Вы находитесь на странице: 1из 18

LAPORAN PENDAHULUAN

CA RECTI

I. KONSEP MEDIS
A. Pengertian Carsinoma Recti
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum.
Keganasan ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang
terbanyak adalah adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan
kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di
usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker colorectal
adalah adenocarcinoma(kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta
melepaskan lendir dan cairan lainnya).

B. Etiologi
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti,
seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis
kolitis. Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada
hubungannya dengan faktor lingkungan terutama kebiasaan makan (diit). Masyarakat
yang diitnya rendah selulosa tinggi protein hewani dan lemak mempunyai insiden
yang tinggi terjadinya kanker recti, sebaliknya masyarakat yang diitnya banyak
mengandung serat, insiden terjadinya carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta
rendah serat.
1. Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.
Sebagian besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma)
dapat menjadi kanker.
2. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar

1
3. Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan
riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
4. Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih
besar, khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.
5. Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
besar terkena kanker colorectal.
6. Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah
usia 50 tahun ke atas.

C. Patofisiologi
Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus. Tumor
terjadi pada daerah yang berbeda-beda di dinding usus besar dalam proposi perkiraan
berikut 16% pada kolon asenden, 8% pada kolon transversal, 20% – 30% pada kolon
desenden dan sigmoid, serta 40% – 50% pada rektum.
Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip ademotosa. Kanker
biasanya tumbuh tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara perlahan-lahan dan
sifatnya berbahaya terjadi. Secara lokal kanker rektum biasanya menyebar lebih
kedalam lapisan-lapisan dinding perut, yang dimulai dari orang-orang lain yang
berdekatan. Kanker ini membesar atau menyebar melalui sistim sirkulasi yang masuk
dari pembuluh-pembuluh darah. Tempat-tempat metastase yang lain adalah termasuk
kelenjar-kelenjar adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otot.
Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan
lymphatik, kanker rektum juga menyebar melalui peredaran peritoneal. Penyebaran
terjadi ketika kanker diangkat dan sel-sel kanker berpisah dari kanker dan menuju
lubang peritonial.

2
D. Tanda Dan Gejala
Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti,
kembung, feses yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada
fases.
Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi
yang terjadi. Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat, diperkirakan
untuk mencapai dua kali lipat membutuhkan waktu 620 hari dan biasanya bersifat
asimlomatik. Kanker yang terletak pada rektum dapat menimbulkan tenesmus dan
keinginan defakasi yang terus menerus.
Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar.
Metastase kehati menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri tekan
dan juga bisa terjadi ikterus. Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan batuk, akan
tetapi hal ini jarang terjadi.

E. Jenis Klasifikasi
Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situadalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor
belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon
atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-
sel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau
paru-paru.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali
setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat
kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi :
1. Kelas A : Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.
2. Kelas B : Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.
3. Kelas C : Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.

3
4. Kelas D : Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )

F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
1. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
2. Terjadinya perforasi pada usus
3. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.
4. Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan,
menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus vagina (invasi) keseluruh
dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya
obstruksi, perforasi yaitu pendarahan dan penyebaran ke organ yang berdekatan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Tujuan/Interpretasi Hasil
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan
laboratorium:
a. Tinja Untuk mengetahui adanya darah dalam tinja
(makroskopis/mikroskopis)
b. CEA Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena hasilnya yang
(Carcino- tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negatif palsu tetapi
embryonic bermanfaat dalam mengevaluasi dampak terapi dan
anti-gen) kemungkinan residif atau metastase.

2. Pemeriksaan Perlu dikerjakan dengan cara kontras ganda (double contrast)


radiologis untuk melihat gambaran lesi secara radiologis.

3. Endoskopi Endoskopi dengan fiberscope untuk melihat kelainan


dan biopsi struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi diperlukan untuk
menentukan jenis tumor secara patologi-anatomis.

