.
Setelah beberapa jam, kami ganti baju karena basah saat bermain air.
Dan sebelum malam tiba kami sudah bergegas meninggalkan pantai dan kembali ke
rumah. Akan tetapi, aku dan temanku yang memboncengkanku tertinggal oleh teman
yang lain. Dan akhirnya aku hanya mengandalkan GPS sebagai penunjuk arah jalan
pulang. Setelah menempuh perjalanan pulang kurang lebih 1,5 jam karena tadi mengebut,
aku dan temanku mencari makan terlebih dahulu di pinggir jalan dan kita makan tahu
telor. Kemudian saat aku mengaktifkan kembali handphoneku, aku mendapat kabar kalau
salah satu temanku yang tadi meninggalkanku di pantai ternyata dia masih berada di
sekitar pantai karena dia kehabisan bensin dan dia sendirian. Akhirnya dia menelfon
orang tuanya dan orang tuanya langsung menyusulnya ke tempat temanku berada.
Keesokan harinya, kelas kami membahas perihal salah satu teman kami yang kemarin
tertinggal di pantai dan kami saling meminta maaf karena mungkin salah sudah
meninggalkannya sendirian tetapi sebenarnya tidak bermaksud karena memang kondisi
dalam keadaan mengebut dan tidak tahu kalau di belakang temanku tidak bisa menyusul.
Dan kami sekelas belajar dari pengalaman berpergian kemarin kalau ingin pergi jauh
harus menyiapkannya dengan matang-matang dan harus kompak. Kami bangga sekali
Viva La Pasatu bisa menjadi kelas yang kedepannya bisa lebih kompak lagi.
Seminggu kemudian, VLP mendapat kabar kalau ibunda Roshansyah meninggal,
mendengar kabar itu, kami langsung melayat ke rumahnya setelah pulang sekolah.
Roshansyah begitu terpukul setelah kehilangan ibunda nya, dia mulai terlihat murung
setiap harinya karena belum bisa menerima sepenuhnya kepergian sang ibunda. Kami
sebagai temannya selalu berusaha menemaninya dan menghiburnya agar dia bisa bangkit
lagi dan tidak berlarut-larut dalam kesedihan.
Hingga satu tahun berlalu, tiba saatnya kami semua akan lulus dan melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi. Tapi tiba - tiba di belakang sekolah terdengar suara ribut yang
ternyata adalah Roshansyah dengan Rayyan yang sedang berkelahi. Mereka berkelahi
karena Roshansyah baru mengetahui kalau ternyata Rayyan lah yang menyebabkan
ibunda nya meninggal dunia karena ditabrak olehnya.Namun, Rayyan menjelaskan
bahwa itu semua terjadi karena ketidaksengajaan. Roshansyah yang tidak terima dengan
hal itu tetap saja ingin menghajar Rayyan habis-habisan. Teman kami yang lain pun ikut
membantu melerainya.
Keesokan harinya Roshansyah yang masih memiliki dendam kepada Rayyan berniat
untuk mengadu domba dengan sahabatnya Rayyan yaitu Krisna. Roshansyah mengatakan
kepada Krisna kalau sebenarnya Rayyan tidak menyukainya dan mengatakan kalau
Rayyan selalu menjelek-jelekkan Krisna di belakangnya. Krisna yang tidak terima
dengan pernyataan tersebut langsung melabrak Rayyan sewaktu pulang sekolah di
belakang sekolah. Krisna dan Rayyan pun berkelahi dan Rayyan dihajar habis-habisan
oleh Krisna. Tidak ada seorang pun yang melerai mereka karena Roshansyah sudah
menyebarkan fitnah kalau Rayyan hanya memanfaatkan teman-temannya sehingga tidak
ada yang mau membantu Rayyan. Rayyan pun dijauhi oleh semua teman-temannya di
sekolah tapi masih ada satu orang cewek yang masih ingin berteman dengannya yaitu
Ayu. Alasan mengapa Ayu masih ingin berteman dengannya adalah karena dia tau kalau
Rayyan tidak bersalah dan sebenarnya Rayyan juga korban sewaktu kejadian
tertabraknya Ibunda Roshansyah.
