Вы находитесь на странице: 1из 4

SUMBER: MEDIA CETAK (KORAN)

Penulisan Daftar Pustaka dengan Harvard Style (APA):

Ketika siswa disuguhkan dengan pembelajaran yang memuat sejumlah pengetahuan,


konsep, dan teori, maka keilmuan itu dicerna untuk ditimbun menjadi file-file yang
menunggu untuk digunakan saat berhadapan secara nyata. Saat siswa ingin menggunakan
keilmuan tersebut, kadar file tersebut berkurang dikarenakan rentan waktu, tertutupi dengan
even lain yang lebih banyak memberikan kesan ke otak. Dengan sistem penerapan yang
sangat minim, antara perbandingan antara teori dengan praktek mengakibatkan siswa hanya
melewati pembelajarannya untuk disimpan saja bukan untuk di eksplorasi (Ermanto, 2018).

Sumber:
Ermanto. (2018) “Stem, Model Pembelajaran Era Industrialisasi”, Radar Banjarmasin, 13
Mei.

Penulisan Daftar Pustaka dengan Plain Style (Number Style):

Ketika siswa disuguhkan dengan pembelajaran yang memuat sejumlah pengetahuan,


konsep, dan teori, maka keilmuan itu dicerna untuk ditimbun menjadi file-file yang
menunggu untuk digunakan saat berhadapan secara nyata. Saat siswa ingin menggunakan
keilmuan tersebut, kadar file tersebut berkurang dikarenakan rentan waktu, tertutupi dengan
even lain yang lebih banyak memberikan kesan ke otak. Dengan sistem penerapan yang
sangat minim, antara perbandingan antara teori dengan praktek mengakibatkan siswa hanya
melewati pembelajarannya untuk disimpan saja bukan untuk di eksplorasi [1].

Sumber:
1. Ermanto, “Stem, Model Pembelajaran Era Industrialisasi”, Radar Banjarmasin 13 Mei,
(2018).
SUMBER: JURNAL

Penulisan Daftar Pustaka dengan Harvard Style (APA):


Berdasarkan data konsumsi anak, kebiasaan anak dalam mengonsumsi ikan, telur dan
susu memberikan kontribusi yang besar terhadap asupan fosfor anak. Ikan segar
mengandung fosfor 236 mg/100g, telur mengandung fosfor 162 mg/100g dan susu
mengandung fosfor 600 mg/100g. Hasil analisis data konsumsi anak menunjukan bahwa
rasio rata-rata asupan kalsium : fosfor pada anak stunting adalah 1 : 1,5 dan rasio kalsium :
fosfor pada anak tidak stunting adalah 1 : 1,1. Hal ini menunjukan bahwa kadar fosfor yang
dikonsumsi oleh anak stunting relatif lebih tinggi terhadap asupan kalsium, dibandingkan
pada anak tidak stunting (Sari dkk, 2016).

Sumber:
Sari, E.M., Juffrie, M., Nurani, N., Sitaresmi, M.N. (2016) Asupan protein, kalsium dan
fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan, Jurnal Gizi Klinik
Indonesia 12 (4): 152-159.

Penulisan Daftar Pustaka dengan Plain Style (Number Style):


Berdasarkan data konsumsi anak, kebiasaan anak dalam mengonsumsi ikan, telur dan
susu memberikan kontribusi yang besar terhadap asupan fosfor anak. Ikan segar
mengandung fosfor 236 mg/100g, telur mengandung fosfor 162 mg/100g dan susu
mengandung fosfor 600 mg/100g. Hasil analisis data konsumsi anak menunjukan bahwa
rasio rata-rata asupan kalsium : fosfor pada anak stunting adalah 1 : 1,5 dan rasio kalsium :
fosfor pada anak tidak stunting adalah 1 : 1,1. Hal ini menunjukan bahwa kadar fosfor yang
dikonsumsi oleh anak stunting relatif lebih tinggi terhadap asupan kalsium, dibandingkan
pada anak tidak stunting [2].

Sumber:
2. E.M. Sari, M. Juffrie, N. Nurani, M.N. Sitaresmi. Asupan protein, kalsium dan fosfor
pada anak stunting dan tidak stunting usia 24-59 bulan. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
2016; 12 (4): 152-159.
SUMBER: BUKU

Penulisan Daftar Pustaka dengan Harvard Style (APA):


Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) adalah diet yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk Makanan Biasa ditambah
bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk
minuman Enteral Energi Tinggi Protein Tinggi. Diet ini diberikan bila pasien telah
mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap (Almatsier, 2004).

Sumber:
Almatsier, Sunita. (2004) Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia.

Penulisan Daftar Pustaka dengan Plain Style (Number Style):


Diet Energi Tinggi Protein Tinggi (ETPT) adalah diet yang mengandung energi dan
protein di atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk Makanan Biasa ditambah
bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging, atau dalam bentuk
minuman Enteral Energi Tinggi Protein Tinggi. Diet ini diberikan bila pasien telah
mempunyai cukup nafsu makan dan dapat menerima makanan lengkap [3].

Sumber:
3. Almatsier, S. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: Gramedia. 2004.
SUMBER: INTERNET

Penulisan Daftar Pustaka dengan Harvard Style (APA):

Вам также может понравиться