Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Tujuan asuhan keperawatan adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi
secara optimal.Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan keperawatan yang
profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam manajemen tersebut adalah bagaimana
asuhan keperawatan diberikan oleh perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan
yang diberikan.
Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu
rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman
perawat tentang model-model asuhan keperawatan tersebut.pengembangan metode ini di dasarkan
pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan kemampuan anggota
kelompok.metode ini juga di dasari atas keyakinan bahwa setiap pasien berhak memperoleh
pelayanan terbaik. selain itu, setiap staf berhak menerima bantuan dalam melaksanakan tugas
memberi asuhan keperawatan yang etrbaik sesuai kemampuannya, dalam keperawatan, metode tim
diterapakan dengan menggunakan kerja sama tim perawat yang heterogen, terdiri dari perawat
profesional, non pofesional, dan pembantu perawat untuk memberikan asuhan keperawatan kepada
sekelompok pasien. ketua tim (perawat profesional) memiliki tangguang jawab dalam perencanaan,
kelancaran, dan evaluasi dan asuhan keperawatan untuk semua pasien yang dilakukan oleh tim di
bawah tanggung jawabnya. disamping itu, ketua tim juga mempunyai tugas untuk melakukan
supervisi kepada semua anggota tim dalam implementasi dan tindakan keperawatan, dan melakukan
evaluasi hasil dan asuhan keperawatan
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif ( Douglas, 1984). Model tim
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung
jawab perawat yang tinggi sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat.
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yeng
terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (registered nurse). Pembagian tugas
dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok atau ketua group dan ketua group bertanggung
jawab dalam mengarahkan anggota group atau tim. Selain itu ketua group bertugas memberi
pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota
tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan
pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap klien
Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagi pemimpin
keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat
pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model
fungsional. pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan
profesional(Marquis& Hutson,2000). di bawah pimpinan perawat profesional,kelompok perawat
akan dapat bekerja bersam untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. penugasan terhadap pasien
disebut untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan padaa
keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan
memberikan asuhan keperaweatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi. setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya di dalam
mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. potensi
setiap anggota tim saling melengkapi menjadi satu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan
3
kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
Pelaksanan konsep tim sangat tergantung pada filisofi ketua tim apakah berorientasi pada
tugas atau oada klien. perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk
mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan
perawatan klien. tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk
klien, melakukan pendidikan kesehatan mengkoordinasikan aktivitas klien.
1. Untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga
pasien merasa puas.
2. Dapat meningkatkan kerja sama dan koordinasi perawat dalam melaksanakan tugas,
memungkinkan adanya transfer of knowladge dan transfer of experiences diantara perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan
3. Meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dan motivasi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan
4. Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
5. Menerapkan penggunaan proses keperawatan sesuai standar
6. Menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda
Menurut Kron & Gray (1987) pelaksanaan model tim harus berdasarkan konsep berikut :
1. Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan tehnik kepemimpinan.
2. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
4. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung
oleh kepala ruang.
Metode tim ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3
tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang
saling membantu.
4
Sesuai dengan tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab keperawatan harus benar
benar di arahkan dan di rencanakan secara matang untuk keberhasilan asuhan
keperawatan.sebagaimana di ketahui bahwa satu tim keperawatan terdiri dari dua orang perawat
atau lebih yang bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan. ketua tim seharusnya perawat
profesional yang sudah berpenngalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan di tunjuk oleh
perawat kepala ruang (nurse unit manager). selanjutnya, ketua tim akan melaksanakan tugas yang di
delegasikan oleh perawat kepala ruang bersama sama denga anggota tim. tugas dan tanggung jawab
ketua tim menjadi hal yang harus di perhatikan secara cermat. tugas dan tanggung jawab tersebut
diarahkan untuk melakukan pengkajian dan penyusunan rencana keperawatan untuk setiap pasien
yang berada di bawah tanggung jawabnya, membagi tugas kepada semua anggota tim dengan
mempertimbangkan kemampuan yang di miliki anggota tim dan kebutuhan pasien yang harus
dipenuhi, mengontrol dan memberikan bimbingan kepada anggota tim dalam melaksanakan
tugasnya apabila diperlukan, melakukan evaluasi terhadap hasil kerja anggota tim, menerima
laporan tentang perkembangan kondisi pasien dan anggota tim.