4. Ultrasonografi Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasis ke hati.

4
H. Penatalaksanaan
1. Pilihan utama pada kanker rektum adalah dengan jalan pembedahan kolostomi
a. Pengertian Colostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli melalui dinding abdomen
ke dalam kolom iliaka atau asenden yang bersifat sementara atau permanen
untuk mengeluarkan feses.
Lubang yang dibuat melalui dinding abdoimen ke dalam kolon iliaka
atau asenden tempat untuk mengeluarkan fases. Pembukaan sementara atau
permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan tinja.
Kolostomi adalah tindakan pembedahan dimana sebagian usus besar
dijahitkan pada dinding perut, dimana lubangnya dibuat sedemikian rupa
sehingga tinja terdorog untuk keluar.
Kolostomi adalah membuat lubang yang bersifat sementara atau tetap
pada usus besar menembus permukaan abdomen sebagai pemindahan jalan
keluar fecers. Lokasi anatominya pada colon cicenden, transversal atau
sigmoid, kolotomi dikerjakan pada penyakit peradangan, cacat bawaan,
kanker, obser, fistula, onstruksi dan perforasi.
b. Jenis-jenis kolostomi
1) Kolostomi Permanen
Jenis kolostomi dilakukan bila kolon atau rectum pasien dibuang, karena
ada kanker pada kolon atau rectum. Kolostomi ini disebut juga dengan
kolostomi ujung atau single barrel karena dilakukan pada salah satu ujung
dari kolon dan kolostomi ini mempunyai satu lubang.
2) Kolom Temporer
Kolostomi ini bersifat hanya sementara dan dilakukan untuk mengalihkan
facces, untuk kemudian ditutup kembali. Kolostomi ini terdiri dari 2
lussing atau double barrel.
c. Indikasi dilakukan Kolostomi
Tindakan kolostomi seringdilakukan pada pasien dengan difertikulitis
yang sudah komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi dan obses,
sehingga untuk mengalihkasn jalannya feces dilakukan kolostomi.
Kolostomi sering dilakukan pada pasien dengan karsinoma kolon. Karsinima
tersebut dapat memenuhi atau melingkari kolon menyebabkan obstruksi pada

5
kolon, akhirnya penderita mengalami kesulitan untuk buang air besar atau
kostipasi usus.
d. Komplikasi Kolostomi
Suatu tindakan pada pembedahan yang dilakukan pada pasien tidak jarang
akan menimbulkan komplikasi.
1) Obstruksi, terjadi karena perlengketan atau sumbatan oleh makanan.
2) Infeksi pada luka, merupakan suatu komplikasi dari tindakan kolostomi
yang sering terjadi, karena terkontaminasi oleh tinja yang mengandung
bakteri.
3) Retraksi stoma penyekat antara kantong atau kolostomi bagian dengan
stoma, juga karena adanya jaringan sekat yang terbentuk disekitar stoma
yang mengkerut
2. Radiasi
Radiasi pasca bedah diberikan jika:
a. Sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
b. Ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c. Masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis
jauh.
d. (Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Pemberian obat Sitostatika
a. Inoperabel
b. Operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus
tunika muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
b. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Padastadium
lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

6
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala:
a. Kelemahan, kelelahan/keletihan
b. Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.
c. Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres
tinggi.
2. Sirkulasi:
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda:
Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
3. Integritas ego:
Gejala:
a. Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres
(merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
b. Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)
c. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak
bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi:
Gejala:
Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi
Tanda:
a. Perubahan bising usus, distensi abdomen
b. Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5. Makanan/cairan:
Gejala:

7
a. Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif
dan bahan pengawet)
b. Anoreksia, mual, muntah
c. Intoleransi makanan
Tanda:
Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
6. Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses
penyakit.
7. Keamanan:
Gejala:
Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.
Tanda:
Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia
8. Interaksi social
Gejala:
a. Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
b. Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status
kesehatan.
9. Penyuluhan/pembelajaran:
a. Riwayat kanker dalam keluarga
b. Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
c. Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
d. Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
2. Konstipasi b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen
usus sekunder terhadap proses keganasan usus.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.

8
4. Ansietas b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status kesehatan, status sosio-
ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis (proses neoplasma)
5. Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui
ambang adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri
hebat, sistem pendukung tak adekuat)
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
7. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen
terapi saraf kanker.