Keesokan harinya, Ayu membantu Rayyan untuk membicarakan semua hal yang
sebenarnya kepada Roshansyah. Rayyan pun menjelaskan kalau sebenarnya bukan dia
yang menyebabkan ibundanya meninggal tetapi truk yang berada di depan Rayyan saat
itu sehingga Rayyan pun ikut menjadi korban tetapi Roshansyah masih belum percaya
karena tidak ada bukti yang bisa membuktikannya. Lalu Rayyan mengajak Roshansyah
ke sebuah penjara yang disana terdapat sang pelaku penabrak ibundanya dan akhirnya
Roshansyah pun percaya dan dia meminta maaf kepada Rayyan karena telah salah paham
dan memfitnahnya sehingga semua temannya memusuhi, akan tetapi Roshansyah berjanji
kalau dia akan mengatakan ke semua temannya kalau Rayyan sebenarnya tidak bersalah.
Dan Rayyan telah memaafkan perbuatan yang dilakukan oleh Roshansyah. Rayyan pun
berterimakasih kepada Ayu karena telah membantunya untuk menjelaskan ini semua
kepada Roshansyah sehingga dia tidak lagi dimusuhi oleh teman-temannya. Akhirnya
pertemanan Viva La Pasatu kembali membaik setelah adanya kejadian ini.

Вам также может понравиться

  • Pizza Andaliman
    Pizza Andaliman
    Документ12 страниц
    Pizza Andaliman
    Hendy Farta Meliala
    Оценок пока нет
  • PSP-Informed Consent
    PSP-Informed Consent
    Документ12 страниц
    PSP-Informed Consent
    Utami Nabiilah
    Оценок пока нет
  • Naskah Drama ''Friendship Vs Rivalry''
    Naskah Drama ''Friendship Vs Rivalry''
    Документ7 страниц
    Naskah Drama ''Friendship Vs Rivalry''
    Dira Witrya
    Оценок пока нет
  • Makalah Orde Baru
    Makalah Orde Baru
    Документ14 страниц
    Makalah Orde Baru
    Fathir Gunadireja
    Оценок пока нет
  • Ceramah Singkat Tentang Sabar
    Ceramah Singkat Tentang Sabar
    Документ2 страницы
    Ceramah Singkat Tentang Sabar
    biroecomputer
    Оценок пока нет
  • Kisah Cintaku
    Kisah Cintaku
    Документ3 страницы
    Kisah Cintaku
    Dhaniar Firdaus
    Оценок пока нет
  • Cerpen Islami Terbaru
    Cerpen Islami Terbaru
    Документ3 страницы
    Cerpen Islami Terbaru
    Khuliyah
    Оценок пока нет
  • Sekolah Baruku
    Sekolah Baruku
    Документ1 страница
    Sekolah Baruku
    ekowidiantoo
    Оценок пока нет
  • Leaflet Diare
    Leaflet Diare
    Документ2 страницы
    Leaflet Diare
    nola cristina
    100% (1)
  • Cerpen Motivasi
    Cerpen Motivasi
    Документ2 страницы
    Cerpen Motivasi
    fatiyah
    Оценок пока нет
  • Contoh Naskah Drama 5 Orang Terbaru NEW
    Contoh Naskah Drama 5 Orang Terbaru NEW
    Документ3 страницы
    Contoh Naskah Drama 5 Orang Terbaru NEW
    toko anugrah
    Оценок пока нет
  • Proposal Makanan Rujak Karedok Jeh
    Proposal Makanan Rujak Karedok Jeh
    Документ7 страниц
    Proposal Makanan Rujak Karedok Jeh
    Mega Aisyah
    Оценок пока нет
  • Menganalisis Lukisan Dari Bali Karya I Nyoman Gunarsa
    Menganalisis Lukisan Dari Bali Karya I Nyoman Gunarsa
    Документ1 страница
    Menganalisis Lukisan Dari Bali Karya I Nyoman Gunarsa
    Rifdah Tsabitah
    Оценок пока нет
  • Seni Budaya
    Seni Budaya
    Документ5 страниц
    Seni Budaya
    Muhammad Bialfan
    Оценок пока нет
  • BumiCintaNovel
    BumiCintaNovel
    Документ4 страницы
    BumiCintaNovel
    AW
    100% (1)
  • CINTA TANAH AIR
    CINTA TANAH AIR
    Документ4 страницы
    CINTA TANAH AIR