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Pemimpin tim didelegasikan atau diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota tim
dan mengarahkan pekerjaan timnya
2. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dalam
berinteraksi dengan anggota tim
3. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien
4. Komunikasi diantara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi :
5
Kelebihan
1. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif
2. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan
3. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar
4. Memberikepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
5. Memungkinkan meningkatkan kemempuan anggota tim yang berbeda-beda secara afektif
6. Peningkatan kerja sama dan komunikasi diantara anggota tim dapat menghasilkan sikap
moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim
perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yanvg
diberikan
7. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggunga jawabkan
8. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
Kelemahan
1. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan
harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat
klinik
2. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
3. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada sitiuasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga
komunikasi antar anggota tim terganggu
4. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung
kepada anggota tim yang mampu
5. Akontabilitas dari tim menjadi kabur
6. Tidak efisien bila dibandingkan dengn model fungsional karena membutuhkan tenaga yang
mempunyai keterampilan tinggi.
Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga pada perawat timbul
motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dengan demikian, diharapkan mutu asuhan
keperawatab meningkat. Pelaksanaan metode tim harus berdasarkan konsep berikut :
6
1. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
7
3. Tanggung Jawab Anggota Tim
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya
jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis
intervensi, misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan
1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tiugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga.
3. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien
diserahkan kepada perawat junior dan atau belum berpengalaman.
Kelemahan :
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.
2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan.
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja.
9
Konsep Metode Tim :
1) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan.
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin.
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
4) Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik jika
didukung oleh kepala ruang.
Kelebihan :
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh.
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan.
3) Memungkinkan komunikasi antar timsehingga konflik mudah diatasi dan memberikan
kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahan :
1) Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang
biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk
(memerlukan waktu ).
2) Perawat yang belum terampil & kurang berpengalaman cenderung untuk
bergantung/berlindung kepada perawat yang mampu
3) Jika pembagian tugas tidak jelas, maka tanggung jawab dalam tim kabur.
3. Metode Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong
praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien
dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
10
Kelebihannya :
1) Model praktek professional
2) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
3) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri → kepuasan perawat
4) Klien/keluarga lebih mengenal siapa yang merawatnya
Kelemahannya :
1) Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akontable serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2) Biaya lebih besar
4. Metode Kasus
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya
pada saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak
ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk
perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihan :
1) Perawat lebih memahami kasus per kasus
2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan :
1) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggungjawab
2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
Dari berbagai metode penugasan yang ada, setiap ruangan/unit perawatan dapat
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari salah satu metode di atas berdasarkan prinsip
pemilihan penugasan yang tepat, efektif, dan efisien. Namun dalam mengembangkan metode
penugasan Tim, maka perlu diperhatikan hal-hal berikut di bawah ini.
11
3.2 Tanggung Jawab Kepala Ruangan (Karu),Ketua Tim (Katim)dan Anggota
Tim
Secara umum, masing-masing kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim memiliki
tanggung jawab yang berbeda-beda, antara lain :
12
4. Penerapan Metode Tim
a. Kepala ruangan membagi jumlah tim keperawatan berdasarkan klasifikasi pasien
b. Menilai tingkat ketergantungan pasien, melalui :
Setiap pagi, karu bersama katim menilai langsung pada masing-masing
tim yang menjadi tanggung jawabnya, atau
Setiap tim keperawatan (yang dinas malam) membuat klasifikasi pasien
kemudian diserahkan kepada karu/katim. Cara ini dapat lebih menghemat
waktu
c. Katim menghitung jumlah kebutuhan tenaga
d. Karu dan katim membagi pasien kepada perawat yang bertugas sesuai
e. kemampuan perawat (pengetahuan dan keterampilan)
f. Serah terima antar shift oleh karu, katim dan semua perawat pelaksana yang dapat
dilakukan melalui konfrens, atau keliling langsung ke pasien (sebelum dan selesai
dinas). Materi yang diserah terimakan yaitu laporan hasil pengkajian,
permasalahan, implementasi dan evaluasi. Selain itu perencanaan yang harus
dilanjutkan oleh tim yang akan bertugas.
g. Selesai konfrens, seluruh anggota tim mulai melakukan asuhan keperawatan
langsung maupun tidak langsung
13
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah wawasan
para pembacanya.Makalah ini juga dapat dijadikan referensi awal untuk bahan penugasan dan
bahan belajar para mahasiswa keperawatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Douglas, Laura Mae. (1992) The effective Nurse : Leader and Manager ., 4 Th. Ed,.
Marquis, B.L. dan Huston, C.J. (1998). Management Decision Making for Nurses (3rd ed)
Philadelphia: Lippincot – Raven Publisher
16