9
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1 Diare b/d inflamasi, iritasi, NOC NIC
malabsorbsi usus atau  Bowel elimination Diarhea Management
penyempitan parsial lumen usus  Fluid balance 1. Evaluasi efek samping pengobatan terhadap
sekunder terhadap proses  Hydration gastrointestinal.
keganasan usus.  Electrolyte and Acid base balance 2. Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare.
Kriteria Hasil: 3. Intruksikan pasien/keluarga untuk mencatat warna,
 Feses berbentuk, BAB sehari sekali- jumlah, frekuensi dan konsistensi feses.
tiga kali. 4. Evaluasi intake makanan yang masuk.
 Menjaga daerah sekitar rectal dari 5. Identifikasi factor penyebab dari diare.
iritasi. 6. Monitor tanda dan gejala diare.
 Tidak mengalami diare. 7. Observasi turgor kulit secara rutin.
 Menjelaskan penyebab diare dan 8. Ukur diare/keluaran BAB
rasional tindakan. 9. Hubungi dokter jika ada kenaikan bising usus.
 Mempertahankan turgor kulit. 10. Instruksikan pasien untuk makan rendah serat,
tinggi protein dan tinggi kalori jika
memungkinkan.
11. Instruksikan untuk menghindari laksative.
12. Ajarkan teknik menurunkan stress.
13. Monitor persiapan makanan yang aman.
2 Konstipasi b/d inflamasi, iritasi, NOC NIC
malabsorbsi usus atau Kriteria hasil: Constipation/Impaction Management
penyempitan parsial lumen usus  Mempertahankan bentuk feses lunak 1. Monitor tanda dan gejala konstipasi
sekunder terhadap proses
setiap 1-3 hari 2. Monitor bising usus
keganasan usus.
 Bebas dari ketidaknyamanan dan 3. Monitor feses: frekuensi, konsistensi, dan volume
konstipasi 4. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan
 Mengidentifikasi indikator untuk peningkatan bisis usus
mencegah konstipasi 5. Monitor tanda dan gejala tuptur usus/peritonitis
 Feses lunak dan berbentuk 6. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan

10
terhadap pasien
7. Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi
konstipasi
8. Dukung intake cairan
9. Kolaborasi dalam pemberian laksatif
10. Pantau tanda dan gejala konstipasi
11. Pantau tanda dan gejala impaksi
12. Memantau bising usus
13. Evaluasi profil obat untuk efek samping
gastrointestinal
14. Anjurkan pasien/keluarga mencatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja
15. Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat
16. Anjurkan pasien/keluarga pada penggunaan yang
tepat dari obat pencahar
17. Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses
pencernaan yang normal
18. Ajarkan pasien atau keluarga tentang kerangka
waktu untuk resolusi sembelit
3 Perubahan nutrisi kurang dari NOC NIC
kebutuhan tubuh b/d gangguan  Nutritional Status Nutrition Management
absorbsi nutrien, status  Nutritional Status: food and fluid 1. Kaji adanya alergi makanan
hipermetabolik sekunder terhadap intake 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
proses keganasan usus.  Nutritional Status: nutrient intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Weight control 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Kriteria hasil: 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
 Adanya peningkatan berat badan vitamin C
sesuai dengan tujuan 5. Berikan substansi gula
 Berat badan ideal sesuai dengan 6. Yakinkan diet yang dimakanmengandung tinggi

11
tinggi badan serat untuk mencegah konstipasi
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah
nutrisi dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
 Menunjukkan peningkatan fungsi makanan harian
pengecapan dari menelan 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Tidak terjadi penurunan berat badan 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
yang berarti 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitoring adanya penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake nutrisi
15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla
lidah dan cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

12
4 Ansietas b/d faktor psikologis NOC NIC
(ancaman perubahan status  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
kesehatan, status sosio-ekonomi,  Anxiety level 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
fungsi-peran, pola interaksi) dan  Coping
2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
rangsang simpatis (proses Kriteria hasil:
neoplasma)  Klien mampu mengidentifikasikan pasien
dan mengungkapkan gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
 Mengidentifikasikan, selama prosedur
mengungkapkan dan menunjukkan 4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
teknik untuk mengontrol cemas 5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
 Vital sign dalam batas normal mengurangi takut
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
6. Dorong keluarga untuk menemani anak
tubuh dan tingkat aktivitas
7. Lakukan back/neck rub
8. Dengarkan dengan penuh perhatian