    HabieburRohman
    100% (1)
  • Cerita Suami Istri
    Cerita Suami Istri
    Документ2 страницы
    Cerita Suami Istri
    Aang Gunawan
    Оценок пока нет
  • Contoh Proposal
    Contoh Proposal
    Документ2 страницы
    Contoh Proposal
    Asmoro Kertapati
    Оценок пока нет
  • Biografi Lengkap Oki Setiana Dewi
    Biografi Lengkap Oki Setiana Dewi
    Документ2 страницы
    Biografi Lengkap Oki Setiana Dewi
    Muhammad Abdullah
    50% (2)
  • Resensi Buku
    Resensi Buku
    Документ2 страницы
    Resensi Buku
    sirius
    0% (2)
  • Lampah Topo Bisu Mubeng Beteng
    Lampah Topo Bisu Mubeng Beteng
    Документ5 страниц
    Lampah Topo Bisu Mubeng Beteng
    nafida
    Оценок пока нет
  • Wedang Jahe
    Wedang Jahe
    Документ12 страниц
    Wedang Jahe
    sabrina putri
    Оценок пока нет
  • SAHABAT SEJATI
    SAHABAT SEJATI
    Документ3 страницы
    SAHABAT SEJATI
    arum
    100% (2)
  • Proses Pembentukan Urin
    Proses Pembentukan Urin
    Документ4 страницы
    Proses Pembentukan Urin
    vicki yugasworo
    Оценок пока нет
  • Hikayat Siti Nurbaya
    Hikayat Siti Nurbaya
    Документ4 страницы
    Hikayat Siti Nurbaya
    Galih Putri W
    Оценок пока нет
  • Cerpen Lucu
    Cerpen Lucu
    Документ5 страниц
    Cerpen Lucu
    Rukan
    Оценок пока нет
  • RJR
    RJR
    Документ7 страниц
    RJR
    Ramadhani Drd
    Оценок пока нет
  • Laporan Literasi Bahasa Indonesia
    Laporan Literasi Bahasa Indonesia
    Документ13 страниц
    Laporan Literasi Bahasa Indonesia
    gadisazalia
    Оценок пока нет
  • Mencontek 2
    Mencontek 2
    Документ3 страницы
    Mencontek 2
    nancy
    Оценок пока нет
  • Naskah Drama Komedi
    Naskah Drama Komedi
    Документ7 страниц
    Naskah Drama Komedi
    Iyon Syehabudin
    Оценок пока нет
  • Drama Diare
    Drama Diare
    Документ4 страницы
    Drama Diare
    rina simanullang
    0% (1)
  • Si Miskin Bersekolah
    Si Miskin Bersekolah
    Документ3 страницы
    Si Miskin Bersekolah
    UjilPutraPasundan
    Оценок пока нет
  • Cerpen Orang Miskin Yang Bahagia
    Cerpen Orang Miskin Yang Bahagia
    Документ6 страниц
    Cerpen Orang Miskin Yang Bahagia
    fitriyani paramata
    Оценок пока нет
  • Pembalut Wanita HIBIS
    Pembalut Wanita HIBIS
    Документ22 страницы
    Pembalut Wanita HIBIS
    sistematix
    100% (1)
  • JAMU TRADISIONAL MODERN
    JAMU TRADISIONAL MODERN
    Документ15 страниц
    JAMU TRADISIONAL MODERN
    Ambar Wati
    Оценок пока нет
  • Triratna Penting
    Triratna Penting
    Документ15 страниц
    Triratna Penting
    Muniaty
    Оценок пока нет
  • Analisis Struktur Dan Kaidah Kebahasaan Cerpen Siit Uncuwing
    Analisis Struktur Dan Kaidah Kebahasaan Cerpen Siit Uncuwing
    Документ12 страниц
    Analisis Struktur Dan Kaidah Kebahasaan Cerpen Siit Uncuwing
    Salma Hanifah Muhammad
    0% (1)
  • KISAH KAKAK ADALAH PELINDUNG
    KISAH KAKAK ADALAH PELINDUNG
    Документ4 страницы
    KISAH KAKAK ADALAH PELINDUNG
    'Ghadielhong Ki'
    Оценок пока нет
  • Analisis
    Analisis
    Документ5 страниц
    Analisis
    Shidiq
    Оценок пока нет
  • Gerak Murni Kerin
    Gerak Murni Kerin
    Документ5 страниц
    Gerak Murni Kerin
    Helen
    Оценок пока нет
  • Artikel Sex Bebas
    Artikel Sex Bebas
    Документ5 страниц
    Artikel Sex Bebas
    Jariyah Nurjanah
    Оценок пока нет
  • Cerita Rakyat Si Pitung
    Cerita Rakyat Si Pitung
    Документ2 страницы
    Cerita Rakyat Si Pitung
    Rizky Setiawan
    0% (2)
  • Berita Bahasa Jawa 2018 Kecelakaan Tol Cipali 6 Priyantun Seda Kelas 10
    Berita Bahasa Jawa 2018 Kecelakaan Tol Cipali 6 Priyantun Seda Kelas 10
    Документ4 страницы
    Berita Bahasa Jawa 2018 Kecelakaan Tol Cipali 6 Priyantun Seda Kelas 10
    yonieka
    Оценок пока нет
  • Resensi Novel Hafalan Sholat Delisa
    Resensi Novel Hafalan Sholat Delisa
    Документ9 страниц
    Resensi Novel Hafalan Sholat Delisa
    Nurul Amalia Sari
    Оценок пока нет
  • Psikotropika Golongan 3
    Psikotropika Golongan 3
    Документ20 страниц
    Psikotropika Golongan 3
    ArinaSa'adah
    Оценок пока нет
  • Bela Negara Mahasiswa
    Bela Negara Mahasiswa
    Документ11 страниц
    Bela Negara Mahasiswa
    Harjuno Rechi
    Оценок пока нет
  • MENEMUKAN MAKNA
    MENEMUKAN MAKNA
    Документ2 страницы
    MENEMUKAN MAKNA
    Ulfa ELFEXOTIC
    Оценок пока нет
  • Refleksi Film Tanda Tanya
    Refleksi Film Tanda Tanya
    Документ1 страница
    Refleksi Film Tanda Tanya
    fakira tanzil
    Оценок пока нет
  • Cerita Inspiratif Dahlan Iskan
    Cerita Inspiratif Dahlan Iskan
    Документ3 страницы
    Cerita Inspiratif Dahlan Iskan
    steffy Chatharine
    100% (1)
  • Es Wedang Uwuh
    Es Wedang Uwuh
    Документ16 страниц
    Es Wedang Uwuh
    Ditha Putri Nabila
    Оценок пока нет
  • PKM Nangka Crispy
    PKM Nangka Crispy
    Документ8 страниц
    PKM Nangka Crispy
    Made Ayu Puspa Dewi
    Оценок пока нет
  • Dampak Bioteknologi Secara Keseluruhan
    Dampak Bioteknologi Secara Keseluruhan
    Документ22 страницы
    Dampak Bioteknologi Secara Keseluruhan
    Nailah Al-karimah Wiharjanto
    Оценок пока нет
  • Kata Konkret
    Kata Konkret
    Документ4 страницы
    Kata Konkret
    Rubiyem rub
    Оценок пока нет
  • Makalah Sejarah Kebun Raya Cibodas
    Makalah Sejarah Kebun Raya Cibodas
    Документ12 страниц
    Makalah Sejarah Kebun Raya Cibodas
    Aida
    Оценок пока нет
  • Contoh Autobiografi
    Contoh Autobiografi
    Документ11 страниц
    Contoh Autobiografi
    Ningsih Agustriani
    Оценок пока нет
  • ONDE-ONDE SIBUK
    ONDE-ONDE SIBUK
    Документ4 страницы
    ONDE-ONDE SIBUK
    Adi Gunadi
    Оценок пока нет
  • KEHENINGAN
    KEHENINGAN
    Документ9 страниц
    KEHENINGAN
    Donn
    Оценок пока нет
  • Aku Ganteng
    Aku Ganteng
    Документ2 страницы
    Aku Ganteng
    Makan men1272
    Оценок пока нет
  • Friend zone cerita cinta Icha dan Ryan
    Friend zone cerita cinta Icha dan Ryan
    Документ3 страницы
    Friend zone cerita cinta Icha dan Ryan
    wieke isicha anggraeni
    Оценок пока нет
  • Dari Badboy Menjadi Goodboy
    Dari Badboy Menjadi Goodboy
    Документ6 страниц
    Dari Badboy Menjadi Goodboy
    rika
    Оценок пока нет
  • Pembahasan Minlog
    Pembahasan Minlog
    Документ3 страницы
    Pembahasan Minlog
    andri
    Оценок пока нет
  • Formasi Hutan Pantai
    Formasi Hutan Pantai
    Документ3 страницы
    Formasi Hutan Pantai
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Frasa
    Frasa
    Документ5 страниц
    Frasa
    JulyaRahma
    Оценок пока нет
  • Formasi Hutan Pantai