5 Koping individu tak efektif b/d NOC NIC


intensitas dan pengulangan stesor Decision making Dicision Making
melampaui ambang adaptif Role inhasmet 1. Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain
(penyakit kronis, ancaman Social support penanganan
kematian, kerentanan individu, Kriteria hasil: 2. Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
nyeri hebat, sistem pendukung tak Mengidentifikasi pola koping yang 3. Bantu pasien mengidentifikasikan keuntungan,
adekuat) efektif kerugian dari keadaan
Mengungkapkan secara verbal tentang Role Inhancement
koping yang efektif 1. Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam
Mengatakan penurunan stress nilai kehidupan
Klien mengatakan telah menerima 2. Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk
tentang keadaannya mengatur pola nilai yang dimiliki
 Mampu mengidentifikasi strategi Coping Enhancement
tentang koping 1. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasikan
gambaran perubahan peran yang realistis
2. Gunakan pendekatan tenang dan menyakinkan

13
3. Hindari penambilan keputusan pada saat pasien
berada dalam stress berat
4. Berikan informasi actual yang terkait dengan
diagnosis, terapi, dan prognosis
Anticipatory Guldance
6 Kurang pengetahuan tentang NOC : NIC
kondisi, prognosis dan kebutuhan  Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
pengobatan b/d kurang  Kowledge : health Behavior
pemaparan dan atau kesalahan Kriteria Hasil : 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
interpretasi informasi.  Pasien dan keluarga menyatakan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
pemahaman tentang penyakit, 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana
kondisi, prognosis dan program hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi,
pengobatan dengan cara yang tepat.
 Pasien dan keluarga mampu 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
melaksanakan prosedur yang pada penyakit, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga mampu tepat
menjelaskan kembali apa yang 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara
dijelaskan perawat/tim kesehatan yang tepat
lainnya. 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
7. Hindari jaminan yang kosong
8. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan
penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan

14
12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat
7 Nyeri akut b/d proses penyakit NOC NIC
(kompresi/destruksi jar. Saraf, Pain level Pain Management
infiltrasi saraf atau suplai Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, Comfort level termasuk lokasi, kerakteristik, durasi, frekuensi,
inflamasi) efek samping berbagai Kriteria hasil: kualitas, dan faktor presipitasi
agen terapi saraf kanker. Mampu mengontrol nyeri (tahu 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu menggunakan 3. Gunakan teknik komunikasi terapautik untuk
teknik nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari bantuan) 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Melaporkan bahwa nyeri berkurang 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dengan menggunakan manajemen 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
nyeri tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau
Mampu mengenali nyeri (skala, 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) menemukan dukungan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 8. Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
berkurang seperti suhu ruangan, pencahayan, dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
non farmakologi, dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentuka
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan control nyeri
15. Tingkatkan istirahat

15
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri yang tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic Administration
18. Tentukan lokasi, kerakteristik, kualita, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
20. Cek riwayat alergi
21. Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesic ketika pemberian lebih dari satu
22. Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan
beratnya nyeri
23. Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan
dosis optimal
24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
analgesic pertama kali
26. Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
27. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala

16
Penyimpangan KDM

DIET Makanan berzat Kimia Makanan Berlemak Daging goreng/panggang Lemak Hewan

CA RECTI

Meluas ke lumen

Menembus dinding kolon dan jaringan sekitarnya

Pendarahan Menekan serabut saraf Obstruksi usus halus

Gangguan eliminasi urine Nyeri Akut Distensi Abdomen

Anemia
Mual dan muntah
Diare
Ansietas
Konstipasi Malabsorbsi usus
Kurang Pengetahuan

Koping Individu Tak Ancaman Kesehatan Penurunan BB


Efektif

Perubahan Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan

17
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi NANDA NIC NOC. 2015-2017. Yogyakarta: Percetakan Mediaction Publishing


Yogyakarta.
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam,Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

18

Вам также может понравиться