    Formasi Hutan Pantai
    Документ3 страницы
    Formasi Hutan Pantai
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Minlog
    Minlog
    Документ1 страница
    Minlog
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Документ3 страницы
    Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Maharani Sarastika B
    0% (1)
  • Formasi Hutan Pantai
    Formasi Hutan Pantai
    Документ3 страницы
    Formasi Hutan Pantai
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Geomorfologi Bentang Alam
    Geomorfologi Bentang Alam
    Документ98 страниц
    Geomorfologi Bentang Alam
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Laprak 1 Kimia
    Laprak 1 Kimia
    Документ10 страниц
    Laprak 1 Kimia
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Laprak 1 Kimia
    Laprak 1 Kimia
    Документ10 страниц
    Laprak 1 Kimia
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Документ4 страницы
    Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Kasus Hubungan Internasional Irak Vs As
    Kasus Hubungan Internasional Irak Vs As
    Документ29 страниц
    Kasus Hubungan Internasional Irak Vs As
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Formasi Hutan Pantai
    Formasi Hutan Pantai
    Документ3 страницы
    Formasi Hutan Pantai
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • KELUARGA TERPANDANG
    KELUARGA TERPANDANG
    Документ31 страница
    KELUARGA TERPANDANG
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Project Cerpen
    Project Cerpen
    Документ2 страницы
    Project Cerpen
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Formasi Hutan Pantai
    Formasi Hutan Pantai
    Документ2 страницы
    Formasi Hutan Pantai
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Cerpen Xi Mipa 2
    Cerpen Xi Mipa 2
    Документ71 страница
    Cerpen Xi Mipa 2
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Formasi Hutan Pantai
    Formasi Hutan Pantai
    Документ2 страницы
    Formasi Hutan Pantai
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Tan Malaka
    Tan Malaka
    Документ3 страницы
    Tan Malaka
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Tan Malaka
    Tan Malaka
    Документ3 страницы
    Tan Malaka
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Project Cerpen
    Project Cerpen
    Документ5 страниц
    Project Cerpen
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Документ3 страницы
    Kesimpulan Apa Yang Dapat Anda Rumuskan Tentang Artikel Tersebut
    Maharani Sarastika B
    0% (1)
  • Gta PC
    Gta PC
    Документ4 страницы
    Gta PC
    Muchammad
    Оценок пока нет
  • Gta PC
    Gta PC
    Документ4 страницы
    Gta PC
    Muchammad
    Оценок пока нет
  • Project Cerpen
    Project Cerpen
    Документ5 страниц
    Project Cerpen
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Silabus Geofisika Ugm
    Silabus Geofisika Ugm
    Документ28 страниц
    Silabus Geofisika Ugm
    Anas Setyo Handaru
    Оценок пока нет
  • Project Cerpen
    Project Cerpen
    Документ2 страницы
    Project Cerpen
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет
  • Laporan Bahasa Indonesia Terbaru.
    Laporan Bahasa Indonesia Terbaru.
    Документ37 страниц
    Laporan Bahasa Indonesia Terbaru.
    Maharani Sarastika B
    Оценок пока нет